Hubungan Bimbingan Anak dan Kondisi Kelu

HUBUNGAN BIMBINGAN ANAK DAN KONDISI
KELUARGA TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA
MASYARAKAT
Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Kesejahteraan Keluarga

Disusun oleh :
Millati Hanifa

1504617044

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Jl. Rawamangun Muka Jakarta Timur 13220

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, kualitas sumber daya manusia menjadi salah satu aset terbesar yang dapat
mempengaruhi kemajuan suatu negara, sebab, kualitas penduduk suatu negara
memiliki pengaruh yang sangat krusial bagi pembangunan suatu negara. Sumber daya
manusia adalah penggerak, atau roda utama di dalam suatu negara, dimana merekalah

yang menjalankan segala aktivitas kenegaraan, atau mengelola sumber daya alam
yang menjadi aset tersendiri bagi negara. Penduduk negara yang baik akan mengolah
sekaligus memanfaatkan sumber daya alam, tak hanya untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan meningkatkan kesejahteraan mereka saja,namun mereka juga mengelola
kekayaan negaranya dengan baik dan efisien. Dengan pengelolaan sumber daya alam
yang baik, maka kesejahteraan dan kemajuan negara dapat ditingkatkan.
Selain dengan pengelolaan sumber daya alam yang efisien, indikator kemajuan suatu
negara juga dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusianya begitupula
sebaliknya, karena keduanya memiliki efek timbal balik. Sebagai contoh, negara
Jepang yang bahkan tak lagi memiliki sumber daya alam yang mendukung justru
dikenal sebagai negara maju yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik,
memiliki etos kerja serta menjunjung profesionalitas kerja yang tinggi. Begitu pula
dengan negara-negara maju di Eropa seperti Jerman, Inggris, atau Belanda. Dari
situlah dapat terlihat bahwa suatu negara yang berperadaban maju dapat disebabkan
oleh kualitas dari penduduk-penduduknya.
Bisa dibayangkan, jika suatu negara memiliki jumlah penduduk banyak dan
diimbangi dengan kualitas yang tinggi, maka akan membawa negara tersebut kedalam
era kemajuan. Namun, mengapa negara Indonesia yang dikenal memiliki kekayaan
alam yang luar biasa, justru masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara
lain? Diketahui, indeks pembangunan manusia di Indonesia, masih menempati

ranking ke 108 dari 187 negara di dunia. Padahal, Indonesia menduduki posisi sebagai
negara dengan jumlah terbanyak keempat di dunia.
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa tanpa sumber daya manusia yang
berkualitas, sulit rasanya bagi suatu negara dapat berkembang menjadi negara maju
dengan cepat. Mengukur sumber daya manusia yang berkualitas atau bermutu tinggi
tentunya dapat ditinjau dari aspek kualitas tingkat pendidikan, tingkat kesehatan,
pendapatan serta sikap dalam berkerja bagi sumber daya manusia itu sendiri.

Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk sumber daya manusia memang
bisa didapatkan dalam pendidikan, namun tidak dengan kemampuan dan kepribadian.
Terutama yang mencakup tentang loyalitas, kedisiplinan, kerjasama dan tanggung
jawab. Semua itu haruslah dibentuk dan ditanamkan sejak dini, yakni melalui
bimbingan dari orang tua, serta kondisi keluarga yang mendukung minat, bakat, serta
menjamin kesehatan dan pendidikan anak yang nantinya menjadi sumber daya
manusia yang nantinya akan mengambil alih dan memegang kendali negara di masa
depan nanti.
Inilah mengapa penulis mengambil judul Hubungan Bimbingan Anak dan Kondisi
Keluarga Terhadap Sumber Daya Manusia yang nantinya menjadi bahan
pertimbangan dan usaha dalam menekankan urgensi bimbingan anak untuk di masa
yang akan datang.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah ditulis, identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan
penelitian dan paparan adalah sebagai berikut:
-

Kondisi sumber daya manusia di Indonesia yang masih belum baik, terutama jika
menyangkut tentang abilities, yang menekankan profesionalisme dan etos dalam
berkerja

-

Kondisi keluarga saat ini yang cenderung kurang memperhatikan cara
membimbing anak untuk menanamkan kebiasaan baik

-

Bimbingan anak masih dianggap sebagai hal sepele, padahal hal ini sangat
berpengaruh bagi kualitas suatu generasi yang akan datang

C. Rumusan Masalah

1. Aspek apa saja yang dapat dipengaruhi oleh kondisi keluarga dan bimbingan
anak?
2. Mengapa bimbingan anak dan kondisi keluarga dapat mempengaruhi sumber daya
manusia?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Daya Manusia
1. Pengertian Sumber Daya Manusia
Menurut Nawawi (2001) ada tiga pengertian Sumber daya manusia yaitu :
a) Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi
(disebut juga personil,tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
b) Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagaipenggerak organisasi
dalam mewujudkan eksistensinya.
c) Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asetdan berfungsi sebagai
modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan
menjadipotensi nyata (real) secara fisik dan non-fisik dalammewujudkan eksistensi
organisasi.
Menurut Sayuti Hasibuan (2000) Sumber Daya Manusia adalah semua manusia yang
terlibat dalam suatu organisasi dan mengupayakan terwujudnya tujuan organisasi

tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwasumber daya manusia
adalah mereka yang diberdayakan dan mengupayakan tujuan suatu organisasi.
2. Komponen Sumber Daya Manusia
Sayuti Hasibuan (2000) membagi Sumber Daya Manusia menjadi beberapa
komponen, yaitu:
a. Pengusaha: Yakni orang yang menginvestasikan hartanya untuk memberikan
modal terhadap organisasi
b. Karyawan: Yaitu orang yang mengerjakan tugasnya dan mendapatkan kompensasi
sesuai dengan yang telah disepakati. Karyawan terbagi menjadi 2, yaitu karyawan
operasional dan karyawan manajerial.
c. Pemimpin: Yaitu orang yang memiliki wewenang untuk memerintah dan
bertanggung jawab atas apa yang ia perintahkan untuk tujuan organisasi.
3. Faktor Pengaruh Sumber Daya Manusia
Matutina, (2001:205),berpendapat bahwa kualitas sumber daya manusia mengacu
pada :
1) Pengetahuan (Knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang
lebih berorientasi pada intelejensi dan daya fikir serta penguasaan ilmu yang luas
yang dimiliki karyawan.


2) Keterampilan (Skill), kemampuan dan penguasaan teknis operasional di bidang
tertentu yang dimiliki karyawan.
3) Abilities yaitu kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang
dimiliki seorang karyawan yang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerjasama dan
tanggung jawab.

B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua
pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan.
Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan anaknya; atau ayah dan
anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda).

2. Jenis Keluarga
a. Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
b. Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak
mereka yang terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak
orang tua.
c. Keluarga luas yaitu keluarga yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas
keluarga aslinya.
3. Elemen Utama Keluarga
a. Status sosial, yaitu pemberian identitas kepada individu atas perannya sebagai
ayah/ibu/anak, serta memberikan rasa memiliki, karena ia merupakan bagian
dari system tersebut
b. Peran sosial, menggambarkan peran dari masing-masing individu atau
kelompok menurut status sosialnya

c. Norma sosial, yaitu standar tingkah laku berupa sebuah peraturan yang
menggambarkan sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan
sosialnya.
4. Tugas Keluarga
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan
anak.
b. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan
anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
c. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
d. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan
perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi
dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling
pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.

e. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain
setelah dunia.
f. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.

g. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita
tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
h. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan
sebagai generasi selanjutnya.
i. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga,
serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
C. Bimbingan Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan adalah suatu petunjuk
(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, bisa berupa tuntunan atau pimpinan.
Sementara pengertian anak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keturunan
kedua, atau manusia yang kecil. Jadi bisa disimpulkan bahwa bimbingan anak adalah

suatu kegiatan dimana didalamnya terdapat pemberian petunjuk atau menuntun
seorang yang lahir sebagai keturunan kedua.
Kelekatan yang secara langsung terbentuk melalui bimbingan anak, adalah sebuah
hubungan timbal balik yang melibatkan ikatan emosional antara anak dengan
pengasuhnya, dan akan menjadi akar kepercayaan anak terhadap figur lekat sebagai
sumber rasa aman. Kemudian, melalui komunikasi yang terjalin dengan baik,
orangtua dapat memahami apa yang diinginkan oleh anaknya, mereka dapat menjadi
lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Selain itu, bimbingan anak adalah salah satu 10 segi dalam Ilmu Keluarga yang
memiliki

peran

besar

dalam tujuan

dibentuknya

suatu


keluarga,

dimana

keberadaannya tidak bias lepas dari tugas dan fungsi keluarga itu sendiri.
1. Pengaruh Bimbingan Anak Dalam Berbagai Aspek
a. Aspek Sosial
Orang tua mengajarkan anak bagaimana cara bersosialisasi yang baik dan
benar. Bagaimana cara mereka bersikap, cara bicara, dan bagaimana
penerapannya dalam lingkungan tertentu. Misal: Sikap kita pada teman sebaya
dengan dosen atau orang tua sudah pasti berbeda.
b. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi yang diajarkan orang tua umumnya diberikan saat anak masih
kecil. Misalnya, orang tua secara membatasi uang jajan anak, dimana secara
tak langsung mendorong anak untuk mengefektifkan uang yang ia punya.

Kalaupun anak punya beberapa kemauan, orang tua menyarankannya untuk
menabung (tak langsung memanjakan atau membelikan) Hal ini akan
mendorong sikap untuk berusaha dan munculnya rasa kepemilikan akan suatu
barang yang ia peroleh dengan hasil sendiri.
c. Aspek Psikologi
Anak dengan psikologi yang sehat umurnya lahir dalam keluarga yang
harmonis dan bahagia. Pertengkaran dalam keluarga memang tidak dapat
dihindari, namun ada baiknya orang tua tau kapan harus mendamaikan anak
dengan cara bermusyawarah, atau kapan harus bertindak otoriter.
Anak dengan psikologi yang baik akan melahirkan pribadi yang juga baik.
Mampu berpikir secara matang, mampu menimbang sesuatu berdasarkan
situasi dan kondisi yang ada, serta dapat meminimalisir suatu resiko.
d. Aspek Emosi
Emosi juga berperan penting dalam kepribadian seseorang. Ibarat kertas putih
yang polos, tugas orang tua juga memiliki peran penting dalam pembentukan
pribadi anak, terutama dalam aspek emosinya.
e. Aspek Intelektual
Aspek intelektual secara garis besar didapat dalam dunia pendidikan. Namun
pendidikan pertama justru didapat dalam keluarga. Hal-hal mendasar seperti
cara bicara, atau cara bersikap akan terbentuk sejak usia dini. Umumnya, anak
akan meniru orang tuanya, baik apa yang dikatakan, maupun apa yang
dilakukan. Selain itu, stimulus eksternal seperti gaya hidup dan pola makan
juga dapat mempengaruhi aspek intelektual suatu individu.
f. Aspek Spiritual
Aspek spiritual berhubungan dengan keagamaan atau kepercayaan yang
dianut. Seperti yang dikaetahui, semua agama mengajarkan kebaikan. Namun,
perlu cara didikan khusus untuk dapat membentuk seorang individu menjadi
seseorang yang berpegang teguh pada agamanya. Pendidikan otoriter dalam
aspek spiritual lebih dianjurkan agar anak terbiasa.
2. Penerapan Pola Bimbingan Anak Yang Positif
- Aktif melakukan komunikasi dengan anak
- Memberikan teladan
- Melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri

- Mengejar prestasi
- Mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain
- Mampu berpikir
- Kreatif dan penuh inisiatif
- Mampu mengatasi masalah yang dihadapi
- Mampu mengendalikan tindakan-tindakan
- Mampu mempengaruhi lingkungan
- Percaya kepada diri sendiri
- Menghargai keadaan dirinya
- Memperoleh kepuasan dari usahanya
3. Manfaat Pola Bimbingan Anak Yang Positif
- Optimalnya tumbuh kembang anak
- Kelainan pada anak bisa terdeteksi sejak dini
- Meningkatkan kualitas interaksi antara anak dengan orang tua
- Mencegah anak untuk berperilaku menyimpang

BAB III
KESIMPULAN
Sumber daya manusia adalah suatu proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja
secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi
pencapaian tujuan organisasi (lembaga).
Disamping itu, manusia adalah makhluk Tuhan yang kompleks dan unik serta diciptakan
dalam integrasi dua substansi yang tidak berdiri sendiri yaitu tubuh ( fisik / jasmani) sebagai
unsur materi, dan jiwa yang bersifat non materi.
Manusia bukanlah robot yang dapat menerima suatu perintah monoton dan memiliki
karakteristik sama. Sebaliknya, manusia justru dinamis dan memiliki sifat berbeda
berdasarkan latar belakang lingkungan dan keluarganya masing-masing.
Etos kerja, profesionalisme, loyalitas, kerjasama, kedisiplinan dan rasa tanggung jawab
adalah hal-hal mendasar yang terbentuk dan ditanamkan sejak dini. Oleh karena itu, lagi-lagi
keluarga menjadi salah satu aspek paling mendasar yang mampu menentukan kualitas suatu
generasi dan bangsa di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, Uswatun. 2011. Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester: Mata Kuliah
Ilmu Kesejahteraan Keluarga.
Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo
Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Clayton, R. Richard. 2003. The Family, Mariage and Social Change
Horton, B. Paul. 1987. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Minuchin, S. 1974. Families and Family Therapy. Cambridge, MA: Harvard University
Press.
Jahja,Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. 2011
http://digilib.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/1/--timpengaja-16-1-msdm.pdf (diakses pada 24
Desember 2017)

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-00977-AKSI-bab%202.pdf (diakses
pada 24 Desember 2017)

http://doi.org/10.21009/JKKP Hubungan Kelekatan Orang Tua (diakses pada 25 Desember
2017)