I LD50 detergen cair dan pemutih pakaian

1

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat
penting bagi kehidupan manusia dan orgaisme hidup lainnya. Dengan perannya
yang sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi atau
komponen lainnya. Menurut Hendrawan (2005), pemanfaatan air untuk
menunjang seluruh kehidupan organisme jika tidak dibarengi dengan tindakan
bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya
air. Rusaknya sumber daya air ini dapat disebabkan oleh adanya pencemaran, baik
itu substansi yang bersifat toksik maupun non-toksik.
Perairan yang tercemar dapat mengakibatkan penurunan kualitas air yang
berdampak pada kehidupan organisme yang ada disekitarnya. Pencemaran air
pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia. Besar kecilnya pencemaran
tergantung dari jumlah dan kualitas limbah yang dibuang ke sungai, baik limbah
padat maupun cair. salah satu penyebab pencemaran air adalah limbah rumah
tangga yaitu berupa sisa detegjen dan pemutih pakaian. Pada bahan tersebut
mengandung bahan kimia yang lebih tahan dan tidak berubah dalam berbaga
media (Matoa, 2008). Darmono (2001) menambahkan bahan kimia organik seperti
minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih, detergen dan masih banyak lagi

bahan organik terlarut yang digunakan oleh manusia dapat menyebabkan
kematian pada ikan maupun organisme air lainnya. Lebih dari 700 bahan kimia
organik ditemukan dalam jumlah relatif sedikit pada permukaan air tanah. Dari
uraian di atas, kami ingin meneliti LD50 dan LD100 detergen dan pemutih pakaian
terhadap ikan guppy (Poecilla reticulata).
1.2 Tujuan
1.2.1

Mengetahui LD50 detergen dan pemutih pakaian terhadap ikan guppy
(Poecilla reticulata).

1.2.2

Mengetahui LD100 detergen dan pemutih pakaian terhadap ikan guppy
(Poecilla reticulata).

2

1.3 Manfaat
Laporan praktikum ini diharapkan mampu menambah wawasan dan

pengetahuan mahasiswa mengenai toksisitas detergen dan pemutih pakaian pada
ikan.

3

II METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 02 Desember 2014 di
Laboraturium Kering (B 205) Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga. Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah pipet tetes, gelas ukur
80 ml, gelas aqua dan stopwatch. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
ialah detergen cair, pemutih pakaian, ikan guppy (Poecilla reticulata) dan air.
Pada praktikum ini dilakukan dua perlakuan (detergen cair dan pemutih pakaian)
dengan 9 kali pengulangan.
Langkah kerja dalam praktikum ini terbagi dalam beberapa tahap dan
diantaranya adalah tahap persiapan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan, membersihkan gelas aqua yang akan digunakan, menyiapkan ikan
guppy (Poecilla reticulata) sebanyak 16 (enam belas) ekor yang ukurannya
hampir sama. Tahap pendahuluan yaitu mengisi dua gelas aqua dengan air dan
memasukkan ikan dengan masing-masing gelas sebanyak 8 ekor, masing-masing
gelas diberi label sesuai perlakuan (larutan pemutih pakaian dan larutan detergen

cair). Membuat larutan detergen cair dengan kadar 50 % dan larutan pemutih
pakaian dengan kadar 20 %. Kemudian tahap eksperimental yaitu menentukan
LD50 dan LD100 dengan memasukkan 2-3 tetes larutan pemutih pakaian ke dalam
gelas perlakuan pemutih pakaian setiap satu menit, mengamati dan mencatat
jumlah tetesan dan waktu mortalitas 50% dan 100% dari jumlah ikan di dalam
gelas. Memasukkan 2-3 tetes larutan detergen cair ke dalam gelas perlakuan
detergen cair setiap satu menit, mengamati dan mencatat jumlah tetesan dan
wajktu mortalitas 50% dan 100% dari jumlah ikan di dalam gelas.

4

III PEMBAHASAN
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan
mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk
hidup dan system ,biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif
tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya
(exposed) makhluk tadi (Wirasuta, 2006). lkan guppy (Poecilia reticulata)
merupakan salah satu dari sekian banyak jenis ikan hias air tawar tropis yang
sudah populer. Guppy juga dikenal sebagai ikan seribu dan ikan ini cukup mudah
untuk dipijahkan. Sebagai ikan hias yang menarik, guppy mempunyai ciri

tersendiri yang tidak sama dengan ikan hias lainnya. lkan guppy memiliki tubuh
yang berwarna indah dan sirip ekornya yang lebar sehingga harus dipertahankan
supaya kualitasnya tetap terjaga dengan baik (Muslim, 2010). Huwoyon dkk
dalam Dwi, 2012 menambahkan ikan Guppy (Poecilia reticulata, Peters 1860)
merupakan ikan hias yang mempunyai nilai komersil tinggi baik untuk pasar
dalam negeri maupun luar negeri. Variasi warna yang menarik dan corak sirip
yang beragam, sehingga guppy banyak diminati dan memiliki nilai penjualan
sekitar 25% dari pasar dunia.
Air yang terkena larutan detergen cair dan lautan pemutih pakaian disebut
sebagai air tercemar karena mengalami perubahan bau, warna dan rasa air.
Menurut UU No. 4 tahun 1982 bahwa yang dimaksud dengan pencemaran adalah
masuknya atau dimasukannya organisme, energi, zat, dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan oleh aktivitas manusia atau alam menyebabkan kualitas
menurun pada titik tertentu sehingga tidak sesuai lagi peruntukannya. Pencemaran
air dapat didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukannya organisme, energi,
zat, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan perairan oleh aktivitas manusia
atau alam menyebabkan kualitas menurun pada titik tertentu sehingga tidak
sesuai lagi peruntukannya. Pada praktikum ini, ikan guppy dijadikan sebagai
bioindikator karena menurut Natsir, 2013 mengatakan bahwa ikan dapat
digunakan sebagai bioindikator karena mempunyai kemampuan merespon adanya

bahan pencemar. Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air

5

maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi
tertentu. Reaksi yang dimaksud antara lain adanya perubahan aktivitas pernafasan,
aktivitas dan gerakan renang, warna tubuh ikan dan sebagainya. Ikan guppy
diberi perlakuan dengan ditetesi larutan detergen cair dan pemutih pakaian untuk
mengetahui LD50 dan LD100 larutan-larutan tersebut.
Detergen adalah suatu bahan kimia organic sintetis yang dapat bereaksi
dengan air dan menyebabkan pembentukan busa serta pengaruh lainnya yang
memungkinkan untuk membersihkan atau mencuci, baik dalam industry ataupun
untuk tujuan rumah tangga. Dtergen meneimbulkan buih-buih pada permukaan
air. Buih-buih tersebut, baik dari jenis Linier Alkyl Sulfonate (LAS) yang
biodegradable maupun jenis Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) yang nonbiodegradable tersebut dipastikan dapat mengganggu kehidupan organism yang
ada di bawahnya misalnya ikan (Lehninger, 1190).
Dengan pemberian larutan detergen cair dan pemutih pakaian kadar
detergen cair ke dalam air yang menyebabkan nilai pH air semakin besar. Hal ini
disebabkan pada rantai karbon surfaktan berupa Linier Alkyl Benzene Sulfonate
(LAS) pada sisi hidrofobiknya mampu mengikat oksigen dari udara masuk ke

dalam air sehingga kandungan oksigen terlarut dalam air semakin meningkat.
Oleh karena itu oksigen tersebut bersifat toksik bagi ikan karena telah berikatan
dengan surfaktan pada detergen dan pemutih pakaian.
Ikan guppy mengalami mortalitas setelah diberi tetesan larutan detergen
disebabkan oleh kandungan aktif yang ada dalam detergen salah satunya yaitu
surfaktan (Surface Active Agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak).
Sementara pada susunan rantai kimia surfaktan terdapat formulasi bahwa semakin
panjang dan bercabang rantai surfaktan, akan semakin keras detergen tersebut.
Sedangkan dari gugus fungsi sulfonat bersifat lebih keras dibandingkan gugus
fungi karboksilat (Andang dalam Kamiswari, 2013).
Kandungan surfaktan di dalam detergen adalah sebesar 15-25%. Pengaruh
dari konsentrasi surfaktan yang tidak mematikan antara lain menghambat
pertumbuhan ikan dan tumbuhan serta merusak epitelium pernafasan insang ikan.

6

Kerusakan yang disebabkan detergen biasanya hanya pada lokasi tertentu seperti
insang, saluran pencernaan dan perkembangan gonad tetapi tidak mempengaruhi
rasa daging ikan (Schassman dalam Warlina, 2004). Komarawidjaja (2004)

menambahkan bahwa konsentrasi detergen dalam perairan mampu menurunkan
kemampuan filtrasi dan merusak sel insang kerang, anak-anak ikan serta
menurunkan kemampuan alga dalam proses fotosintesis.
Keberadaan detergen dan pemutih pakaian dalam suatu badan air dapat
merusak insang dan organ pernafasan ikan. Kerusakan insang dan organ
pernafasan ikan ini menyebabkan toleransi ikan terhadap badan air yang
kandungan oksigen terlarutnya rendah menjadi menurun. Padahal keberadaan
busa-busa di permukaan air diduga menyebabkan menurunnya oksigen terlarut
dalam air tidak bisa bertambah karena hubungan dengan udara bebas tertutup.
Dengan demikian, organisme dalam badan air akan mati bukan karena keracunan,
namun kombinasi kerusakan organ pernafaasan dan kekurangan oksigen.
Di dalam air, ikan akan hidup normal jika pada kondisi lingkungan
perairan yang sesuai , misalnya dengan nilai oksigen terlarut (DO), pH, suhu dan
faktor-faktor lain yang sesuai sehingga tidak menimbulkan stress pada ikan.
Dalam praktikum ini, ikan guppy diberi perlakuan dengan larutan detergen dan
pemutih pakaian. Penambahan larutan deterjen dan pemutih pakaian bersifat basa
menyebabkan peningkatan pH dalam air sehingga mengganggu sistem respirasi
ikan. Ikan yang pada umumnya hidup di dalam air memiliki aktivitas respirasi.
Pada aktivitas respirasi, ikan memompa air dari mulut kemudian oksigen terlarut
disaring dan diserap oleh insangnya, selanjutnya air tersebut dikeluarkan lagi. Jika

air dalam kondisi yang tidak menguntungkan atau air mengandung zat-zat toksik
tertentu, maka akan mempengaruhi aktivitasnya dan dapat menyebabkan
kematian. Semua zat atau materi dapat berpotensi toksik bagi makhluk hidup,
dalam hal ini zat yang terkandung di dalam deterjen adalah surfaktan. Surfaktan
diabsorpsi oleh ikan melalui pernafasan dan pencernaannya. Surfaktan yang larut
dalam air masuk ke dalam mulut ikan, lalu pada sistem pernafasan. Surfaktan
diabsopsi secara bersamaan dengan oksigen oleh insang dan kemudian dialirkan
keseluruh tubuh melalui sistem transportasi tubuh ikan.

7

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada hasil rerata
detergen cair menyebabkan mortalitas 50% ikan hanya dengan 2 ml larutan dalam
waktu 9 menit dan pemutih pakaian menyebabkan mortalitas 50% dengan 1 ml
larutan dalam waktu 8 menit. Sedangkan detergen cair menyebabkan mortalitas
100% dengan 3 ml larutan dalam waktu 15 menit dan pemutih pakaian
menyebabkan mortaitas 100% dengan 2 ml larutan dalam waktu 18 menit. Jika
hasil tersebut dibandingkan, maka larutan pemutih pakaian lebih toksik daripada
larutan detergen cair meskipun kadar detergen cair lebih besar yaitu 50%
dibandingkan dengan kadar pemutih pakaian yang hanya 20%. Hal ini disebabkan

karena kandungan surfaktan dalam pemutih pakaian lebih tinggi dibandingkan
kandungan surfaktan dalam detergen cair.

8

IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu LD 50 detergen cair dan pemutih
pakaian masing-masing adalah 2 ml dan 1 ml. Sedangkan LD 100 detergen cair dan
pemutih pakaian masing-masing adalah 3 ml dan 2 ml.
4.2 Saran
Sebaiknya menggunakan 2 buah pipet tetes agar pipet tetes yang
digunakan untuk mengambil larutan detergen cair tidak tercampur dengan
pemutih pakaian. Selain itu, gelas ukur yang digunakan sebaiknya gelas ukur 100
ml agar lebih mudah mengetahui atau mengukur sisa larutan saat menentukan
LD50 dan LD100

DAFTAR PUSTAKA
Esmiralda, Zulkarnaini, Rahmadona. 2012.Pengaruh COD dan Surfaktan dalam
Limbah Cair Laundri terhadap nilai LC50. Jurnal Teknik Lingkungan

UNPAD 9 (1) :110-114
Kamiswari, Rizky. 2013. Pengaruh Pemberian Detergen terhadap Mortalitas Ikan

9

Platty sp. Lentera Bio Vol. 2 No. 1 Januari 2013:139-142.
Lehninger, A. L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia jilid2. Erlangga. Jakarta.
Pratiwi, Yuli. 2012. Uji Toksisitas Limbah Cair Laundry Sebelum dan Sesudah
Diolah dengan Tawas dan Karbon Aktif terhadap Bioindikator (Cyprinus
carpio L). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi
(SNAST) Periode III. Yogyakarta.
Muslim. 2010. Penigkatan Persentase Ikan Guppy (Poecilla reticulate) Jantan
dengan Perendaman Induk Bunting dalam Larutan Hormon 17α-Metil
Testosteron Dosis 2 mg/l dengan Lama Perendaman Berbeda. Klorofil V2:61-66.
Natsir, M. Ikhsan. 2013. Uji Toksisitas Pewangi Pakaian terhadap Efek Subletal
Tilapia nilotica dengan metode LC50. (Online) Diakses melalui
http://ranngerone.blogspot.com/2013/08/pencemaran-terhadap-air.html.
Pada tanggal 5 Desember 2014
Warlina, L. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan
Penanggulangannya. Intitut Pertanian Bogor. (Online) Diakses melalui

http://PENCEMARAN-AIR-Sumober

Dampak-dan-

Penanggulangannya.htm.
Pada tanggal 5 Desember 2014.
Wirasuta, I Made Agus G. 2006. Toksikologi Umum. Buku Ajar. Jurusan
Farmasi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

10

Udayana