Pembangunan dan Politik atau Tata Kelola

Tugas Reading Report Pembangunan Internasional
Nama
: Andi Achelya Febrianti
NPM
: 1406618801
Bahan Utama : Kingsbury, Damien. “Politics, Governance, and Development.” Dalam Kingsburry, Damien,
dkk. International Development: Issues and Challenges (2nd Edition). Palgrave McMillan. 2012.
“Pembangunan dan Politik atau Tata Kelola Pemerintahan”
Laporan baca ini akan merangkum kembali tulisan Damien Kingsbury yang secara spesifik membahas
keterkaitan pembangunan dan politik atau tatakelola pemerintahan. Tulisan Kingsbury berfokus dalam melihat
fenomena pembangunan dan perpolitikan di negara-negara berkembang. Kingsbury menjabarkan bagaimana
karakteristik dari pengalaman paskakolonial yang dialami oleh negara dapat membentuk negara itu pada
kondisi sekarang, kesuksesan dan kegagalan dari identitas politik paskakolonial, politisasi oleh militer, serta
perubahan rezim dan isu-isu demokratisasi dan pemerintah otoriter.
Periode setelah PD II merupakan periode munculnya/merdekanya banyak negara-negara berkembang
yang sebagian besar merupakan negara-negara bekas kolonial. Ada dua kualitas penentu negara berkembang
yang berasal dari status paskakolonial mereka. Pertama, negara suksesor hampir semua berdasarkan batasan
kolonial sebelumnya, yang biasanya merefleksikan colonial convenience daripada kesatuan etnolinguistik
sebelumnya. Kedua, sebagian besar negara-negara berkembang memperoleh kemerdekaan melalui upaya
militer, dengan kekuatan militer dan ideologi yang kemudian memainkan peran utama dalam orientasi negara.
Kingsbury selanjutnya memaparkan bagaimana identitas politik paskakolonial menjadi basis

nasionalisme bagi negara-negara berkembang. Identitas nasional sebagai basis kekuatan nasionalisme dapat
dicirikan dalam dua arus. Pertama, yakni identitas nasional yang berdasarkan etnisitas. Seperti yang dipaparkan
Anderson, bahasa yang sama menjadi mediator utama di mana individu-individu dapat saling berkomunikasi
walaupun tidak saling mengenal satu sama lain dan sehingga dapat menganggap diri mereka masing-masing
memperoleh satu kepentingan yang sama. Kedua, identitas nasional yang didasarkan konkordansi atau
kecocokan nilai-nilai budaya atau kewarganegaraan yang sama. Nilai-nilai plural bersama tersebut sesuai
dengan masyarakat yang inklusif dan sukarela.
Pada bagian berikutnya, Kingsbury memaparkan satu permasalahan penting dalam menggambarkan
hubungan antara politik dan pembangunan, yakni keterlibatan militer dalam politik. Adanya keterlibatan
militer tentu memengaruhi dan bahkan mengontrol tata kelola atau pemerintahan secara tidak berimbang.
Masalah keterlibatan militer dalam politik ini banyak dijumpai di negara-negara berkembang. Terkait
permasalahan ini, Desch berpendapat bahwa otoritas sipil atas militer bekerja baik apabila negara menjumpai
ancaman eksternal yang besar dan ancaman internal yang kecil. Akan tetapi, kontrol sipil atas militer bekerja
buruk apabila negara menjumpai ancaman internal yang besar seperti separatisme atau gerakan revolusioner
dan ancaman eksternal yang rendah. Dalam kondisi-kondisi tersebut, militer cenderung melihat perannya
1

sebagai aktor politik atau sebagai pelindung negara, yang seringkali tindakannya dijustifikasi oleh militer
dalam gerakan-gerakan kemerdekaan. Huntington berpendapat bahwa metode yang paling efektif untuk
menegaskan kontrol sipil atas militer yakni dengan ‘memprofesionalkan’ militer. Akan tetapi, sulit bagi negaranegara berkembang untuk mengikuti pakem atau standar militer AS sehingga negara-negara tersebut cenderung

memiliki militer yang bahkan juga terlibat dalam urusan-urusan bisnis. Alhasil, militer di negara-negara
berkembang dianggap kurang akuntabel atau bertanggung jawab pada pemerintahan sipil. Sementara itu, biasa
juga dijumpai masalah sulitnya membangun keteraturan pada masyarakat di negara-negara berkembang
sehingga kontrol militer diperlukan untuk mempertahankan tatanan negara, atau dalam kasus-kasus tertentu,
mempertahankan kesatuan.
Pada bagian selanjutnya, Kingsbury menjabarkan pengaruh dari demokratisasi dan perubahan rezim di
negara-negara berkembang pada tata kelola pemerintahan yang selanjutnya juga berpengaruh pada
pembangunan itu sendiri. Di tengah perdebatan mengenai demokrasi dan demokratisasi, Fukuyama
berpendapat bahwa hanya ada satu bentuk akhir dari demokrasi, yakni demokrasi liberal—yang terhubung
dengan ekonomi pasar bebas. Pandangan mengenai pembangunan ekonomi yang seharusnya lebih diutamakan
daripada pembangunan politik menunjukkan pandangan bahwa tingkat tinggi dari pembangunan material
diperlukan untuk mempertahankan pembangunan politik. Sementara itu, Kingsburry juga memaparkan bahwa
pada dasarnya penyebab terjadinya perubahan rezim di banyak negara itu beragam, tetapi satu hal yang pasti
yakni perubahan tersebut menunjukkan kegagalan dari sistem yang ada untuk memenuhi keperluan dasar
sektor-sektor sosial kunci.
Dari pemaparannya secara keseluruhan, Kingsbury memberi kesimpulan bahwa permasalahan
ketidakstabilitan politik serta kurangnya pemerintahan yang representatif dan akuntabel disebabkan oleh
mekanisme tata kelola pemerintahan yang kurang baik. Hasilnya, proyek-proyek pembangunan cenderung
menghadapi atau terbebani masalah korupsi, infektivitas, atau hanya mencakup bagian-bagian tertentu yang
berdasar pada kepentingan golongan tertentu. Masalah yang seringkali muncul di negara-negara berkembang

ini tidak hanya menjadi alasan mengapa negara-negara berkembang sulit mengatasi masalah kemiskinan dan
ketimpangan, tetapi juga menjadi faktor dibalik gagalnya proses pembangunan di banyak negara.
Tulisan Kingsbury di atas menjadi gambaran bahwa ternyata proses politik dan tata kelola
pemerintahan juga turut menjadi faktor penentu yang penting dalam memahami upaya pembangunan di
negara-negara, terutama negara-negara berkembang. Proses-proses ini seringkali diabaikan dalam kajian ilmu
HI karena pendekatan yang diambil berada pada level domestik atau negara. Oleh karena itu, proses politik
pada tingkat domestik juga seharusnya menjadi pertimbangan untuk melihat akar dari permasalahan
pembangunan di banyak negara.

2