I. Stratifikasi Sosial dan perjuangan (1)
I. Stratifikasi Sosial
A.
Pengertian Stratifikasi Sosial
Secara harfiah stratifikasi social berasal dari bahasa latin stratum yang bermakna
tingkatan dan socius yang berarti teman atau masyarakat. Sehingga Stratifikasi sosial
adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang menempatkan
seseorang pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara hierarki dan memberikan
hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu pada suatu lapisan sosial
lainnya. Setiap individu dalam masyarakat memiliki status dan kedudukan. Status dan
kedudukan ini mendorong munculnya perbedaan sikap seseorang terhadap orang
lainStratifikasi sosial muncul karena adanya sesuatu yang dianggap berharga dalam
masyarakat dan pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara
vertikal (bertingkat). Tapi apapun wujudnya dalam kehidupan bersama sangat
memerlukan penataan serta organisasi, dalam rangka penataan pada kehidupan inilah
yang pada akhirnya akan terbentuk sedikit-demi sedikit stratifikasi sosial.
B.
Stratifikasi Sosial Menurut Para Ahli
Menurut Pitirim Sorokin, sistem stratifikasi adalah pembedaan masyarakat kedalam
kelas – kelas secara bertingkat. Dalam karangannya yang berjudul “Social
Stratification” ia mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan
ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Manakala Max Weber menganggap sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut
dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Sedangkan menurut P.J Bouman, stratifikasi sosial adalah golongan manusia dengan
ditandai suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa yang tertentu
dan karena itu menuntut gengsi kemasyarakatan.
Dari semua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Stratifikasi Sosial merupakan
suatu bentuk tatanan social dalam masyarakat yang berdasarkan perbedaan yang ada
dan membentuk suatu hubungan yang vertical atau bertingkat yang disertai perbedaan
hak dan kewajiban.
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
C. Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Terbentuknya struktur stratifikasi sosial suatu masyarakat melalui proses yang sangat
panjang. Diawali dari proses terbentuknya masyarakat hingga perubahan-perubahan
dalam bentuk penyempurnaan, sampai dengan suatu titik di mana struktur itu
dianggap sesuai oleh warga masyarakat. Akan tetapi, secara umum proses
terbentuknya stratifikasi sosial melalui dua cara sebagai berikut.
1. Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya (Alamiah)
Terjadinya bersamaan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang tanpa disadari.
Sebagai contoh stratifikasi berdasarkan kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian,
kekayaan, dan keturunan.
2. Stratifikasi Sosial yang Sengaja Dibentuk
Stratifikasi sosial yang dibentuk untuk mengejar kepentingan atau tujuan tertentu dan
biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan resmi. Sehingga wewenang, tugas,
atau kerja menjadi jelas dan teratur. Jika tidak dibagi secara teratur, kemungkinan
akan terjadi pertentangan yang membahayakan masyarakat dan organisasi akan
menjadi tidak berfungsi dengan baik.
D. Penyebab Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Banyak factor yang menyebabkan terjadinya stratifikasi social yang beredar dalam
masyarakat tertentu baik dari satu factor maupun banyak factor yang mempengaruhi.
Pada dasarnya sesuatu yang dihargai selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Keadaan ini menjadikan bentuk-bentuk
stratifikasi sosial semakin beragam. Secara umum, dasar pembentukan stratifikasi
sosial sebagai berikut
1. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki
kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem
pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan
digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam
berbagi kepada sesama
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya
dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem
pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar
akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya
dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor.
Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang
disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga
banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh
gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan
seterusnya.
E. Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial
Ada 2 jenis yang paling umum dalam stratifikasi social yang ada dalam masyarakat
modern pada zaman ini yaitu:
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
1. Stratifikasi sosial tertutup/pelapisan sosial tertutup
Yang dimaksud dengan stratifikasi tertutup yaitu stratifikasi yang dimana pada setiap
anggota masyarakat tidak bisa pindah ke tingkat sosial yang lebih tinggi ataupun ke
tingkat sosial yang lebih rendah. Seperti contohnya pada sistem kasta pada suatu
negara atau pada suatu daerah yang dimana terdapat golongan darah biru dan
golongan masyarakat biasa.
2. Stratifikasi sosial terbuka/pelapisan sosial terbuka
Yang dimaksud dengan stratifikasi sosial terbuka yaitu suatu sistem stratifikasi yang
dimana pada setiap anggota masyarakat bisa berpindah-pindah dari satu tingkatan
yang satu ke tingkatan lainnya. Seseorang yang tadinya biasa-biasa saja dapat
mengubah nasib dan tingkatan sosialnya menjadi lebih baik atau lebih tinggi lagi,
disebabkan seseorang tersebut berusaha keras untuk dapat mengubah nasibnya lebih
baik lagi dengan cara sekolah yang tinggi dan memiliki banyak kemampuan sehingga
dia mendapatkan kedudukan yang baik dalam pekerjaannya serta menerima upah
yang tinggi.
F. Bentuk-Bentuk Stratifikasi Sosial
Bentuk bentuk sederhana stratifkasi sosial hampir terdapat di semua masyarakat. Ada
beberapa bentuk stratifikasi sosial dalam masyarakat, baik sekarang maupun dahulu,
yaitu
1.Sistem Kasta Menurut Lumberg, kasta adalah suatu kategori dimana pada
anggotanya ditunjuk dan ditetapkan status yang permanen dalam hierarki sosial, serta
hubungan hubungannya dibatasi sesuai dengan statusnya. Bentuk stratifikasi ini
umumnya terkait dengan ajaran agama Hindu
2. Sistem Feodal Dalam sistem ini, stratifikasi didasarkan pada empat tingkatan
dalam masyarakat yang disebut estate. Seluruh penduduk bersumpah untuk mengabdi
pada raja yang kekuasaannya dipercaya merupakan pemberian dari Tuhan.
3. Sistem Apartheid Sistem stratifikasi ini pernah diterapkan di Afrika Selatan. Latar
belakang etnik digunakan sebagai dasar untuk menentukan stratifikasi masyarakat.
Sistem apartheid mengklasifikasikan orang berdasarkan tiga kelompok ras besar,
yaitu kulit putih, bantu (kulit hitam) dan kulit berwarna.
Mac Iver dalam bukunya yang berjudul "The Web of Government" menyebutkan ada
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
tiga pola umum system lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan yaitu:
a. Tipe Kasta
Tipe kasta adalah tipe atau sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang
tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta yang
hampir tidak terjadi mobilitas sosial vertikal. Garis pemisah antara masing-masing
lapisan hampir tidak mungkin ditembus.
Puncak piramida diduduki oleh penguasa tertinggi, misalnya maharaja, raja, dan
sebagainya, dengan lingkungan yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara, dan
para ahli agama. Lapisan berikutnya berturut-turut adalah para tukang, pelayan,
petani, buruh tani, dan budak.
b. Tipe Oligarkis
Tipe ini memiliki garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial
ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Tipe ini hampir sama dengan tipe
kasta, namun individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan. Di setiap lapisan
juga dapat dijumpai lapisan yang lebih khusus lagi, sedangkan perbedaan antara satu
lapisan dengan dengan lapisan lainnya tidak begitu mencolok. Lapisan atas terdiri
dari raja, pegawai tinggi, pengusaha, pengacara. Lapisan kedua terdiri dari tukang,
petani dan pedagang. Lapisan ketiga terdiri dari buruh tani dan budak.
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
c. Tipe Demokratis
Adalah tipe kekuasaan yang menunjukkan kenyataan akan aanya garis pemisah
antara laipsan yang bersifat fleksibel. Kedudukan seseorang ditentukan oleh
kemampuan dan kadang faktor keberuntungan. Lapisan atas terdiri dari pemimpin
parpol, pimpinan organisasi besar, orang-orang kaya. Lapisan menengah terdiri dari
pejabat administrasi, kelas atas dasar keahlian, petani dan pedagang. Lapisan terakhir
terdiri dari pekerja-pekerja dan petani rendahan.
G. Ciri-Ciri Stratifikasi Sosial
1. Berisfat Universal : bahwasanya tidak ada masyarakat di dunia ini yang tidak
memiliki stratifikasi sosial.
2. Bersifat Sosial: Pelajaran-pelajaran yang didapat oleh manusia secara langsung
dapat menentukan stratifikasi sosial setiap individu.
3. Bersifat purba (ancient): Stratifikasi sosial ada sejak jaman dahulu dibuktikan
dengan adanya perbedaan kaya dan miskin , lemah dan kuat dalam masyarakat purba.
4. Bersifat Beda : Stratifikasi sosial yang terjadi di masyarakat terkadang
menimbulkan celah pemisah antara golongan masyarakatnya, sebagai contoh: di
Yunani ada Freemen (orang merdeka) dan Slaves (budak).
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
5. Bersifat Konsekuensial: Salah satu akibat dari adanya stratifikasi sosial adalah
perbedaan gaya hidup setiap golongan yang berbeda, itu merupakan tanggung jawab
yang harus disikapi masing2 golongan.
II. Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
A. Kajian Stratifikasi Sosial
Dalam bidang sosiologi, masalah stratifikasi social adalah bahasan pokok yang harus
menjadi dasar pembahasan dalam pembelajaran sosiologi. Kajiannya juga diperlukan
dalam melengkapi Ilmu sosiologi yang focus terhadap fenomena-fenomena social di
masyarakat dan stratifikasi social adalah salah satu dari fenomena tersebut.
Dalam kajiannya Stratifikasi social yang bersifat vertical tidak bisa dipisahkan dari
Diferensasi social yang bersifat horizontal dan keduanya juga salah satu fenomena
umum dalam masyarakat yang dalam proses, jenis, ciri, bentuk, gejala dan aspeknya
dibahas secara lebih mendalam didalam sosiologi. Keterkaitan tersebut sangat
mempengaruhi perbedaan dari interaksi masyarakatnya masing-masing yang
perbedaannya jelas sekali terlihat jika dikaji dalam perspektif sosiologi yang
mendalami perbedaan dan perubahan bentuk dari berbagai macam interaksi yang
digunakan masyarakat sehari-hari.
Pada zaman modern sekarang, sosiologi lebih mendalami stratifikasi social daripada
diferensasi social dikarenakan sifatnya dari stratifikasi social tersebut yang bertingkat
atau vertical dalam sistem kasta, kerajaan, monarki, oligarki dan lain-lain. Karena
sifatnya yang beragam dan kompleks tersebut maka integrasi social memang kurang
terasa dalam sistem-sistem tersebut jika kurang didasari dari sikap-sikap para anggota
masyarakatnya yang masih etnosentris dan apatis.
Perspektif sosiologi yang lebih melihat stratifikasi sosial sebagai suatu fenomena
memang mendalami hal ini dari pandangan kemasyarakatannya ketika suatu
masyarakat membentuk suatu stratifikasi sosial. Disinilah peran sosiologi
mengembangkan fenomena tersebut kedalam teori-teori yang empiris serta mengupas
fenomena tersebut melalui penelitian-penelitian yang natinya bisa dipakai menjadi
bahan ajar.
B. Analisis Stratifikasi Sosial Menggunakan Perspektif Sosiologi
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
Dalam analisis stratifikasi sosial yang paling mudah digunakan adalah pandangan
sosiologi, dimana sosiologi bisa mendalami masalah-masalah yang ada dalam suatu
stratifikasi sosial lebih mendalam dan karakteristik sosiologi yang non etis dalam
pembahasannya juga bisa mendukung suatu kajian analisa stratifikasi sosial sehingga
dalam menganalisa suatu masalah atau kejadian yang ada atau bertkaitan dengan
stratifikasi sosial dapat denganmudah dipahami melalui perspektif sosiologi.
Analisa dalam kajian stratifikasi sosial nisa dibandingkan dengan kajian diferensasi
sosial yang berkaitan dalam pemisahan golongan-golongan dalam suatu masyarakat
yang terkadang dalam suatu masyarakat tidak hanya ada stratifikasi sosial atau
diferensasi sosial saja tapi bisa juga keduanya dan saling berkaitan.
Keseharian suatu masyarakat yang didalamnya ada stratifikasi sosial juga di analisa
dalam kajian sosiologi yang bersifat empiris dan ketika analisa sudah dilakukan maka
disesuaikan denga teori-teori yang sudah ada dan diteruskan lebih mendalam ke salah
satu sifat sosiologi yang kumulatif maka jika analisa sudah selesai akan timbul suatu
kesimpulan baru yang berdasarkan perspektif sosiologi.
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
A.
Pengertian Stratifikasi Sosial
Secara harfiah stratifikasi social berasal dari bahasa latin stratum yang bermakna
tingkatan dan socius yang berarti teman atau masyarakat. Sehingga Stratifikasi sosial
adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang menempatkan
seseorang pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara hierarki dan memberikan
hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu pada suatu lapisan sosial
lainnya. Setiap individu dalam masyarakat memiliki status dan kedudukan. Status dan
kedudukan ini mendorong munculnya perbedaan sikap seseorang terhadap orang
lainStratifikasi sosial muncul karena adanya sesuatu yang dianggap berharga dalam
masyarakat dan pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara
vertikal (bertingkat). Tapi apapun wujudnya dalam kehidupan bersama sangat
memerlukan penataan serta organisasi, dalam rangka penataan pada kehidupan inilah
yang pada akhirnya akan terbentuk sedikit-demi sedikit stratifikasi sosial.
B.
Stratifikasi Sosial Menurut Para Ahli
Menurut Pitirim Sorokin, sistem stratifikasi adalah pembedaan masyarakat kedalam
kelas – kelas secara bertingkat. Dalam karangannya yang berjudul “Social
Stratification” ia mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan
ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Manakala Max Weber menganggap sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut
dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Sedangkan menurut P.J Bouman, stratifikasi sosial adalah golongan manusia dengan
ditandai suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa yang tertentu
dan karena itu menuntut gengsi kemasyarakatan.
Dari semua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Stratifikasi Sosial merupakan
suatu bentuk tatanan social dalam masyarakat yang berdasarkan perbedaan yang ada
dan membentuk suatu hubungan yang vertical atau bertingkat yang disertai perbedaan
hak dan kewajiban.
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
C. Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Terbentuknya struktur stratifikasi sosial suatu masyarakat melalui proses yang sangat
panjang. Diawali dari proses terbentuknya masyarakat hingga perubahan-perubahan
dalam bentuk penyempurnaan, sampai dengan suatu titik di mana struktur itu
dianggap sesuai oleh warga masyarakat. Akan tetapi, secara umum proses
terbentuknya stratifikasi sosial melalui dua cara sebagai berikut.
1. Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya (Alamiah)
Terjadinya bersamaan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang tanpa disadari.
Sebagai contoh stratifikasi berdasarkan kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian,
kekayaan, dan keturunan.
2. Stratifikasi Sosial yang Sengaja Dibentuk
Stratifikasi sosial yang dibentuk untuk mengejar kepentingan atau tujuan tertentu dan
biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan resmi. Sehingga wewenang, tugas,
atau kerja menjadi jelas dan teratur. Jika tidak dibagi secara teratur, kemungkinan
akan terjadi pertentangan yang membahayakan masyarakat dan organisasi akan
menjadi tidak berfungsi dengan baik.
D. Penyebab Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Banyak factor yang menyebabkan terjadinya stratifikasi social yang beredar dalam
masyarakat tertentu baik dari satu factor maupun banyak factor yang mempengaruhi.
Pada dasarnya sesuatu yang dihargai selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Keadaan ini menjadikan bentuk-bentuk
stratifikasi sosial semakin beragam. Secara umum, dasar pembentukan stratifikasi
sosial sebagai berikut
1. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki
kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem
pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan
digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam
berbagi kepada sesama
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya
dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem
pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar
akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya
dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor.
Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang
disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga
banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh
gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan
seterusnya.
E. Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial
Ada 2 jenis yang paling umum dalam stratifikasi social yang ada dalam masyarakat
modern pada zaman ini yaitu:
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
1. Stratifikasi sosial tertutup/pelapisan sosial tertutup
Yang dimaksud dengan stratifikasi tertutup yaitu stratifikasi yang dimana pada setiap
anggota masyarakat tidak bisa pindah ke tingkat sosial yang lebih tinggi ataupun ke
tingkat sosial yang lebih rendah. Seperti contohnya pada sistem kasta pada suatu
negara atau pada suatu daerah yang dimana terdapat golongan darah biru dan
golongan masyarakat biasa.
2. Stratifikasi sosial terbuka/pelapisan sosial terbuka
Yang dimaksud dengan stratifikasi sosial terbuka yaitu suatu sistem stratifikasi yang
dimana pada setiap anggota masyarakat bisa berpindah-pindah dari satu tingkatan
yang satu ke tingkatan lainnya. Seseorang yang tadinya biasa-biasa saja dapat
mengubah nasib dan tingkatan sosialnya menjadi lebih baik atau lebih tinggi lagi,
disebabkan seseorang tersebut berusaha keras untuk dapat mengubah nasibnya lebih
baik lagi dengan cara sekolah yang tinggi dan memiliki banyak kemampuan sehingga
dia mendapatkan kedudukan yang baik dalam pekerjaannya serta menerima upah
yang tinggi.
F. Bentuk-Bentuk Stratifikasi Sosial
Bentuk bentuk sederhana stratifkasi sosial hampir terdapat di semua masyarakat. Ada
beberapa bentuk stratifikasi sosial dalam masyarakat, baik sekarang maupun dahulu,
yaitu
1.Sistem Kasta Menurut Lumberg, kasta adalah suatu kategori dimana pada
anggotanya ditunjuk dan ditetapkan status yang permanen dalam hierarki sosial, serta
hubungan hubungannya dibatasi sesuai dengan statusnya. Bentuk stratifikasi ini
umumnya terkait dengan ajaran agama Hindu
2. Sistem Feodal Dalam sistem ini, stratifikasi didasarkan pada empat tingkatan
dalam masyarakat yang disebut estate. Seluruh penduduk bersumpah untuk mengabdi
pada raja yang kekuasaannya dipercaya merupakan pemberian dari Tuhan.
3. Sistem Apartheid Sistem stratifikasi ini pernah diterapkan di Afrika Selatan. Latar
belakang etnik digunakan sebagai dasar untuk menentukan stratifikasi masyarakat.
Sistem apartheid mengklasifikasikan orang berdasarkan tiga kelompok ras besar,
yaitu kulit putih, bantu (kulit hitam) dan kulit berwarna.
Mac Iver dalam bukunya yang berjudul "The Web of Government" menyebutkan ada
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
tiga pola umum system lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan yaitu:
a. Tipe Kasta
Tipe kasta adalah tipe atau sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang
tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta yang
hampir tidak terjadi mobilitas sosial vertikal. Garis pemisah antara masing-masing
lapisan hampir tidak mungkin ditembus.
Puncak piramida diduduki oleh penguasa tertinggi, misalnya maharaja, raja, dan
sebagainya, dengan lingkungan yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara, dan
para ahli agama. Lapisan berikutnya berturut-turut adalah para tukang, pelayan,
petani, buruh tani, dan budak.
b. Tipe Oligarkis
Tipe ini memiliki garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial
ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Tipe ini hampir sama dengan tipe
kasta, namun individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan. Di setiap lapisan
juga dapat dijumpai lapisan yang lebih khusus lagi, sedangkan perbedaan antara satu
lapisan dengan dengan lapisan lainnya tidak begitu mencolok. Lapisan atas terdiri
dari raja, pegawai tinggi, pengusaha, pengacara. Lapisan kedua terdiri dari tukang,
petani dan pedagang. Lapisan ketiga terdiri dari buruh tani dan budak.
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
c. Tipe Demokratis
Adalah tipe kekuasaan yang menunjukkan kenyataan akan aanya garis pemisah
antara laipsan yang bersifat fleksibel. Kedudukan seseorang ditentukan oleh
kemampuan dan kadang faktor keberuntungan. Lapisan atas terdiri dari pemimpin
parpol, pimpinan organisasi besar, orang-orang kaya. Lapisan menengah terdiri dari
pejabat administrasi, kelas atas dasar keahlian, petani dan pedagang. Lapisan terakhir
terdiri dari pekerja-pekerja dan petani rendahan.
G. Ciri-Ciri Stratifikasi Sosial
1. Berisfat Universal : bahwasanya tidak ada masyarakat di dunia ini yang tidak
memiliki stratifikasi sosial.
2. Bersifat Sosial: Pelajaran-pelajaran yang didapat oleh manusia secara langsung
dapat menentukan stratifikasi sosial setiap individu.
3. Bersifat purba (ancient): Stratifikasi sosial ada sejak jaman dahulu dibuktikan
dengan adanya perbedaan kaya dan miskin , lemah dan kuat dalam masyarakat purba.
4. Bersifat Beda : Stratifikasi sosial yang terjadi di masyarakat terkadang
menimbulkan celah pemisah antara golongan masyarakatnya, sebagai contoh: di
Yunani ada Freemen (orang merdeka) dan Slaves (budak).
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
5. Bersifat Konsekuensial: Salah satu akibat dari adanya stratifikasi sosial adalah
perbedaan gaya hidup setiap golongan yang berbeda, itu merupakan tanggung jawab
yang harus disikapi masing2 golongan.
II. Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
A. Kajian Stratifikasi Sosial
Dalam bidang sosiologi, masalah stratifikasi social adalah bahasan pokok yang harus
menjadi dasar pembahasan dalam pembelajaran sosiologi. Kajiannya juga diperlukan
dalam melengkapi Ilmu sosiologi yang focus terhadap fenomena-fenomena social di
masyarakat dan stratifikasi social adalah salah satu dari fenomena tersebut.
Dalam kajiannya Stratifikasi social yang bersifat vertical tidak bisa dipisahkan dari
Diferensasi social yang bersifat horizontal dan keduanya juga salah satu fenomena
umum dalam masyarakat yang dalam proses, jenis, ciri, bentuk, gejala dan aspeknya
dibahas secara lebih mendalam didalam sosiologi. Keterkaitan tersebut sangat
mempengaruhi perbedaan dari interaksi masyarakatnya masing-masing yang
perbedaannya jelas sekali terlihat jika dikaji dalam perspektif sosiologi yang
mendalami perbedaan dan perubahan bentuk dari berbagai macam interaksi yang
digunakan masyarakat sehari-hari.
Pada zaman modern sekarang, sosiologi lebih mendalami stratifikasi social daripada
diferensasi social dikarenakan sifatnya dari stratifikasi social tersebut yang bertingkat
atau vertical dalam sistem kasta, kerajaan, monarki, oligarki dan lain-lain. Karena
sifatnya yang beragam dan kompleks tersebut maka integrasi social memang kurang
terasa dalam sistem-sistem tersebut jika kurang didasari dari sikap-sikap para anggota
masyarakatnya yang masih etnosentris dan apatis.
Perspektif sosiologi yang lebih melihat stratifikasi sosial sebagai suatu fenomena
memang mendalami hal ini dari pandangan kemasyarakatannya ketika suatu
masyarakat membentuk suatu stratifikasi sosial. Disinilah peran sosiologi
mengembangkan fenomena tersebut kedalam teori-teori yang empiris serta mengupas
fenomena tersebut melalui penelitian-penelitian yang natinya bisa dipakai menjadi
bahan ajar.
B. Analisis Stratifikasi Sosial Menggunakan Perspektif Sosiologi
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
Dalam analisis stratifikasi sosial yang paling mudah digunakan adalah pandangan
sosiologi, dimana sosiologi bisa mendalami masalah-masalah yang ada dalam suatu
stratifikasi sosial lebih mendalam dan karakteristik sosiologi yang non etis dalam
pembahasannya juga bisa mendukung suatu kajian analisa stratifikasi sosial sehingga
dalam menganalisa suatu masalah atau kejadian yang ada atau bertkaitan dengan
stratifikasi sosial dapat denganmudah dipahami melalui perspektif sosiologi.
Analisa dalam kajian stratifikasi sosial nisa dibandingkan dengan kajian diferensasi
sosial yang berkaitan dalam pemisahan golongan-golongan dalam suatu masyarakat
yang terkadang dalam suatu masyarakat tidak hanya ada stratifikasi sosial atau
diferensasi sosial saja tapi bisa juga keduanya dan saling berkaitan.
Keseharian suatu masyarakat yang didalamnya ada stratifikasi sosial juga di analisa
dalam kajian sosiologi yang bersifat empiris dan ketika analisa sudah dilakukan maka
disesuaikan denga teori-teori yang sudah ada dan diteruskan lebih mendalam ke salah
satu sifat sosiologi yang kumulatif maka jika analisa sudah selesai akan timbul suatu
kesimpulan baru yang berdasarkan perspektif sosiologi.
Stratifikasi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi