ETIKA BISNIS dan profesi akuntansi (2)
ETIKA BISNIS
Studi Kasus:
Etika Periklanan Penyedia Jasa Telekomunikasi antara XL melawan Telkomsel
dibandingkan dengan Perusahaan Otomotif BMW melawan Audi
A. Pendahuluan
Dunia telekomunikasi saat ini berkembang sangat pesat, hal ini dibuktikan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan akses data internet. Guna memberikan kebutuhan yang dibutuhkan
masyarakat, penyedia jasa telekomunikasi saling berlomba memberikan paket berlangganan yang murah
baik akses data internet, pesan layanan singkat maupun layanan sambukan telephone yang murah.
Wadah ataupun Media bagi perusahaan telekomunikasi untuk mengenalkan suatu produk ke
masyarakat salah satunya dengan melalui media iklan, baik Iklan televisi maupun iklan cetak seperti di
koran, majalah maupun billboard. Media iklan merupakan media yang ampuh untuk mengenalkan
produk kepada masyarakat, dimana iklan bisa sangat mudah dilihat dan didengar oleh berbagai macam
kalangan masyarakat. Dengan berbagai macam iklan yang ditawarkan oleh para pelaku bisnis dalam
mengenalkan produk mereka membuat masyarakat selaku konsumen akhir dihadapkan dengan pilihan
yang banyak. Iklan tidak hanya mengenalkan sebuah produk namun juga menawarkan berbagai macam
keunggulan terhadap produk tersebut. Namun, masyarakat dituntut untuk jeli dalam memilih produk,
agar tidak terjebak pada iklan yang menggiurkan dan yang hanya menampilkan keunggulannya saja,
tetapi masyarakat harus jeli melihat kebutuhan dan kekuranggan suatu produk.
B. Analisa Kasus
2 tahun yang lalu, perang iklan besar-besaran terjadi di dunia telekomunikasi. Perang iklan tersebut
mengerucut kepada tarif yang murah yang disediakan jasa telekomunikasi. Seperti yang kita ketahui,
iklan merupakan salah satu cara suatu perusahaan dalam mempromosikan bisnisnya. Dalam
menjalankan sebuah bisnis, tidak hanya fokus pada bagaimana mencari keuntungan sebesar-besarnya,
namun ada berbagai macam aspek pendukung yang saling berkaitan erat.
Sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis harus memperhatikan etika. Etika secara singkat
adalah sebuah aturan dalam sebuah kelompok mengenai sesuatu yang baik, buruk, salah atau benar, dan
apabila dilanggar akan mendapatkan sanksi sosial dari kelompoknya.
Kasus yang berkaitan dengan etika bisnis yang akan kita dibahas adalah etika dalam mempromosikan
produk telekomunikasi antara Telkomsel melawan XL.
Iklan secara definisi dapat diartikan sebagai pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik
tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal,
serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. 1 Sedangkan Iklan atau promosi menurut
Undang-undang
nomor
8
tahun
1999
tentang
Perlindungan
Konsumen
adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik m
inat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.
Undangundang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran meberikan definisi iklan yang berkaitan dengan bisnis
sebagai iklan niaga, yaitu Siaran iklan niaga adalah siaran iklan komersial yang disiarkan melalui
penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau
mempromosikan barang atau jasa kepada khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar
menggunakan produk yang ditawarkan.
Jika kita melihat iklan yang ada di televisi, media cetak maupun yang ada di billboard, beberapa
penyedia jasa telekomunikasi saling menyindir satu sama lain. Hal ini tidak hanya terjadi di bidang
telekomunikasi, tetapi juga terjadi di dunia otomotif. Hal fenomenal terjadi sekitar tahun 2006 antara
perusahaan otomotif BMW vs Audi dengan iklan billboardnya yang terpampang di Los Angeles yang
bertuliskan “What an Audi Does Well, A BMW Does Brilliantly”. Dimana kedua pabrikan otomotif besar
dunia tersebut masih tetap saling menyindir.
Kemudian yang menjadi pertanyaan kita semua adalah dalam batasan yang seperti apa sebuah iklan
tidak melanggar etika berbisnis. Untuk menjawab itu, terlebih dahulu kita mengetahui cakupan etika
periklanan. Dalam etika beriklan menurut Etika Pariwara Indonesia, disebutkan bahwa iklan tidak boleh
merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung. 2
Etika Bisnis adalah standarisasi sikap moral terhadap situasi bisnis. Terdapat dua perspektif dalam
etika bisnis, yaitu:3
1. Deskriptif, yaitu suatu adat, sikap dan peraturan yang diamati dalam lingkup dunia bisnis yang
terjadi.
1 Etika Pariwara Indonesia, Hal. 18
2 Ibid, Hal. 24
3 Andrew Ghillyer, Business Ethics Now, Mc Graw Hill, 2014, 4th Edition, Hal. 24
2. Normatif, yaitu suatu adat, sikap dan peraturan yang di evaluasi untuk dapat dikategorikan
sebagai tidakan yang etis.
Stakeholder terbesar di bidang industri telekomunkasi adalah konsumen. konsumen tentunya sangat
tergiur dengan harga produk yang murah. Seperti yang kita tahu, harga merupakan hal yang paling
signifikan yang dapat mempengaruhi penjualan suatu produk.
Kita dapat melihat perang iklan antara Telkomsel dengan XL sebagai bentuk yang merendahkan
ataukah hanya bersifat menyindir satu sama lain. Jika iklan tersebut diketegorikan merendahkan, jelas
baik telkomsel maupun XL telah melangar etika bisnis dalam beriklan. Bentuk merendahkan atau
menyindir dapat kita perhatikan dari pilihan kalimat yang mereka gunakan. Sebagai contoh iklan antara
BMW dan Audi, di dalam iklan BMW secara gamblang menuliskan “What an Audi Does Well, A BMW
Does Brilliantly”. Jika kita terjemahkan kurang lebih adalah “Apapun yang dilakukan oleh Audi secara baik,
BMW melakukannya secara cerdas”. Kalimat tersebut mengandung makna bahwa BMW secara halus
merendahkan apa yang dilakukan Audi tidak cerdas seperti apa yang dilakukan BMW.
C.
Kesimpulan dan Saran
Dari kasus diatas kita dapat melihat bahwa dalam melaksanakan promosi sebagai bagian dari strategi
perusahaan untuk menghadapi persaingan terutama dalam hal menghadapi kompetitor perlu kiranya
mempertimbangkan secara detail hal terkait etika bisnis. Jika dilihat lebih jauh maka strategi berpromosi
dari suatu perusahaan tidak hanya terfokus bagaimana menekan kompetitor dengan cara yang kurang
beretika (black campaign) akan tetapi masih banyak cara lain yang lebih beretika yang dapat memberikan
dampak lebih positif kepada perusahaan. Selain itu dengan memberikan tekanan kepada competitor
dengan cara yang positif dapat memberikan pengaruh positif dari sudut pandang konsumen terhadap satu
perusahaan
Studi Kasus:
Etika Periklanan Penyedia Jasa Telekomunikasi antara XL melawan Telkomsel
dibandingkan dengan Perusahaan Otomotif BMW melawan Audi
A. Pendahuluan
Dunia telekomunikasi saat ini berkembang sangat pesat, hal ini dibuktikan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan akses data internet. Guna memberikan kebutuhan yang dibutuhkan
masyarakat, penyedia jasa telekomunikasi saling berlomba memberikan paket berlangganan yang murah
baik akses data internet, pesan layanan singkat maupun layanan sambukan telephone yang murah.
Wadah ataupun Media bagi perusahaan telekomunikasi untuk mengenalkan suatu produk ke
masyarakat salah satunya dengan melalui media iklan, baik Iklan televisi maupun iklan cetak seperti di
koran, majalah maupun billboard. Media iklan merupakan media yang ampuh untuk mengenalkan
produk kepada masyarakat, dimana iklan bisa sangat mudah dilihat dan didengar oleh berbagai macam
kalangan masyarakat. Dengan berbagai macam iklan yang ditawarkan oleh para pelaku bisnis dalam
mengenalkan produk mereka membuat masyarakat selaku konsumen akhir dihadapkan dengan pilihan
yang banyak. Iklan tidak hanya mengenalkan sebuah produk namun juga menawarkan berbagai macam
keunggulan terhadap produk tersebut. Namun, masyarakat dituntut untuk jeli dalam memilih produk,
agar tidak terjebak pada iklan yang menggiurkan dan yang hanya menampilkan keunggulannya saja,
tetapi masyarakat harus jeli melihat kebutuhan dan kekuranggan suatu produk.
B. Analisa Kasus
2 tahun yang lalu, perang iklan besar-besaran terjadi di dunia telekomunikasi. Perang iklan tersebut
mengerucut kepada tarif yang murah yang disediakan jasa telekomunikasi. Seperti yang kita ketahui,
iklan merupakan salah satu cara suatu perusahaan dalam mempromosikan bisnisnya. Dalam
menjalankan sebuah bisnis, tidak hanya fokus pada bagaimana mencari keuntungan sebesar-besarnya,
namun ada berbagai macam aspek pendukung yang saling berkaitan erat.
Sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis harus memperhatikan etika. Etika secara singkat
adalah sebuah aturan dalam sebuah kelompok mengenai sesuatu yang baik, buruk, salah atau benar, dan
apabila dilanggar akan mendapatkan sanksi sosial dari kelompoknya.
Kasus yang berkaitan dengan etika bisnis yang akan kita dibahas adalah etika dalam mempromosikan
produk telekomunikasi antara Telkomsel melawan XL.
Iklan secara definisi dapat diartikan sebagai pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik
tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal,
serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. 1 Sedangkan Iklan atau promosi menurut
Undang-undang
nomor
8
tahun
1999
tentang
Perlindungan
Konsumen
adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik m
inat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.
Undangundang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran meberikan definisi iklan yang berkaitan dengan bisnis
sebagai iklan niaga, yaitu Siaran iklan niaga adalah siaran iklan komersial yang disiarkan melalui
penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau
mempromosikan barang atau jasa kepada khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar
menggunakan produk yang ditawarkan.
Jika kita melihat iklan yang ada di televisi, media cetak maupun yang ada di billboard, beberapa
penyedia jasa telekomunikasi saling menyindir satu sama lain. Hal ini tidak hanya terjadi di bidang
telekomunikasi, tetapi juga terjadi di dunia otomotif. Hal fenomenal terjadi sekitar tahun 2006 antara
perusahaan otomotif BMW vs Audi dengan iklan billboardnya yang terpampang di Los Angeles yang
bertuliskan “What an Audi Does Well, A BMW Does Brilliantly”. Dimana kedua pabrikan otomotif besar
dunia tersebut masih tetap saling menyindir.
Kemudian yang menjadi pertanyaan kita semua adalah dalam batasan yang seperti apa sebuah iklan
tidak melanggar etika berbisnis. Untuk menjawab itu, terlebih dahulu kita mengetahui cakupan etika
periklanan. Dalam etika beriklan menurut Etika Pariwara Indonesia, disebutkan bahwa iklan tidak boleh
merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung. 2
Etika Bisnis adalah standarisasi sikap moral terhadap situasi bisnis. Terdapat dua perspektif dalam
etika bisnis, yaitu:3
1. Deskriptif, yaitu suatu adat, sikap dan peraturan yang diamati dalam lingkup dunia bisnis yang
terjadi.
1 Etika Pariwara Indonesia, Hal. 18
2 Ibid, Hal. 24
3 Andrew Ghillyer, Business Ethics Now, Mc Graw Hill, 2014, 4th Edition, Hal. 24
2. Normatif, yaitu suatu adat, sikap dan peraturan yang di evaluasi untuk dapat dikategorikan
sebagai tidakan yang etis.
Stakeholder terbesar di bidang industri telekomunkasi adalah konsumen. konsumen tentunya sangat
tergiur dengan harga produk yang murah. Seperti yang kita tahu, harga merupakan hal yang paling
signifikan yang dapat mempengaruhi penjualan suatu produk.
Kita dapat melihat perang iklan antara Telkomsel dengan XL sebagai bentuk yang merendahkan
ataukah hanya bersifat menyindir satu sama lain. Jika iklan tersebut diketegorikan merendahkan, jelas
baik telkomsel maupun XL telah melangar etika bisnis dalam beriklan. Bentuk merendahkan atau
menyindir dapat kita perhatikan dari pilihan kalimat yang mereka gunakan. Sebagai contoh iklan antara
BMW dan Audi, di dalam iklan BMW secara gamblang menuliskan “What an Audi Does Well, A BMW
Does Brilliantly”. Jika kita terjemahkan kurang lebih adalah “Apapun yang dilakukan oleh Audi secara baik,
BMW melakukannya secara cerdas”. Kalimat tersebut mengandung makna bahwa BMW secara halus
merendahkan apa yang dilakukan Audi tidak cerdas seperti apa yang dilakukan BMW.
C.
Kesimpulan dan Saran
Dari kasus diatas kita dapat melihat bahwa dalam melaksanakan promosi sebagai bagian dari strategi
perusahaan untuk menghadapi persaingan terutama dalam hal menghadapi kompetitor perlu kiranya
mempertimbangkan secara detail hal terkait etika bisnis. Jika dilihat lebih jauh maka strategi berpromosi
dari suatu perusahaan tidak hanya terfokus bagaimana menekan kompetitor dengan cara yang kurang
beretika (black campaign) akan tetapi masih banyak cara lain yang lebih beretika yang dapat memberikan
dampak lebih positif kepada perusahaan. Selain itu dengan memberikan tekanan kepada competitor
dengan cara yang positif dapat memberikan pengaruh positif dari sudut pandang konsumen terhadap satu
perusahaan