KEADAAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR MOJOKERTO

  

KEADAAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA

PRASEKOLAH DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR

MOJOKERTO

M. HAFIDZ

  1212010022

  

Subject:

  Jamban, Diare, Anak Presekolah

Description:

  Diare adalah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang, termasuk indonesia yang sering terjadi pada anak. Diare dapat disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang bersih.Masyarakat masih tergolong kurang dalam memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat terutama dalam hal memperhatikan keadaan jamban keluarga.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keadaan jamban dengan kejadian diare pada anak usia presekolah.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancang bangun cross sectional. Variabel independen adalah keadaan jamban dan variabel dependen adalah kejadian diare pada anak usia prasekolah. Populasi adalah 62 orang dengan sampel sebanyak 23 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive

  

sampling.Pengambilan data dilakukan di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten

  Mojokertopada tanggal 1-6 Juli 2015.Pengumpulan data dengan teknik wawancara untuk mengetahui kejadian diare pada anak dan observasi untuk mengetahui keadaan jamban keluarga.Analisa data menggunakan uji chi square.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwasebagian besar keadaan jamban dalam keluarga tidak sehat yaitu sebanyak 14 responden (60,9%) dan sebagian besar Anak prasekolah tidak mengalami diare yaitu sebanyak 13 responden (56,5%).

  Hasil analisa data dengan uji Chi Square diperoleh hasil perhitungan dengan nilai signifikan nilai ρ value (0,001) < α (0,05), maka H1 diterima dengan demikian ada hubungan Keadaan Jamban dengan kejadian diare pada Anak prasekolah di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto

  Adanya hubungan keadaan jamban dengan kejadian diare pada anak prasekolah sehingga diharapkan perawat dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang pencegahan kejadian diare pada anak khususnya dalam menerapkan jamban sehat di masyarakat.

  

ABSTRACT

Diarrhea is a major health problem in developing countries, including Indonesia .it

frequently occurs in children. Diarrhea can be caused by environmental factors, i.e.

unclean environment. Society is still relatively lacking in attention to hygienic and healthy

behavior, especially in terms of attention to the condition of the family toilet. The purpose

of this study was to determine the relationship between the condition of the toilet and

diarrhea preschool children.

  This type of research is analytic research with cross sectional design. The

independent variable is the condition of the toilets and the dependent variable was the

incidence of diarrhea in children of preschool age. The population was 62 people with a

  

sample of 23 respondents. The sampling technique used was purposive sampling. Data was

collected in Gayaman village, MojoanyarMojokerto from July 1 to 6 2015. The data was

collected by using interview to determine the incidence of diarrhea in children and

observation to the condition of family toilet. Data was analyzed by using chi square test.

  The results suggest that the condition of most family toilet were not healthy as

many as 14 respondents (60.9%) and most preschooler did not have diarrhea as many as

13 respondents (56.5%).

  Results of data analysis with Chi Square test results obtained the calculation of

significant p value (0,001) <α (0.05), then H1 is accepted as such there is a

relationshipbetween toilet conditionand the incidence of diarrhea in preschool children in

Gayamanvillage MojoanyarMojokerto.

  The relationship betweenfamily toilet condition and the incidence of diarrhea in

preschool children.It is expected that nurses can improve health services, especially in the

provision of health education on the prevention of diarrhea in children, especially in

implementing healthy toilet in the community.

  Keywords: Toilet, Diarrhea, Preschool children Contributor : 1. Dwiharini P, S.Kep., Ns., M.Kep.

  Date :3 Agustus 2015 Type Material : Laporan Penelitian Edentifier : - Right : Open Document SUMMARY :

Latar Belakang

  Diare adalah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang, termasuk indonesia. Diare merupakan keadaandimana tinjanya encer, dandapat bercampur darah danlendir.Diare dapatmenyababkan cairan tubuhterkuras keluar melalui tinja.Bila penderita diare banyaksekali kehilangan cairan tubuhmaka hal ini dapatmenyebabkan kematian. Penyakitdiare pada bayi dan anak dapatmenimbulkan dampak yangnegatif, yaitu dapat menghambatproses tumbuh kembang anakyang pada akhirnya dapatmenurunkan kualitas hidupanak (Astuti, dkk, 2011).Diare disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang bersih. Lingkungan yangburuk akan merugikan kesehatan danuntuk mencapai derajat kesehatanyang setinggi-tingginya, makalingkungan yang buruk harusdiperbaiki (Mubarak dan Chayatin, 2009). Kemenkes RI (2011) menyatakanbahwa di beberapa Negara membuktikan bahwa upayapenggunaan jamban mempunyaidampak yang besar dalam penurunanrisiko terhadap penyakit diare.

  Diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun.Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal dan sebagian besar anak dibawah umur 5 tahun, semakin meningkatnya jumlah kejadian diare dapat menandakan bahwa kedua faktor tersebut, yaitu PHBS dan hygiene sanitasi penggunanan jamban di masyarakat mengalami penurunan kualitas (Syuraidah, 2013).

  Menurut Riskesdas 2013, insiden diare pada anak di Indonesia cukup tinggi, pada kelompok umur 1-4 tahun angka kejadian diare sebesar 12,2% dan pada kelompok umur 5- 14 tahun angka kejadian diare sebesar 6,2%. Berdasarkan data dinas Kesehatan Jawa Timur cakupan penderita Diare tahun tahun 2011 sebesar 69%, sedangkan tahun 2012 sebesar 72,43% (masih di bawah target Nasional 100%) (Dinkes Jatim, 2012). Data dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto sejak tahun 2007-2010 kejadian diare cenderung meningkat, dimana pada tahun 2007 sebanak 3.920 penderita, tahun 2008 maka angka kejadian diare 4.823 penderita, tahun 2009 sebanyak 5148 penderita, tahun 2010 sebanyak 6442 penderita dan terakhir pada tahun 2011 sebanyak 7237 penderita. Diketehui dengan data tersebut maka di Kabupaten Mojokerto penderita diare dikatakan mengalami kenaikan setiap tahunnya (Dinkes Kab.Mojokerto, 2012).Berdasarkan data Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kab. Mojokerto tahun 2013, jumlah kasus diare di Desa Gayaman sebanyak 1008 kasus, dan kasus diare yang ditangani sebanyak 931 kasus (92,37%) (Dinas Kesehatan Kab. Mojokerto, 2014).

  Data PKM Gayaman pada tahun 2014jumlah kasus diare pada kelompok dewasa dan anak-anak yang telah ditangani sebanyak 931 kasus dan jumlah WC yang tidak memenuhi syarat sebanyak 375 dari 1227 WC yang ada. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dari wawancara kepada 10 ibu yang mempunyai anak usia prasekolah, didapatkan bahwa 4 anak mengalami diare 3 bulan terakhir.

  Masalah kesehatan lingkungan seperti halnya diare yang timbul terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang atau tidak memenuhi syarat kesehatan dan belum terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar seperti penyediaan air bersih, pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbahdan pembuangan tinja.Oleh karena itu pemerintah memprioritaskan pemenuhan cakupan sarana jaga dan dilaksanakan upaya peningkatan kesehatan lingkungan dengan menyusun program penyediaan air bersih dan penyediaan jamban keluarga (Chaeruddin dan Darmawan, 2013).Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat sebenarnya, masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya mempunyai jamban sendiri di rumah (Joharuddin, 2010).

Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelasional dengan rancangan cross sectional.Variabel independen dalam penelitian ini adalah keadaan jamban dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada anak usia prasekolah.Populasi dalam penelitian ini adalah semua ayah/ibu yang mempunyai anak usia prasekolahdiDesaGayaman Mojoanyar Mojokerto sebanyak 62 orangdengan sampel sebanyak 23responden. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive

  

sampling.Pengambilan data dilakukan di DesaGayaman Mojoanyar Mojokerto pada

  tanggal 1-6 Juli 2015.Pengumpulan data dengan teknik wawancara dan observasi.Analisa data menggunakan uji statistik chi square.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keadaan jamban dalam keluarga tidak sehat yaitu sebanyak 14 responden (60,9%). Jamban sehat merupakan suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (DepKes RI, 2007).Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks (Notoatmodjo, 2010).Syarat jamban sehat menurut DepKes RI (2007) adalah sebagai berikut : tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampung minimal 10 meter), tidak berbau, kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.

  Parameter tidak mencemari sumber air minum (jarak minimal 10 meter), sebagian besar keluarga mempunyai jamban tidak sehat yaitu sebanyak 13 responden (56,5%). Syarat jamban sehat menurut DepKes RI (2007) adalah tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampung minimal 10 meter).Jarak jamban yang dimaksud adalah jarak terdekat antara jamban dengan sumber air bersih yang dinyatakan dalam satuan meter, sesuai aturan Depkes RI 2009, yaitu < 10m. Semakin jauh jarak jamban dengan sumber air bersih akan menyebabkan jumlah bakteri semakin sedikit, dan sebaliknya semakin dekat jamban akan menyebabkan jumlah bakteri semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena tanah tersusun dari berbagai jenis material (batu, pasir, dll) yang akan menyaring bakteri yang melewatinya (Marsono, 2009).

  Keluarga mempunyai jamban yang tidak sehat kebanyakan disebabkan oleh jarak antara sumber air minum dengan lubang penampung kotoran yang tidak memenuhi syarat yaitu >10 meter.Hal ini dikarenakan banyak rumah responden yang memiliki luas tanah yang kecil, sehingga tidak bisa membangun jamban dan sumur dengan jarak yang cukup jauh (>10 meter).

  Parameter tidak berbau, hampir seluruh keluarga mempunyai jamban sehat yaitu sebanyak 22 responden (95,7%), hal ini sesuai dengan teori dari Depkes (2009). Jamban yang sehat tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan.Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air.Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik.

  Parameter kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, hampir seluruh keluarga mempunyai jamban sehat yaitu sebanyak 22 responden (95,7%). Hal ini sesuai dengan teori dari Depkes (2009) jamban yang sehat harus bebas dari serangga Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu.Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah, ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bias menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung.

  Parameter tidak mencemari tanah disekitarnya, hampir seluruh keluarga mempunyai jamban sehat yaitu sebanyak 22 responden (95,7%). Hal ini sesuai dengan teori dari Depkes (2009) jamban yang sehat tidak mencemari tanah disekitarnya.Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

  Parameter mudah dibersihkan dan aman digunakan, seluruh keluarga mempunyai jamban sehat yaitu sebanyak 23 responden (100%).Hal ini sesuai dengan teori dari Depkes (2009) jamban yang sehat mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya.Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh.

  Parameter dilengkapi dinding dan atap pelindung, hampir seluruh keluarga mempunyai jamban sehat yaitu sebanyak 22 responden (95,7%). Hal ini sesuai dengan teori dari Depkes (2009) jamban yang sehat harus dilengkapi dinding dan atap pelindung.Jamban harus berdinding dan berpintu dan dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

  Parameter penerangan dan ventilasi cukup, seluruh keluarga mempunyai jamban sehat yaitu sebanyak 23 responden (100%).Hal ini sesuai dengan teori dari Depkes (2009) jamban yang sehat penerangan dan ventilasi cukup.Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran

  Parameter lantai kedap air dan luas ruangan memadai, hampir seluruh keluarga mempunyai jamban sehat yaitu sebanyak 22 responden (95,7%). Hal ini sesuai dengan teori dari Depkes (2009) jamban yang sehat tidak mencemari air.Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum.Dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.

  Parameter tersedia air, sabun, dan alat pembersih, hampir seluruh keluarga mempunyai jamban sehat yaitu sebanyak 20 responden (86,7%). Hal ini sesuai dengan teori dari Depkes (2009) jamban yang sehat tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih). Air dan sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan dan membersihkan bagian yang lain.

  Hasil kuesioner didapatkan bahwa terdapat responden yang hanya memiliki 4 kriteria jamban sehat, dikarenakan jarak antara sumber air minum dengan lubang penampung kotoran (septik tank) <10 meter, kondisi rumah yang kumuh dan posisi dapur dengan jamban berdampingan serta tidak ada tempat pembuangan sampah secara khusus, keadaan jamban berbau, kotoran pada jamban dapat dimasuki oleh lalat serta jamban tidak dilengkapi dengan dinding dan atap pelindung yang kuat karena jamban yang ada hanya berdinding bambu.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Anak prasekolah tidak mengalami diare yaitu sebanyak 13 responden (56,5%). Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1984 mendefinisikan diare adalah buang air besar (BAB) 3 kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (muntaber) (Widoyono, 2008). Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare dalam Ditjen PPM dan PLP Dep.Kes RI (2008) menjelaskan bahwa masih tingginya angka kesakilan dan kematian diare disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kesehatan lingkungan yang masih belum memadai, keadaan gizi, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengamhi keadaan penyakit diare.

  Hasil penelitian Karyono, dkk (2009) didapatkan bahwa sebagian besar responden sudah mempunyai sanitasi lingkungan yang baik yaitu sebanyak 70 orang (84,34%) sedangkan yang sanitasi lingkungannya kurang baik sebanyak 13 orang (15,66%). Menurut Brotowarsito (dalam Karyono, dkk, 2009) salah satu faktor yang dapat menyebabkan diare pada anak adalah faktor higiene dan sanitasi lingkungan.Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.Kondisi higiene dan sanitasi lingkungan yang buruk merupakan salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan kejadian penyakit diare.

  Hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan banyak anak usia prasekolah tidak mengalami diare, hal ini mungkin dikarenakan ibu telah menjaga kebersihan anak dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan anak dan anak juga tidak mengalami infeksi virus karena anak yang mengalami infeksi kekebalan tubuhnya akan menurun dan lebih rentan mengalami diare.

  Hasil penelitian Karyono, dkk (2009) didapatkan bahwa dari 83 anak balita yang menderita diare diidentifikasi akibat infeksi bakteri yaitu sebanyak 57 anak (68,67%) sedangkan yang tidak akibat infeksi sebanyak 26 anak (31,33%). Karyono menjelaskan salah satu faktor yang dapat menyebabkan diare pada anak adalah faktor infeksi. Infeksi oleh bakteri pada kejadian diare dapat disebabkan oleh Infeksi bakteri Vibrio cholera, Shigella, Salmonella, E. coli, Bacillus aureus, Clostridium perfingens, Staphylococcus aerus, Campyobacter jejur.

  Hasil penelitian juga ditemukan masih ada anak usia prasekolah yang mengalami diare yang disebabkan karena anak mengalami infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak prasekolah. Anak dapat mengalami diare karena anak lebih rentan terkena kuman dan penyakit akibat dari mengkonsumsi makanan yang kurang hygienis.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengahnya respondnen yang mempunyai jamban rumah yang tidak sehat menyebabkan anak mengalami diare yaitu sebanyak 10 responden (43,5%) dan hampir setengahnya responden yang mempunyai jamban rumah yang sehat menyebabkan anak mengalami tidak diare yaitu sebanyak 9 responden (39,1%). Berdasarkan uji Chi Square diperoleh hasil perhitungan dengan nilai

  1

  signifikan nilai ρ value (0,001) < α (0,05), maka H diterima dengan demikian ada hubungan Keadaan Jamban dengan kejadian diare pada Anak prasekolah di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

  Jamban merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut dalam suatu tempat dan tidak menjadi penyebab penyakit serta mengotori lingkungan pemukiman (Depkes RI, 2009).Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penularan resiko terhadap penyakit diare. Jarak jamban yang dimaksud adalah jarak terdekat antara jamban dengan sumber air bersih yang dinyatakan dalam satuan meter, sesuai aturan Depkes RI 2009, yaitu < 10 m. Semakin jauh jarak jamban dengan sumber air bersih akan menyebabkan jumlah bakteri semakin sedikit, dan sebaliknya semakin dekat jamban akan menyebabkan jumlah bakteri semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena tanah tersusun dari berbagai jenis material (batu, pasir, dll) yang akan menyaring bakteri yang melewatinya (Marsono, 2009).

  Hasil penelitian Wibowo (2004 dalam Huwaida, 2014), jenis tempat pembuangan tinja yang terbanyak digunakan pada kelompok kasus adalah jenis leher angsa (68,3%). sedangkan 7,9% nienggunakan jenis plengsengan dan 23,8% tidak menuhki jamban. Wibowo menjelaskan bahwa tempat pembuangan tinja yjmg tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi.

  Dilihat dari hasil penelitan ini dapat diketahui bahwa sangat berhubungan kondisi jamban dengan kejadian diare, karena jika kondisi jamban yang buruk atau tidak memenuhi syarat kesehatan hal ini bisa menjadi tempat perkembangbiakan bakteri dan kuman sehingga dapat menyebabkan berpindahnya penyakit pada manusia yang dibawa oleh bakteri pembawa penyakit kemudian terjadi suatu penyakit diare.Responden yang mempunyai jamban tidak sehat cenderung mengalami diare, dan responden yang mempunyai jamban sehat tidak mengalami diare.Namun hasil penelitian juga didapatkan responden yang mempunyai jamban tidak tidak sehat tetapi anak juga tidak mengalami diare, hal ini dikarenakan anak menjaga kebersihan diri dengan baik. Kondisi higiene dan sanitasi lingkungan yang baik dapat mengurangi kejadian diare, sedangkan faktor lain yang dapat berhubungan dengan penyakit diare diantaranya keadaan gizi normal dan keadaan sosial ekonomi.

Simpulan

  Penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa keadaan Jamban di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto tidak sehat.Sebagian besar anak prasekolah di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto tidak mengalami diare.Berdasarkan uji Chi Square diperoleh hasil perhitungan dengan nilai

  1

  signifikan nilai ρ value (0,001) < α (0,05), maka H diterima dengan demikian ada hubungan Keadaan Jamban dengan kejadian diare pada Anak prasekolah di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

Rekomendasi

  Orang tua hendaknya dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama dalam menerapkan syarat-syarat jamban sehat, sehingga anak tidak sampai mengalami penyakit diare. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pedoman untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang pencegahan kejadian diare pada anak khususnya dalam menerapkan jamban sehat di masyarakat.Diharapkan dapat memberi nilai tambah sumber kepustakaan dan pengetahuan tentang kesehatan anak.Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan melakukan penelitian tentang keadaan jamban dengan kejadian diare pada bayi atau balita yang lebih rentan mengalami diare pada lingkup wilayah puskesmas atau kabupaten.

Alamat Correspondensi :

  Alamat : Dusun Sukun RT.05 RW.01 Desa Muneng Kec. Sumberasih Kab. - Probolinggo

  Email : hafidzaja27@gmail.com -

  • No. HP : 085648137487

Dokumen yang terkait

HARGA DIRI ANAK USIA SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 YANG MENGALAMI KEGEMUKAN DI SDN PRAJURITKULON 1 KOTA MOJOKERTO

0 0 7

SIKAP MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO RENI DIAN TRI WULANDARI 1212010034 SUBJECT: Sikap, Pencegahan Demam Berdarah Dengue , Masyarakat Desa Gayaman DESCRIPTION: Kejadian demam berda

0 1 8

FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI POLI SARAF RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO

0 0 7

KEPATUHAN DIET RENDAH GARAM PADA LANSIA HIPERTENSI DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KAB. MOJOKERTO

0 1 7

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI DESA BARENGKRAJAN KECAMATAN KRIAN KABUPATEN SIDOARJO

0 0 6

DUKUNGAN KELUARGA PADA ANAK TUNA WICARA DI SLB-B PERTIWI KOTA MOJOKERTO

0 0 6

TINGKAT KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTIS USIA 6-7 TAHUN DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO

0 0 6

ULKUS PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA SUMBER GLAGAH KABUPATEN MOJOKERTO MIFTAKHUL KHASANAH NIM 1212010026 Subject:Ulkus Kusta, penderita kusta yang memiliki ulkus DESCRIPTION:

0 0 7

PERSEPSI SISWA SMA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI SMAN 2 KOTA MOJOKERTO MEGA AGUSTIA WARDANI NIM. 1212020016 Subject: Persepsi, Siswa, Penyakit Asma Description : Asma merupakan penyakit respiratorik kronik yang paling sering ditemukan di

0 0 5

PERSEPSI REMAJA TENTANG KEHAMILAN PADA USIA REMAJA DI DUSUN KAVLING BRINGIN DESA KESAMBI KECAMATAN PORONG SIDOARJO MAYANG KRISTI A. 1212010024 SUBJECT: Persepsi, Remaja, Kehamilan DESCRIPTION: Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkemb

0 0 5