KARAKTERISTIK DEMOGRAFI YANG MELATAR BELAKANGI KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA TEGALSARI AMBULU JEMBER LIRIA RAHMATIKA

  

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI YANG MELATAR BELAKANGI

KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA TEGALSARI AMBULU

JEMBER LIRIA RAHMATIKA

  1212010021

  

SUBJECT

  kualitas hidup, lansia, karakteristik demografi

  

DESCRIPTION

  Pada umumnya warga lanjut usia menghadapi kelemahan, keterbatasan dan ketidakmampuan, sehingga kualitas hidup lansia menurun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik demografi yang melatarbelakangi kualitas hidup lansia.

  Desain penelitian ini adalah deskriptif. Populasi lansia yang berusia >60 tahun yang ada di Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Jember sebanyak 87 lansia. Sampel penelitian adalah lansia yang berusia >60 tahun sebanyak 31 lansia. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive selama 1 minggu, variabel dalam penelitian ini yaitu usia, pendidikan, status gizi, jenis kelamin, dukungan keluarga dan kualitas hidup lansia. Lokasi dan waktu penelitian dilakukan di Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Jember pada tanggal 7 juni – 14 juni 2015. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara menggunakan WHOQOL BRIEF

  Hasil analisa crosstab didapatkan bahwa hampir 60% responden yang berusia 60-74 tahun memiliki kualitas hidup baik, hampir 42% responden berpendidikan dasar memiliki kualitas hidup baik, hampir 50% responden, kelamin perempuan hampir 50% memiliki kualitas hidup baik, hampir 52% yang memiliki dukungan keluarga baik. masih dapat melakukan aktivitas meskipun tidak semua, responden dengan BB normal memiliki kualitas hidup baik, beberapa responden dengan asupan kurang justru berat badannya normal dan bahkan gemuk, lansia laki – laki lebih banyak kualitas hidupnya buruk karena banyaknya masalah yang dialami seperti tidak bisa berjalan, sering linu – linu. Ada lansia yang hanya tinggal sendiri, meskipun kualitas hidup baik tapi masih ada lansia yang memiliki dukungan negatif. Karena keluarga yang tidak mengikutsertakan lansia tersebut dalam pengambilan keputusan.

  ABSTRACT In general, elderly people face the weaknesses, limitations and disability,

that the quality of life of the elderly decreases. The purpose of this study was to

determine the demographic characteristics underlying the quality of life of the

elderly.

  

in Tegalsari village,Ambulu Jember are as many as 87 people. The samples were

elderly people aged >60 years as many as 31 people. The sampling technique

used is consecutive for 1 week, the variables in this study are age, education,

nutritional status, gender, family support and quality of life of the elderly. The

location and time of the research was in Tegalsari village,Ambulu Jember from 7

June - 14 June 2015. Data collection technique used a questionnaire with

interview techniques used WHOQOL BRIEF Crosstab analysis results suggest that almost 60% of respondents aged 60-

74 years have good quality of life, almost 42% of respondents with primary

education has the quality of life of the good, almost 50% of respondents are

female and nearly 50% of whom have positive quality of life, and 52% have a

good family support.

  Respondents aged 60-74 years with a good quality of life are still able to

carry out activities though not all of whom. Respondents with normal weight had

a good quality of life. Some respondents with less intake have normal weight and

even obese, elderly males have more bad life quality because of the many

problems experienced such as unability to walk, and frequence shooting pain -

sciatica. There also exists elderly who live alone, despite a good quality of life for

the elderly, they still have negative support. Because the family do not include the

elderly in decision making.

  

Keywords : Quality of life, the elderly, demographic characteristics

Contributor : 1. Eka Diah Kartiningrum : 2. Sunyoto Date : 6 Juli 2015 Type Material : Laporan Penelitian URL : Right : Summary : LATAR BELAKANG

  Menjadi tua dan lemah adalah proses yang tidak terelakkan. Perawatan lansia harus dilakukan dengan teliti, sabar, dan penuh cinta sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia (Tenggara, 2008). Perlu diingat bahwa kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, mental, serta perubahan kondisi sosial yang dapat mengakibatkan penurunan pada peran-peran sosialnya sehingga perlu adanya interaksi sosial karena kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi (Noorkasiani, 2009). Nugroho (2008) mengatakan bahwa pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Secara mental lanjut usia akan mengalami penurunan daya ingat dan intelektualnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan untuk menilai keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan.

  Sampai sekarang ini penduduk di 11 negara anggota World Health

  

Organization (WHO) kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun

  berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011 sekitar 24 juta jiwa atau hampir 10% jumlah penduduk. Setiap tahunnya jumlah lansia bertambah rata-rata 450.000 orang. Jumlah warga lansia di Jawa Timur menurut Sensus Penduduk tahun 2010 telah mencapai 2,3 juta jiwa. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 5 lansia di Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Jember diperoleh data 3 lansia (60%) menyatakan mereka tidak dapat melakukan aktivitas dengan semangat dan mereka merasa dirinya seperti sudah tidak dianggap dan tidak berguna bagi keluarga karena mereka hanya bisa diam dan tidak mempunyai aktivitas apapun, sedangkan 2 lansia (40%) menyatakan bahwa mereka masih mempunyai kualitas hidup yang tinggi dimana mereka masih tetap beraktivitas seperti saat muda dulu dan mereka tetap berkumpul dan beraktivitas sosial dengan teman dan lingkungan disekitarnya, serta lansia masih tetap dapat berkumpul dengan keluarga dengan baik.

  Kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan. Kebanyakan lansia dipandang tidak lebih dari sekelompok individu yang dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat karena untuk beberapa lansia, proses penuaan merupakan sebuah beban. Para lansia kehilangan kemandirian baik secara fisik, contohnya keterbatasan gerak, maupun secara psikologis, contohnya depresi atau kerusakan kognitif sehingga perawatannya perlu ditingkatkan (Watson, 2003 dalam Andreas, 2012). Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat mempengaruhi kondisi mental. Semakin lanjut usia seseorang, semakin berkurang kesibukan sosialnya, dan itu mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungan yang berdampak pada kebahagiaan, kesepian, dan kebosanan seseorang yang disebabkan oleh rasa tidak diperlukan. Bila lansia pensiun, akan timbul kesepian akibat pengasingan meningkat, yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah pada masa tua. Salah satu dampak kemunduran tersebut yaitu semakin perasanya orang yang memasuki lanjut usia. Misalnya, kemunduran fisik berpengaruh terhadap penampilan seseorang (Nugroho, 2008). Banyak lansia mempunyai cara yang berbeda dalam memecahkan masalah; bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik walaupun kondisinya telah menurun; juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran mental yang substansial atau luas (Watson, 2003 dalam Andreas, 2012).

  Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul karakteristik demografi yang melatar belakangi kualitas hidup lansia di Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Jember”.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini yaitu usia, pendidikan, status gizi, jenis kelamin, dukungan

  60 tahun keatas yang ada di Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Jember sebanyak 87 lansia dengan sampel 31 lansia. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan di Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Jember pada tanggal 7 juni – 14 juni 2015. Pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket pada responden dengan teknik wawancara antara variabel karakteristik demografi dan kualitas hidup dilakukan crosstab untuk mengetahui kaitan kualitas variabel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Usia yang melatarbelakangi kualitas hidup lansia

  Hasil penelitian menjelaskan bahwa hampir 70% responden yang berusia 60- 74 tahun memiliki kualitas hidup baik yakni sebanyak 17 responden (68,0%) sedangkan yang berusia (75-90) tahun seluruhnya memiliki kualitas hidup buruk yakni sebanyak 6 responden (100%). Banyak lansia yang masih kualitas hidup baik karena jarang mengeluh penyakit kronis yang dirasakan. Sedangkan dengan lansia yang memiliki kualitas hidup buruk mengeluh linu pada kaki, pusing sudah tidak dapat melakukan aktivitas yang seperti dulu.

  Semakin tua usia semakin buruk kualitas hidup. Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya usia terdapat penurunan fisik, perubahan mental (penampilan mental (penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor berkurang), perubahan psikososial antara lain :pensiun, akan menghilangkan finansial, status, teman/kenalan, pekerjaan/ kegiatan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara hidup seperti kesepian, hidup sendiri, perubahan ekonomi, penyakit kronis dan ketidakmampuan, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (Nugroho, 2002).

  Dalam penelitian ini yang memiliki kualitas hidup baik rata-rata adalah lansia yang berumur 60-74 tahun. Semakin bertambahnya usia semankin banyak penyakit yang dikeluhkan yang di derita seperti tidak bisa mendengar, daya konsentrasi yang melemah, dan tidak bisa berjalan.

  Hasil penelitian menjelaskan bahwa responden yang tidak sekolah memiliki kualitas hidup buruk yakni sebanyak 4 responden (80,0%), hampir 60% responden berpendidikan dasar memiliki kualitas hidup baik yakni sebanyak 13 responden (56,5%) sedangkan yang berpendidikan menengah memiliki kualitas hidup baik yakni sebanyak 3 responden (100%). Hasil penelitian ini juga sebanding dengan hasil Susenas tahun 2009, dimana pendidikan penduduk lansia yang relatif masih rendah, masih banyaknya lansia yang tidak/belum pernah sekolah dan masih tamat SD. Hasil ini juga di perkuat oleh penelitian yang dilakukan Darmojo (2004) di wilayah Jawa Tengah bahwa lanjut usia pada umumnya memiliki pendidikan yang rendah.

  Penelitian yang dilakukan oleh Nawi et al(2010) di Purworejo jawa tengah pada tahun 2010, mendapatkan hasil bahwa perempuan, usia yang lebih tua, tidak menikah/janda/duda, pendidikan rendah dan ekonomi rendah berhubungan kualitas hidup dan status kesehatan yang rendah pada lansia. Pendidikan juga mempengaruhi fungsi keluarga. Fungsi keluarga juga dipengaruhi oleh ekonomi. keluarga akan kesulitan untuk mendapatkan tempat tinggal yang sehat, makanan yang bergizi, pendidikan yang memadai, dan pelayanan kesehatan yang maksimal yang akan mengakibatkan kualitas hidup anggota keluarganya tidak baik. Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang di dapat oleh seseorang.

  Dari hasil penelitian di atas ada pengaruh kualitas hidup terhadap tingkat pendidikan meskipun sedikit, semakin rendah tingkat pendidikan semakin buruk kualitas hidup lansia tersebut karena kemungkinan keterbatasan lansia terhadap pengetahuan dan informasi yang di dapatkan. Dari hasil wawancara dengan responden, rendahnya pendidikan mereka kebanyakan disebabkan karena tidak adanya biaya untuk melanjutkan pendidikan.Tapi ternyata meskipun tingkat pendidikan rendah masih bisa mempunyai kualitas hidup positif.

  3. Status gizi yang melatarbelakangi kualitas hidup lansia

  Hasil penelitian menjelaskan responden dengan berat badan di bawah normal memiliki kualitas hidup buruk yakni 2 responden (66,7%), hampir 60% responden yang memiliki bb normal memiliki kualitas hidup baik yakni sebanyak 14 responden (56,0%) sedangkan yang memiliki bb obesitas memiliki kualitas hidup baik yakni sebanyak 2 responden (66,7%).

  Bertambahnya usia akan disertai dengan penurunan fungsi dan metabolisme serta kompisisi tubuh. Perubahan–perubahan itu menyebabkan kebutuhan terhadap zat gizi dan jumlah asupan makanan berubah. Kualitas hidup seseorang sangat erat kaitannya dengan status gizi mereka, makanan yang mereka makan serta interaksi sosial mempengaruhi status gizi seseorang. Bagi lansia, pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang dialaminya. Selain itu, dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.

  Kurangnya asupan energi pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh karena nafsu makan yang berkurang akibat kesulitan dalam proses menelan makanan karena proses menua, namun demikian ternyata pada beberapa gemuk.

  4. Jenis kelamin yang melatarbelakangi kualitas hidup lansia

  Dari hasil penelitian menjelaskan yang berjenis kelamin laki laki memiliki kualitas hidup buruk yakni sebanyak 7 responden (70,0%), dan yang berjenis kelamin perempuan hampir 70% memiliki kualitas hidup baik yakni 14 responden (66,7%). Hasil ini sebanding dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2004), dimana jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu (69,7%) dibanding responden yang berjenis kelamin laki-laki. hal ini disebabkan karena usia harapan hidup lansia perempuan lebih tinggi dibandingkan lansia laki-laki.

  Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009), bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kemandirian lansia, dimana semakin meningkatnya usia maka semakin berkurangnya kemampuan lansia dalam beraktifitas sehari-hari. Menurut Komnaslansia (2005) dan Papalia (2008) dengan meningkatnya usia maka secara maupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, dan akan semakin bergantung pada orang lain.

  Hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup perempuan lebih baik dibanding laki – laki dikarenakan aktifnya lansia perempuan dalam kehidupan sehari-hari seperti contoh masih dapat bersosialisasi dengan lingkungan seperti senam lansia, pengajian. Lansia laki – laki lebih banyak kualitas hidupnya negatif dikarenakan banyaknya permasalahan yang dialami seperti tidak bisa berjalan, sering mengeluh linu – linu sehingga membatasi lansia tersebut untuk beraktivitas.

5. Dukungan keluarga yang melatarbelakangi kualitas hidup lansia

  Dari hasil penelitian menjelaskan hampir 80% yang memiliki dukungan keluarga positif memiliki kualitas hidup baik yakni sebanyak 16 responden (76,2%),dan responden yang memiliki dukungan keluarga negatif memiliki kualitas hidup yang buruk yakni 9 responden (90,0%).

  Sebagian besar keluarga dapat menghargai dan menghormati lansia sebagai orang tua mereka. Jika keluarga jauh, mereka sering menjenguk atau menanyakan kondisi responden melalui telepon. Tetapi keluarga masih sangat kurang sekali memberikan dorongan dan motivasi kepada responden untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Hal ini disebabkan karena sikap proteksi yang berlebihan dari keluarga terhadap responden, seperti rasa takut terjatuh di luar rumah dan kelelahan. Keluarga menganggap lansia tidak mampu lagi untuk beraktifitas di luar rumah, sedangkan mereka tidak punya waktu untuk mendampingi karena kondisi mereka yang sibuk dengan urusan masing-masing. Disamping itu kondisi ekonomi juga menghalangi keluarga untuk memberikan dukungan, misalnya ketiadaan biaya untuk mengantar responden pergi mengikuti senam lansia atau yasinan yang tempatnya selalu berpindah pindah, atau kegiatan rekreasi yang diadakan kelompok lansia. Responden yang tidak mendapat dukungan keluarga juga disebabkan oleh beberapa hal: responden dengan status janda/duda yang tinggal sendiri, responden tinggal bersama pasangan dan sudah hidup terpisah dengan anak-anak yang sudah pergi merantau, dan bahkan ada responden yang tinggal berdampingan dengan anak-anak tetapi sudah tidak mendapat perhatian

  Menurut Pickett (2009) mengenai fenomena penuaan adalah jumlah keluarga menurun, dan angka perceraian meningkat Hubungan orang muda dan orang tua semakin renggang, kebutuhan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh waktunya, sehingga mereka hanya memiliki sedikit untuk memikirkan orang tua. Kondisi seperti ini menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian dan pemberian keperawatan terhadap terhadap orang tua. Untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia lanjut usia perlu mengetahui kondisi lanjut usia dimasa lalu dan masa sekarang sehingga orang lanjut usia dapat diarahkan menuju kondisi kemandirian.

  Keluarga adalah sekelompok yang mempunyai peranan yang amat sangat penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga (Azwar,2007). Segala potensi yang dimiliki lansia harus dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal. Kualitas hidup lansia yang optimal bisa diartikan sebagai kondisi maksimum atau optimal, makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas.

  Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk menunjang kualitas hidup lansia. Jika dukungan yang diberikan keluarga pada lansia positif maka akan mendapatkan hasil kualitas hidup lansia yang positif. Dari hasil penelitian didapatkan lansia yang memiliki kualitas hidup negatif karena kurangnya dukungan dari keluarga. Responden yang tidak mendapat dukungan keluarga juga disebabkan oleh beberapa hal: responden dengan status janda/duda yang tinggal sendiri, responden tinggal bersama pasangan dan sudah hidup terpisah dengan anak-anak yang sudah pergi merantau, meskipun kualitas hidup positif tapi masih ada lansia yang memiliki dukungan negatif. Karena keluarga yang tidak mengikutsertakan lansia tersebut dalam pengambilan keputusan di keluarganya dan hanya tinggal sendiri.

  SIMPULAN

  Hampir 70% responden yang berusia 60-74 tahun memiliki kualitas hidup baik, 60% responden berpendidikan dasar memiliki kualitas hidup baik . Hampir 60% responden yang memiliki BB normal memiliki kualitas hidup baik. Hampir 70% memiliki kualitas hidup baik. Sedangkan hampir 80% yang memiliki dukungan keluarga positif.

  REKOMENDASI

  1. Bagi Petugas Perawat harus menjalankan dan meningkatkan pengawasan atau tindak lanjut dengan cara turun kelapangan dan memberikan arahan kepada lansia dalam meningkatkan kualitas hidup lansia.

  2. Bagi Responden Sebaiknya responden memperhatikan faktor lain yang dapat menyebabkan kualitas hidup menurun seperti lingkungan dan dukungan keluarga.

  3. Bagi Penelitian Selanjutnya Sebaiknya meneliti faktor lain yang dapat menyebabkan penurunan kualitas responden, dan juga menggunakan tehknik sampling yang sesuai.

  Alamat Correspondensi : Alamat rumah

  : Tegalsari, Ambulu, Jember

  Email : liriarahmatika30@gmail.com No. Hp : 082244746733

Dokumen yang terkait

SIKAP MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO RENI DIAN TRI WULANDARI 1212010034 SUBJECT: Sikap, Pencegahan Demam Berdarah Dengue , Masyarakat Desa Gayaman DESCRIPTION: Kejadian demam berda

0 1 8

FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI POLI SARAF RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO

0 0 7

KEPATUHAN DIET RENDAH GARAM PADA LANSIA HIPERTENSI DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KAB. MOJOKERTO

0 1 7

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI DESA BARENGKRAJAN KECAMATAN KRIAN KABUPATEN SIDOARJO

0 0 6

DUKUNGAN KELUARGA PADA ANAK TUNA WICARA DI SLB-B PERTIWI KOTA MOJOKERTO

0 0 6

TINGKAT KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTIS USIA 6-7 TAHUN DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO

0 0 6

ULKUS PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA SUMBER GLAGAH KABUPATEN MOJOKERTO MIFTAKHUL KHASANAH NIM 1212010026 Subject:Ulkus Kusta, penderita kusta yang memiliki ulkus DESCRIPTION:

0 0 7

PERSEPSI SISWA SMA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI SMAN 2 KOTA MOJOKERTO MEGA AGUSTIA WARDANI NIM. 1212020016 Subject: Persepsi, Siswa, Penyakit Asma Description : Asma merupakan penyakit respiratorik kronik yang paling sering ditemukan di

0 0 5

PERSEPSI REMAJA TENTANG KEHAMILAN PADA USIA REMAJA DI DUSUN KAVLING BRINGIN DESA KESAMBI KECAMATAN PORONG SIDOARJO MAYANG KRISTI A. 1212010024 SUBJECT: Persepsi, Remaja, Kehamilan DESCRIPTION: Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkemb

0 0 5

KEADAAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR MOJOKERTO

0 0 7