BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Informasi yang Menyesatkan dalam Perdagangan Efek Tanpa Warkat Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan

  hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan ekonomi, sosial dan budaya secara signifikan yang berlangsung demikian cepat.

  Teknologi informasi mencakup masalah sistem yang mengumpulkan (collect), menyimpan (save), memproses, memproduksi dan mengirimkan informasi dari dan ke industri ataupun masyarakat secara efektif dan cepat. Demikian juga dengan Indonesia, penggunaan teknologi informasi berkembang dengan sangat cepat dan semakin penting bagi masyarakat, implementasinya telah semakin meluas sehingga memasuki hampir semua segi aspek kehidupan.

  Meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan meningkatnya hubungan ekonomi antar negara, menunjukkan adanya satu rangkaian kegiatan di bidang ekonomi dengan seperangkat pengaturan hukum. Meningkatnya kegiatan di bidang ekonomi berbanding lurus dengan perkembangan dalam dunia pasar modal.

  Kenyataannya, dewasa ini hal yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi tidak lagi dapat dilakukan pendekatan melalui sistem hukum konvensional, mengingat kegiatannya tidak lagi bisa dibatasi oleh teritorial suatu negara, aksesnya dengan sangat mudah dapat dilakukan dari belahan dunia manapun, kerugian dapat terjadi baik pada pelaku internet maupun orang lain yang tidak pernah berhubungan sekalipun, misalnya dalam kasus pencurian dana kartu kredit melalui pembelanjaan di Internet.

  Teknologi informasi diyakini akan menjadi alternatif utama bagi penyelenggaraan kegiatan bisnis (e-business) maupun pemerintahan (e-

  government ) yang selama ini dan dari dahulu lebih dijalankan dalam dunia nyata

  (the realworld). Namun demikian selain keuntungan yang menjanjikan dan teknologi khususnya teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan memudahkan manusia, sekaligus menjadi sarana efektif untuk melaksanakan perbuatan melawan hukum. untuk mengikuti teknologi yang ada, yaitu dengan adanya perdagangan efek tanpa warkat dalam pasar modal yang mengubah sistem bukti kepemilikan saham secara fisik menjadi non-fisik. Perdagangan efek tanpa warkat ini disebuut juga dengan istilah scriptless trading.

  Sistem perdagangan efek tanpa warkat sendiri dimulai di Indonesia pada tahun 2000, yang didasari oleh Surat dari BAPEPAM-LK Nomor S1687/PM/2000 tanggal 10 Juli 2000 tentang Pelaksanaan Scriptless Trading. Tahap awal yang ditujukan kepada PT Bursa Efek Jakarta, PT Bursa Efek Surabaya, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, dan Surat BAPEPAM-LK Nomor S-406/PM/2000 tanggal 03 Maret 2000 tentang Imobilisasi Saham, segala kewenangan BAPEPAM-LK yang selanjutnya diambil alih oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

  Perdagangan efek tanpa warkat merupakan langkah awal menuju suatu cara transaksi yang berbasis internet (online trading) yang selanjutnya setiap investor akan dapat melakukan transaksi secara online dari mana saja dengan bermodalkan jaringan internet. Perdagangan efek tanpa warkat sendiri sudah berbasiskan internet tetapi bukan jaringan yang bersifat publik, artinya ada keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan pengaplikasian sistem transaksi, yang selanjutnya untuk melakukan transaksi melalui jaringan internet ke bursa bukan lagi hal yang mustahil.

  Sistem perdagangan efek tanpa warkat adalah tata cara perdagangan efek tanpa adanya fisik efek berupa sertifikat saham, sertifikat obligasi, dan serifikat dengan penyelesaian transaksi secara pemindahbukuan (book entry settlement) yaitu perpindahan efek maupun dana hanya melalui mekanisme debit kredit atas suatu rekening efek (securities account) yang tanda bukti kepemilikan efeknya tidak lagi akan berbentuk fisik sertifikat efek, tetapi diwujudkan dalam rekening efek pada KSEI. Permasalahan yang muncul akibat pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik adalah seperti pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual, penipuan dalam perdagangan elektronik, perpajakan, melakukan dan atau pencemaran nama baik melalui teknologi informasi, penggandaan kartu kredit (counterfeit), dan lain-lain. Menghadapi persoalan ini, pemerintah telah melakukan berbagai langkah konkrit berupa pembuatan regulasi baru yang terkait dengan penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik. Langkah itu antara lain dalam bentuk disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut dengan UU

1 ITE).

  Dewasa ini telah lahir suatu hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau hukum telematika. Hukum siber (cyber law) secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pula hukum telematika yang merupakan perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi infomasi, hukum dunia maya, dan hukum mayantara. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan dalam lingkup lokal maupun global dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat secara virtual.

  Secara faktual, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UU PM) telah memperlihatkan bahwa penerapan struktur, lembaga, pranata dan instrumen pasar modal telah berhasil diterima dan dilaksanakan oleh para pelaku usaha pasar modal Indonesia. Selanjutnya karena pranata pasar modal merupakan pranata netral dengan budaya relatif yang sama, dapat dikatakan bahwa kepercayaan yang dibawa masuk melalui pranata pasar modal seyogyanya dapat diterapkan ke dalam sistem hukum Indonesia. Terjadinya hal itu tidak mengakibatkan kepercayaan dalam UU PM harus mengambil bentuk yang sama dengan kepercayaan dalam pasar modal di Amerika Serikat.

1 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Penjelasan.

  Banyak jenis efek yang dapat diperjualbelikan melalui pasar modal. Saham merupakan salah satu dari jenis-jenis efek yang ditentukan dalam Pasal 1 Angka 5 UU PM yang mendefenisikan efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Saham berupa tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau suatu badan dalam suatu perusahaan.

  Namun demikian, perdagangan efek tanpa warkat memiliki kelemahan mereka adalah pemilik sah dari saham yang mereka beli dan sudah dibayar. Tanpa warkat, bukti kepemilikan hanya dalam bentuk elektronik dan hanya bisa diakses

  2 perusahaan broker saham.

  Hal ini dapat menyebabkan pihak perusahaan broker saham tidak mengkredit kepemilikan saham kepada pemilik yang sah, sehingga setiap pemilik rekening perdagangan saham sekarang diharuskan memiliki rekening AKSES (Acuan Kepemilikan Sekuritas) di KSEI. Dengan adanya rekening AKSES ini, KSEI akan langsung mengkredit dan mendebit saham yang diperjualbelikan investor ke rekening AKSES-nya, bukan ke rekening atas nama perusahaan broker saham, yang kemudian dapat diperiksa sendiri oleh investor terhadap saham- saham yang ia miliki melalui internet.

  Penelitian ini dilakukan karena latar belakang yang telah diuraikan dan hasilnya akan ditulis dalam bentuk karya ilmiah dengan judul 2

  “Informasi yang Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab X, Pasal 43 Angka 6.

  Menyesatkan dalam Perdagangan Efek Tanpa Warkat Menurut Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.”

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini, adapun permasalahan yang akan dibahas antara lain:

  Bagaimana penerapan penggunaan informasi elektronik menurut Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik? 2. Bagaimana keabsahan perdagangan efek tanpa warkat yang dilakukan secara elektronik dalam pasar modal?

  3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap investor dalam perdagangan efek secara elektronik menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik?

  C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain:

  1. Untuk mengetahui penerapan transaksi elektronik dan informasi elektronik menurut UU ITE.

  2. Untuk meneliti permasalahan hukum yang berkenaan dengan perdagangan efek tanpa warkat menurut UU ITE.

  3. Untuk menganalisis ketentuan-ketentuan perlindungan hukum terhadap investor dalam ITE yang berkaitan dengan penyalahgunaan pemberian informasi dan transaksi elektronik dalam perdagangan efek tanpa warkat.

  Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini, antara lain: 1. Secara teoritis

  Tulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam perkembangan hukum ekonomi dan khususnya dalam hal menambah wawasan dan pemahaman pada hukum informasi dan teknologi perdagangan efek tanpa warkat (scriptless trading).

2. Secara praktis

  Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan agar masyarakat khususnya para investor mengetahui perlindungan hukum terhadap informasi yang menyesatkan dalam perdagangan efek tanpa warkat dalam pasar modal.

D. Keaslian Penulisan

  Ilmu pengetahuan yang diperoleh dipergunakan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh, maka dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul

  “Informasi yang Menyesatkan dalam Perdagangan Efek Tanpa Warkat Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

   Penulisan

  skripsi ini dimulai dari mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan kelahiran dan perkembangan perdagangan efek tanpa warkat di Indonesia, dan melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik.

  Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini, telah dilakukan beberapa pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan melalui internet untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara atau pun di tempat lainnya. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

  Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,

  electronic data intercharge (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram,

  teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang

  3

  yang dapat memahaminya. Menurut Pasal 1 Angka 2 UU ITE, yang dimaksud dengan transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

  Menurut Rusdin, pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagaigi 3 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab I, Pasal 1 Angka 1. paraelain alternatif investasi lainnya, seperti: menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupunmerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang sepertisaham, dan lainnya. Menurut Bruce Lliyd, berlangsungnya fungsi pasar modal adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan kriteria pasarnya secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan. tanpa adanya fisik efek berupa sertifikat saham, sertifikat obligasi, dan lainnya; serta perdagangan saham dilakukan secara elektronik yang ditindaklanjuti dengan penyelesaian transaksi secara pemindah bukuan (book entry settlement) yaitu perpindahan efek maupun dana hanya melalui mekanisme debit kredit atas suatu rekening efek (securities account) yang tanda bukti kepemilikan efeknya tidak berbentuk fisik sertifikat efek, tetapi diwujudkan dalam rekening efek pada KSEI.

  Pengalihan saham akan terjadi pada saat pertemuan antara transaksi jual dan transaksi beli (match order).

  Match order dapat dianalogikan sebagai kesepakatan mengenai jumlah dan jenis saham, harga, serta tanggal penyelesaian transaksi bursa. Pengalihan saham dengan sistem perdagangan efek tanpa warkat hanya berupa pemindahbukuan kode-kode yang melambangkan saham sesuai dengan

  

International Securities Identification Numbering System (ISIN). Keadaan

  tersebut berbeda dengan ketentuan hukum jual-beli menurut Kitab Undang-

  Undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut KUHPer), yaitu dalam Pasal 1458 KUHPer yang menyatakan bahwa jual-beli itu dianggap telah terjadi di antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang atau beberapa orang ini mencapai kata sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar. Dalam sistem perdagangan efek tanpa warkat, maka transaksi saham adalah sah terjadi pada saat

  match order . Keadaan ini berbeda dengan prinsip jual-beli saham menurut

  KUHPer yang masih menganut prinsip penyerahan secara nyata sehingga harus Pasar modal Indonesia memiliki beberapa pelaku pasar modal seperti emiten, perantara perdagangan efek, manajer invenstasi, penasihat investasi, dan penjamin emisi efek. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum yaitu penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan Undang-Undang yang berlaku. Emiten dapat berbentuk orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. Emiten dapat menawarkan efek yang berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Perantara pedagang efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual-beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.

  Perantara pedagang efek mempunyai kewajiban antara lain: 1.

  Mendahulukan kepentingan nasabah sebelum melakukan transaksi untuk kepentigan sendiri.

  2. Dalam memberikan rekomendasi kepada nasabah untuk membeli atau menjual efek wajib memperhatikan keadaan keuangan dan maksud serta tujuan investasi dari nasabah.

  3. Membubuhi jam, hari, dan tanggal atas semua pesana nasabah ada formulir pemesanan.

  4. Memberikan konfirmasi kepada nasabah sebelum berakhirnya hari bursa setelah dilakukan transaksi.

  5. Menerbitkan tanda terima setelah menerima Efek atau uang dari nasabah.

  Menyelesaikan amanat jual/beli dari pemberi amanat.

  7. Menyediakan data dan informasi bagi kepentingan para pemodal.

  8. Membantu mengelola dana bagi kepentingan para pemodal.

  9. Memberikan saran kepada para pemodal.

  Pasal 1 Angka 3 UU ITE mendefinisikan teknologi informasi sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis atau menyebar informasi. Istilah teknologi informasi sendiri mulai dipergunakan secara luas sejak tahun 80-an. Teknologi sendiri merupakan pengembangan dari teknologi komputer yang dipadukan dengan teknologi telekomunikasi. Definisi kata informasi secara internasional telah disepakati sebagai hasil dari pengolahan data yang secara prinsip memiliki nilai yang lebih dibandingkan dengan data mentah.

  Pasal 1 Angka 2 UU ITE terdapat definisi transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Transaksi elektronik diatur dalam Pasal 17 UU ITE yang menyatakan sebagai berikut: 1. penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik dan privat;

  2. para pihak yang melakukan transaksi elektronik sebagaimana dimaksud pada butir 1 wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran informasi elektronik dan atau dokumen elektronik selama transaksi berlangsung;

  3. ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan transaksi elektronis sebagaimana dimaksud pada butir 1 diatur dengan peraturan pemerintah.

  Berdasarkan ketentuan umum dalam Bab I Pasal 1 Angka 1 UU ITE yang dimaksud dengan informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gamabar, peta rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic

  ), telegram, teleks, telecopy atau sejenis nya, huruf, tanda, angka, kode

  mail

  akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

  Pemanfaatan informasi elektronik ini, juga dimanfaatkan oleh kalangan pemerintah, seperti lembaga-lembaga pemerintah baik sipil maupun TNI/Polri, Komisi Pemilihan Umum Indonesia, untuk secara otomatis memanfaatkan informasi elektronik untuk kepentingan pengawasan dan pengendalian fungsi pemerintahan, dewasa ini, untuk mencegah terjadinya praktik-praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme, beberapa instansi pemerintahan sudah menyelenggarakan suatu sistem nobody-contact, seperti instansi Kementrian Hukum dan HAM, dalam hal pengangkatan pejabat notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah

  (PPAT), dan pejabat calon pendaftar hanya mengirimkan berkas permohonan melalui loket-loket dan pengumuman keberatan diterima atau tidaknya diumumkan melalui media massa baik media cetak atau melalui e-mail sehingga informasi itu tidak dapat diakses.

  Pesatnya penggunaan media elektronik sebagai alat transaksi bayar di kalangan masyarakat kerap sekali dijadikan pemanfaatan terhadap oknum-oknum tertentu demi kepentingan pribadi yang cenderung merugikan pihak-pihak tertentu. Dalam hal ini sistem perdagangan efek tanpa warkat dalah salah satu sistem yang menggunakan transaksi dengan bantuan media elektronik, tanpa warkat dan sistem ini tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu kejahatan

  cyber yang dapat merugikan investor maupun nasabah sehingga diperlukannya

  suatu undang-undang yang secara khusus yang mengatur tentang penggunaan media elektronik sebagai alat transaksi elektronik, sehingga tidak menimbulkan suatu ketidakpastian hukum.

F. Metode Penelitian

  Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa penelitian dimulai ketika seseorang berusaha untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secar sistemastis dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-

  

4

masalah yang ditimbulkan faktor tersebut. 4 Khudzaifah Dimyati & Kelik Wriono, Metode Penelitian Hukum (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004), hlm.1.

  1. Spesifikasi penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan. Perundang-undangan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Republik Indonesia (selanjutnya disebut KUHPer), Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Teknologi Informasi (selanjutnya disebut UU ITE), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UU PM), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang misalnya Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) yang mengambil alih wewenang Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (selanjutnya disebut BAPEPAM-LK).

  Penulisan skripsi ini bersifat penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang menjadi objek penelitian yakni perdagangan efek tanpa warkat pada jejaring sosial. Penulisan skripsi ini juga menggunakan pendekatan yuridis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka dan peraturan perundang-undangan serta literatur hukum yang berhubungan dengan permasalahan skripsi ini.

  2. Data penelitian Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Data penelitian tersebut terdiri dari: a.

  Bahan hukum primer Bahan hukum primer adalah dokumen peraturan yang mengikat dan

  5 ditetapkan oleh pihak yang berwenang.

  Dalam penelitian ini bahan hukum primer, yaitu: berbagai dokumen peraturan perUndang-Undangan yang tertulis mengenai perdagangan efek tanpa warkat, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UU PM), Undang-Undang Nomor 8 b.

  Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memiliki hubungan dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Seperti hasil seminar atau makalah-makalah dari para pakar hukum, koran, majalah, serta sumber- sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas.

  c.

  Bahan hukum tersier, yaitu mencakup bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan seterusnya.

  3. Teknik pengumpulan data Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi 5 Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty, 1988), hlm.19. kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Hal ini ditempuh dengan melakukan penelitian kepustakaan (library research), atau dikenal dengan sebutan studi kepustakaan, walaupun penelitian yang dimaksud tidak lepas pula dari sumber lain selain sumber kepustakaan, yakni penelitian terhadap bahan media massa ataupun internet.

  6

  berikut: a.

  Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan dengan objek penelitian.

  b.

  Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media cetak maupun media eletronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.

  c.

  Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.

  d.

  Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

4. Analisis data

  Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa 6 Ronitidjo Hanitijo Soematri, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimet (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1990), hlm.63. data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V bab yang masing-masing bab memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab awal yang menguraikan latar belakang sebagai alasan yang mendasari penulisan skripsi ini, tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini serta uraian, penjelasan dan pembahasan yang akan dilakukan pada bab-bab selanjutnya berdasarkan sistematika penulisan skripsi ini.

  BAB II INFORMASI ELEKTRONIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Bab ini diawali dengan pembahasan mengenai pengertian informasi elektronik menurut Pasal 1 Angka 3 UU ITE, informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara atau gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), electronic

  mail , telegram, telex, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya dan bagaimana ruang lingkup informasi elektronik serta bagaimana penggunaannya sehingga terjadi penyalahgunaan terhadap informasi elektronik.

  BAB III PELAKSANAAN PERDAGANGAN EFEK TANPA WARKAT DALAM PASAR MODAL SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TRANSAKSI ELEKTRONIK Bab ini adalah bagian yang paling penting sebab dalam bab ini membahas mengenai keberadaan scriptless trading dalam pasar modal sebagai salah satu bentuk transaksi elektronik yang membutuhkan kecepatan informasi, selain itu juga kecepatan dalam membuat kesepakatan atau persetujuan dalam setiap transakasi.

  BAB IV INFORMASI YANG MENYESATKAN DALAM PERDAGANGAN EFEK TANPA WARKAT MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Bab ini akan membahas mengenai informasi yang menyesatkan dalam pasar modal khususnya dalam perdagangan efek tanpa warkat menurut UU ITE. Di samping itu, juga akan membahas tentang perlindungan hukum bagi para investor sebagai akibat dari penyebaran informasi yang menyesatkan dalam perdagangan efek tanpa warkat menurut UU ITE tersebut.

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai bab penutup yang mencakup kesimpulan dan saran yang disampaikan penulis berdasarkan hasil pengumpulan data.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Kreativitas, Aktivitas, dan Ruang bagi Manusia - Kajian Potensi Industri Kuliner dalam Membentuk Lingkungan Kreatif (Studi Kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah)

0 0 23

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Samosir

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Kemiskinan - Analisis Potensi Ekonomi dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Pendapatan Perkapita Kabupaten Samosir

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Potensi Ekonomi dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Pendapatan Perkapita Kabupaten Samosir

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Ukuran Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Terhadap Proses Komposting Menggunakan Pupuk Organik Aktif (POA) di Dalam Komposter Menara

0 0 20

4. Apakah jenis garam yang digunakan untuk pengasinan ikan? 5. Apakah wadah yang digunakan dalam pengemasan ikan asin? 6. Dimanakah ikan asin biasanya dijemur? 7. Berapa lama waktunya penjemuran ikan asin dilakukan? - Analisis Kandungan Merkuri (Hg) dan K

0 1 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Lingkungan - Analisis Kandungan Merkuri (Hg) dan Kadmium (Cd) pada Beberapa Jenis Ikan Asin yang di Produksi di Kelurahan Bahari Kecamatan Medan Belawan tahun 2015

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kandungan Merkuri (Hg) dan Kadmium (Cd) pada Beberapa Jenis Ikan Asin yang di Produksi di Kelurahan Bahari Kecamatan Medan Belawan tahun 2015

0 0 7

BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1.Transit Oriented Development (TOD) - Kajian Potensi Pengembangan Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Di Stasiun K.A Medan

1 2 30

BAB II INFORMASI ELEKTRONIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Pengertian Informasi Elektronik - Informasi yang Menyesatkan dalam Perdagangan Efek Tanpa Warkat Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

0 0 11