BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Potensi Ekonomi dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Pendapatan Perkapita Kabupaten Samosir

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

  Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, diselenggarakan pembangunan nasional secara berencana, menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

  Agenda besar pembangunan Indonesia termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan. Tema RKP 2010 adalah ”Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, sedangkan tema RKP 2011 adalah ”Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan Didukung oleh Pemantapan Tata Kelola dan Sinergi Pusat Daerah”. RPJMN 2010-2014 juga telah menetapkan sasaran pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat, antara lain: (1) Pertumbuhan ekonomi, dengan proyeksi 7,0 – 7,7 persen pada tahun 2014; (2) Penurunan tingkat pengangguran, dengan target 5 – 6 persen pada akhir 2014; dan (3) Penurunan angka kemiskinan, dengan target 8-10 persen di akhir 2014.

  RPJMN dan RKP ini berkaitan dengan Sepuluh Direktif Presiden yang disampaikan pada Rapat Kerja dengan menteri, gubernur, serta ahli ekonomi dan teknologi, di Istana Tampak Siring 2010, yakni: (1) Ekonomi harus tumbuh lebih tinggi; (2) Pengangguran harus menurun dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak; (3) Kemiskinan harus makin menurun; (4) Pendapatan per kapita harus meningkat; (5) Stabilitas ekonomi terjaga; (6) Pembiayaan (financing) dalam negeri makin kuat dan meningkat; (7) Ketahanan pangan dan air meningkat; (8) Ketahanan energi meningkat; (9) Daya saing ekonomi nasional menguat dan meningkat; (10) Memperkuat “green economy” atau ekonomi ramah lingkungan.

  Terkait hal tersebut, pemerintah telah menetapkan tiga jalur strategi pembangunan, yaitu: (1) Pro-Pertumbuhan (pro-growth), untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui investasi, sehingga diperlukan perbaikan iklim investasi, melalui peningkatan kualitas pengeluaran pemerintah, melalui ekspor, dan peningkatan konsumsi; (2) Pro-Lapangan Kerja (pro-job), agar pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas- luasnya dengan menekankan pada investasi padat pekerja; (3) Pro-Masyarakat Miskin (pro-poor), agar pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi jumlah penduduk miskin sebesar-besarnya dengan penyempurnaan sistem perlindungan, meningkatkan akses kepada pelayanan dasar, dan melakukan pemberdayaan masyarakat.

  Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.1. Bila dibandingkan tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat, peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia terbesar pada tahun 2007 sebesar 6,3 persen naik dibandingkan tahun 2006 sebesar 5,5 persen, walaupun pertumbuhan ekonomi menurun di tahun 2008 sebesar 6,0 persen dan anjlok sebesar 4,5 persen tahun 2009 namun akhirnya meningkat pada tahun 2010 sebesar 6,1 persen (trend fluktuatif).

  Sedangkan Gambaran kemiskinan di Indonesia selama periode 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata mengalami penurunan dari 39,30 persen menjadi 31,02 persen pada Tahun 2010. Begitu pula jumlah penduduk miskin dari tahun 2006 sampai tahun 2010 mengalami penurunan 17,8 juta orang menjadi 13,3 juta orang.

  Fungsi anggaran pemerintah dalam mengurangi garis kemiskinan selama periode 2006 sampai dengan tahun 2010 menunjukan trend peningkatan secara konsisten, ini artinya upaya pemerintah dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia terus meningkat dengan tambahan alokasi anggaran kemiskinan tiap tahunnya.

  6.3

  6.1

  5.5

  4.5

  6.0

  39.30

  37.17

  34.96

  32.53

  17.8

  31.02

  16.6

  13.3

  14.2

  15.4

  94.0

  66.2

  63.0

  51.0

  42.0 2006 2007 2008 2009 2010

  Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Penduduk Miskin (Jumlah Juta Orang) Persentase Anggaran Kemiskinan (Rp. Triliun)

  Sumber : BPS dan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2010

Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara untuk Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, Tahun 2006-2010

  Berdasarkan hal di atas, maka kegiatan pembangunan perlu diarahkan untuk

merubah kehidupan penduduk miskin semakin menjadi lebih baik. Perencanaan dan

implementasi pembangunan sudah seharusnya berisi usaha untuk memberdayakan

mereka sehingga mereka mempunyai akses pada sumber-sumber ekonomi.

  

Nampaknya tidak berlebihan apabila dinyatakan bahwa upaya untuk melawan

kemiskinan dan kesenjangan yang utama sesungguhnya berada di desa atau

kabupaten.

  Dari tabel 1.1. dapat dijelaskan bahwa persentase kemiskinan propinsi Sumatera Utara sampai tahun 2010 adalah sekitar 11,31 %, sebanyak 14 Kabupaten/ Kota yang persentase kemiskinan lebih kecil dari persentase propinsi Sumatera Utara, sedangkan

19 kabupaten/ kota lainnya lebih besar dari persentase propinsi Sumatera Utara,

  

dimana 5 persen daerah berada di kota dan 14 daerah berada di kabupaten termasuk

Kabupaten Samosir, maka benarlah bahwa kemiskinan lebih besar berada di

kabupaten/ desa.

  22. Labuhan Batu Selatan 277.673

  25. Nias Barat 81.807

  31.94

  40.7

  24. Nias Utara 127.244

  12.32

  40.9

  23. Labuhan Batu Utara 330.701

  15.58

  43.4

  11.13

  30.89

  25.0

  21. Padang Lawas 225.259

  11.19

  25.0

  20. Padang Lawas Utara 223.531

  12.29

  46.0

  19. Batu Bara 375.885

  10.59

  62.8

  25.1

  26. Kota Sibolga 84.481

  16.51

  10.05

  33.87 Sumatera Utara 12982.204 1490.9

  42.5

  33. Kota Gunung Sitoli 126.202

  10.53

  20.3

  32. Kota Padang Sidempuan 191.531

  7.33

  18.0

  31. Kota Binjai 246.154

  30. Kota Medan 2097.610 212.3

  11.7

  13.06

  18.9

  29. Kota Tebing Tinggi 145.248

  11.72

  27.5

  28. Kota Pematang Siantar 234.698

  16.32

  25.2

  27. Kota Tanjung Balai 154.445

  13.91

  18. Serdang Bedagai 594.383

  19.7

Tabel 1.1. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Tahun 2010Menurut Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara (000 jiwa) No. Kabupaten/ Kota Jumlah Penduduk Miskin Jumlah %

  16.74

  10.67

  44.3

  7. Labuhan Batu 415.110

  10.15

  17.6

  6. Toba Samosir 173.129

  12.50

  34.9

  5. Tapanuli Utara 279.257

  52.2

  76.3

  4. Tapanuli Tengah 311.232

  11.96

  31.5

  3. Tapanuli Selatan 263.815

  12.60

  50.9

  2. Mandailing Natal 404.945

  19.98

  26.4

  1. Nias 131.377

  8. Asahan 668.272

  11.42

  17. Samosir 119.653

  13. Langkat 967.535 104.8

  13.81

  5.6

  16. Pakpak Barat 40.505

  10.61

  18.2

  15. Humbang Hasundutan 171.650

  20.73

  60.1

  14. Nias Selatan 289.708

  10.85

  5.34

  9. Simalungun 817.720

  96.0

  12. Deli Serdang 1790.431

  11.02

  38.7

  11. Karo 350.960

  9.97

  26.9

  10. Dairi 270.053

  10.73

  87.7

  11.31 Sumber : Sensus Penduduk 2010 Meier dan Baldwin berpendapat lingkaran perangkap kemiskinan ini timbul dari

hubungan saling mempengaruhi antara keadaan masyarakat yang masih terbelakang

dan tradisional dengan kekayaan alam yang berpotensi yang belum

dikembangkan. Untuk mengembangkan kekayaan alam yang dimiliki, harus ada

tenaga kerja yang mempunyai keahlian untuk memimpin dan melaksanakan berbagai macam kegiatan. (Meier, 1960).

  Secara garis besar lingkaran perangkap kemiskinan dapat dilihat pada Gambar berikut ini :

Pengetahuan dan Akses Informasi

Ketrampilan rendah

  Pengetahuan Produksi Rendah Pendapatan rendah Kinerja rendah

  Produksi Produktifitas Kerja Modal Kerja rendah MISKIN Lemah Fisik Status Gizi dan

Konsumsi Tabungan

rendah Kualitas Kesehatan Rendah rendah rendah Infrastruktur Hidup Lingkungan Modal Kerja

  Sumber : Prof. Dr. Ramli, 2012

Gambar 1.2. Lingkaran Perangkap Kemiskinan (Ramli, 2012)

  Dari gambar lingkaran perangkap kemiskinan diatas dapat dijelaskan bahwa kemiskinan berkaitan dengan akses informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang sangat rendah. Kemiskinan sama halnya dengan tingkat pendapatan masyarakat rendah yang disebabkan oleh faktor-faktor kinerja, lemah fisik, status gizi dan kualitas kesehatan, lingkungan hidup infrastruktur dan konsumsi masyarakat yang rendah, dengan rendahnya pendapatan mengakibatkan tabungan rendah dan modal kerja yang sangat terbatas. Untuk meningkatkan koordinasi penanggulangan kemiskinan, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.

  Dalam Perpres tersebut diamanatkan untuk membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di tingkat pusat yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya. Sedangkan di Provinsi dan Kabupaten/ Kota dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/ Kota.

  Gubernur Sumatera Utara juga mengatakan, sejalan dengan hal tersebut Pemerintah Daerah Sumatera Utara telah menyusun strategi pembangunan yang dituangkan di dalam berbagai program pembangunan pada rencana pembangunan jangka menengah daerah tahun 2009-2013 Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan itu antara lain, pemberian bea siswa bagi siswa miskin dan peningkatan kesejahteraan guru, pengadaan obat-obatan dan jaminan kesehatan daerah (jamkesda), gerakan terpadu penanggulangan kemiskinan (gardunangkis),

pengembangan kawasan agropolitan dataran tinggi bukit barisan.

  Kemudian, pengembangan kawasan agromarinepolitan dan pulau – pulau terluar, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dan pembangkit listrik tenaga mini hidro, pembangunan jaringan irigasi desa dan jaringan irigasi tingkat usaha tani; pengadaan bibit/ benih secara gratis bagi masyarakat petani; pengadaan pupuk non bersubsisi dan sebagainya.

  Pada tahun 2010 Sumatera Utara menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,27 persen lebih tinggi dari yang ditargetkan nasional sebesar 5,5 persen, demikian pula dengan tingkat inflasi ditargetkan sebesar 6,50 persen, hal ini merupakan kondisi umum akibat geliat pembangunan ekonomi yang semakin tinggi, ujarnya.

  Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara merupakan dasar pembentukan Kabupaten Samosir. Kabupaten Samosir dengan latar belakang kabupaten tertinggal diantara 14 (empat belas) kabupaten di Propinsi Sumatera Utara. Dengan terbentuknya Kabupaten Samosir yang baru maka pembenahan diberbagai sektor secara terus menerus dilakukan oleh Pemerintah bersama masyarakat untuk mengejar ketertinggalannya.

  Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir dapat dilihat nilai produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan 2000, dari tabel 1.2. dapat dijelaskan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir tahun 2010 sebagian besar berasal dari sektor pertanian.

Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Samosir Atas Dasar

  

Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 – 2010

(persen)

No Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009**) 2010*)

  

1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan, 589088 617422 649293 682885 721006

Kehutanan dan Perikanan

  2. Pertambangan dan Penggalian 292 305 320 336 357

  3. Industri Pengolahan 13070 13297 13579 13918 14370

  4. Listrik, Gas & Air Bersih 1087 1153 1232 1334 1460

  5. Bangunan 2633 2879 3160 3473 3828

  6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 75685 78999 83015 87330 92046

  7. Pengangkutan dan Komunikasi 9626 9984 10442 10964 11604

  8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan, 17204 17708 18464 19379 20441 Bangunan dan Tanah, Jasa Perusahaan

  

9. Jasa-jasa 159904 166711 174347 182841 193370

PDRB 868589 908458 953851 1002459 1058485 Sumber : BPS Kabupaten Samosir, 2011

  Sementara itu PDRB perkapita Propinsi Sumatera Utara atas harga konstan 2000 adalah Rp. 9.14 juta tahun 2010, sedangkan PDRB perkapita Samosir Rp.

  8.846 juta tahun 2010 mengalami peningkatan disbanding tahun 2009, namun lebih rendah dari PDRB perkapita Propinsi Sumatera Utara (tabel 1.3.).

Tabel 1.3. Produk Domestik Regional Bruto perkapita Kabupaten Samosir atas Harga konstan 2000 (000 rupiah) 2006 – 2010 Tahun Atas Harga Konstan Samosir Sumatera Utara

  2006 7066 7383 2007 7439 7775 2008 7864 8141 2009 8823 8421 2010 8846 9139

  Sumber : BPS Kabupaten Samosir, 2011

  Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti “Analisis Potensi Ekonomi dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Pendapatan Perkapita Kabupaten Samosir”.

1.2. Perumusan Masalah

  Beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Sektor apakah yang menjadi sektor basis pada perekonomian Kabupaten Samosir.

  2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan dan cepat tumbuh dan berdaya saing pada perekonomian Kabupaten Samosir

  3. Sektor-sektor apakah yang mempunyai daya saing atau tidak pada perekonomian Kabupaten Samosir.

  4. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi besarnya peningkatan pendapatan perkapita Kabupaten Samosir.

  5. Berapa nilai elastisitas masing-masing faktor yang mempengaruhi pendapatan perkapita Kabupaten Samosir.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sektor apakah yang menjadi sektor basis pada perekonomian Kabupaten Samosir.

  2. Untuk mengetahui sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan dan cepat tumbuh pada perekonomian Kabupaten Samosir

  3. Untuk mengetahui sektor-sektor apakah yang mempunyai daya tarik atau tidak pada perekonomian Kabupaten Samosir.

  4. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi peningkatan pendapatan perkapita Kabupaten Samosir.

  5. Untuk mengetahui nilai elastisitas masing-masing faktor yang mempengaruhi pendapatan perkapita Kabupaten Samosir.

1.3.2. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk antara lain: 1. Menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak, baik pemerintah, swasta dan masyarakat dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di

  Kabupaten Samosir.

2. Sebagai bahan rujukan dan pedoman bagi pihak-pihak, baik pemerintah, pengambil kebijakan serta peneliti lainnya yang sejenis.

  3. Menambah khasanah pengetahuan, terutama bagi penulis, dalam hal potensi ekonomi dan sosial yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Kabupaten Samosir.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang - Akuntabilitas Pelayanan Publik Dalam Pembuatatn Surat Izin Usha Warung Internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

0 0 28

Akuntabilitas Pelayanan Publik Dalam Pembuatatn Surat Izin Usha Warung Internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

0 0 11

Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang - Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Analisis Dampak Konversi Perkebunan Karet ke Kelapa Sawit pada Masyarakat Desa Batang Kumu Tahun 2014

0 2 23

Analisis Dampak Konversi Perkebunan Karet ke Kelapa Sawit pada Masyarakat Desa Batang Kumu Tahun 2014

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Kreativitas, Aktivitas, dan Ruang bagi Manusia - Kajian Potensi Industri Kuliner dalam Membentuk Lingkungan Kreatif (Studi Kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah)

0 0 23

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Samosir

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Kemiskinan - Analisis Potensi Ekonomi dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Pendapatan Perkapita Kabupaten Samosir

0 0 19