ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DENGAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG KEMUNING RSUD JOMBANG

  ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DENGAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG KEMUNING RSUD JOMBANG

Zeni Arina 1514401019

  Subject : Kritis, Asuhan, Keperawatan, Jantung, Intoleransi

Description

  Gagal jantung adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan kritis pada pasien yang mengalami gagal jantung dengan intoleransi aktivitas di ruang kemuning Rumah Sakit Umum Daerah Jombang.

  Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria yang diambil adalah 2 partisipan dengan diagnosa gagal jantung dengan intoleransi aktivitas. Pada kondisi tertentu dimana suplai nutrisi dan CO2 tidak sampai ke sel, akhirnya tubuh tidak dapat memproduksi energi yang banyak. Sehingga membuat terhambatnya suplai nutrisi dan CO2 ke sel dan mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktivitas. Metode pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi menggunakan format asuhan keperawatan kritis.

  Pengkajian pada partisisipan 1 dan 2 didapatkan hasil mengalami sesak nafas dan kelelahan ketika beraktivitas. Studi kasus ini mengimplementasikan latihan aktivitas (ROM) pada pasien gagal jantung dalam mengatasi masalah intoleransi aktivitas. Implementasi ini dilakukan pada kedua partisipan yang di rawat selama tiga hari diruang HCU kemuning RSUD Jombang. Hasil dari implementasi pada kedua partisipan sesak nafas berkurang, pasien bisa melakukan ROM pasif membuka dan menutup kedua telapak tangan dan menggerak

  • – gerakkan pergelangan tangan dan kaki dan evaluasi pada hari terakhir pada kedua partisipan sesak nafas berkurang, bisa melakukan ROM pasif tetapi pada partisipan 2 tidak bisa melakukan miring kanan miring kiri karena sesak nafas.

  Evaluasi tindakan keperawatan menunjukkan bahwa level toleransi pasien meningkat setiap harinya dan keluhan sesak nafas dan kelelahan selama beraktivitas berkurang.

Abstract

  heart failure is a clinical syndrome caused by the inability of the heart to

pump blood to meet the metabolic needs of the body. The purpose of this study

was to carry out critical nursing care in patients with heart failure with activity

intolerance in kemuning room of hospital Jombang.

  

participants with the same diagnosis of heart failure with activity intolerance.

In certain circumstances where the supply of nutrients and CO2 does not reach

the cells, the body can not produce a lot of energy. So that makes obstacles

supply of nutrients and CO2 to the cell and result in the body's response in the

form of activity intolerance. Methods of data collection was by interview,

observation and documentation using critical nursing care format.

  Assessment on Partisisipan 1 and 2 results obtained experiencing shortness

of breath and fatigue during activity. This case study implements the exercise

activity (ROM) in patients heart failure in addressing the nursing problem of

activity intolerance. This implementation was performed on both participants

who were treated for three days in HCU Kemuning room RSUD Jombang. The

results of the implementation of the two shortness of breath participants

decreased, the patient could perform passive ROM opening and closing both

palms and moving the wrists and legs and the evaluation results on the last day

on both participants shortness of breath decreased, could perform passive

ROM but in participants 2 could not tilt the body right left because of

shortness of breath.

  Evaluation of nursing actions indicates that the level of patient tolerance

increases every day and complaints of shortness of breath and fatigue during

the activity decreases.

  Keyword: Nursing, Care, Critical, Heart, Intolerancy.

  Contributor : Dwiharini Puspitaningsih. S. Kep.Ns.. M. Kep

  Siti Rachma. M. Kes

  Date : 30 Juli 2018 Type material : Laporan Tugas Akhir

  : -

  Identifier

  : Open Document

  Right Summary :

Latar Belakang

  Perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat, serta situasi lingkungan. Tanpa disadari perubahan tersebut memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus

  • – kasus penyakit tidak menular ( PTM ) seperti jantung ( Setiani, 2014). Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti : Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal Jantung, Hipertensi dan stroke ( Pusdatin Kemenkes RI, 2014 ).

  Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular ( PTM ). Sebanyak 50% orang yang gagal jantung mengalami mengalami intoleransi aktivitas jika perawatannya sudah benar ( Pusdatin Kemenkes RI, 2014 ). Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit ( SIRS ) jumlah kasus rawat inap gagal jantung menurut usia 45-64 tahun sebanyak 24.283 kasus. Sedangkan jumlah kasus gagal jantung yang dirawat inap di rumah sakit di indonesia ( SIRS ) 2015 berdasarkan provinsi terbanyak di provinsi Jawa Tengah sebanyak 8.658 orang dan Jawa Timur sebanyak 4.000 orang. Pada tahun 2017 menurut perawat di kemuning RSUD Jombang jumlah pasien yang mengalami gagal jantung dengan intoleransi aktivitas sebanyak 23% ( 75 orang ).

  Proses perjalanan penyakit gagal jantung kanan dan kiri terjadi sebagai akibat kelanjutan dari gagal jantung kiri. Setelah terjadi hipertensi pulmonal terjadi penimbunan darah dalam ventrikel kanan, selanjutnya terjadi gagal jantung kanan. Setiap hambatan pada arah aliran ( forward flow ) dalam sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (

  

backward congestion ). Hambatan pengaliran ( forward failure ) akan

menimbulkan adanya gejala backward failure dalam sistem sirkulasi darah.

  Apabila jantung bagian kanan dan kiri bersama

  • – sama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut gagal jantung kongesif. Dikarenakan jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen karena kerusakan sifat kontraktil dari jantung dan curah jantung kurang dari normal, sehingga bisa melemahkan kekuatan kontraksi otot jantung dan produksi energi menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan intoleransi aktivitas ( Aspiani, 2015 ).

  Penanganan gagal jantung memerlukan tindakan yang tepat agar tidak memperburuk keadaan jantung dari penderita. Istirahat serta rehabilitasi, pola diet, kontrol asupan garam, dan air untuk menghambat progesitas dari penyakit ini ( Hudak dan Gallo, 2012 ). Program latihan aktivitas yang digunakan adalah pasien dapat memulai latihan dari gerakan ekstremitas ringan seperti membuka dan menutup telapak tangan, menggerak

  • – gerakkan pergelangan tangan dan kaki, dengan tetap memonitor respon pasien dengan membandingkan TTV sebelum, selama dan sesudah beraktivitas.

Metodologi

  Desain yang digunakan pada penelitian adalah studi kasus. Studi kasus ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan penyakit gagal jantung dengan intoleransi aktivitas di ruang kemuning RSUD Jombang.

  Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dengan cara mengajukan pertanyaan yang sistematis, observasi dengan mengkaji TTV, pemeriksaan fisik B1

  • – B6 tetapi fokus pada sistem kardiovaskuler. Selain dari observasi langsung, observasi yang lain yaitu diperoleh dari data medis, dokumentasi untuk mencatat hasil wawancara dan observasi pada partisipan yang sesuai dengan format asuhan keperawatan kritis.

  Uji keabsahan data menggunakan 4 data utama yaitu klien, keluarga klien, status medis dan perawat ruangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. analisa data ditegakkan diagnosa keperawata kemudian dibuat intervensi keperawatan dan dilakukan implementasi. Setelah selesai implementasi dilakukan evaluasi.

  Hasil dan Pembahasan 1.

  Pengkajian Pengkajian pada partisipan 1 dilakukan pada tanggal 04 Juni 2018 jam

  10.00 WIB, partisipan berusia 68 tahun dengan keluhan utama yang dirasakan adalah sesak nafas. Pasien datang di IGD pada tanggal 03 Juni 2018 jam 07.30 WIB dengan keluhan perutnya keras dan sesak nafas. Diagnosa medis pasien AHF + CAD

  • – OMI Anteroseptal. Saat di IGD mendapat terapi Infus RL 500cc/24 jam, Injeksi furosamid 40 mg, Injeksi ranitidin 50 mg, Pemberian oksigen nasal canul 4 lpm dan pasien menolak dilakukan pemasangan kateter. Pasien dipindahkan ke ruang kemuning pada jam 09. 30 WIB dan mendapatkan terapi infus RL 500 cc/24 jam, Injeksi furosamid 2 x 1 amp, spironolactone 1 x 25 mg, ISDN 3 x 5 mg, ramipril 1 x 2,5 mg, paracetamol 3 x 500 mg, ASA 1 x 80 mg. Pemeriksaan laboratorium, Hemoglobin menurun 10,6 g/dl, Kreatinin serum meningkat 2,23 mg/dl dan Urea meningkat 82,3 mg/dl. Foto thorax Ap didapatkan pembesaran jantung ( Kardiomegali ). EKG didapatkan VES artinya terjadi aritmia ventrikel, terdapat Q patologis yang artinya terjadi seragan old miokard akut yang berarti serangan ulang atau sudah lama terjadi, RHD (Rheumatic Heart Disease) artinya terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran. Sebelumnya pasien pernah dirawat inap 1x ±1 tahun yang lalu dengan diagnosa jantung bengkak.

  Pada partisipan 2 pengkajian dilakukan pada tanggan 08 Juni 2018 jam 08.00 WIB, partisipan berusia 76 tahun dengan keluhan utama yang dirasakan adalah nafasnya ngongsroh. Pasien datang di IGD pada tanggal 07 Juni 2018 jam 13.00 WIB dengan keluhan Sejak 3 hari yang lalu badannya lemes + sesak nafas. Diagnosa medis pasien AHF + CAD

  • – OMI Anteroseptal + Pleuropneumonia D/S. Saat di IGD mendapat terapi Infus NS 500cc/24 jam, Injeksi furosamid 40 mg, Injeksi ranitidin 50 mg, Pemberian oksigen masker non-rebrithing 10 lpm dan kateter sudah dipasang di RS NU Jombang. Kemudian pasien dipindahkan ke ruang kemuning pada jam 13.00 WIB dan mendapatkan terapi infus RL 300cc/24 jam, Injeksi lasix 2 x 1 amp, ISDN 3 x 5 mg, spironolactone 1 x 25 mg, Nebul combivent 2x. Pemeriksaan laboratorium, Hemoglobin menurun 9,8 g/dl, Kreatinin serum meningkat 2,69 mg/dl dan Urea meningkat 104,8 mg/dl. Foto thorax Ap didapatkan pembesaran jantung ( Kardiomegali ) dan effusi pleura D/S. EKG didapatkan

  VES artinya terjadi aritmia ventrikel, terdapat Q patologis yang artinya terjadi seragan old miokard akut yang berarti serangan ulang atau sudah lama terjadi. Sebelumnya pasien pernah dirawat inap 1 bulan yang lalu dengan diagnosa jantung bengkak.

Diagnosa Keperawatan

  Diagnosa keperawatan yang muncul adalah intoleransi aktivitas berbuhungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang lebih menitikberatkan respon tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena tubuh tidak mampu memproduksi energi yang cukup. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa untuk bergerak kita membutuhkan sejumlah energi. Pembentukan energi dilakukan di sel, tepatnya di mitokondria melalui beberapa proses tertentu. Untuk membentuk energi, tubuh memerlukan nutrisi dan CO2.

  Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan CO2 tidak sampai ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi energi yang banyak. Jadi, apapun penyakit yang membut terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan CO2 ke sel dapat mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktivitas ( Anisa, 2016 ).

  Mekanismes patofisiologi terjadinya keluhan intoleransi aktivitas diakibatkan karena jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen karena kerusakan sifat kontraktil dari jantung dan curah jantung kurang dari normal. Hal ini disebabkan karena meningkatnya beban kerja otot jantung. Sehingga bisa melemahkan kekuatan kontraksi otot jantung dan produksi energi menjadi berkurang ( Anisa, 2016 ).

  Pada data kedua partisipan didapatkan keluhan sesak nafas dan mengalami kelelahan pada saat beraktivitas sehari

  • – hari, didapatkan pada hasil EKG yaitu VES artinya terjadi aritmia ventrikel dan terdapat Q patologis. Data subyektif dan obyektif ini dapat memunculkan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

  3. Intervensi Pada tujuan intervensi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil : konjungtiva tidak pucat, telapak tangan tidak pucat, kebutuhan tidur meningkat, dan tanda

  • – tanda vital normal. Intervensi pertama bina hubungan saling percaya, kedua bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, ketiga observasi TTV sebelum, selama dan setelah beraktivitas, keempat anjurkan pasien untuk istirahat (Bed rest), kelima ajarkan secara bertahap latihan aktivitas sesuai dengan kondisi pasien, keenam kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tambahan oksigen dan obat terapi.

  4. Implementasi Pelaksanaan keperawatan pada partisipan 1 dilakukan pada tanggal 04

  Juni 2018 dengan hasil selama tirah baring “ mengajarkan membuka dan menutup telapak tangan selama 5 menit, pada 4.40 detik mengeluh sesak, dan aktivitas langsung dihentikan “ dengan hasil TTV :sebelum beraktivitas TD :

  150/90 mmHg N : 102 x/menit S : 38 ˚C RR : 29 x/menit, selama beraktivitas

  TD : 150/90 mmHg N : 105 x/menit S : 37,9 ˚C RR : 30 x/menit, setelah beraktivitas TD : 150/80 mmHg N : 102 x/menit S : 37,9

  ˚C RR : 30x/menit.

  “Mengajarkan menggerak – gerakkan pergelangan tangan dan kedua kaki selama 5 menit dan mengeluh sesak bertambah pada detik 3.50, dan aktivitas langsung dihentikan

  “ dengan hasil TTV: sebelum beraktivitas TD : 130/90 mmHg N : 95 x/menit S : 37,5 ˚C RR : 25 x/menit, selama beraktivitas TD : 140/80 mmHg N : 98 x/menit S : 37,5

  ˚C RR : 27 x/menit, setelah beraktivitas TD : 130/80 mmHg N : 94 x/menit S : 37,5

  ˚C RR : 26 x/menit. Tanggal 06 Juni 2018 raktivitas “Mengajarkan untuk melakukan gerakan miring kanan dan miring kiri selama 5 menit dan tidak mengeluh bertambah sesak “ dengan hasil TTV : sebelum beraktivitas TD : 110/7 0 mmHg N : 71 x/menit S : 36 ˚C RR : 24 x/menit, selama beraktivitas TD : 110/90 mmH N : 73 x/me nit S : 36,2 ˚C RR : 25 x/menit, setelah beraktivitas TD : 110/80 mmHg N : 80 x/menit S : 36,9 ˚C RR : 25 x/menit.

  Pada partisipan 2 dilakukan pada tanggal 08 Juni 2018 dengan hasil selama tirah ba ring “ mengajarkan membuka dan menutup telapak tangan selama 5 menit sampai selesai tidak mengeluh nafasnya bertambah ngongsroh

  “ dengan hasil TTV : sebelum beraktivitas TD : 110/80 mmHg N : 94 x/menit S : 36,7 ˚C RR : 30 x/menit, selama beraktivitas TD : 110/90 mmHg N : 96 x/me nit S : 36,7 ˚C RR : 29 x/menit, setelah beraktivitas TD : 110/90 mmHg N

  : 95 x/menit S : 36,7 ˚C RR : 30 x/menit. Tanggal 09 Juni 2018 “ mengajarkan menggerak

  • – gerakkan pergelangan tangan dan kedua kaki selama 5 menit dan mengeluh ngongsroh pada detik 2.40, dan aktivitas langsung dihentikan

  “ dengan hasil TTV : sebelum beraktivitas TD : 120/80 mmHg N : 92 x/menit S : 37 ˚C RR : 27 x/menit, selama beraktivitas TD : 120/90 mmHg N : 95 x/meni t S : 37 ˚C RR : 29 x/menit, setelah beraktivitas TD : 110/90 mmHg N : 93 x/menit

  S : 36,8 ˚C RR : 26 x/menit. Tanggal 10 Juni 2018 “ mengajarkan untuk melakukan gerakan miring kanan dan miring kiri selama 5 menit dan mengeluh bertambah ngongsroh pada detik 30, dan aktivitas langsung dihentikan

  “ dengan hasil TTV: sebelum beraktivitas TD : 110/90 mmHg N : 94 x/menit S : 36,8 ˚C RR : 27 x/menit, selama beraktivitasTD :

  110/90 mmHg N : 96 x/menit S : 37 ˚C RR : 29 x/menit, setelah beraktivitas TD : 110/80 mmHg N : 92 x/menit S : 37 ˚C RR : 27 x/menit.

  Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan. Dalam penelitian evaluasi dilakukan 3 x 24 jam menunjukkan bahwa level toleransi pasien meningkat setiap harinya. Pada partisipan 1 evaluasi tanggal 04 Juni 2018 pasien mengatakan sesak nafas, keadaan umum: Lemah, kesadaran : Composmentis, TD : 140/80 mmHg, N : 100 x/menit, S : 37,8 ºC RR : 28 x/menit, terlihat pasien bisa membuka dan menutup telapak tangan meskipun hanya sebentar Auskultasi jantung : Suara jantung : S1 S2 tunggal, irama jantung : Irreguler, Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi, intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,6. Evaluasi tanggal 05 Juni 2018 pasien mengatakan sesak nafas berkurang, keadaan umum : Cukup, kesadaran : Composmentis, TD : 120/90 mmHg, N : 90 x/menit, S : 37,3 ºC, RR : 24 x/menit, terlihat pasien sudah bisa membuka dan menutup telapak tangan selama 5 menit tanpa ada keluhan, Auskultasi jantung : Suara jantung : S1 S2 tunggal, irama jantung : Irreguler, Masalah keperawatan intoleransi aktivitas mengatakan sesak nafas berkurang, keadaan umum : Cukup, kesadaran : Composmentis,TD : 90/80 mmHg, N : 80 x/menit,S : 36,9 ºC, RR : 23 x/menit, pasien sudah bisa melakukan aktivitas membuka dan menutup telapak tangan, menggerak-gerakkan kedua telapak tangan dan kaki dan melakukan miring kanan miring kiri tanpa ada keluhan, Auskultasi jantung : Suara jantung : S1 S2 tunggal, irama jantung : reguler, Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi sebagian, intervensi dihentikan.

  Sedangkan pada partisipan 2 evaluasi pada tanggal 08 Juni 2018 pasien mengatakan nafasnya ngongsroh,keadaan umum : Lemah, kesadaran : ComposmentisTD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 36,9 ºC,RR : 28x/menit, terlihat pasien bisa membuka dan menutup telapak tangan selama 5 menit, Auskultasi jantung : Suara jantung : S1 S2 tunggal, irama jantung : Irreguler, Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi, intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,6. Evaluasi pada tanggal 09 Juni 2018 pasien mengatakan ngongsroh sudah berkurang, keadaan umum : Lemah, kesadaran : Composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 93 x/menit, S : 37 ºC, RR : 26x/menit, terlihat pasien sedikit bisa menggerak-gerakkan pergelangan kaki, Auskultasi jantung : Suara jantung : S1 S2 tunggal, irama jantung : Irreguler, Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi, intervensi dilanjutkan 1,3,4,5,6. Evaluasi pada tanggal 10 Juni 2010 pasien mengatakan ngongsroh sudah berkurang, keadaan umum : Cukup kesadaran : Composmentis, TD : 110/80 mmHg, N : 93 x/menit, S : 37 ºC, RR : 26x/menit, pasien sudah bisa melakukan aktivitas membuka dan menutup telapak tangan, menggerak-gerakkan kedua telapak tangan dan kaki tanpa ada keluhan, tapi pada saat miring kanan miring kiri pasien belum bisa melakukannya, Auskultasi jantung : Suara jantung : S1 S2 tunggal, irama jantung : reguler, Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi sebagian, intervensi dihentikan.

  Simpulan 1.

  Pengkajian keperawatan Dari data hasil pengkajian yang dilakukan, didapatkan hasil yang berbeda antara partisipan 1 dan 2. Partisipan 1 dengan usia 68 tahun dengan keluhan sesak nafas dan kelelahan timbul setiap pasien aktivitas sehari

  • – hari, partisipan 2 dengan usia 76 tahun dengan keluhan nafasnya ngongsroh dan lelah serta terdapat oedema pada kedua tungkai kaki.

  2. Diagnosis keperawatan Pada partisipan 1 dan 2 dengan penyakit gagal jantung memiliki masalah keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan adanya pembesaran jantung, hemoglobin menurun, kreatinin serum dan urea meningkat, ditemukan Q patologis dan aritmia ventrikel.

  3. Perencanaan keperawatan Penyusunan intervensi dalam kasus ini tidak sepenuhnya sesuai dengan teori, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan partisipan. partisipan1 dan 2 sesuai dengan rencana tindakan.

  4. Tindakan keperawatan Tindakan hari pertama sampai hari ketiga pada kedua dilakukan partsipan sesuai dengan rencana tindakan.

  5. Evaluasi keperawatan Evaluasi tindakan didasarkan pada hasil kriteria yang didapatkan pada pasien. Pada diagnosa tersebut masalah teratasi sebagian, intervensi dihentikan.

Rekomendasi

  Diharapkan pasien mampu mempertahankan dan menerapkan pola aktivitas yang sudah diajarkan ( ROM ) Range Of Motion. Pada pasien yang mengalami gagal jantung diharapkan tidak mengalami kekambuhan. Untuk itu mencari informasi lebih lanjut agar lebih efektif untuk perawatan pada pasien gagal jantung dengan intoleransi aktivitas.

  Alamat correspondensi

  Email :

  Alamat : Desa putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo No. Hp : 081231898131

Dokumen yang terkait

TINGKAT STRES PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM DI MAJAPAHIT WOUND CARE CENTRE MOJOKERTO

0 0 6

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU DENGAN MASALAH UNMET NEED DI DESA SUMBER TEBU KEC. BANGSAL-MOJOKERTO

0 0 7

JURNAL STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN DENGAN KASUS HIPERKOLESTEROLEMIA DI DUSUN SUMBE BENDO DESA SUMBER TEBU BANGSAL MOJOKERTO RIMAN NACIKIT NIM. 1514401014 Subject:Asuhan,Keperawatan,Keluarga,Hiperkolesterolemia DESCRIPTION

0 0 10

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA DENGAN DIABETES MILLITUS DI DESA SUMBER TEBU DUSUN GLONGGONGAN KEC. BANGSAL MOJOKERTO

0 0 9

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DIABETES MELITUS DI UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) PANTI WERDHA MAJAPAHIT – MOJOKERT

0 7 6

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIAYANG MENGALAMI INTOLERANSI AKTIVITAS DENGAN GOUT ARTRITIS DI ASRAMA SATU DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT – MOJOKERT

0 0 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PADA PASIEN DENGAN KASUS LUKA DIABETES MELITUS DI PUSAT PERAWATAN LUKA MAJAPAHIT MOJOKERTO

1 3 10

JURNAL STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VULNUS LACERATUM DI INSTALASI GAWAT DARURAT PUSKESMAS BANGSAL MOJOKERTO

2 19 9

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1 DENGAN HIPEREMESIS DI DESA GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO DIO TOMHISA 1514401004 Subject : Subject : Asuhan, keperawatan, keluarga, Ibu Hamil, Hiperemesis Description

0 2 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUANG HAYAM WURUK DI RSU Dr.WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

0 1 10