ASUHAN KEPERAWATAN LANSIAYANG MENGALAMI INTOLERANSI AKTIVITAS DENGAN GOUT ARTRITIS DI ASRAMA SATU DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT – MOJOKERT

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIAYANG MENGALAMI

  

INTOLERANSI AKTIVITAS DENGAN GOUT ARTRITIS

DI ASRAMA SATU DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT

  • – MOJOKERTO

  

Elfis Herian Nacikit

1514401005

  Subject : Intoleransi, aktivitas,Gout artritis, Lansia

  

Description

  Gout Artritis lansia umur 55 tahun keatas yang diakibatkan oleh kelainan pada metabolisme dengan gejala adanya peningkatan kosentrasi asam urat dalam darah. Tujuan penelitian adalah melaksanakan asuhan keperawatan lansia yang mengalami intoleransi aktivitas dengan gout artritis di Asrama Satu UPT Panti Wredha Mojopahit Mojokerto.

  Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Jumlah partisipan 2 orang yang mengalami masalah lansia Intoleransi aktivitas dengan gout artritis.Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan asuhan keperawatan yaitu mengkaji, analisa data, diagnosa, intvensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

  Hasil pengkajian keperawatan pada partisipan 1 dengan keluhan utama yaitu nyeri pada lutut saat melakukan aktivitas, partisipan 2 nyeri pada lutut sampai ke pinggang saat melakukan aktivitas. Didapatkan diagnosa pada kedua partisipan hanya 1(satu) yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri. Dilakukan intervensi dan implementasi keperawatan,mengkaji skala nyeri secara komprehensif mencatat lokasi dan intensitas 0-10, mengkaji respons emosi dan sosial terhadap aktivitas yang dilakukan klien, memberikan distraksi relaksasi menggunakan teknik kompres hangat untuk mengurangi nyeri, memberikan distraksi relaksasi menggunakan rebusan daun sirsak untuk mengurangi nyeri dan menurunkan kadar asam urat, membantu untuk membuat jadwal latihan di waktu

  

luang untuk meningkatkan aktivitas pada klien, membantu untuk membuat jadwal

latihan di waktu luang untuk meningkatkan aktivitas pada klien, mengajarkan

  gerakan tubuh aktif pada klien, mengevaluasi motivasi dan keinginan klien untuk

  

meningkatkan aktivitas. Hasil evaluasi pasien selama 3 hari, masalah teratasi

sebagian dengan kriteria hasil wajah tampak rileks, klien sudah bisa melakukan

  aktivitas sedikit demi sedikit, Hasil Indeks Barthel sedikit meningkat, tanda-tanda vital dalam batas normal.

  Kebutuhan akan infomasi tentang Intoleransi aktivitas dengan gout artritis yang baik dan benar sangat diperlukan, karena dengan adanya informasi dapat meningkatkan pengetahuan pada lansia serta perawat yang berada di panti werdha untuk melakukan perawatan pada lansia yang mengalami Intoleransi aktivitas dengan gout artritis yang benar.

  

Abstract

Gout Arthritis attacks the elderly aged 55 years and over that cause this

disease include gouty arthritis is a disease caused by abnormalities in metabolism

with an increase in the concentration of uric acid in the blood. The aim of the

researcher is to know gout arthritis in the elderly at Asrama Satu UPT Panti

Wredha Mojopahit Mojokerto

The design used in this study is a case study. The number of participants

was 2 (two) people who experienced problems with elderly who experienced

activity intolerance with gout arthritis. Data collection is done by doing nursing

care, namely reviewing, analyzing data, diagnosing, intervention, implementation

and evaluation of nursing.

   The results of nursing studies in participant 1 with the main complaint of

pain in the knee during the activity, participants 2 pain in the knee to the waist

while doing activities. Diagnosed in both participants only 1 (one) activity

intolerance associated with pain. Nursing interventions and implementation,

assessing pain scale comprehensively record location and intensity 0-10, assess

emotional and social responses to activities carried out by clients, provide

relaxation distraction using warm compress techniques to reduce pain, provide

relaxation distraction using soursop leaf decoction to reduce pain and reduce uric

acid levels, help to make exercise schedules in free time to increase activity on the

client, help to make exercise schedules at leisure to increase activity on the client,

teach active body movements to clients, evaluate motivation and client desires to

increase activity . The results of the evaluation of the patient for 3 days, the

problem was partially resolved with the criteria of facial results relaxed, the

client was able to do activities bit by bit, Barthel Index results slightly increased,

vital signs within normal limits The need for information about activity intolerance with good and right

gout arthritis is very necessary, because with the information can increase

knowledge of the elderly and nurses in nursing homes to care for the elderly who

experience activity intolerance with correct arthritis gout.

  Keywords: activity intolerance, arthritis gout, elderly Contributor : Eka Diah Kartiningrum,S.K.M.,M.Kes

  Dwiharini Puspitaningsih,S.Kep.,Ns, M.Kep

  Date : 30 Juli 2018 Indentifier : Right : Open Document

  Summary :

  Latar Belakang

  Penyakit gout atau athirtis gout adalah penyakit yang disebabkan oleh tumpukan asam urat/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi Junaidi (2016). Gout berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Hiperurisemia telah lama ditetapkan sebagai faktor etiologi utama dalam gout (Gliozzi, 2015).

  Menurut Damayanti (2016) Asam urat terjadi terutama pada laki-laki, mulai dari usia pubertas hingga mencapai puncak usia 40-50 tahun, sedangkan pada perempuan, presentase asam urat mulai didapat setelah memasuki masa menopous. Kejadian asam urat baik di negara maju ataupun negara berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40- 50 tahun. Kadar asam urat pada pria meningkat sejalan dengan peningkatan usia seseorang. Hal ini terjadi karena pria tidak memiliki hormon estrogen yang dapat membantu membuang asam urat sedagkan perempuan memiliki hormon estrogen yang ikut membantu membuang asam urat lewat urin

  WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. (Rabea, 2016).

  Penyakit gout merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling kuat yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia. (Setyoningsih, 2015)

  Hasilproyeksi yang di dapatkan di UPT Panti Werdha Majapahit Mojokerto adalah 37 orang jumlah lansia dengan Gout Artritis sebanyak 4 orang. Penyakit Gout arthritis masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan, dibuktikan dari berbagai kasus komplikasi dari penyakit ini seperti gagal ginjal, batu ginjal dan lain-lain masih cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatannya seperti masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi makanan tanpa memperhatikan kandungan dari makanan tersebut. Faktor aktivitas yang berlebihan juga dapat memperburuk dan mendukung adanya komplikasi penyakit Gout artritis tersebut (Damayanti,2014)oleh karena itu, penatalaksanaan goutartritis harus dilakukan dengan cermat agar tidak menimbulkankomplikasi yang lebih parah dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yang profesional.

  Berdasarkan uraian diatas maka peneliti akan melakukan studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan Lansia Yang MengalamiIntoleransi Aktifitas Fisik

  Dengan Gout Artritis diAsrama Satu UPT Panti Werdha Mojopahit-Mojokerto tahun 2018”.

  Metode Penelitian

  Desain yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus untuk mengetahui “Asuhan Keperawatan Lansia Yang

  Mengalami Intoleransi Aktifitas Fisik Dengan Gout Artritis bertempat di Asrama Satu UPT Panti Werdha Mojopahit – Mojokerto

  Uji keabsahan dilakukan dengan memperpanjangkan waktu pengamatan atau tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari 3 waktu data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien sehingga nantinya dapat hasil relevan. Analisa data yang digunakan yaitu dari analisa data hasil pengkajian, dari analisa data ditegakan diagnosa keperawatan kemudian dibuat intervensi keperawatan dan dilakukan implementasi.Setelah selesai implementasi dilakukan evaluasi.

  Hasil dan Pembahasan 1. Pengkajian

  Dalam pengkajian didapatkan bahwa klien 1 mengatakan nyeri pada kedua lutut saat melakukan aktivitas :“sekarang yang saya keluhkan nyeri mas, nyeri pada kedua lutut saya saat melakukan aktivitas”Hasil observasi menunjukkan nyeri pada kedua lutut saat melakukan aktivitas dengan skala 5 (nyeri sedang), klien mengatakan nyeri pada kedua lututnya, nyeri yang dirasakan hilang timbul, posisi nyeri pada bagian lutut, nyeri yang di rasakan pada pagi hari (subuh) dan saat melakukan aktivitas, terlihat klien menggunakan tongkat untuk berjalan, hasil Indeks Bathel : 75

  Sedangkan pada klien 2 juga mengatakan nyeri pada kedua lututnya sampai ke pinggang saat melakukan aktivitas :“Keluhan saya nyeri mas, nyeri pada kedua lutut sampai ke pinggang saat melak ukan aktivitas”Hasil okbservasi menunjukan klien nyeri pada bagian lutut sampai kepinggang saat melakukan aktivitas, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Posisi nyeri pada daerah lutut., skala nyeri 6 ( nyeri sedang) nyeri yang dirasakan rasakan pada pagi hari (subuh) dan saat melakukan aktivitas.

  Artritispirai (Gout ) adalah Kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi Gout didalam cairan ekstraseluler. ( Edward Stefanus, 2010 ).Teori ini menjelaskan penyakit bahwa gout artritis sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi Gout didalam cairan ekstraseluler atau suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi Kristal Gout pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (Gout serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau ekresi Gout yang kurang dari ginjal.( Sudoyo, dkk, 2011).

  Dalam penelitian ini ke dua klien mengalami nyeri yang disebabkan oleh suatu proses inflamasi. Secara klinis ditandai dengan adanya arthritis, tofi, dan batu ginjal. Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari dan kaki sebelah dalam, disebut podagra.Gejala lain dari artritis pirai akut adalah demam, menggigil, perasaan tidak enak badan dan denyut jantung yang cepat, sendi bengkak, kemerahan, nyeri hebat, dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak (akut).Manifestasi klinis gout terdiri dari artritis gout akut, interkritikal gout, dan gout menahun (kronik) dengan tofi. Ketiga stadium ini merupakan stadium yang klasik dan di dapat deposisi yang progresif kristal urat.

  2. Diagnosa Keperawatan

  Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien satu dan klien dua hanya satu diagnosa keperawatan. Diagnosa diprioritaskan pada subyek satu dan subyek dua adalah intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri.

  3. Perencanaan

  Perencanaan pada klien satu dan dua pada diagnosa keperawatan intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri yaitu : kaji skala nyeri secara komprehensif mencatat lokasi dan intensitas (0-10), kaji respons emosi dan sosial terhadap aktivitas yang dilakukan klien, berikan distraksi relaksasi menggunakan teknik kompres hangat untuk mengurangi nyeri, berikan distraksi relaksasi menggunakan rebusan daun sirsak untuk mengurangi nyeri dan menurunkan kadar asam urat, bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,psikologis dan sosial, bantu untuk

  membuat jadwal latihan di waktu luang untuk meningkatkan aktivitas pada klien, ajarkan gerakan tubuh pasif atau aktif pada klien, evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktivitas.

  Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurungkan atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini dilaksanakan sesuai dengan penentuan prioritas diagnosa, penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan sesuai intervemsi keperawatan yang telah ditetapkan ( Hidayat, 2010).

  Perencanaan pada kasus ini ditinjau dari teori ini jauh berbeda terutama pada diagnosa keperawatan yang muncul , hal ini disebabkan karena pada perencanaan sudah tercantum intervensi yang sesuai dengan teori dengan menambahkan intervensi yang sesuai dengan kasus yang ada. Peneliti dalam melakukan perencanaan terhadap tindakan pada intinya sama dengan teori yang telah ada yang disesuaikan dengan kondisi pasien di panti werdha majapahit mojokerto.

  4. Tindakan Tindakan keperawatan pada klien satu dan dua terhadap nyeri meliputi: mengkaji nyeri secara komprehensif, mencatan lokasi dan intensitas

  (skala 0-10), mengkaji respons emosi dan sosial terhadap aktivitas yang dilakukan klien, memberikan distraksi relaksasi menggunakan teknik kompres hangat untuk mengurangi nyeri, memberikan distraksi relaksasi menggunakan rebusan daun sirsak untuk mengurangi nyeri dan menurunkan kadar asam urat, membantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,psikologis dan sosial, membantu untuk membuat

  jadwal latihan di waktu luang untuk meningkatkan aktivitas pada klien,

  mengajarkan gerakan tubuh aktif atau aktif pada klien, mengevaluasi motivasi

  dan keinginan klien untuk meningkatkan aktivitas

  Tindakan keperawatan merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Pada tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi serta kemapuan dalam prosedur tindakan (Hidayat, 2010). Pada pelaksanaan keperawatan terhadap klien satu dan dua semuanya sama yaitu mengkaji nyeri secara komprehensif, mencatan lokasi dan intensitas (skala 0-10), mengkaji respons emosi dan sosial terhadap aktivitas yang dilakukan klien, memberikan distraksi relaksasi menggunakan teknik kompres hangat untuk mengurangi nyeri, membantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,psikologis dan sosial, membantu untuk membuat jadwal latihan di waktu luang untuk meningkatkan aktivitas pada klien, mengajarkan gerakan tubuh aktif atau aktif pada klien, memberikan distraksi relaksasi menggunakan rebusan daun sirsak(Annona muricata linn) adalah salah satu jenis terapi non farmakologis yang berfungsi sebagai analgetik yang mampu mengurangi nyeri dan menurunkan kadar asam urat, mengevaluasi motivasi dan ke inginan klien

  untuk meningkatkan aktivitas.

5. Evaluasi

  Evaluasi terhadap Intoleransi aktivitas dan nyeri pada klien satu dan dua yang sebelumnya mengalami nyeri sedang dan keterbatasan aktivitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari skala nyeri intensitas nyeri tersebut dapat berkurang menjadi nyeri ringan, klien dapat melakukan aktivitas sedikit demi sedikit.

  Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana. tercapai atau tiidak. Evaluasi terdiri dari formatif, yang dilakukan saat memverikan intervensi denag respon segera dan evaluasi sumatif dengan hasil observasi dan analisis pasien padawaktu tertentu berdasarkan tujuan yang pdirencanakan (Hidayat, 2010). Penatalaksanaan non farmakologis pada nyeri adalah menggunakan rebusan daun sirsak ( Ramdhany, 2016 )

  “ manfaat dan kasiat resbusan daun sirsak

  “. Evaluasi keperawatan terhadap klien satu dan klien dua dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut. evaluasi keperawatan dilaksanakan pada diagnosa yang sudah dilakukan keperawatan yang muncul sehingga peneliti dapat mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan apakah ada perkembangan kondisi klien atau tidak. Dalam hal ini kedua subyek penelitian mengalami penurunan nyeri dari sedang menjadi ringan, klien dapat melakukan aktivitas sedikit demi sedikit hal ini disebabkan pemberian rebusan daun sirsak dan kompres air hangat yang dapat mengurangi nyeri, membantu untuk membuat jadwal latihan di waktu luang untuk meningkatkan aktivitas pada klien, mengajarkan gerakan tubuh aktif atau aktif pada klien Rekomendasi

  Disarankan pihak panti agar dapat menggunakan pengobatan non farmakologis kompres air hangat serta rebusan air daun sirsak dalam pengobatan penyakit gout artritis.

  

DAFTAR PUSTAKA

Azisah. 2017 . Keperawatan Lanjut Usia . Yogyakarta: Graha Ilmu.

  Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta. Edward 2006.Artritis Pirai (Artritis Gout) dalam Buku Ajar. Ilmu Penyakit Dalam.

  Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu. Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas.

  Fatimah.2010. Merawat Manusia lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses.

  Keperawatan Gerontik . Jakarta : Trans Info Media

  Fitriana,2015. Cara Cepat Usir Asam Urat. Jogyakarta.Medika Hernawati,I. 2006. Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk

  Tenaga,Kesehatan .Depkes:Jakarta

  Hidayat. 2010.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa

  Data ,Jakarta :Salemba Medika Doenges E. Marilyn 2000, Rancana Asuhan Keperawatan, EGC.Jakarta.

  NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi EGC..Jakarta. Nugroho. 2013.Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. EGC. Jakarta Nursalam.2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

  Salemba. Jakarta. Nursalam, & Siti, Pariani.2001. Pendekatan Riset Keperawatan. Salemba. Jakarta. Rita Fadilah. 2016 .Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan.

  Posyandu Lansia di Desa Blitarejo Kecamatan Gading Kabupaten.

  Pringsewu. Susenas. 2014. Statistik Penduduk Lansia. Ban-Litbang. Depkes RI Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1.

  Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerantik, Edisi Kedua. Jakarta: EGC Helmi, 2013.Trigger Finger.Buku Ajar GangguanMuskuloskeletal..Jakarta : Penerbit Salembamedika.

  Chintyawati, 2014.dalam hubungan nyeri dengan kemandirian dalam aktifitas kehidupan sehari - hari pada lansia di posbindu karang mekar.

  Alamat correspondensi Email Alamat :Desa waelana-lana, Kec. Fena Liesel, Kab. Buru No. Hp : 085244156904