THE IMPACTS OF FE WITH VITAMIN C AND DATE EXTRACT CONSUMPTION TO THE INCREASING LEVEL OF HAEMOGLOBIN ON ANEMIA FEMALE STUDENTS IN PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KRAPYAK BANTUL YOGYAKARTA
Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan
THE IMPACTS OF FE WITH VITAMIN C AND DATE EXTRACT
CONSUMPTION TO THE INCREASING LEVEL OF
HAEMOGLOBIN ON ANEMIA FEMALE STUDENTS IN PONDOK
PESANTREN AL-MUNAWWIR KRAPYAK BANTUL
YOGYAKARTA
Oleh
) 2) 3)
Silvia Ari Agustina¹ Siti Faujiah Siti Khadijah Lanangu
Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Jl. Ringroad Barat Ambarketawang
Gamping Sleman, Telp. (0274) 4342000 Email: [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang. Penelitian tentang tablet zat besi (Fe) telah banyak dilakukan, akan tetapi hasilnya dinilai kurang signifikan terhadap peningkatan hemoglobin secara statistik. Hal ini terjadi karena zat besi yang diserap oleh tubuh kurang optimal. Vitamin C dipercaya dapat membantu penyerapan zat besi dalam tubuh. Selain dengan tablet Fe, ternyata kurma juga mempunyai kandungan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sari kurma merupakan ekstrak buah kurma alami yang telah diolah dan disajikan dalam bentuk botol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tablet Fe dengan vitamin C dan sari kurma terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada Siswi Anemia di Pondok Pesantren Pandanaran Ngaglik Sleman Yogyakarta. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan wawasan kepada tenaga kesehatan sebagai alternatif untuk membantu menurunkan angka anemia. Objek dan Metode. Objek penelitian ini siswi anemia dengan total sampel yang digunakan adalah 34 sampel. Terdapat 2 kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok 17 sampel. Desain penelitian quasi experiment dengan metode pretest and posttest with
control group . Analisis data yang digunakan adalah uji parametrik T-Test
Hasil. Terdapat perbedaan kadar hemoglobin yang sangat signifikan antara pre dan post pemberian Fe dengan vitamin C ( p value 0,006). Untuk perbedaan kadar hemoglobin antara pre dan post pemberian sari kurma juga ada pengaruh yang signifikan dengan nilai p value 0,027. Selisih post pemberian terapi, ternyata tidak adaperbedaan kadar hemoglobin yang bermakna antara kelompok yang diberikan tablet Fe dan vitamin C dengan kelompok yang diberikan sari kurma. Kesimpulan.
Berdasarkan pre-post peningkatan kadar Hb lebih signifikan pada kelompok yang diberikan tablet Fe dan vitamin C dari pada kelompok sari kurma.
Kata kunci: Tablet Fe, Vitamin C, Sari Kurma, Hemoglobin ABSTRACT
Background. The research about iron tablet (Fe) has been done in many ways, but most of the results did not show a significant level of increasing on haemoglobin statistically. This may due to the iron substances were not absorbed by the body optimally. Vitamin C is believed is a subtance that can help the iron absorpstion in the body. Date extract has iron substance needed by the body. Date extract is natural dates tha has been proceed and served in a bottle. The aim of this research is to know the impact of Fe with Vitamin C and date extract consumption to the increasing level of haemoglobin in Pondok Pesantren Pandanaran Ngaglik Sleman Yogyakarta. The use of this research is to deliver the information to health workers to decrease the anemia rate. Object and Method. The object of this research were anemia female students with the number of 34 samples. There were 2 treatment groups with 17 member each. The research design was quasi experimental with pretest and posttest with control group method.Data analysis used parametric T- Test. Result. There was a significant difference of haemoglobin level between pre and post Fe with vitamin C consumption (p value 0,006). There was also difference betwewn pre and post date extract consumption and also significant impact with p value 0.027. The difference of post treatment, in fact there was no significant impact on haemoglobin level between Fe and vitamin C group and date extract group. Conclusion. Based on pre-post treatment, the increasing level of haemoglobin on fe and vitamin C group was more significant than date extract group.
Keywords : Fe tablet, vitamin C, date extract, haemoglobin
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
Hemoglobin merupakan parameter status besi yang memberikan suatu ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah terjadi anemia (Pearce, 2009). Kadar hemoglobin yang kurang berdasarkan nilai rujukan, merupakan salah satu tanda dari anemia. Salah satu patogenesis dasarnya adalah defisiensi besi. Perempuan mengalami anemia apabila kadar hemoglobin < 12 gr% (Gandasoebrata, 2006).
Menurut Survei Nasional Kesehatan Keluarga (SNKK) menyebutkan bahwa angka kejadian anemia gizi sebanyak 70-80% pada anak-anak, 70% pada perempuan hamil, dan 24% pada remaja perempuan. Angka kejadian anemia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia gizi besi secara nasional pada remaja usia 13-18 tahun sebesar 22,7%. Hasil penelitian Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Fakultas Kedokteran UGM tahun 2012 menunjukkan bahwa 34% dari 280 remaja putri SMA mengalami anemia (Pemerintah Kota Yogyakarta, 2013). Data tersebut mengindikasikan bahwa anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.
Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya. Selain itu, ketidakseimbangan asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap makanan (Arisman, 2007; Proverawati, 2011).
Pemerintah belum mengadakan program yang dimasukkan dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk menanggulangi atau memberi pengetahuan mengenai anemia khususnya anemia defisiensi besi pada remaja putri di sekolah-sekolah. Program pemerintah baru ditunjukkan pada ibu hamil agar tidak melahirkan anak yang anemia. Remaja dan dewasa yang mengalami anemia ringan sampai berat disarankan untuk mengonsumsi tablet zat besi 60 mg sampai 120 mg setiap harinya (Arisman, 2007).
Zat besi dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin dan sangat sedikit diekskresi oleh tubuh. Apabila sel darah merah pecah, besi disimpan dan kemudian dipergunakan kembali
(Watson, 2002). Angka kebutuhan gizi zat besi pada remaja perempuan 19-26 mg/hari, dan besi yang hilang akibat menstruasi sebesar 28 mg/periode, sehingga perempuan saat mensruasi membutuhkan tambahan asupan zat besi (Sacher dan Richard, 2004; Adriani, 2012).
Penelitian mengenai pengaruh suplemen zat besi terhadap peningkatan Hb telah banyak dilakukan (Wibowo dan Purba, 2006), akan tetapi dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara suplemen zat besi terhadap peningkatan Hb (Kristyan, 2011; Fanny, 2012; Gony, 2015). Sehingga tablet Fe dianggap kurang optimal dalam meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Hal ini disebabkan karena penyerapan zat besi yang tidak sempurna. Penyerapan zat besi juga dipengaruhi oleh kandungan vitamin C yang ada pada makanan maupun dalam tablet vitamin C. Vitamin C merupakan faktor utama yang mendorong penyerapan zat besi nonheme . Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi nonheme sampai empat kali lipat (Wirakusumah, 1999).
Selain dengan suplemen Fe, ternyata kurma juga mempunyai kandungan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kurma mempunyai nama latin Phoenix dactilifera yang mengandung nutrisi yang berguna bagi tubuh. Subarnas (2010), melaporkan bahwa khasiat tumbuhan herbal belum mendapat perhatian dan hal ini perlu dikembangkan. Buah kurma kaya akan zat besi yang meningkatkan kadar hemoglobin. Selain itu, kurma juga mengandung protein, serat, glukosa, vitamin, biotin, niasin, dan asam folat. Kurma juga mengandung mineral seperti kalsium, sodium dan potasium. Kadar protein pada buah kurma sekitar 1,8-2 %, kadar glukosa sekitar 50-57%, dan kadar serat 2-4% (Jahromi et al, 2007). Kandungan protein, karbohidrat, dan lemak pada sari kurma mendukung proses sintesis hemoglobin (Sotolu et al, 2011). Sari kurma merupakan hasil olahan buah kurma yang memiliki kandungan besi sebesar 1,5 mg per ml (Decuypere, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zen (2013), menyebutkan bahwa Sari kurma dosis 1,6 ml dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada tikus putih jantan galur wistar.
Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta merupakan salah satu Pondok Pesantren tertua di Yogyakarta. Siswi di Pondok Pesantren diwajibkan untuk tinggal di Asrama Pondok dan setiap harinya mendapatkan konsumsi dari Pondok Pesantren.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian Fe dengan vitamin C dan sari kurma terhadap peningkatan hemoglobin pada siswi di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakandesain quasi experiment dengan metode Pre Post-test Control
Group Design. Dalam rancangan ini sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok I diberi
suplementasi Fe dan Vitamin C dan kelompok II diberi sari kurma. Lokasi penelitian dilakukan di
Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta pada tanggal 18 September sampai 23 Oktober 2016. Instrumen yang digunakan adalah alat laboratorium untuk pemeriksaan kadar hemoglobin dengan metode Cyanmeth Hemoglobin.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang mengalami anemia (kadar Hb < 12 gr%). Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Teknik menetapkan kelompok dengan membagi sesuai yang diminati oleh siswi, jika berat sebelah maka akan ditentukan oleh peneliti, atas pertimbangan siswi mempunyai keinginan dalam keikutsertaannya menjadi sampel penelitian. Pada saat pelaksanaan ada satu siswi yang keberatan menjadi kelompok sari kurma, dengan alasan tidak suka dengan rasa dari sari kurma. Kemudian ditawarkan pada kelompok yang diberikan Fe, dan ada siswi yang mau tukeran dengan siswi yang tidak suka dengan sari kurma tersebut.
Awalnya target untuk sampel masing-masing kelompok adalah 20 sampel, akan tetapi pada saat dilakukan pemeriksaan ulang pada 55 siswi, yang mengalami anemia sejumlah 38 responden. Kemudian dari data tersebut dijadikan 2 kelompok dengan jumlah masing-masing kelompok 19 remaja. Setelah diberikan perlakuan selama 5 minggu, ternyata ada 4 responden yang harus dilakukan drop out karena keluar dari pondok pesantren, sehingga jumlah sampel menjadi 34 responden. Uji statistik yang digunakan uji paired sample t-test .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan uji statistik parametrik, maka dilakukan uji normaliktas data sebagai uji prasyarat parametrik. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Saphiro-Wilk. Keputusan data terdistribusi normal atau tidak, jika nilai p > 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas, semua variabel terdistribusi dengan normal, sehingga syarat uji statistik parametrik terpenuhi
Pengaruh Pemberian Fe dan Vitamin C terhadap Peningkatan Hemoglobin
Suplementasi besi merupakan salah satu cara untuk menanggulangi defisiensi besi dan dipercaya dapat menurunkan prevalensi anemia. Pada keadaan pendarahan berlebihan atau pendarahan normal pada haid, kehilangan besi akibat pendarahan harus diganti. Karena haid rata- rata mengeluarkan darah 60 ml per bulan, yang sama dengan 28 mg besi (Sacher dan Richard, 2004; Adriani, 2012). Untuk menjaga keseimbangan Hb saat menstruasi disarakan remaja dan dewasa untuk mengonsumsi tablet zat besi 60 mg sampai 120 mg setiap harinya dan untuk pencegahan minimal 1 tablet per minggunya. Vitamin C juga dapat mencegah anemia dengan cara meningkatkan penyerapan besi dari usus atau dengan membantu mobilisasi besi dan disimpan tubuh (Andrews, 2005).
Tabel 4.6 Hasil uji analisis paired sample t-testCI 95% T P Variabel Dependen SE Mean
Lower Upper Pre-Post Fe dan Vit C 0,13 -0,66 -0,13 -3,146 0,006 Pre-Post Sari Kurma 0,11 -0,51 -0,04 -2,444 0,027
Sumber: Data Primer, 2016 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan kadar Hb sebelum dan sesudah perlakuan pemberian tablet Fe dengan kadar 60 mg dan vitamin C 50 mg selama 4 minggu pada siswi yang anemia mayoritas mengalami kenaikan sebesar 70,6% dari total responden. Jika dilihat dari perubahan kadar Hb, perubahan minimum -0,50 gr% dan kenaikan maksimum 1,40 gr%. Jika menurut Katzung (2002), pengobatan dengan preparat besi, seorang pasien dinyatakan memberikan respon baik bila retikulosit naik pada minggu pertama, mencapai puncak pada hari ke-10 dan normal lagi setelah hari ke 14, diikuti kenaikan Hb 0,15 g/hari atau 2 g/dl setelah 3-4 minggu.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan dengan nilai p=0,006 (p<0,01) antara Hb sebelum diberikan perlakuan dengan setelah diberikan Fe dan vitamin C. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwipayani, 2008 dengan hasil bahwa Penambahan vitamin C dan Fe dapat meningkatkan kadar Hb pada remaja putri. Vitamin C mempunyai fungsi dalam metabolisme Fe terutama untuk mempercepat proses penyerapan Fe dalam usus dan proses pemindahannya ke dalam darah. Vitamin C juga terlibat dalam mobilisasi simpanan Fe terutama dalam pembentukan hemosiderin dalam limpa.
Pembentukan hemoglobin memerlukan beberapa zat gizi dalam pembentukan sel darah merah, yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12, dan asam folat,dan membutuhakan vitamin C untuk membantu penyerapan dalam zat besi dalam tubuh. Tanpa zat gizi tersebut, pembentukan sel darah merah tidak akan mencukupi.Selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya (Wirakusumah, 1999).
Kurangnya zat besi dapat menyebabkan kemampuan dan konsentrasi belajar menurun, mudah lelah, tidak berkembangnya otak dan perkembangan kecerdasaan otak, memperhambat pertumbuhan, gangguan saluran pencernaan, serta ketidakstabilan imun sehingga berisiko terkena infeksi (Almatsier, 2003; Widyastuti, 2008; Proverawati, 2011).
Pengaruh Pemberian Sari Kurma terhadap peningkatan Hb
Sari kurma merupakan salah satu hasil produksi atau olahan dari buah kurma yang dipercaya mempunyai segudang nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh, salah satunya adalah zat besi. Dalam kurma juga terdapat beberapa nutrisi lainnya seperti vitamin C dan asam folat, yang mendukung penyerapan zat besi dalam tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan kadar Hb sebelum dan sesudah perlakuan mayoritas mengalami kenaikan Hb sebesar 64,7% dari total responden. Jika dilihat dari perubahan kadar Hbnya, minimum -0,40 gr% dan kenaikan maksimum 1,00 gr%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan nilai p=0,027 (p<0,05) antara Hb sebelum diberikan perlakuan dengan setelah diberikan sari kurma. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Zen (2013) bahwa pemberian sari kurma berpengaruh terhadap kadar hemoglobin pada tikus anemia. Hasil ini menunjukkan bahwa sari kurma yang kaya akan zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Febriansyah (2013), bahwa adanya peningkatan kadar hemoglobin antara sebelum dan sesudah pemberian kurma dan madu di mana perbedaan tersebut bermakna secara statistik.
Kandungan protein, karbohidrat, dan lemak pada sari kurma mendukung proses sintesis hemoglobin (Sotolu et al., 2011). Karbohidrat dan lemak membentuk suksinil CoA yang selanjutnya bersama glisin akan membentuk protoporfirin melalui serangkaian proses porfirinogen. Protoporfirin yang terbentuk selanjutnya bersama molekul heme dan protein globin membentuk hemoglobin (Murray et al., 2003). Kombinasi buah kurma yang kaya kandungan glukosa, Ca, Fe, Zn, Cu, P, dan niasin dengan palmyra yang kaya kandungan vitamin A dan kelapa yang kaya kandungan Na dan K mampu memperbaiki kadar hemoglobin pada pasien anemia (Barh dan Mazumdar, 2008).
Perbedaan selisih kadar hemoglobin setelah pemberian kombinasi Fe dan Vitamin C dengan
Sari KurmaHasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p=0,641, sehingga p>0,05 dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemberian Fe dan vitamin C dengan pemberian sari kurma. Sebenarnya dari nilai mean-nya secara absolut sudah tampak dengan jelas, bahwa di antara rata-rata kedua perlakuan tersebut nilai meannya tidak berbeda jauh hanya selisih 0,11. Akan tetapi jika dilihat dari hasil uji analisis pre dan post perlakuan, kedua kelompok tersebut sama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan. Berarti antara pemberian Fe dan vitamin C dengan pemberian sari kurma, sama-sama bisa meningkatkan kadar Hb, hanya saja untuk kedua kelompok tersebut tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan kadar Hb.
Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Independent T. TestProb. CI 95% T P SE
Mean Levene Lower Upper
Mean Test
Fe & Vitamin C 11,31 0,21 -0,59 0,37 Sari Kurma 11,42 0,12 -0,60 0,38
0,057 -0,470 0,641 Sumber: Data Primer, 2016 Subarnas (2010), juga menyebutkan bahwa selain dengan suplemen Fe, ternyata kurma juga mempunyai kandungan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kurma mempunyai nama latin
Phoenix dactilifera yang mengandung nutrisi yang berguna bagi tubuh. Buah kurma kaya akan zat
besi yang meningkatkan kadar hemoglobin.KESIMPULAN
Antara pemberian Fe dengan vitamin C dan Sari kurma sama-sama mempunyai perbedaan kadar hemoglobin yang signifikan antara pre dan post pada siswi anemia di Pondok Pesantren Al- Munawwir Krapyak Bantul Yogyakarta.
Jika dilihat dari selisihnya tidak ada perbedaan yang bermakna selisih kadar hemoglobin antara kelompok yang diberikan tablet Fe dan vitamin C dengan kelompok yang diberikan sari kurma pada siswi anemia di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Bantul Yogyakarta. Artinya kedua perlakuan ini sama-sama dapat meningkatkan kadar Hb pada remaja yang mengalami anemia.
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu kontrol untuk makanan yang dikonsumsi oleh siswi setiap harinya, sehingga tidak tahu dengan pasti apakah makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi penyerapan zat besi. Meskipun dilakukan kontrol setiap minggunya, peneliti tidak bisa mengontrol penuh apakah tablet Fe, Vitamin C, dan sari kurma sudah diminum sesuai dengan petunjuk atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA Adriani M, Wirjatmadi B. (2012). Asuhan Gizi Nutritional Care Process . Graha Ilmu: Yogyakarta.
Almatsier S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Andrews, N.C. (2005), England : J Med.
Understanding Heme Transport, Arisman. (2007). Gizi dalam Daur Kehidupan . Jakarta : EGC.
Barh, D., Mazumdar, B.C. (2008). Comparative Nutritive Values of Palm Saps Before and after Their Partial Fermentation and Effective Use of Wild Date (Phoenix sylvestris Roxb.) Sap in Treatment of Anemia.
, 3(2): 173-17. Di
Research Journal of Medicine and MedicalSciences akses: 7 Mei 2016.
Decuypere. (2000). Dr. Decuypere’s Nutrient Charts. Dalam:
Di akses: 7 Mei 2016. com/minerals-nutrition-chart.html.Dwipayani AASM, Wirjatmadi B, Adriani M. (2008). Pengaruh Pemberian Sirup Besi, Vitamin C dan Vitamin A terhadap Kadar Hb Balita dengan Anemia (Penelitian Eksperimental di Kabupaten Buleleng) . Dept Gizi Kesehatan FKM UNAIR : Surabaya. Fanny L, dkk. (2012). Pengaruh Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar HemogloBin Ibu Hamil Di Puskesmas Tamamaung Tahun 2011. Media Gizi Pangan Edisi 1. Vol.XIII.
Febriansyah H, Indriawati R. (2013). Pengaruh Pemberian Kurma (Phoenix dactilifera) dan Madu terhadap Kadar Hemoglobin pada Kelompok Usia 16 Sampai 18 Tahun.
(Apex dorsalis) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Gandasoebrata, Ratwita. (2006). . Dian Rakyat: Jakarta.
Penuntun Laboratorium Klinik
Gony DMM, Kapantow M, Sondakh R. (2015). Hubungan Antara Asupan Zat Besi (Fe) dengan Kadar Hemoglobin (Hb) pada Anak Usia 1-3 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomut Kota Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat Sam Ratulangi.
Jahromi K, Rafiee, Jafari A, Tabatabaeefar. (2007). Determination of dimension and area properties of date (Barhi) by image analysis. Agric Food and Biol Eng 15: 21-24. Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik edisi II . Jakarta: Salemba Medika Kristyan N. (2010). Perbedaan Kadar Hemoglobin Sebelum dan Setelah Pemberian Tablet Besi
(Fe) pada Santri Putri di Pondok Pesantren Al-Hidayah Kabupaten Grobogan. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol. 3: (24-37). Murray et al. (2003). Biokimia Harper Edisi 25 . Alih Bahasa Andry Hartono. Jakarta: EGC. Pearce E. (2009). . PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis
Proverawati, dkk. (2011). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan . Nuha Medika: Yogyakarta Riset Kesehatan Dasar. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 . Jakarta: Kemenkes RI.
Sacher RA, Richard AM. (2004). Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium edisi 11 . Alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari. EGC: Jakarta. Sotolu, A.O, Kigbu, A.A., Oshinowo, J.A. (2011). Nutritional Evaluation Of Date Palm
( Phoenixdactylifera ) Seeds and Fruit As Source Of Feeds In Aquaculture. EJEAF Che, 10(5) . Di akses: 9 Mei 2016. Subarnas
A. (2009). Penelitian Herbal Belum Mendalam. Dalam : http://
health.kompas.com/read/2010/11/09/08562717/Penelitian.Herbal.Belum.Mendalam.html. Di akses: 9 Mei 2016.
Watson R. (2002). Anatomi Fisiologi untuk Pera wat . ECG: Jakarta. Wibowo N, Purba RT. (2006). Anemia Defisiensi Besi Dalam Kehamilan, Dexa Media, JurnalKedokteran dan Farmasi, Vol. 19 : 3-7.
Widyastuti, dkk. (2009). . Fitramaya: Yogyakarta.
Kesehatan Reproduksi Wirakusumah ES. (1999). Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi . PT. Trubus Agriwidya: Jakarta.