Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh

Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh Agus Naufal JAM

Tridoyo Kusumastanto 14, 2

  Direvisi, Desember 20 15 Diterima, Oktober 2015 Program Pascasarjana Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika IPB Februari 2016 Achmad Fahrudin Disetujui, April 2016 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan IPB

  Abstract: Overfishing has made marine resources will be exhausted in the future, conse- quently this resource must be managed properly. Good fisheries management should con- sider many aspects. Therefore, this study aims to identify the policy and the relationship between the sub-systems of ecological, economic, and social aspects, as well as to calculate the financial feasibility of Skipjack fishery on the north beach of Aceh. The method used in this study were dynamic analysis, and feasibility analysis. The results showed in the long term based on the total allowable effort policy simulation and additional effort restrictions, the optimal management policy that gives the biggest economic rent is Rp. 40.329 billion will be achieved in 2033 with a total production of 3,191 tons per year. Skipjack fishing sector is still able to absorb workers without excessive depletion with the enforcement policy of limiting the addition of effort. Dynamic analysis showed that optimal and sustainable Skipjack resource management should be limited at the level of maximum economic rent then an increase of 20 percent effort per year can be added until the level of sustainable effort.

  NPV is Rp. 2.311 billion and the value of Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) is 1.97, indicating that investment of Skipjack purse seine vessels 40 GT on the North Beach of Aceh is feasible.

  Keywords: skipjack, dynamic analysis, financial feasibility, North Beach of Aceh Abstrak: Penangkapan ikan secara berlebih dapat menyebabkan habisnya sumberdaya di masa yang akan datang, oleh karena itu sumberdaya perikanan harus dikelola dengan baik.

  Pengelolaan perikanan yang baik adalah pengelolaan yang mempertimbangkan banyak aspek. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: melihat kebijakan dan hubungan keterkaitan antara sub sistem ekologi, ekonomi, dan sosial, serta menghitung kelayakan bisnis perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh. Metode yang digunakan adalah analisis dinamik, dan analisis kelayakan usaha. Hasil penelitian ini adalah dalam jangka panjang berdasarkan simulasi kebijakan total allowableeffort dan pembatasan penambahan effort, maka kebijakan pengelolaan optimal yang memberikan rente ekonomi terbesar yaitu sebesar 40,329 milyar rupiah dicapai pada tahun

  Jurnal Aplikasi 2033 dengan jumlah produksi sebesar 3.191 ton per tahun. Sektor perikanan Cakalang masih

  Manajemen ( JAM) mampu menyerap tenaga kerja tanpa melakukan pengurasan sumberdaya secara berlebihan

  Vol 14 N o 2, 20 16 dengan diberlakukannya kebijakan pembatasan penambahan effort. Analisis dinamik juga

  Terindek s dalam

Google Scholar menunjukkan bahwa untuk pengelolaan optimal sumberdaya ikan Cakalang yang berkelanjutan,

maka effort dibatasi hingga mencapai rente ekonomi maksimum dan selanjutnya peningkatan effort sebesar 20 persen tiap tahunnya dapat ditambahkan sampai batas effort lestarinya, hal Agus Naufal, Program Pasca- Alamat Korespondensi: ini terjadi karena diantara sub model-sub model pada model pengelolaan perikanan Cakalang 26332.14.2.03 dx.doi.org/10.18202/jam230 sarjana IPB, DOI: http:// tersebut memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain. Nilai NPV sebesar 2,311 milyar rupiah

  Agus Naufal, Tridoyo Kusumastanto, Achmad Fahrudin

dan nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,97, menunjukkan bahwa investasi kapal purse seine berukuran 40

GT pada penangkapan ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh layak dilaksanakan.

  Kata Kunci: cakalang, analisis dinamik, kelayakan ekonomi, Pantai Utara Aceh

Analisis Dinamik

  Sistem adalah suatu gugus atau keseluruhan gu- gus dari elemen yang saling berinteraksi dan ter- organisasi antar unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja untuk mencapai satu tujuan atau satu gugus dari tujuan-tujuan (Manetsch dan Park, 1979 dalam Eriyatno, 1999; Ruth dan Hannon, 1994). Sebuah sistem merupakan sebuah

  Pantai Utara Aceh. Analisis kelayakan yang diguna- kan dalam menentukan layak atau tidak layak suatu program, yaitu Net Present Value (NPV), dan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C).

  seine yang menangkap ikan Cakalang pada perairan

  Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menge- tahui kelayakan finansial investasi pada kapal purse

  Analisis dinamik dilakukan untuk melihat kebijak- an danhubungan keterkaitan antara sub sistem ekologi, sub sistem ekonomi, dan sub sitem sosial pada model pengelolaan perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh.

  Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2013 sampai bulan Januari 2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer didapat dari hasil wawancara mendalam pertanyaan-pertanyaan yang telah terstruktur secara langsung dengan para aktor yang terlibat, dan data sekunder yang diperoleh dari data literatur perikanan Aceh. Pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan secara purposive berdasarkan kriteria penelitian.

  Aceh merupakan pelabuhan terbesar tempat didarat- kannya ikan-ikan pelagis besar di Perairan Pantai Utara Aceh.

  Metode penelitian yang digunakan adalah meto- de studi kasus yang dilakukan dalam pengeloaan optimal perikanan Cakalang di Perairan Pantai Utara Aceh. Lokasi penelitian terletak di Pelabuhan Per- ikanan Pantai Lampulo, Banda Aceh. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo, Banda

  Berdasarkan uraian penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: melihat kebijakan dan hubungan keterkaitan antara sub sistem ekologi, ekonomi,dan sosial, serta menghitung kelayakan bisnis perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh.

  Ikan Cakalang merupakan jenis ikan yang memi- liki jumlah produksi tertinggi, yaitu mencapai 2.620 ton pada tahun 2010, nilai ini bahkan mencapai empat kali lipat produksi ikan Tongkol Krai yang merupakan ikan yang memiliki jumlah produksi tertinggi kedua setelah ikan Cakalang pada tahun yang sama (BPS, 2011).

  Tingkat penganguran terbuka Kota Banda Aceh tahun 2010 sebesar 11,6%, jumlah pengangguran ini cukup besar bila dibandingkan dengan pengangguran Indonesia yaitu sebesar 7,14% pada tahun yang sama. Oleh karena itu,perlu dikaji lebih lanjut seberapa besar peranan sektor perikanan Cakalang dalam dalam mengurangi tingkat pengangguran di Kota Banda Aceh.

  Perairan Pantai Utara Aceh memiliki potensi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang sangat besar dan cukup menjanjikan.Subsektor perikanan merupakan subsektor penyumbang terbesar kedua terhadap PDRB sektor pertanian Kota Banda Aceh. Sektor ini menyumbangakan 61 milyar rupiah di tahun 2008, ditahun 2009 meningkat menjadi 67 milyar rupiah, bahkan ditahun berikutnya mencapai angka 74 milyar rupiah dari total 163 milyar sumbangan sektor perta- nian terhadap PDRB Kota Banda Aceh tahun 2010. Atas dasar tersebut, maka sektor perikanan layak mendapatkan prioritas dalam pembangunan Kota Banda Aceh saat ini.

Analisis Kelayakan Usaha

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Sistem Dinamik Keterkaitan Antar Sub Sistem

METODE

  Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh

  mekanisme di mana berbagai macam komponen yang bervariasi berinteraksi melalui jalur yang berbeda- beda dalam membentuk suatu fungsi. Pada sebuah sistem, kita dapat mengidentifikasikan interaksi di antara masing-masing komponen dan fungsinya. Sis- tem juga merupakan mekanisme yang dapat mengelola dunia nyata ketika sebuah model disederhanakan oleh sistem tersebut (Handoko, 2005). Sedangkan menurut Hartrisari (2007), sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu.

  Sistem dinamik adalah suatu metode analisis per- masalahan, di mana waktu merupakan faktor penting, dan meliputi pemahaman bagaimana suatu sistem dapat dipertahankan dari ganguan diluar sistem, atau dibuat sesuai dengan tujuan dari pemodelan sistem yang akan dibuat (Hendrawan, et al., 2013).

  Menurut Thornley (1998), kata dinamis merujuk pada model yang menjelaskan perubahan waktu pada berbagai macam variabel. Model statis tidak mem- perhitungkan variabel waktu, seluruh variabel tidak berubah dan selamanya akan terus konstan. Pada model dinamik, seluruh variabel merupakan subjek yang akan berubah seiring bertambahnya waktu. Masalah-masalah yang dapat dengan tepat dimodel- kan dengan pendekatan sistem dinamik adalah masalah-masalah yang memiliki sifat dinamis, dalam arti mempunyai kuantitas yang berubah terhadap waktu, dan minimal salah satu komponen atau variabel dari sistem yang diamati mempunyai ellemen umpan balik (Widodo, 2005).

  Tahapan dalam pendekatan sistem dinamik diawali dan diakhiri dengan pemahaman sistem dan permasalahannya sehingga membentuk suatu ling- karan tertutup (Somantri, et al., 2007). Penyusunan model dinamik membutuhkan beberapa tahap,analisis kebutuhan merupakan tahap awal dalam menentukan komponen-komponen yang dibutuhkan dalam sebuah sistem, terutama dalam menentukan komponen-kom- ponen pada causal loop sebuah model. Pelaku per- ikanan tangkap di Pantai Utara Aceh cukup banyak, oleh karena itu hanya dibagi menjadi enam pelaku utama yaitu; 1) nelayan, 2) konsumen, 3) pedagang, 4) Panglima Laot dan LSM, 5) DKP dan Pemerintah, dan 6) Akademisi.

  Tahapan selanjutnya adalah merumuskan formu- lasi permasalahan. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh meliputi: 1) Stok sumberdaya perikanan yang sudah melebihi tingkat Maksimum Sustainable Yield (MSY), belum bisa dikelola secara optimal, 2) Kurangnya produktivitas nelayan ikan Cakalang, 3) Belum adanya kebijakan yang tepat yang dapat memuaskan seluruh pihak, 4) Jumlah pengangguran yang cukup besar di Kota Banda Aceh.

  Tahapan berikutnya adalah identifikasi sistem, yaitu tahapan yang bertujuan mengenali sistem, menetapkan batasannya, menganalisis perilaku sistem dan hubungan antar pelaku sistem serta komponen lainnya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Identifikasi sistem juga bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem keberlanjutan perikanan tangkap dalam bentuk diagram causal loop.Causal

  loop perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh dapat

  dilihat pada Gambar 1. Menurut Eriyatno (1999), diagram kausal merupakan penggambaran sistem keberlanjutan perikanan tangkap serta berbagai komponennya yang terkait, berikut interaksinya yang menjelaskan perilaku hubungan sebab akibat antar komponen sistem dalam mencapai tujuan. Diagram kausal tersebut kemudian diterjemahkan dalam bentuk diagram input-output.

  Tahapan terakhir adalah pemodelan sistem dinamik. Metode yang dapat dijadikan acuan pada strategi pembangunan adalah sistem dinamik, yang bisa didefinisikan sebagai metode yang digunakan sebagai umpan balik informasi pada sebuah sistem, dan penggunaan model untuk meningkatkan desain organisasi atau strategi pembangunan. Beberapa elemen sistem dinamik meliputi feedback loops,

  level , dan rate (Forester dalam Tjakraatmadja, 2014).

  Analisis sistem dinamis pada penelitian ini diguna- kan untuk melihat hubungan antara ketersediaan stok ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh dengan penda- patan nelayan dan penyerapan tenaga kerja di Kota Banda Aceh. Pada suatu tingkat tertentu, sumberdaya alamiah dipengaruhi oleh interaksi antara 1) pertum- buhan alami dan kematian alami tanpa campur tangan manusia, 2) fluktuasi ekologi, 3) peraturan penang- kapan, dan 4) transfer biologis dari satu sistem ekologi ke sistem ekologi lainnya (Low, 1999).

  Agus Naufal, Tridoyo Kusumastanto, Achmad Fahrudin

  • +

    +

  • Gambar 1. Diagram Causal Loop Perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh
  • harga ik an s tand ar
  • jumlah pend ud uk jumlah nelayan
  • k eberlanjut an ek olo gi
  • keb erlanjutan so sial
    • pro duk si t otal ik an

  • Inves tasi Pend ap atan Pengeluaran +
    • t ot al effo rt

  • kes ejahteraan
  • k ebe rlanj utan ek ono mi k o ndis i perairan ya ng b aik
  • p endap atan p enangk apan k euntungan penang kap an
  • b agi has il

  Atas dasar tersebut, penelitian ini menggunakan tiga sub model sesuai aspek keberlanjutan Charles (2001), yaitu: 1) Sub model sistem ekologi yang meng- gambarkan biomassa sumberdaya ikan Cakalang, penangkapan (catch), nilai pertumbuhan intrinsik (r), daya dukung lingkungan (K), dan koefisien tangkap (q). 2) Sub model sistem ekonomi yang menggambar- kan keuntungan, sistem bagi hasil nelayan, effort (E), total penerimaan, total biaya, biaya investasi, NPV, dan Net B/C. 3) Sub model sistem sosial yang meng- gambarkan kenaikan jumlah penduduk di Kota Banda Aceh dan peranan sub sektor perikanan dalam me- ngurangi tingkat pengangguran di Kota Banda Aceh.

  Gambar 2 menunjukkan model yang menggam- barkan hubungan antara sub sistem ekologi, ekonomi, dan sosial pada sumberdaya ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh. Sub model-sub model pada model pengelolaan perikanan Cakalang tersebut memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain. Jumlah trip (effort) penangkapan perlu disesuaikan melihatkondisi perikanan Cakalang yang sudah overfishingdi Pantai Utara Aceh. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan

  total allowable effort , effort harus dibatasi hingga

  tingkat effort yang memberikan rente ekonomi maksimum. Pengurangan effort berarti penambahan waktu luang bagi nelayan yang bisa digunakan untuk pekerjaan sampingan lainnya. Selanjutnya diperlukan pula kebijakan pembatasan penambahan effort. Pe- nambahan effort masih tetap diperlukan agar sektor perikanan dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran di Kota Banda Aceh. Kebijakan penambahan upaya penangkapan harus berdasarkan kebijakan yang tepat, untuk itu dengan menggunakan asumsi seluruh pengangguran di Kota Banda Aceh akan terserap secara bertahap pada masing-masing sektor sesuai proporsinya terhadap PDRB, diakukan kebijakan pembatasan penambahan effort sebesar 80%, sehingga sektor perikanan Cakalang masih mampu menyerap tenaga kerja tanpa melakukan pengurasan sumberdaya secara berlebihan.

  Berdasarkan simulasi kebijakan total allowable

  effort dan pembatasan penambahan effort, pada sub

  sistem ekologi terlihat laju tangkap (produksi) yang semakin meningkat yang terjadi karena penambahan

  effort sebagai dampak dari pengurangan pengang-

  guran di Kota Banda Aceh. Pada sub sistem ekonomi terlihat rente ekonomi perikanan Cakalang juga me- nunjukkan peningkatan walaupun pada akhirnya turun kembali, penurunan ini diduga karena rente ekonomi sudah mencapai nilai maksimum sehingga rente

  sto k ikan natural gro wth p rod uk si ikan lok al C P UE

  N P V d an BC Rat io

  su ku b unga

  Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh

  ekonomi turun seiring dengan peningkatan effort dan produksi ikan Cakalang. Pada sub sistem sosial terjadi peningkatan jumlah penduduk yang akan mempenga- ruhi penyerapan tenaga kerja sehingga tenaga kerja terserap pada perikanan Cakalang yang akhirnya akan kembali menambah effort pada sub sistem ekonomi. Kebijakan pengelolaan optimal yang memberikan rente ekonomi terbesar yaitu sebesar 40,329 milyar rupiah dicapai pada tahun 2033 dengan jumlah pro- duksi sebesar 3.191 ton per tahun. Pengelolaan optimal sumberdaya ikan Cakalang yang berkelanjutan mem- butuhkan pembatasan effort hingga mencapai rente ekonomi maksimum dan selanjutnya peningkatan

  effort sebesar 20% tiap tahunnya dapat ditambahkan

  sampai batas effort lestarinya.Hubungan laju tangkap (produksi), jumlah penyerapan tenaga kerja perikanan Cakalang, effort dan rente ekonomi perikanan Cakalang di Pesisir Utara Aceh dapat dilihat pada Gambar 3A. S tok Ik an C a k al ang L aj u P er tum buha n S tok Laj u Ta gk a p La ju Pertu m bu ha n In trin s ik r La ju Ke m at ia n Fr ak si Tan gkapa n Koe f is ie n Ta ngkap q La ju Kem at iia n Al am i Ra si o D ay a Du k un g D ay a D uk un g Li ng k un gan K F r Pem bata san Ef f or t D is c B ene fi t A rus K as Total P en da pata n To ta l Fr Kg D is c Co st C a tc h Per U ni t E ff o rt D i sk on Fa k tor P enge lua ran Tot al B C R at io P er ub D is c Be ne f it Pe ru b D is c C os t Inv es tasi PS 40 GT N PV Ka pal H ar ga Ik an P er ub N PV Pe nd apatan Ke un tu ng a n P S 4 0 GT Biay a Bah an Pe ng awet Bia y a Lai nny a B ia y a Pe ngelua ran K eu ntun gan PS 40 GT Ke un tu ng an Tot al B ia y a Baha n Ba ka r Bi ay a P el um a s C PU E PS 40 GT Trip 4 0GT P er Ta hun Fr PS 4 0 GT Bg H P wg F r Bg H P wg Bg H Ms ns Fr Bg H Ms ns Bg H T B gk Fr Bg H T Bgk Fr J ut a Bg H A BK F r Bg H A BK Ef f o rt E N ly n n on A BK Jl m ABK 40GT Bg H P er A BK Pe r Trip Bg H T Bgk P er Tri p Bg H M sn s Per Tr ip Bg H P wg Pe r Trip Tri p 40 GT Pe r Tahun B g H Pe r AB K Bg H Pm lk R u m po n Fr B g H P R u m po n B g H P R u m po n Pe r Trip Ef f o rt E J lm P en du duk Kelahi ra n Kem a tia n Fr Kela hi ra n Fr Ke mati an La ju Tagk ap P ena mb ahan Ef f ort D is c B en efi tTotal D is c Co s t Total BC R atio Tot al Per ub D i sc Be ne f it Total Perub D i sc C o st Tota l N P V Tot al Perub N P V Tot al D i sk o n F ak tor R a te PV Ben ef it To tal PV C ost To ta l PV B en ef it Pn dptn Ik a n La in ny a Bi ay a P er awa ta n PV C o st Nly n B r J lm An g k K erj a F r J lm Ang k K erj a P en gan gg ur an Fr P en g an gg u ran N ly n B r Pn y rpn TK Pe rik a na n Fr N ly n B r J lm Nl y n Per K pl F r Pny rp n TK Perik P ny r pn TK Pe rt F r Pn y rpn TK Pe rtani an S ub Si st em Ek o lo gi Sub S is te m So si al Su b Sis tem Ek on omi

  Gambar 2. Model Pengelolaan Perikanan Cakalang di Pantai Utara Aceh

  Agus Naufal, Tridoyo Kusumastanto, Achmad Fahrudin

  Peningkatan jumlah penduduk terjadi pada sub sistem sosial, hal ini diduga akanmempengaruhi penye- rapan tenaga kerja sehingga tenaga kerja terserap pada sub sektor perikanan yang akhirnya akan kembali menambah effort pada sub sistem ekologi. Gambar

  3B menunjukkan perubahan jumlah penduduk, pengangguran, penyerapan tenaga kerja sektor perta- nian, dan penyerapan tenaga kerja sektor perikanan Cakalang di Kota Banda Aceh dengan asumsi seluruh pengangguran akan terserap secara bertahap pada masing-masing sektor sesuai proporsinya terhadap PDRB, dengan pembatasan penambahan effort sebesar 80%.

  Pertambahan jumlah penduduk Kota Banda Aceh diiringi pertambahan jumlah angkatan kerja akan tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan lapangan pekerjaan sehingga dibutuhkan lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi tingkat pengang- guran. Sektor pertanian merupakan sektor penyum- bang PDRB yang cukup besar bagi Kota Banda Aceh, di samping itu sektor ini juga merupakan sektor yang padat karya sehingga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Sub sektor perikanan merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar kedua pada sektor pertanian yaitu sebesar 45%, oleh karena itu sub sektor perikanan Cakalang merupakan sub sektor yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap sektor pertanian sehingga sub sektor ini cukup signifikan dalam mengurangi pengangguran di Kota Banda Aceh.

  Perikanan Cakalang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 0,4% dari total pengangguran di Banda Aceh dengan pembatasan penambahan effort sebe- sar 80%. Peningkatan penambahan effort yang diper- bolehkan hanya 20% tiap tahunnya sampai batas

  effort lestarinya. Pembatasan penambahan effort

  sebesar 80% merupakan tingkat optimal penyerapan tenaga kerja perikanan Cakalang secara berkelanjutan.

  Analisis investasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha perikanan Cakalang di Perairan Pantai Utara Aceh. Tabel 1 menunjukkan hasil perhi- tungan kelayakan untuk investasi kapal purse seine berukuran 40 GT pada penangkapan ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh. Secara keseluruhan biaya operasional dalam satu tahun adalah sebesar 1,370 milyarrupiah. Nilai NPV sebesar 2,311 milyar rupiah, artinya nilai saat ini dari keuntungan yang akan diperoleh selama umur proyek 5 tahun di masa yang akan datang adalah 2,311 milyar rupiah.

  Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) yang merupa-

  kan perbandingan hasil penjualan dengan biaya ope- rasi adalah sebesar 1,97, artinya dengan biaya operasi 1,370 milyar rupiah akan mendapatkan keuntungan 1,97 kalinya, dengan kata lain setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan (manfaat) sebesar 1,97 kali dari biaya yang dikeluar- kanselama umur usaha 5 tahun dengan suku bunga 12 :10 PM Sat, Sep 1 3, 2 014 2 014. 00 20 20.2 5 2026 .50 20 32.7 5 203 9.00 Y e ars 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 4 0310. 00 4 0320. 00 4 0330. 00 6150. 00 6300. 00 6450. 00 3165. 00 3185. 00 3205. 00 200. 00 450. 00 700. 00 1: Ren te Ekon omi 2 : Ef fo rt E 3 : La ju Tan gkap 4: Pny rpn TK P erikan an 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 Grap h 11 (Unt itled) 8:5 2 PM Su n, Jun 0 1, 2 014 1 .00 7 .00 13. 00 1 9.00 2 5.00 Y e ars 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 20 0000. 00 50 0000. 00 80 0000. 00 200. 00 450. 00 700. 00 400. 00 850. 00 1300. 00 1 0000. 00 2 5000. 00 4 0000. 00 1: Jlm Pendud uk 2 : Pny rpn TK Pe rikana n 3 : Pny rpn TK Pert 4: Peng anggu ran 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 Grap h 6 (Unt it led)

  A B

  Keterangan:

A : Hubungan laju tangkap (produksi), penyerapan tenaga kerja perikanan Cakalang, effort, dan rente ekonomi perikanan Cakalang

di Pantai Utara Aceh;

B : Hubungan perubahan jumlah penduduk, pengangguran, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, dan penyerapan tenaga kerja

sektor perikanan Cakalang di Kota Banda Aceh Gambar 3. Grafik Keterkaitan Antar Unsur Pada Model Dinamisperikanan Cakalang

Analisis Kelayakan Usaha

  Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalangdi Pantai Utara Aceh

  17%. Hal ini menunjukkan bahwainvestasi kapal

  Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Bogor: IPB Press. Handoko, I. 2005.Quantitative Modeling of System Dy-

  Jakarta :BPS. Charles, A.T. 2001.Sustainable Fishery Systems. United Kingdom: Blackwell Scientific.

  Kebijakan total allowable effort dan pembatasan penambahan effort harus sepenuhnya didukung oleh semua pihak, baik pihak Panglima Laot sebagai pem- buat peraturan kelembagaan daerah, Pemerintah sebagai pemberi izin penangkapan, dan pihak penegak hukum demi terjaganya kelestarian sumberdaya per- ikanan Cakalang dipesisir Pantai Utara Aceh.

  40 GT pada penangkapan ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh layak dilaksanakan.

  jukkan bahwa investasi kapal purse seine berukuran

  Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,97, menun-

  perikanan Cakalang tersebut memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain. Nilai Net Present Value (NPV) sebesar 2,311 milyar rupiah dan nilai Net

  72 Biaya Lainnya 180 180 180 180 180

Total Pengeluaran 2 .370 1 .370 1 .370 1 .370 1 .370 1 .370

Cash Flow (2 .370) 1 .463 1 .463 1 .463 1 .463 1 .463

Discoun t Factor (17%) 1,0000 0,8 547 0,7305 0,6244 0,53 37 0,4561

Present Value (2 .370) 1 .250 1 .069 913 781 667

Cummulative (2 .370) (1 .120) (51) 863 1 .643 2 .311

NPV (17%) 2 .311 Net B /C 1,97

  72

  72

  72

  

72

  5 Pendapatan 2 .833 2 .833 2 .833 2 .833 2 .833 Pengeluaran Investasi 2 .370

Biaya E s 198 198 198 198 198

Biaya Bahan Bakar 720 720 720 720 720

Biaya Perawatan 200 200 200 200 200

Biaya Pelumas

  4

  3

  2

  

1

  

Tabel 1. Analisis kelayakan untuk investasi kapal purse seine 40 GT pada penangkapan ikan Cakalang di Pantai

Utara Aceh (juta rupiah) Sumber: Hasil Analisis Data, 2014

  sampai batas effort lestarinya, hal ini terjadi karena diantara sub model-sub model pada model pengelolaan

  effort sebesar 20% tiap tahunnya dapat ditambahkan

  Analisis dinamik juga menunjukkan bahwa untuk pengelolaan optimal sumberdaya ikan Cakalang yang berkelanjutan, maka effort dibatasi hingga mencapai rente ekonomi maksimum dan selanjutnya peningkatan

  Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwadalam jangka panjang berdasarkan simulasi kebijakan total allowableeffort dan pembatasan penambahan effort, maka kebijakan pengelolaan optimal yang memberikan rente ekonomi terbesar yaitu sebesar 40,329 milyar rupiah dicapai pada tahun 2033 dengan jumlah produksi sebesar 3.191 ton per tahun. Sektor perikanan Cakalang masih mampu menyerap tenaga kerja tanpa melakukan pengurasan sumberdaya secara berlebihan dengan diberlakukan- nya kebijakan pembatasan penambahan effort.

  purse seine berukuran 40 GT pada penangkapan ikan Cakalang di Pantai Utara Aceh layak dilaksanakan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Saran

DAFTAR RUJUKAN [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia

  Agus Naufal, Tridoyo Kusumastanto, Achmad Fahrudin namics for Natural Resources Management. Bogor: Southeast Asian Regional Centre for Tropical Bio- logy. Hartrisari H. 2007. Sistem Dinamik-Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan Lingkungan .

  SEAMEO BIOTROP Southeast Asian Regional Cen- tre for Tropical Biology. Bogor. www.biotrop.org. Hendrawan, I., dan Y. Widianti. 2013. Pendekatan Model Sistem Dinamik untuk Memprediksi Ketersediaan Alat

  Pengering pada Subtitusi Beras dengan Hasil Diversifikasi Pangan di Provinsi Jawa Barat. Jurnal

  IPTEK, Vol. 8, No. 1, April 2013:28–39.

  Low, B., R. Costanza, E. Ostrom, J. Wilson, and C.P. Simon.

  1999. Human-Ecosystem Interactions: A Dynamic In- tegrated Model.Ecological Economics 31 (1999) 227– 242. Elsevier.http://www.elsevier.com Ruth, M., and B. Hannon. 1997. Modeling Dynamic Eco- nomic System . Center for Energy and Environmental Studies and the Departement of Geography Boston University 675 Commonwealth Avenue Boston, MA

  02215 USA. Somantri, A.S., dan R. Thahrir. 2007. Analisis Sistem Dinamik Ketersediaan Beras di Merauke Dalam Rangka

  Menuju Lumbung Padi Bagi Kawasan Timur Indone- sia. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian, Vol. 3, No. 1. Thornley, J.H.M. 1998. Grassland Dynamics an ecosystem simulation model. London: Cambridge Univ Press. Tjakraatmadja, J.H. 2014. System Dynamic Models As A Basis Strategy Development of Tin Ore Production

  Optimization Case Study: Indonesia Tin Mining Com- pany. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 11, No. 4, Desember 2013:559–566. Widodo, L. 2005. Kecenderungan Reklamasi Wilayah Pantai den gan Pen dekatan Model Dinamik. Jurnal

  Teknologi Lingkungan P3TL-BPPT, Vol. 6, No. 1:330– 338.