A. Pendahuluan - METAFORA TEMA PERCINTAAN PADA LIRIK LAGU CIPTAAN EBIET G. ADE: Sebuah Tinjauan Semantik

  

METAFORA TEMA PERCINTAAN PADA LIRIK LAGU CIPTAAN

EBIET G. ADE: Sebuah Tinjauan Semantik

Yunita Wulan Nugrahani

Muhammad Qomaruddin

  

Prodi Sastra Indonesia – Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sebelas Maret – Surakarta

e-mail: yunitawulan50@yahoo.com

  

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis dan makna serta

mendiskripsikan jarak antara tenor dan wahana yang bertemakan percintaan

pada lirik lagu Ebiet G. Ade. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif, artinya penulis memusatkan pada pendeskripsian. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik simak

catat dan teknik pustaka. Klasifikasi data dari penelitian ini ialah data

diklasifikasikan berdasarkan jenis metafora menurut rumusan Stephen Ullman

dan keekspresifan metafora dalam lirik lagu Ebiet G. Ade. Pengklasifikasian

jenis metafora menurut Stephen Ullman mempunyai empat jenis, yaitu (1)

metafora antropomorfik, (2) metafora kehewanan, (3) metafora dari konkret

ke abstrak, (4) metafora sinaestetik. Sementara itu, metafora berdasarkan

jarak antara tenor dan wahana dapat diketahui dari tingkat keekspresifan

dari kalimat yang mengandung metafora, manakala jarak antara tenor dan

wahana begitu dekat, artinya kemiripan kedua referen begitu nyata dan

berwujud maka menciptakan metafora yang konvensional. Dari analisis

yang dilakukan dapat disimpulkan (1) jenis metafora dalam lirik lagu Ebiet

G. Ade yang bertemakan percintaan terdiri dari 43 lagu. Frasa dan klausa

pada lirik lagu tersebut meliputi metafora antropomorfik berjumlah 12 buah,

metafora sinestetik berjumlah 30 buah, metafora pengabstrakan berjumlah 62

buah, dan metafora kehewanan 12 buah. (2) jarak antara tenor dan wahana

metafora-metafora yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet G. ade cukup jauh

atau samar. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya jumlah kemiripan emotif

antara tenor dan wahana metafora-metafora, yaitu 91 buah.

  Kata Kunci : metafora, semantik, lirik lagu, tenor, dan wahana

A. Pendahuluan tidak mau selalu berkaitan dengan makna

  dan seluk beluknya, dan kesemuanya Kajian makna dalam bahasa itu berada di bawah payung salah satu tercakup dalam salah satu bidang bidang linguistik, yaitu semantik. Objek linguistik, yakni semantik. Verhaar (dalam studi semantik adalah makna, atau Mansoer Pateda, 2001:7) memberikan dengan lebih tepat makna yang terdapat batasan semantik sebagai teori makna dalam satuan-satuan ujaran seperti kata, atau teori arti. Metafora dalam linguistik frase, klausa, dan kalimat. Persoalan disorot melalui pendekatan semantik makna memang sangat sulit, walaupun karena pembicaraan mengenai metafora makna ini adalah persoalan bahasa, sebagai salah satu gaya bahasa yang tetapi keterkaitannya dengan segala segi diakibatkan oleh perubahan makna mau

  ETNOGRAFI / Vol. XVI / No. 1 / 2016/ 1-58

  ETNOGRAFI / Vol. XVI / No. 1 / 2016/ 1-58

  kehidupan manusia sangat erat. (Chaer, 1995:27)

  Semantik merupakan salah satu bidang kajian atau cabang linguistik yang mengkaji arti bahasa atau arti linguistik secara ilmiah. Arti bahasa pada dasarnya adalah bentuk pengetahuan yang tersimpan di dalam dan terstruktur di dalam bahasa, dikuasai secara lebih kurang sama oleh para pengguna bahasa, serta digunakan dalam komunikasi secara umum dan wajar (Subroto, 2011:1). Studi semantik membahas tentang arti bahasa atau makna bahasa. Jadi, semantik mempunyai bentuk-bentuk gaya bahasa yang sangat banyak seperti idiom, kiasan, ketaksaan, eufimisme, dan metafora.

  Subroto (1996: 37) menjelaskan bahwa metafora adalah salah satu wujud daya kreatif bahasa di dalam penerapan makna. Artinya, berdasarkan kata-kata tertentu yang telah dikenalnya dan berdasarkan keserupaan atau kemiripan referen, pemakaian bahasa dapat memberi lambang baru pada referen tertentu. Baik referen baru itu telah memiliki lambang (sebutan ataupun kata) maupun belum. Pada dasarnya, penciptaan metafora tidak ada habis-habisnya, dengan kata lain metafora memberi kesegaran dalam berbahasa, menjauhkan kebosanan karena ketunggalnadaan (monofoon), mengaktualkan sesuatu yang sebenarnya lumpuh, menghidupkan sesuatu yang sebenarnya tidak bernyawa. Metafora disebutkan oleh Keraf (1992:139) merupakan semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat: bunga

  bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Sebagai bentuk

  perbandingan langsung, metafora tidak mempergunkan kata: seperti, bak, bagai,

  bagaikan, dan sebagainya sehingga

  pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.

  Para pengguna bahasa yang tergolong kreatif dan banyak menggunakan tuturan metaforis adalah sastrawan, wartawan, pencipta lagu, kartunis, dan ilmuwan. Dengan landasan itu, banyak diyakini bahwa metafora banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari secara luas dalam susastra, dalam lagu, dalam lawak, dalam ragam berita, dunia ilmu, dan sebagainya.

  Pada penggunaan metafora di dalam penciptaan lagu, salah satu pencipta lagu yang paling populer pada tahun 1970-an, yaitu Ebiet G. Ade. Balada Indonesia ini mampu mendongkrak kepopuleran dengan karya-karyanya yang sangat indah. Banyak sekali lagu yang diciptakannya, mulai dari percintaan, ketuhanan, alam, dan keluarga.

  Frasa dan klausa pada lirik lagu ciptaan Ebiet G. Ade banyak yang mengandung metafora. Lagu-lagu ciptaan Ebiet G. Ade yang paling dominan adalah lagu yang bertemakan percintaan. Lagu-lagu dari berbagai album mulai dari album pertama hingga album terakhir terdapat 43 lagu bertemakan percintaan.

  B. Metode Penelitian

  Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik simak catat serta teknik pustaka. Teknik simak catat yaitu menyimak lirik-lirik lagu serta mencatatnya. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber- sumber tertulis untuk memperoleh data.

  Sumber tertulis dalam penelitian ini adalah lirik lagu yang terdapat dalam 2 buku kumpulan album Ebiet G. Ade. Pencatatan data dilakukan dengan mengambil lirik yang mengandung ungkapan metaforis pada semua judul lagu ciptaan Ebiet G. Ade.

  Sumber data yang diperoleh dari kumpulan album-album ciptaan Ebiet G. Ade. Peneliti menggunakan semua album

a. Metafora Antropomorfik

  ETNOGRAFI / Vol. XVI / No. 1 / 2016/ 1-58

  Aku cinta padamu Kulihat kaki-kaki burung berdansa

  b. Metafora Sinaestetik Metafora sinaestetik adalah suatu pengindahan atau pengalihan dari pengalaman satu ke pengalaman yang lain, atau dari tanggapan yang satu ke

  Arus air berlari termasuk dalam kategori metafora antropomorfik dikarenakan, air adalah cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau dan merupakan benda cair yang biasa terdapat pada sumur, sungai, danau (KBBI, 2008: 20). Adapun berlari merupakan pekerjaan manusia yang artinya mengejar jalan dengan cepat (KBBI, 2008: 792). Pada penggalan lirik lagu itu, diceritakan tentang seorang gadis yang dicintai, dan terdapat gambaran bahwa arus air dapat berlari layaknya manusia yang dapat mengejar, karena itulah penggunaan bahasa yang ditunjukkan oleh pencipta lagu berlaku pada metafora data ke-1.

  2. Arus air berlari Dia Camelia engkaukah gadis yang selalu hadir dalam mimpiku (9/AC1/Camelia/1)

  Kaki adalah anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan (KBBI, 2008: 605). Berdansa adalah kegiatan manusia yang dilakukan oleh wanita dan laki-laki menari ini adalah cara barat (KBBI, 2008: 293). Dalam kalimat di atas, dijelaskan bahwa ada seorang laki-laki sedang jatuh cinta terhadap wanita dan pada lirik lagu tersebut dijelaskan pula bahwa kaki-kaki burung sedang berdansa, dan itu dapat digambarkan bahwa burung pun dapat merasakan kasmaran seperti apa yang dirasakan seorang laki-laki yang sedang jatuh cinta.

   (22/AC3/Sepucuk Surat Cinta/3)

  Metafora antropomorfik adalah suatu ekspresi yang mengacu pada benda-benda tak bernyawa dilakukan dengan mengalihkan atau memindahkan dari tubuh manusia atau bagian- bagiannya. Intinya penciptaan metafora itu bertolak dari tubuh atau bagian tubuh manusia atau dari nilai atau makna dan nafsu kesenangan yang dimiliki manusia. Data berikut adalah cuplikan bait dan lirik lagu tema percintaan yang termasuk metafora antropomorfik sebagai berikut.

  dari tahun 1979 pengeluaran album pertama sampai tahun 2001 pengeluaran album ke-14 ciptaan Ebiet G. Ade yang hanya dengan bertemakan percintaan.

  Jenis metafora secara umum menurut Stephen Ullman dibagi menjadi empat, yaitu (1) metafora Antropomorfik, (2) metafora sinestetik, (3) metafora kehewanan, dan (4) metafora keabstrakan.

  G. Ade

  Jenis-jenis serta Makna Metafora Tema Percintaan pada Lirik lagu Ebiet

  Metafora dan kemetaforaan tema percintaan pada lirik lagu ciptaan Ebiet G. Ade

  C. Pembahasan

  Data berupa frasa dan klausa yang mengandung metafora pada lirik-lirik lagu ciptaan Ebiet G. Ade dari album pertama sampai album ke-14, dan yang hanya bertemakan percintaan. Karena dari kesekian lagu ciptaan Ebiet G. Ade yang sangat dominan adalah lagu-lagu yang bertemakan percintaan.

1. Aku akan jujur saja kukatakan

  ETNOGRAFI / Vol. XVI / No. 1 / 2016/ 1-58

  tanggapan yang lain. Data berikut adalah cuplikan bait dan lirik lagu tema percintaan yang termasuk metafora sinaestetik.

  1. Langit-langit kamar jadi penuh gambar

   Wajahmu yang bening, sejuk, segar

  (26/AC4/Nyanyian Rindu/4) Wajah adalah bagian depan dari kepala (KBBI, 2008: 1553). Sejuk adalah berasa atau terasa dingin (KBBI, 2008: 1242). Data ke 24 adalah bentuk dari metafora sinaestik dan bertemakan tentang percintaan. Sianestik merupakan pengalihan dari pengalaman 1 ke pengalaman yang lain. Dari data pada penggalan lirik lagu ini terdapat kalimat langit-langit kamar jadi penuh gambar, wajahmu yang bening, sejuk, segar. Wajah dalam data ini digambarkan serupa dengan suatu keadaan, yaitu keadaan yang nyaman, enak. Karena sejuk, biasanya ada pada suasana yang menyegarkan, seperti berada di bawah pohon ketika panas disiang hari. Akan tetapi, pencipta lagu dapat membuat kalimat bertemakan percintaan yang biasa menjadi kalimat percintaan yang luar biasa dan tidak monoton. Karena saat seseorang sedang jatuh cinta, wajah seseorang yang dikasihinya selalu mendapatkan kesan yang menyenangkan selalu sehingga kalimat pada data ini merupakan metafora sinaestik yang mempunyai pengalihan pengalaman 1 ke pengalaman yang lain, dan metafora ini bertemakan percintaan.

  2. Mestinya kau berdiri berjalan ke depanku Kusapa dan kunikmati wajahmu

   (3/AC1/Lagu Untuk Sebuah Nama/1)

  Kunikmati adalah merasakan sesuatu yang nikmat (KBBI, 2008: 962).

  Wajah adalah bagian depan dari kepala (KBBI, 2008: 1553). Menikmati adalah kagiatan manusia yang dapat dijelaskan kepada sesuatu yang disantapnya dengan memunculkan rasa, seperti enak, sedap, tidak sedap. Itulah penjelasan tentang menikmati, dari data ke-13 tersebut termasuk ke dalam metafora sinestetik karena pengalihan dari sesuatu ke yang lain. Kunikmati wajahmu, penggalan lirik lagu ini mempunyai makna seseorang yang tengah merasakan jatuh cinta. Mestinya kau berdiri berjalan ke depanku kusapa dan kunikmati wajahmu, tergambar jelas bahwa seseorang yang sedang jatuh cinta ingin sekali menyapa seseorang yang tengah ia sukai, dan sesekali ia juga ingin menikmati wajahnya yang membuat seseorang terkagum- kagum. Itulah perasaan seseorang yang tengah merasakan jatuh cinta.

  c. Metafora Pengabstrakan Metafora pengabstrakan adalah pemindahan dari benda-benda konkret ke abstrak. Metafora jenis ini dapat dinyatakan sebagai kebalikan dari hal- hal yang abstrak atau samar-samar diperlakukan sebagai sesuatu yang bernyawa sehingga dapat berbuat secara konkret atau bernyawa. Data berikut adalah cuplikan bait dan lirik lagu yang termasuk metafora pengabstrakan.

  1. Mengarungi nasibmu Mengikuti arus air berlari (8/ AC1/ Camelia 1/ 1)

  Mengarungi adalah berjalan menyeberangi (KBBI, 2008: 88), nasib adalah sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang. Data ke 43 ini adalah metafora pengabstrakan. Abstrak merupakan hal yang tidak berwujud. Mengarungi nasibmu mempunyai makna, yaitu mengarungi adalah berjalan di perjalanan dan pasti

  Sayap adalah bagian tubuh beberapa binatang yang digunakan untuk terbang (KBBI, 1234). Data ke 105 ini adalah metafora kehewanan. Penggalan pada lirik lagu ini, sayap- sayap digambarkan sebagai seorang wanita yang lincah, indah sehingga dapat dilihat dan dapat menyenangkan hati. Sayap merupakan bagian tubuh binatang yang berfungsi untuk terbang, tetapi pada lagu ini sayap digambarkan oleh wanita. Jika wanita dapat terbang lincah, maka hati lelaki yang melihat pasti akan kagum melihat wanitanya yang indah saat terbang kecil dan lincah.

1. Sayap-sayapmu

  Ullman(2007:265)menegaskan bahwa struktur dasar metafora sangat sederhana. Selalu ada dua hal, yaitu

  Jarak antara Tenor dan Wahana Metafora Tema Percintaan yang Terdapat pada Lirik Lagu Ebiet G. Ade Tenor dan Wahana

  lagu ini bermakna bahwa seseorang telah dihampiri oleh seseorang yang mencintainya sehingga seseorang tersebut akan mengambil hatinya dan saling mencintai. Dengan demikian, terdapat gambaran bahwa seseorang dapat hinggap dihatinya.

  diam ia akan datang menghampirimu hinggap di hatimu, pada penggalan lirik

  (116/ NA/ Demikianlah Cinta/ 15) Hinggap adalah bertengger setelah terbang (KBBI, 2008: 500). Data ke 116 adalah metafora kehewanaan. Seseorang yang digambarkan seperti kupu-kupu yang dapat hinggap. Metafora ini mengandung tema percintaan yang dijelaskan pada lirik bila engkau

  2. Bila engkau diam ia akan datang menghampirimu Hinggap dihatimu

  ETNOGRAFI / Vol. XVI / No. 1 / 2016/ 1-58

  mempunyai tujuan, sedangkan nasib adalah sesuatu yang berkaitan dengan diri seseorang atas kehendak Tuhannya. Di dunia ini, mengarungi nasib merupakan hal yang tidak masuk akal, kecuali dengan mengarungi samudra karena samudra dapat dijalani dan ada wujudnya. Dengan demikian, pada metafora ini terdapat pengabstrakan pada penggalan lirik lagu tersebut. Dengan tema percintaan, diceritakan tentang seseorang lelaki yang mencintai gadis bernama Camelia dan sedang berusaha mendapatkan cinta gadis tersebut sehingga apapun akan dilakukan.

  kecil lincah berkeping

  d. Metafora kehewanan Metafora kehewanan adalah metafora yang menggunakan hewan atau binatang atau bagian tubuh binatang atau sesuatu yang berkaitan dengan binatang untuk pencitraan sesuatu yang lain.

  2008: 915), mengkristal adalah menjadi kristal (KBBI, 2008: 742). Terdapat penggambaran abstrak ke konkret pada data ke-97 ini. Mimpi merupakan sesuatu yang abstrak, sedangkan kristal adalah benda nyata yang dapat dilihat dan diraba. Lagu yang berjudul Rinduku Menggumpal ini terdapat metafora pengabstrakan pada liriknya. Mimpi digambarkan dapat mengkristal dan dapat menjadi indah karena seseorang telah rindu kepada seseorang yang dikasihinya sehingga mimpi akan menjadi indah seperti kristal.

  (99/ AKKK/ Rinduku Menggumpal/ 13) Mimpi adalah sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur (KBBI,

  Mimpiku mengkristal

  2. Aku tetap percaya engkau sahabatku yang sejati

  Seperti burung camar terbang (7/ AC1/ Camelia 1/ 1)

  • bagian bawah manusia
  • untuk berdiri
  • untuk berjalan
    • terbentuk atas tulang dan daging Dari analisis di atas, diketahui adanya kemiripan makna, yaitu sama- sama benda konkret, sama-sama bagian di bawah, dan sama-sama berfungsi sebagai penyangga bagian atas. Kaki (manusia) dapat diterapkan pada bagian meja.

  • bagian bawah dari meja
  • untuk berdiri
    • tidak untuk berjalan - terbuat dari kayu, bambu.

  ETNOGRAFI / Vol. XVI / No. 1 / 2016/ 1-58

  sesuatu yang sedang dibicarakan dan sesuatu yang dipakai sebagai bandingan. Adapun Richards (dalam Ullman, 2007:365) menjelaskan bahwa sesuatu yang dibicarakan itu disebut tenor (makna atau arah umum) dan bandingan disebut wahana, sedangkan unsur atau unsur-unsur yang biasa mereka punyai membentuk dasar metafora. Misalnya, dari ungkapan Fernando diumpamakan sebagai seekor binatang bertanduk yang bisa menanduk, seperti kerbau, ada unsur umum yang dapat dibayangkan yang mengacu pada kesamaan makna, yakni suatu tindakan yang menggunakan kepala. Pada manusia hal itu disebut menyundul, pada kerbau menanduk.

  Keekspresifan metafora ditentukan oleh jarak antara tenor dan wahana. Apabila jarak antara tenor dan wahana dekat artinya kemiripan di antara keduanya nyata, maka akan menciptakan metafora konvensional. Metafora konvensional memiliki kemiripan objektif, yaitu kemiripan dua entitas dari segi bentuk. Sebaliknya, apabila kemiripan antara tenor dan wahana samar akan menciptakan metafora ekspresif. Metafora ekspresif memiliki kemiripan emotif, yaitu kemiripan dua entitas yang berhubungan dengan perasaan individu (Ullman, 1972:213).

  Daya ekspresivitas sebuah metafora ditentukan oleh jarak relasi antara tenor dan wahana. Apabila hubungan antara tenor dan wahana begitu jelas atau konkret, maka daya ekspresifnya kurang. Namun, apabila jarak relasinya begitu samar-samar, maka daya ekspersifnya menjadi kuat (Subroto, 1996:39). Jarak antara tenor dan wahana oleh Saeed (dalam Subroto, 1996:39) disebut “sudut bayang” (angle of image). Manakala jarak antara tenor dan wahana begitu dekat, artinya kemiripan kedua referen begitu nyata dan berwujud, maka menciptakan metafora yang konvensional.

  Kemiripan sekaligus perbedaan dari suatu referen dapat diketahui dengan metode analisis komponen. Metode analisis komponen merupakan metode mengurai arti leksikal sebuah leksem ke dalam komponen maknanya atau ke dalam semantik fiturnya (Subroto, 1996:98).

  Fitur semantik atau ciri semantik sebuah kata adalah seperangkat ciri pembeda arti yang bersifat hakiki yang benar-benar mewakili dan diperlukan untuk membedakan arti leksikal yang satu dari unit leksikal yang lain atau yang seranah (sedomain). Misalnya, kata kaki (manusia) dan kaki meja dianalisis sebagai berikut.

  Kaki (manusia)

  Semakin jauh jarak antara tenor dan wahana, maka metafora tersebut semakin ekspresif. Apabila jarak antara tenor dan wahana dihayati berdasarkan persepsi si pengarang atau berdasar persamaan emosional seseorang, maka akan memberikan daya ekspresif serta memberikan ketegangan yang tinggi sehingga metafora yang demikian cenderung bersifat individual dan original. Kemiripan emotif memiliki daya kaki meja

  ETNOGRAFI / Vol. XVI / No. 1 / 2016/ 1-58

  sampai seberapa kadar cinta, yang

  Dalam penggalan lirik lagu di atas, terdapat ungkapan metafora sayat luka. Sayat adalah menyayat atau menguliti pada bagian kulit. Istilah menguliti lazimnya dilakukan untuk binatang, yaitu menguliti kulitnya. Akan tetapi, dalam penggalan lirik lagu tersebut, istilah sayat diperuntukkan untuk manusia. Pada data di atas manusia telah membuat luka atau menyayat yang dapat membuat orang lain terluka.

  (36/ AC4/ Seberkas Cinta Yang Sirna/ 4)

  Di atas duka lama

  Kau sayat luka baru

  b. Metafora Konvensional Metafora konvensional adalah metafora yang jarak antara tenor dan wahananya dekat. Metafora konvensional memiliki kemiripan objektif. Berikut ini data yang merupakan metafora konvensional.

  bertindak sebagai tenor adalah menghitung, sedangkan wahananya adalah menimbang. Komponen makna menimbang adalah mengukur besar kecil, mengetahui hasil timbangan. Komponen makna menghitung adalah menjumlah atau menambah, mengetahui hasil akhir. Kemiripan menimbang dan menghitung adalah mengetahui hasil akhir. Kemiripan antara menimbang dan menghitung bersifat emotif karena hubungan antara tenor dan wahana samar atau tidak nyata wujudnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metafora pada data di atas ekspresif.

  Ungkapan metafora menimbang

  ekspresif yang kuat dan tinggi sehingga pada metafora yang emotif akan sulit menemukan hubungan antara tenor dan wahananya atau tingkat kemiripan yang samar-samar.

  atau kecil suatu barang. Cinta adalah perasaan suka sekali. Menimbang dilakukan lazimnya untuk mengukur suatu berat ringannya suatu barang. Akan tetapi, cinta digambarkan dapat diukur atau ditimbang selayaknya benda. Pada penggalan lirik lagu tersebut menggambarkan sebuah perasaan cinta dapat diukur dan dapat diketahui hasil dari menimbang tersebut berat atau ringan, dan besar atau kecil. Pada penggalan lirik lagu ini mempunyai pesan bahwa cinta yang benar-benar tulus akan tetap pada pendiriannya, apapun yang terjadi cinta yang dimiliki masing-masing harus tetap sama, dan mungkin jika salah satu dari mereka pergi harus tetap bisa menjaga dan mempertahankan kasih sayangnya. Setiap ujian yang dihadapi jangan sampai cinta yang dimilikinya hilang, sehingga cinta dapat digambarkan selayaknya benda yang dapat ditimbang sehingga dapat diketahui menjadi ringan atau menjadi berat.

  Menimbang adalah mengukur besar

  Kasihku kepadamu (21/AC3/Sepucuk Surat Cinta/3)

  kadar cinta

  Coba kau tinggalkan aku sendiri Belajar menahan kerinduan Untuk menimbang sampai seberapa

  a. Metafora Ekspresif Metafora ekspresif adalah metafora yang jarak antara tenor dan wahananya jauh. Metafora ekspresif memiliki kemiripan emotif. Berikut ini adalah data yang merupakan metafora ekspresif.

  Berikut adalah uraian mengenai keekspresifan metafora-metafora yang terdapat dalam lirik lagu ciptaan Ebiet G. Ade yang bertemakan percintaan.

  Tenor dari ungkapan metafora tersebut adalah membuat luka atau menyayat menjadi luka. Kemiripan antara

  

menyayat dari binatang dan manusia dengan menggunakan teori, seperti jenis

  adalah menguliti atau menyayat. Hal metafora dan tingkat keekspresifan, lirik tersebut wajar untuk binatang dan tidak lagu dapat diteliti dan mendapatkan hasil wajar untuk manusia karena dapat yang cukup baik. Seperti mengetahui melukai seseorang sehingga metafora jenis-jenisnya, yaitu metafora

  sayat luka tidak ekspresif.

  antropomorfik, metafora sinestetik, metafora pengabstrakan, dan metafora

D. Penutup kehewanan, dan tingkat keekspresifan

  ,yaitu emotif dan objektif. Jarak antara Dari pembahasan sebelumnya tenor dan wahana juga dapat dilihat dapat disimpulkan bahwa metafora juga pada penelitian ini. Dengan mengetahui dapat dijumpai dalam lirik lagu. Bahkan, berbagai tingkat keekspresifan, maka lagu-lagu pada tahun 1970-an. Pencipta dapat ditarik kesimpulan untuk melihat lagu ini, khususnya Ebiet G. Ade mampu jarak antara tenor dan wahana dekat atau dan berhasil menggunakan tuturan jauh. metaforis pada karyanya sehingga

  

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung : Rineka Cipta.

  Keraf, Gorys.1992. Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Pateda, Mansoer, 2001. Semantik Leksikal Edisi Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Subroto, Edi. 1996. Semantik Leksikal 2 (BPK). Surakarta: Sebelas Maret University Press.

  _________. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media.

  ETNOGRAFI / Vol. XVI / No. 1 / 2016/ 1-58