KEPUASAN PENDERITA KUSTA TERHADAP PELAYANAN PERAWAT DALAM PROGRAM MULTI DRUG THERAPY (MDT) DI RS. SUMBERGLAGAH KECAMATAN PACET MOJOKERTO

  

KEPUASAN PENDERITA KUSTA TERHADAP PELAYANAN PERAWAT

DALAM PROGRAM MULTI DRUG THERAPY (MDT)

DI RS. SUMBERGLAGAH KECAMATAN PACET

MOJOKERTO

ANTOK SUTIAWAN

  

10001007

Subject : Kepuasan, Penderita, Kusta, Pelayanan, Perawat

DESCRIPTION

  Kepuasan pasien yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan pasien yang semakin menurun dan mereka akan lari meninggalkan pusat kesehatan. Kurangnya kepuasan penderita kusta bisa berakibat penderita drop out terhadap pengobatan Multidrug Terapy (MDT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepuasan penderita kusta terhadap pelayanan perawat dalam program Multi Drug Therapy (MDT) di RS. Sumberglagah Kecamatan Pacet Mojokerto.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini 54 responden yang cara pengambilannya dilakukan dengan teknik total

  

sampling . Instrumen pengumpulan data pada penenlitian ini adalah lembar

  kuesioner skala likert. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan editing, coding, scoring dan tabulating.

  Hasil penelitian menunjukkan dari 54 responden sebagian besar tidak puas dalam menerima pelayanan perawat dalam program Multi Drug Therapy (MDT) yaitu sebanyak 29 responden (53.7%) dan sebagian kecil puas dalam menerima pelayanan perawat dalam program Multi Drug Therapy (MDT).

  Ketidakpuasan responden terbukti dari Perawat tidak merawat pasien dengan penuh kesabaran, pelayanan perawatan pasien belum memenuhi standar asuhan keperawatan, perawat tidak membantu pasien pada waktu BAK (Buang Air Kecil/kencing, perawat tidak membantu pasien pada waktu BAB (Buang Air Besar) Pelayanan perawat tidak membuat keluhan makin berkurang, perawatan sudah diupayakan agar pasien merasa puas selama dirawat.

  Penelitian menunjukkan dari 54 responden sebagian besar tidak melakukan tugas kesehatan keluarga dalam mengurangi depresi penderita penyakit kusta. Oleh sebab itu perawat hendaknya meningkatkan pelayanan yang baik kepada pasien agar dapat meningkatkan kepuasan pasien tentang pelayanan perawatan penderita kusta dengan program MDT.

  

ABSTRACT

  Low patient satisfaction will affect the number of patient visits and declining they will turn away from the health center. Lack of satisfaction of patients with leprosy can result in patients drop out of treatment against Multidrug Terapy (MDT). This study aims to analyze the satisfaction of the services nurse lepers in the Multi Drug Therapy (MDT) in the hospital. Sumberglagah District Pacet Mojokerto.

  This research is descriptive. The population in this study were 54 instrument in this is penenlitian Likert scale questionnaire sheet. After the data is collected, the data processing is done through the stages of editing, coding, scoring and tabulating.

  The results showed a large majority of the 54 respondents are not satisfied in receiving nursing services in the Multi Drug Therapy (MDT) as many as 29 respondents (53.7%) and a small portion satisfied in receiving nursing services in the Multi Drug Therapy (MDT).

  Nurse respondents evident dissatisfaction of not treating a patient with patience, patient care services not yet meet the standards of nursing care, the nurse does not help patients at the time of bladder (urination / urinary, nurses do not help patients at the time of BAB (defecation) Care nurses are not make complaints dwindle, have sought treatment for the patient to feel satisfied during care.

  Research shows the majority of the 54 respondents did not perform the task in reducing depression family health leper. Therefore, nurses should promote good service to patients in order to improve patient satisfaction of patient care services leprosy with MDT program.

  Keywords: Satisfaction, Leprosy, Nurses Care Contributor : 1. Eka Diah Kartiningrum, SKM., M.Kes

2. Sunyoto, S.Kep. Ns Date : 16 Juni 2014 Type Material : Laporan penelitian Identifier : - Right : Open document Summary : LATAR BELAKANG

  Penyakit kusta merupakan jenis penyakit kronis dan menular yang dapat menimbulkan kecacatan. Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks (Depkes RI, 2006). Masalah penyakit kusta ini diperberat dengan kompleknya epidemiologi dan banyaknya penderita kusta yang mendapt pengobatan ketika sudah dalam keadaan cacat (Daili, dkk, 2003). Masalah kusta bukan hanya masalah kesehatan (medis) saja, tetapi juga masalah sosial ekonomi dan psikiologis. Secara sosial ekonomi penderita kusta sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah, dengan adanya cacat akibat penyakit kusta akan memburuk kondisi ekonominya karena kehilangan lapangan pekerjaan dan kehilangan kesempatan untuk bekerja.

  Secara psikologis bercak dan benjolan-benjolan pada kulit penderita kusta membentuk paras yang menakutkan. Hal ini menyebabkan penderita kusta merasa rendah diri, depresi, menyendiri bahkan sering dikucilkan oleh keluarga maupun masyarakat sekitarnya (Meru, 2014). Untuk menunjang keberhasilan program terapi kusta pemerintah menggunakan. rekomendasi Word health Organization (WHO) yaitu Program Multidrug Terapy (MDT) selama 12 bulan (Meru, 2014). Akan tetapi pada kenyataanya penanganan perawat dalam pemberian Multidrug Terapy (MDT) pada penderita kusta kurang memuaskan. Kurangnya kepuasan penderita kusta bisa berakibat penderita drop out terhadap pengobatan Multidrug Terapy (MDT).

  Penderita kusta tersebar diseluruh dunia, ada pendapat penyakit kusta berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke Mesir, Eropa, Afrika dan Amerika. Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak penderita kusta dibawah India dan Brazil dengan jumlah kasus 16.572 (Meru, 2014). Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah penderita kusta tertinggi di dunia, dengan jumlah penderita kusta mencapai 23.169 orang. Kejadian ini membuat Indonesia berada di urutan ketiga dunia penderita kusta terbanyak. Menurut Nafsiah, jumlah penderita kusta di Indonesia masih cukup tinggi dan terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2012 jumlah penderita kusta terdaftar sebanyak 23.169 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru sebanyak 2.025 orang atau 10.11 persen. Tingginya angka penderita kusta tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah penderita drop out sebanyak 3707 orang atau sebesar 16%. Jika dibandingkan tahun 2011 terjadi peningkatan dimana jumlah penderita kusta mencapai 20.023 kasus dengan angka drop out sebanyak 2200 orang atau sebesar 11% (Tempo, 2014). Jawa Timur menempati urutan ke tujuh diantara provinsi lainnya di Indonesia dengan jumlah penderita kusta terdaftar 6.833 dan angka prevalensi 1,83 per 10.000 penduduk (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2011), Sepertiga jumlah penderita kusta diIndonesia berada di Jawa Timur, penyebaran penyakit kusta di Jawa imur terutama berada di Pantai Utara Pulau Jawa dan Pulau Madura (Meru, 2014).

  Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat (Hadi, 2014). Pelayanan kesehatan yang tidak professional menyebabkan kepuasan pasien penderita kusta rendah. Kepuasan pasien merupakan elemen penting dalam kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. (Mahendra, 2014). Kurangnya kepuasan pasien penderita kusta menyebabkan mereka malas berobat dan bisa berakibat penderita drop out terhadap pengobatan Multidrug Terapy (MDT).

  Kepuasan pasien yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan pasien yang semakin menurun dan mereka akan lari meninggalkan pusat kesehatan. Sedangkan sikap karyawan terhadap pasien akan berdampak terhadap kepuasan pasien dimana kebutuhan pasien dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan mutu pelayanan yang diberikan (Mahendra, 2014). Hal ini akan berdampak luas pada penderita kusta. Masalah kusta bukan hanya masalah kesehatan (medis) saja, tetapi juga masalah sosial ekonomi dan psikiologis. Secara social ekonomi penderita kusta sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah, dengan adanya cacat akibat penyakit kusta akan memburuk kondisi ekonominya karena kehilangan lapangan pekerjaan dan kehilangan kesempatan untuk bekerja. Secara psikologis bercak dan benjolan- benjolan pada kulit penderita kusta membentuk paras yang menakutkan. Hal ini menyebabkan penderita kusta merasa rendah diri, depresi, menyendiri bahkan sering dikucilkan oleh keluarga maupun masyarakat sekitarnya (Meru, 2014).

  Kusta perlu mendapat perhatian serius sehingga penemuan dan pengobatan penderita sampai sembuh merupakan salah satu kunci pemberantasan kusta. Untuk mencapai kesembuhan penyakit kusta diperlukan keteraturan atau pemberantasan penyakit kusta, dengan cara menurunkan angka kesakitan atau angka prevalensi kurang dari 1 per 10.000 penduduk, serta untuk mencapai eliminasi kusta masih diperlukan peningkatan kualitas program kegiatan yang meliputi penemuan penderita baru, pengobatan yang tepat dengan Multi Drug Therapy (MDT), tingkat kepatuhan pengobatan dan pemantauan kasus, pencegahan cacat, rehabilitasi non medis atau sosial dan promosi kesehatan

  METODOLOGI

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini 54 responden yang cara pengambilannya dilakukan dengan teknik total

  

sampling . Instrumen pengumpulan data pada penenlitian ini adalah lembar

  kuesioner skala likert. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan editing, coding, scoring dan tabulating.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 54 responden sebagian besar tidak puas dalam menerima pelayanan perawat dalam program Multi Drug Therapy (MDT) yaitu sebanyak 29 responden (53.7%) dan sebagian kecil puas dalam menerima pelayanan perawat dalam program Multi Drug Therapy (MDT)

  Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan – harapannya. Dengan demikian tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang di rasakan dan harapan. Ada tiga tingkat kepuasan, bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak di puaskan. Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas. Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan pelayanan pasien dari persepsi pasien atau keluarga terdekat. Kepuasan akan tercapai apabila di peroleh hasil yang optimal, bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan pasien atau keluarganya. Ada perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik, dan tanggap atau memprioritaskan kebutuhan pasien, sehingga tercapai keseimbangan yang sebaik baiknya, antara tingkat rasa puas atau hasil serta jerih payah yang harus di alami guna memperoleh hasil tersebut (Soejadi, 2000).

  Penelitian yang dilakukan mencakup tingkat kepuasan pasien dari persepsi pasien yang mencakup tangibles/ kenyataan, reliability/ kehadalan, responsiveness/daya tanggap, assurance/ jaminan, dan dimensi emphaty (empati). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagain besar responden tidak puas dalam pelayanan Multi Drug Therapy (MDT). Ketidakpuasan responden terbukti dari Perawat tidak merawat pasien dengan penuh kesabaran, pelayanan perawatan pasien belum memenuhi standar asuhan keperawatan, perawat tidak membantu pasien pada waktu BAK (Buang Air Kecil/kencing, perawat tidak membantu pasien pada waktu BAB (Buang Air Besar) Pelayanan perawat tidak membuat keluhan makin berkurang, perawatan sudah diupayakan agar pasien merasa puas selama dirawat.

  Hasil penelitian kisi – kisi kuesioner tangibles / kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar puas sebanyak 28 responden (51.9%) dan sebagian kecil tidak puas sebanyak 26 responden (48.1%).

  Tangible merupakan keadaan yang ada, kenyataan sarana yang ada yang meliputi meliputi penampilan fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi.

  kelancaran pelayanan kesehatan di pengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adalah : sumber daya manusia yang memadai baik kuantitas maupun kualitasnya, tersedianya berbagai sumber atau fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang di berikan Jasa pelayanan kesehatan di seluruh dunia selalu kekurangan sumber daya. Di antara berbagai keperluan harus di terapkan prioritas, dan keperluan harus disesuaikan dengan sumber daya yang ada. Untuk itu harus di buat perkiraan- biaya sebelum formulir pemesanan di lengkapi (Nurachmah, 2012).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa puas. Kepuasan responden tentang tangibles / kenyataan meliputi sebagian besar responden puas terhadap Informasi tentang tarif yang sudah diberitahukan dengan jelas oleh petugas perawat, mebiasan perawat yang menciptakan agar kondisi kamar mandi dan WC bersih, kebiasaan perawat yang selalu menjaga agar kondisi peralatan yang digunakan selalu bersih

  Hasil penelitian kisi – kisi kuesioner reliability / kehadalan sebagian sebagian besar tidak puas sebanyak 32 responden (59.3%) dan sebagian kecil puas sebanyak 22 responden (40.7%)

  Reliability (dapat di percaya) yakni kemampuan untuk memberikan jasa

  sesuai dengan yang di janjikan terpecaya dan akurat, konsisten dan kesesuaian pelayanan. Pelayanan yang di berikan kepada pasien merupakan bentuk pelayanan yang profesianal yang berfokus pada berbagai kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien (Nurachmah, 2012).

  Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak puas dengan

  

reliability / kehadalan. Ketidakpuasan dalam kehandalan meliputi responden tidak

  percaya bahwa perawat yang merawat mampu menangani kasus responden dengan tepat, responden tidak percaya bahwa secara keseluruhan pelayanan perawatan pasien di rumah sakit ini baik, responden tidak percaya bahwa perawatan sudah diupayakan agar pasien merasa puas selama dirawat, responden tidak percaya bahwa perawat mampu menangani masalah perawatan pasien dengan tepat dan profesional, responden tidak percaya bahwa perawat memberitahu dengan jelas sesuatu hal yang dilarang demi perawatan pasien, respopnden tidak percaya bahwa perawat memberitahu dengan jelas, suatu hal yang harus dipatuhi oleh pasien tentang anjuran dalam perawatan.

  Hasil penelitian kisi – kisi kuesioner responsiveness / daya tanggap sebagian besar tidak puas sebanyak 34 responden (63%) dan sebagian kecil puas sebanyak 20 responden (37%).

  Responsiveness / daya tanggap yakni kemauan para petugas kesehatan untuk

  membantu para pasien dan memberikan pelayanan dengan cepat, serta mendengarkan dan mengatasi keluhan yang di ajukan pasien, pasien dapat informasi secara lengkap dan jelas tentang kondisi kesehatannya (Nurachmah, 2012).

  Hasil penelitian responsiveness / daya tanggap menunjukkan bahwa sebagian besar tidak puas. Ketidakpuasan ini seperti responden merasa perawat tidak membantu responden dalam pelayanan laboratorium di RS, responden merasa perawat tidak membantu untuk pelayanan Foto (radiologi) di RS ini,

  Hasil penelitian kisi – kisi kuesioner assurance / jaminan dan sebagian besar tidak puas sebanyak 33 responden (61.1%) dan sebagian kecil puas sebanyak 21 responden (38.9%).

  Assurance / jaminan mencakup kemampuan para petugas kesehatan untuk

  menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada pelanggan. Bentuk pelayanan ini seyogyanya diberikan oleh para petugas kesehatan yang memiliki kemampuan serta sikap daan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan perkembangan profesi yang ada. Seorang petugas kesehatan harus mempunyai kemampuan yang cukup dalam menjawab pertanyaan pasien, mampu memberikan kepercayaan kepada pasien dan keluarga, mampu menjaga kesopanan dalam memberikan pelayanan kesehatan (Nurachmah, 2012).

  Hasil penelitian assurance / jaminan menunjukkan bahwa sebagian besar tidak puas. Bentuk ketidakpuasan ini seperti responden merasa perawat di ruang rawat ini kurang profesional, responden merasa pelayanan perawatan pasien belum memenuhi standar asuhan keperawatan, responden merasa Pelayanan perawat membuat keluhan Anda tidak makin berkurang.

  Hasil penelitian kisi – kisi kuesioner emphaty / empati sebagian besar tidak puas sebanyak 30 responden (55.6%) dan sebagian kecil puas sebanyak 24 responden (44.4%).

  Kesediaan para petugas kesehatan untuk peduli memberikan perhatian secara pribadi pada pasien. Stuart dan Sundeen 1997 menyatakan empathy adalah memandang pasien melalui pasien sendiri (internal), peka terhadap perasaan pasien saat ini, dapat mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan alternative pemecahan pada pasien sesuai dengan ilmu dan pengalaman para petugas kesehatan yang di milikinya. antara para petugas dengan pasien adalah suatu bentuk hubungan terapiutik/ professional dan timbal balik yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas hasil suatu tindakan melalui suatu proses pembinaan, pemahaman tentang dua pihak yang sedang berhubungan (Nurachmah, 2012).

  Hasil penelitian emphaty / empati menunjukkan bahwa sebagian besar tidak puas. Bentuk ketidakpuasan ini seperti responden merasa perawat dalam memberikan perawatan tidak dengan penuh kesabaran, responden merasa perhatian yang cukup tinggi kepada pasien selalu diberikan oleh perawat, responden merasa perawat tidak membantu pasien pada waktu BAB (Buang Air Besar), responden merasa perawat tidak berusaha agar pasien merasa puas dengan kepedulian yang baik, responden merasa perawat tidak membantu pasien pada waktu BAK (Buang Air Kecil/kencing)

  SIMPULAN

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54 responden sebagian besar tidak puas dalam menerima pelayanan perawat dalam program Multi Drug Therapy (MDT) yaitu sebanyak 29 responden (53.7%) dan sebagian kecil puas dalam menerima pelayanan perawat dalam program Multi Drug Therapy (MDT)

  REKOMENDASI

  1. Bagi Peneliti Selanjutnya Agar peneliti selanjutnya meneliti tentang hubungan kepuasan penderita kusta terhadap pelayanan perawat dalam program Multi Drug Therapy (MDT) dengan responden yang lebih banyak dan tempat penelitian yang lebih luas.

  2. Bagi Perawat Hendaknya perawat memberikan pelayanan profesional sesuai dengan prosedur pelayanan keperawatan terutama tentang program Multy Drug Therapy (MDT) pada penderita kusta

  3. Bagi Pelayanan Program MDT Hendaknya program Multy Drug Therapy (MDT) diterapkan pada penderita kusta dengan baik dengan kwalitas pelayanan keperawatan yang professional sebagai upaya untuk menurunkan penyakit kusta

  4. Bagi RS Sumberglagah Hendaknya RS Sumberglagah selalu memberikan pelayanan keperawatan terutama tentang program Multy Drug Therapy (MDT) secara professional agar penderita kusta merasa nyaman dan mau untuk melakukan terapi pengobatan kusta.

ALAMAT KORESPONDENSI

  Email : antok_sutiawan@yahoo.com No telp : 085707411154 Alamat : Ds. Bareng Krajan Kecamatan Krian Sidoarjo