BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penjualan Agunan Secara Lelang Tanpa Persetujuan Pemberi Hak Tanggungan Diikuti Gugatan Perbuatan Melawan Hukum (Studi Putusan Nomor 348/ PDT.G/ 2009/PN.TNG)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan di masyarakat, setiap orang membutuhkan uang untuk

  berbagai kepentingannya termasuk dengan cara mendapatkan fasilitas kredit dari bank tertentu. Pemberian fasilitas kredit oleh pihak kreditur kepada debitur tentu harus melalui berbagai persyaratanya diantaranya ada perjanjian kredit dan ada jaminan yang diberikan atas utang dari Debitur.

  Masalah perkreditan erat kaitannya dengan lembaga jaminan yang akan menjamin pengembalian kredit kepada pemberi kredit secara cepat dan pasti.

  Oleh karena itu sudah seharusnya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak yang lain yang terkait mendapatkan perlindungan hukum melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

  Pasal 1131 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa :

  ” Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun baru akan ada di kemudian hari,

   menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”.

  Dengan demikian, pada saat seseorang berhutang atau debitur maka dengan sendirinya atau bagi hukum telah terjadi pemberian jaminan dari debitur kepada setiap krediturnya atas segala harta kekayaan debitur itu. 1 R.Subekti & R.Tjitrosudibio,Kitab Undang -Undang Hukum Perdata,

  Permasalahan akan timbul apabila terdapat lebih dari satu Kreditur dan ternyata Debitur cidera janji terhadap salah satu atau beberapa Kreditur ini.

  Tentu saja masing – masing Kreditur merasa mempunyai hak terhadap harta kekayaan Debitur itu sebagai jaminan pengembalian masing – masing piutangnya. Pasal 1132 KUHPerdata menyatakan bahwa harta Kekayaan Debitur itu menjadi jaminan secara bersama – sama bagi semua Kreditur yang memberi

  

  uang kepada Debitur yang bersangkutan. Kemudian hasil dari penjualan benda

  • – benda yang menjadi kekayaan Debitur itu dibagi kepada semua Krediturnya secara seimbang atau propersonal menurut perbandingan besarnya piutang masing – masing. Namun Pasal 1132 KUHPerdata itu memberikan indikasi bahwa diantara para Kreditur itu dapat didahulukan kedudukannya terhadap Kreditur lain apabila ada alasan – alasan yang sah untuk didahulukan itu. Alasan – alasan sah yang dimaksud itu ialah alasan – alasan yang ditemukan oleh Undang – Undang.

  Alasan – alasan yang ditentukan oleh Undang – Undang itu diatur dalam

  Pasal 1133 KUHPerdata. Pasal – Pasal 1133 KUHPerdata itu bahwa hak untuk didahulukan bagi seorang Kreditur tertentu terhadap Kreditur lain timbul dari hak istimewa, gadai, dan hipotik. Karena itu, para Kreditur lain yang tidak mempunyai kedudukan untuk didahulukan berdasarkan alasan – alasan yang ditentukan oleh Undang – Undang, mempunyai kedudukan yang sama dan hak mereka untuk memperoleh pembagian dari hasil penjualan harta kekayaan

  Debitur apabila debitur cedera janji adalah berimbang secara proporsional menurut besarnya masing – masing piutang.

  Undang – Undang nomor 5 tahun 1960 Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau disingkat UUPA melalui Pasal 51 telah menyediakan lembaga jaminan dapat dibebankan pada hak atas tanah, yaitu hak tanggungan sebagai pengganti hipotik dan credietverband. Akan tetapi selama ini hak tanggungan tersebut belum berfungsi sebagaimana seharusnya karena belum ada Undang – Undang yang mengaturnya secara lengkap. Berdasarkan aturan peralihan Pasal

  57 UUPA, selama Undang – Undang mengenai hak tanggungan belum terbentuk maka masih diberlakukan ketentuan hukum dalam buku II KUHPerdata.

  Setelah melewati rentang waktu lebih dari 35 tahun sejak diamanatkan

  pasal 51 UUPA akhirnya terwujudlah Undang – Undang yang diharapkan dapat mengamankan kegiatan perkreditan dalam upaya memenuhi kebutuhan dana untuk menunjang kegiatan pembangunan, yaitu Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1960 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda – benda yang berkaitan dengan tanah, yang diundangkan dan diberlakukan pada tanggal 09 April 1996, dan tulisan ini akan disingkat dengan Undang – Undang Hak Tanggungan. Dengan telah diundangkannya Undang – Undang Hak Tanggungan tersebut terwujudlah sudah unifikasi hukum nasional, yang ada dibidang hak jaminan atas tanah. Namun dalam pelaksanaanya tentu permasalahan yang timbul. Dalam tulisan ini secara khusus akan dibahas masalah pelaksanaan eksekusi hak tanggungan melalui penjualan dimuka umum atau lelang.

  Pelaksanaan lelang terhadap aset-aset berupa tanah dan bangunan sebagaimana dalam Sertifikat Hak Milik yang menjadi jaminan di PT. Bank Negara Indonesia dianggap oleh pemberi hak tanggungan merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum, karena disamping telah melanggar hak – hak selaku Debitur juga tanpa alasan yang sah melakukan proses pelelangan secara sepihak yang dianggap oleh pemberi hak tanggungan telah mengakibatkan kerugian bagi Debitur baik secara moril maupun secara materil.

  Pelaksanaan lelang terhadap aset – aset yang dijaminkan oleh Pemberi Hak Tanggungan di PT. Bank Negara Indonesia pada awalnya adalah berdasarkan perjanjian kredit dalam rangka penjaminan hutang yang pada gilirannya tidak dapat dipenuhi pembayaran kewajibannya sebagaimana yang telah diperjanjikan dan terjadi kredit macet sehingga untuk memperoleh pembayaran atas hutang pemberi hak tanggungan dilakukan pelelangan umum.

  Penjualan objek hak tanggungan berupa tanah dan bangunan secara lelang memerlukan persyaratan – persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam Undang – Undang agar dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan kerugian bagi para pihak yang mengikat perjanjian.

  Dalam hal Debitur mengingkari perjanjian yang telah diperbuat sebelumnya, maka mempunyai dampak terhadap objek hak tanggungan yang akan dilakukan penjualan dengan cara pelelangan umum, dan dalam hal ini berkaitan dengan siapakah yang berhak melakukan penjualannya serta apakah diperlukan persetujuan dari pemberi hak tanggungan.

  Pihak Debitur yang merasa dirugikan akan melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri atas penjualan objek hak tanggungan yang dianggap oleh Debitur sebagai perbuatan melawan hukum, akan tetapi apakah masih diperlukan persetujuan dari pemberi hak tanggungan bilamana akan dilakukan penjualan terhadap objek hak tanggungan, jika ada hak yang diberikan Undang – Undang bagi pemegang hak tanggungan untuk melakukan penjualan objek hak tanggungan, maka tidak ada terjadi perbuatan melawan hukum dan gugatan dimaksud tidak berkekuatan hukum.

B. Permasalahan

  Perumusan masalah merupakan awal dari segenap proses ilmiah, tanpa ada masalah tidak akan ada penelitian ilmiah. Masalah adalah ibarat jantung dari setiap rencana penelitian ilmiah makin tegas dan terarah perumusan

  

  masalahnya. Makin jelas pula arah dan pelaksanaan penelitian. Maka sesuai dengan judul skripsi penulis, maka dalam hal ini penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : 1.

  Bagaimanakah proses peralihan hak atas suatu objek agunan kepada pembeli lelang?

  2. Apakah penjualan lelang tanpa diketahui pemilik objek agunan dapat dikategorikan perbuatan melawan hukum?

  3. Bagaimana proses penjualan objek agunan melalui lelang tanpa persetujuan pemberi Hak Tanggungan dapat diajukan sebagai perbuatan melawan hukum? 3 Wasty Soemanto,Pedoman Teknis Penulisan Skripsi,(Jakarta, Bumi Aksara, 1994),

C. Tujuan Penulisan

  Tujuan penulisan selamanya mengacu pada masalah yang telah dirumuskan. Apabila rumusan masalah menyangkut hubungan antara variabel, maka rumusan tujuan penelitiannya hendaknya berupaya mencari penemuan tantang ada dan tidaknya hubungan antara variabel yang dimaksud. Tujuan penulisan ialah apa yang secara langsung dan spesifik yang akan dicapai dengan

  

  penelitian yang dilakukan bertolak dari masalahnya. Maka sesuai dengan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan yang akan dicapai dari penulisan skripsi ini adalah: a.

  Untuk mengetahui cara terjadinya perpindahan hak kepada pembeli lelang atas suatu objek agunan b. Untuk mengetahui penjualan lelang tanpa diketahui pemilik objek agunan dapat dikategorikan perbuatan melawan hukum c.

  Untuk mengetahui penjualan objek agunan secara lelang tanpa persetujuan pemberi hak tanggungan dapat diajukan sebagai perbuatan melawan hukum.

  D. Manfaat Penulisan Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

  Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu hukum serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna membangun argumentasi ilmiah terhadap penerapan penjualan agunan secara lelang tanpa persetujuan pemberi hak tanggungan dalam gugatan perbuatan melawan hukum.

2. Manfaat Praktis

  Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, sumbangan pemikiran bagi masyarakat luas tentang penjualan agunan secara lelang tanpa persetujuan pemberi hak tanggungan dapat diajukan sebagai perbuatan melawan hukum. Penulisan skripsi ini dapat menjadi salah satu jawaban yang tepat terhadap persoalan peningkatan latihan berpikir dan bekerja ilmiah di kalangan mahasiswa. Melalui penulisan skripsi ini, penulis secara terbimbing mampu belajar menyusun konsep rencana penelitian, melakukan pengumpulan data, mengolah data, menarik kesimpulan serta menuliskan laporan karya ilmiah dengan sebaik – baiknya. Oleh karena itu penulisan skripsi ini merupakan tugas yang penting bagi

   penulis.

E. Metode Penulisan

  Dalam hal ini, apa yang penulis kemukakan dalam tulisan ini merupakan pangambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan media elektronik.

  Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Studi Kepustakaan Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang menganalisa hukum yang tertulis.

  2. Data dan Sumber Data Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

  Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang- Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Tanggungan, dan Hak Pakai Atas Tanah.

  Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku- buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.

  Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/ atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain - lain serta bahan – bahan sekunder dan tersier di luar bidang hukum yang relevan dan dapat

   di pergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian.

  3. Teknik Pengumpulan Data 6 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

  Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan, penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Reseach).

  Penulis menggunakan suatu penelitian kepustakaan (Library Reseach). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.

  Metode Library Reseach adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan- bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan beberapa buku.

4. Analisis Data

  Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisa data dilakukan dengan: a.

  Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

  b.

  Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.

  c.

  Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, asas atau doktrin.

  d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada.

F. Keaslian Penulisan

  Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah dikemukakan dan permasalahan yang diajukan juga belum pernah diteliti. Oleh karena itu, penulisan skripsi dapat dikatakan masih original sehingga keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan demikian penulisan skripsi ini merupakan penulisan yang pertama dan asli adanya. Penulisan skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran dan juga referensi buku-buku, peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan hak tanggungan, serta informasi yang diperoleh dari media cetak dan elektronik.

  G.

  Sistematika Penulisan Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan terbagi dalam bab perbab yang saling berangkaian satu sama lain.

  Adapun yang merupakan sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut:

  BAB I : Berisikan Pendahuluan yang menggambarkan hal-hal yang bersifat umum dalam Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan.

  BAB II : Di dalam bab ini dikemukakan tentang Pemberian Hak Tanggungan Serta Ruang Lingkupnya, Objek Hak

  Tanggungan Dan Sertifikat Hak Tanggungan Serta Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.

  BAB III : Di dalam bab ini menguraikan tentang Pengertian, Fungsi Dan Klasifikasi Lelang, Tata Cara Penawaran Dan Pembayaran Lelang, Dan Aspek – Aspek Hukum Yang Timbul Dalam Pelelangan. BAB IV : Di dalam bab ini membahas Proses Peralihan Hak Atas Suatu Objek Agunan Kepada Pembeli Lelang, Penjualan Lelang Tanpa Diketahui Pemilik Objek Agunan Dapat Dikategorikan Perbuatan Melawan Hukum, Proses Penjualan Objek Agunan Melalui Lelang Tanpa Persetujuan Pemberi Hak Tanggungan Dapat Diajukan Sebagai Perbuatan Melawan Hukum, Kasus Posisi Atas Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 348/PDT.G/2009/PN.TNG Dan Tanggapan. BAB V : Bab ini berisikan kesimpulan dan saran seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, kemudian dilengkapi saran yang mungkin bermanfaat dimasa datang.

Dokumen yang terkait

Penjualan Agunan Secara Lelang Tanpa Persetujuan Pemberi Hak Tanggungan Diikuti Gugatan Perbuatan Melawan Hukum (Studi Putusan Nomor 348/ PDT.G/ 2009/PN.TNG)

1 72 143

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Terorisme (Studi Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 167/Pid.B/2003/Pn.Dps)

0 0 11

BAB II PERBUATAN MELAWAN HUKUM A. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum - Perbuatan Melawan Hukum Akibat Merusak Segel Meteran Milik PT. PLN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.694 K/Pdt/2008)

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbuatan Melawan Hukum Akibat Merusak Segel Meteran Milik PT. PLN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.694 K/Pdt/2008)

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Para Pihak Akibat Penjualan Hak Tanggungan Di Bawah Tangan (Studi Pada Bank Mandiri Cabang Medan)

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Undang Hukum Perdata Dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Putusan Nomor 56/Pdt.G/2011/Pn Tegal)

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Pemberi Bantuan Hukum Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kewajiban Debitur Untuk Mengasuransikan Barang Agunan Dengan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit Di Bank Pemerintah Dan Swasta

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kewenangan Debitur Pailit Untuk Mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Krediturnya

0 0 17