BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

PENDAHULUAN A.

   Latar Belakang

  Perekonomian yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga dengan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh lembaga perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, untuk lebih meningkatkan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolo gi pada era globalisasi sekarang dan akan terus berlanjut pada masa mendatang, juga perlu dukungan lembaga perseroan terbatas yang dapat menjamin terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif yang tentunya digerakkan dalam kerangka yang kokoh dari undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas.

  Kehadiran perseroan terbatas sebagai bentuk badan usaha dalam kehidupan sehari-hari tidak lagi dapat diabaikan. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa kehadiran perseroan terbatas sebagai salah satu sarana untuk melakukan kegiatan ekonomi sudah menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar- tawar. Praktik bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha, baik itu pedagang,

2 Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan

   agen dan lain sebagainya tidak lagi dipisahkan dari kehadiran perseroan terbatas.

  Kata “perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero (saham). Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimilikinya.

  Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, di samping karena pertanggung jawabannya yang bersifat terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) untuk mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.

  Saham adalah bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu perseroan terbatas. Demikian yang dirumuskan dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut dengan Saham merefleksikan sesuatu hak yang merupakan benda yang dapat dikuasai dengan hak milik, yang memiliki wujud konkrit, yang dapat dilihat dan dikuasai secara fisik oleh setiap pemegang saham dalam suatu perseroan terbatas. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditempatkan dalam anggaran dasar dengan

  3 4 Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Aksara, 2014), hlm. 1.

  Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.1. 5 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Bab, Bab III, Pasal 51 “Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang

dimilikinya.”

   dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Jual beli menurut pengertian yang diberikan oleh undang-undang dalam hal ini Pasal 1457 KUHPerdata adalah suatu perjanjian atau suatu persetujuan timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu pembeli, dan pembeli membayar harga yang telah dijanjikan. Dengan demikian, jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah para pihak yang bersangkutan mencapai kata sepakat tentang barang dan harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar.

  Pasal 613 KUHPerdata menjelaskan bahwasanya saham ditempatkan sebagai barang bergerak dan penyerahannya (levering) dilakukan dengan akta otentik ataupun di bawah tangan dengan mana hak-hak atas kebendaan saham itu dilimpahkan kepada orang lain. Pasal 56 angka 1 UUPT dikatakan bahwa pengalihan hak atas saham dilakukan dengan akta pengalihan. Berdasarkan keterangan yang terdapat dalam KUHPerdata bahwa saham dapat dijadikan sebagai obyek jual beli namun pengalihan hak atas saham menurut undang- undang Perseroan Terbatas harus dilakukan dengan akta pengalihan hak, baik akta otentik maupun akta di bawah tangan.

  Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pengalihan hak atas saham dari penjual kepada pembeli saham. Selanjutnya pengalihan hak atas saham 6 Instansi yang berwenang adalah instansi yang berdasarkan undang-undang berwenang

  

mengawasi perseroan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang tertentu. Misalnya Otoritas

Jasa Keuangan berwenang mengawasi perseroan terbatas di bidang perbankan. 7 I.G. Ray Widjaja, Merancang Suatu Kontrak (Teori dan Praktek) (Bekasi: Megapoin,

  pemindahan hak yang dapat dibuat di hadapan Notaris maupun akta bawah tangan (Penjelasan Pasal 56 Ayat (1) UUPT). Kemudian para pihak dalam proses pengalihan hak atas saham ini diharuskan untuk menyampaikan akta tersebut atau salinannya secara tertulis kepada perseroan (Pasal 56 Ayat (2) UUPT) dan kemudian direksi perseroan berkewajiban untuk melakukan pencatatan mengenai perubahan susunan pemegang saham yang terjadi akibat pengalihan hak atas saham tersebut serta memberikan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan HAM (Pasal 56 Ayat (3) UUPT).

  Pengalihan saham melalui jual beli saham tidak terlepas dengan adanya perikatan yang terjadi diantara kedua belah pihak yang terlibat. Jual beli sebagai suatu perjanjian konsensuil, artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur yang pokok yaitu barang dan harga baik jual beli itu mengenai barang bergerak maupun barang tidak bergerak.

  Saham yang menjadi objek yang diperjualbelikan oleh pihak yang mengadakan perjanjian jual beli sama dengan perjanjian biasanya dimana harus terpenuhinya syarat-syarat sah perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yakni : 1.

  Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; dan

  Sebab yang halal.

  Keempat syarat ini merupakan syarat pokok bagi setiap perjanjian, artinya perjanjian adalah sah, jika memenuhi keempat syarat tersebut. Dengan demikian, perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338 KUHPerdata).

  Berdasarkan keempat syarat tersebut dapat dibedakan atas 2 (dua)

  

  golongan, yaitu: a.

  Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subyektif, karena menyangkut orang atau person yang melakukan perjanjian. Dalam perjanjian jual beli artinya terdapat pihak yang mengikatkan diri yaitu penjual dan pembeli.

  b.

  Syarat ketiga dan keempat disebut sebagai syarat obyektif, karena mengenai perbuatan yang diperjanjikan. Dalam perjanjian jual beli di sini artinya ada obyek yang diperjanjikan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu saham.

  Segala kesepakatan mengenai perjanjian jual beli saham untuk mengalihkan hak milik atas saham tersebut dimuat dalam akta perjanjian jual beli.

  Akta perjanjian jual beli tersebut dapat tercantum mengenai kesepakatan harga yang dibuat oleh para pihak, mengenai waktu pembayaran, penyerahan objek jual beli saham, mengenai pilihan hukum (choice of law) penyelesaian sengketa apabila terjadi di kemudian hari, dan hal-hal terkait lainnya yang mengenai proses pengalihan saham. Apabila salah satu pihak baik itu penjual maupun pembeli melanggar ketentuan yang terdapat di dalam akta perjanjian jual beli saham dan mengakibatkan salah satu pihak mengalami kerugian, maka hal tersebut telah 8 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, mengenai perbuatan melawan hukum.

  Terkait dengan perbuatan melawan hukum khususnya menyangkut perjanjian jual beli saham ini harus memenuhi unsur-unsur pelanggaran yang telah diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan adanya perbuatan, perbuatan itu harus melawan hukum, adanya kerugian baik itu kerugian materiil maupun immateriil, adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian yang dialami, dan adanya kesalahan (schuld) seperti yang terjadi berdasarkan Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011. Untuk itu, penulis merasa hal tersebut menjadi kajian menarik untuk diteliti dalam penulisan skripsi yang diberi judul “Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011).” B.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian tersebut sebelumnya, dalam penelitian ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hak kebendaan atas saham dalam suatu perseroan ? 2.

  Bagaimana aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham ?

  3. Bagaimanakah bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham (studi putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011) ?

   Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hak kebendaan atas saham dalam suatu perseroan.

  2. Untuk mengetahui aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham.

  3. Untuk mengetahui bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham yang dianalisis melalui studi putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011.

  Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

  Memberikan pengetahuan yang besar bagi penulis sendiri mengenai kasus perbuatan melawan huku dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham serta dalam pembangunan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengalihan hak atas saham perseroan.

  2. Manfaat praktis a.

  Memberikan kontribusi terhadap masyarakat dan pelaku bisnis untuk dapat mengetahui mengenai perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham; b. Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap hukum perusahaan dan juga memberikan pemahaman pada pihak terkait seperti; praktisi hukum, praktisi legal corporate, dan juga mahasiswa diharapkan memberikan manfaat yang cukup luas

   Keaslian Penulisan

  Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)” ini disusun berdasarkan pengumpulan bahan-bahan baik berupa bahan pustaka, literatur, undang-undang, maupun peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini.

  Untuk mengetahui keaslian penulisan, penulis sebelumnya sudah melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada catalog skripsi departemen hukum ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan tidak menemukan judul yang sama. Melalui surat tertanggal 15 Desember 2014 yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa judul skripsi ini belum pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun di lingkungan universitas/ perguruan tinggi lainnya dalam wilayah Republik Indonesia. Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban.

E. Tinjauan Kepustakaan

  Adapun yang menjadi kerangka studi atau tinjauan kepustakaan dalam skripsi ini terbagi dalam 3 sub bagian, yaitu: Saham Saham adalah surat berharga yang menyatakan bahwa pemiliknya mempunyai andil dalam memodali perusahaan. Besarnya andil ini tergantung dari jumlah uang yang disetor atau setara utang lainnya, misalnya karena keahliannaya seseorang dianggap telah menyetor uang setara dengan keahliannya tersebut.

  Sedangkan besarnya jumlah saham secara keseluruhan tergantung kesepakatan pada saat pendirian perseroan.

  Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 24/32 tanggal 12 Agustus 1991 tentang Kredit Kepada Perusahaan Sekuritas dan Kredit dengan Agunan Saham, dalam Pasal 1 butir c dinyatakan bahwa saham adalah surat bukti pemilikan suatu Perseroan Terbatas (PT), baik yang diperjualbelikan di pasar modal maupun yang tidak. Sedangkan saham menurut Kamus Bank Indonesia adalah surat bukti kepemilikan atau bagian modal suatu Perseroan Terbatas yang dapat diperjualbelikan, baik di dalam maupun di luar pasar modal yang merupakan klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan dan memberikan hak atas dividen sesuai dengan bagian modal.

  Saham itu tidak harus dikeluarkan, artinya dapat dikeluarkan atau tidak. Jika saham itu dikeluarkan, saham itulah satu-satunya alat pembuktian bagi perseroan atau pemegang saham. Jika tidak, daftar persero yang biasanya ada di kantor perseroan dapat diakui alat pembuktian bagi persero. Kutipan dari daftar persero yang ditandatangani oleh Direksi dapat pula dipakai sebagai bukti turut sertanya seseorang dalam perseroan. Kalau saham itu dikeluarkan atas nama, 9 Sawidji Widiatmodjo, Seri Membuat Uang Bekerja Untuk Anda Cara Cepat Memulai

  Investasi Saham (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 39 10

  

  pemegangnya. Saham mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : a.

  Saham sebagai bagian dari modal. Pada dasarnya, saham itu merupakan modal yang sering dibaca dalam akta pendirian Perseroan Terbatas.

  Karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap saham merupakan bagian dari modal yang menjelma dalam harga saham; b.

  Saham sebagai tanda anggota. Setiap orang yang akan ikut serta sebagai anggota dalam kerja sama dalam Perseroan Terbatas diwajibkan untuk memberikan pemasukan sejumlah uang sebagai inbreng ke dalam Perseroan Terbatas. Pemasukan inilah yang diperhitungkan dalam bentuk saham. Nominal uang pemasukan itu tercantum sama dalam saham.

  Dengan dimilikinya saham menunjukkan bahwa orang tersebut adalah anggota yang disebut persero dan sebagai bukti diberikanlah saham sebagai tanda anggota; c. Saham sebagai alat legitimasi, saham merupakan suatu surat yang menunjuk kepada pemegangnya sebagai orang yang berhak.

  Saham sebagai benda bergerak sewaktu-waktu dapat dialihkan oleh pemegang saham kepada pihak lain dengan suatu perbuatan hukum, salah satunya melalui perjanjian jual beli saham. Pengalihan kepemilikan saham dalam jual beli saham diatur dalam Pasal 56 UUPT yang menyebutkan bahwa pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak. 11 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas (Bandung: Alumni, 2004), hlm. 102 (Selanjutnya disebut Rachmadi Usman I). 12 Perjanjian Charles L. Knapp dan Nathan M. Crystal menyatakan, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka.

  R. Subekti menyatakan, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana ada seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

  M. Yahya Harahap mengatakan, perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih yang member kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi. Dari pengertian ini dapat dijumpai beberapa unsure antara lain hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Unsur-unsur yang tercantum dua

  

  orang dalam definisi di atas, yaitu: a.

  Hubungan hukum Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum.

  Dimana akibat hukum di sini adalah timbulnya hak dan kewajiban. 13 Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Cet. 1 (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 16 (Selanjutnya disebut Salim H.S. I). 14 Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet, 1 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 1. 15 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cet. II (Bandung: Alumni, 1986), hlm.6 (selanjutnya disebut M. Yahya Harahap I). Subjek hukum Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban.

  c.

  Prestasi Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.

  d.

  Di bidang harta kekayaan.

  Artinya yang menjadi objek dalam perjanjian adalah sesuatu yang dapat dinilai dengan uang.

  Perjanjian jual beli (menurut B.W.) adalah perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. Perjanjian jual beli tersebut sudah dilahirkan pada detik tercapainya “sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu kedua pihak sudah setuju tentang barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah.

  Pasal 511 KUHPerdata, menyebutkan saham merupakan benda bergerak tak berwujud, dalam suatu pengalihan hak atas saham (benda) yang diperjualbelikan harus disertai dengan adanya suatu penyerahan. Dengan kata lain hak atas benda (saham) yang diperjualbelikan belum beralih dari penjual kepada pembeli, hak milik atas benda itu baru beralih setelah adanya penyerahan. Pada umumnya penyerahan (levering) atas pengalihan saham perseroan melalui

  16

   cara membuat akta otentik atau di bawah tangan (yang dinamakan cessie).

  Akta otentik yang menjadi pedoman kuat dalam hal perjanjian jual beli saham tersebut, apabila dari pihak penjual maupun pihak pembeli tidak menaati hal-hal yang tercantum di dalam akta otentik perjanjian jual beli saham tersebut maka dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum.

3. Perbuatan melawan hukum

  Pengaturan tentang melawan hukum dalam KUHPerdata hanya dalam beberapa pasal saja, sebagaimana juga terjadi di negara-negara yang menganut sistem Eropa Kontinental lainnya, tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa gugatan perdata yang ada di pengadilan di dominasi oleh gugatan melawan hukum, di samping gugatan ingkar janji kontrak (wanprestasi).

  Perbuatan melawan hukum di sini dimaksudkan adalah sebagai melawan hukum keperdataan. Di negara-negara Eropa Kontinental, misalnya Belanda dikenal istilah “Onrechtmatige Daad,” atau di negara-negara Anglo Saxon dikenal dengan istilah “tort”. Pengertian perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum yang oleh karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Ilmu hukum dikenal adanya 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut:

  1) Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan (Pasal 1365 KUHPerdata);

  2) Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan/tanpa unsur kesengajaan 17 maupun kelalaian (pasal 1366 KUHPerdata);

  Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata (Bandung: Alumni, Perbuatan melawan hukum karena kelalaian (Pasal 1367 KUHPerdata).

  Perbuatan melawan hukum menurut M. A. Moegini Djodjodirdjo, adalah: suatu perbuatan dapat dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, kalau bertentangan dengan hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri atau bertentangan dengan kesusilaan yang baik atau bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda. Adalah kealpaan berbuat, yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kepatutan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat tentang orang lain atau barang. M.A.

  Moegini Djodjodirdjo, menjelaskan yang dimaksud: a.

  Bertentangan dengan hak orang lain adalah bertentangan dengan kewenangan yang berasal dari suatu kaidah hukum, dimana yang diakui dalam yurisprudensi, diakui adalah hak-hak pribadi seperti hak atas kebebasan, hak atas kehormatan, dan hak atas kekayaan; b.

  Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri adalah berbuat atau melalaikan dengan bertentangan dengan keharusan atau larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan; c. Melanggar kesusilaan yang baik adalah perbuatan atau melalaikan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma kesusilaan, sepanjang norma tersebut oleh pergaulan hidup diterima sebagai peraturan peraturan hukum yang tidak tertulis;

18 M.A. Moegini Djodjodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum (Bandung: Alumni, 2002),

  Bertentangan dengan peraturan yang diindahkan adalah bertentangan dengan sesuatu yang menurut hukum tidak tertulis harus diindahkan dalam lalu lintas masyarakat.

F. Metode Penelitian

  Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa penelitian dimulai ketika seseorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.

1. Spesifikasi penelitian

  Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat deskriptif yang mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu menguji, mengkaji ketentuan-ketentuan mengenai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis.

  Penelitian yuridis normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum, 19 Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum (Surakarta:

   hukum.

   Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dapat dari data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh secara tidak langsung.

2. Data penelitian

  a.

  Bahan hukum primer Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (PERMENKUMHAM RI) No. 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas, Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011, dan peraturan- peraturan lainnya.

  b.

  Bahan hukum sekunder Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang hukum perjanjian jual beli dan kegiatan dalam pengalihan saham 20 perseroan seperti buku-buku, karya-karya ilmiah serta tulisan yang ada

  Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cetakan ketigabelas (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 15. 21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

  ini.

  c.

  Bahan hukum tertier Yaitu berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia dan lain sebagainya.

  3. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan studi dokumen dengan penelusuran pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah, dan juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian.

  Menurut M. Nazil dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian, dikemukakan bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.

  4. Analisis Data Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data berikut dengan analisisnya. Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.

  Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui 22 23 M. Nazil, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 111.

  khusus. Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.

   G.

   Sistematika Penulisan

  Penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab untuk mempermudah penulisan dan penjabaran dengan sistematika sebagai berikut :

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

  BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM DALAM PERSEROAN Bab ini akan dipaparkan mengenai hak kebendaan atas saham dalam perseroan. Bab ini berisikan tentang pengertian dan konsep yuridis saham, saham sebagai benda bergerak, bukti dan hak kepemilikan saham, klasifikasi saham, serta hak pemegang saham atas saham yang dimilikinya dalam hal pengalihan saham perseroan.

24 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 11.

  25

  MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM

  Bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana aspek hukum pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham. Bab ini berisikan mengenai konsep perjanjian, asas-asas hukum perjanjian jual beli, syarat dan tata cara pengalihan saham perseroan, serta pengalihan hak atas saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham.

  BAB IV PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENGALIHAN SAHAM PERSEROAN MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011) Bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum yang terjadi dalam hal pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham berdasarkan kasus yang terjadi berdasarkan putusan Mahkamah Agung No.

  2678 K/Pdt/2011. Bab ini berisikan mengenai aspek hukum perbuatan melawan hukum dalam perjanjian jual beli saham terkait proses pengalihan saham, perlindungan hukum terhadap pihak yang dirugikan atas perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham, serta bentuk-bentuk perbuatan melawan hukum dalam pengalihan saham perseroan melalui perjanjian jual beli saham berdasarkan putusan Mahkamah putusan.

  BAB V PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan permasalahan yang telah dibahas dan di analisis, dalam bab ini juga dikemukakan berbagai saran dari penulis atas penelitian yang dilakukan

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

8 151 149

Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Keagenen (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2363 K/Pdt/2011)

2 82 81

Tinjauan Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Internet(E-COMMERCE) Berdasarkan Kuhperdata

7 83 108

Pengalihan Saham Dalam Perjanjian Jual Beli Saham Melalui Internet Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 30 104

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Komparisi Penghadap Dalam Akta Notaris Berdasarkan Putusan No. 51 Pk/Tun/2013

0 0 21

BAB II PERBUATAN MELAWAN HUKUM A. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum - Perbuatan Melawan Hukum Akibat Merusak Segel Meteran Milik PT. PLN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.694 K/Pdt/2008)

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbuatan Melawan Hukum Akibat Merusak Segel Meteran Milik PT. PLN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.694 K/Pdt/2008)

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertimbangan Hakim Menolak Kasasi Dalam Kasus Narkotika (Studi Kasus Putusan No. 2338/K.Pid.Sus/2013 Mahkamah Agung Republik Indonesia)

0 0 18

BAB II HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM PERSEROAN A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham - Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

0 0 42