KEGUNAAN KRIMINOLOGI DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA

Septa Yopi Yansyah

ABSTRAK
KEGUNAAN KRIMINOLOGI DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA
Oleh
SEPTA YOPI YANSYAH

Kejahatan merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat dipahami
dari sisi yang berbeda. Usaha memahami kejahatan ini sebenarnya telah
berabad-abad lalu dipikirkan oleh para ilmuan terkenal. Salah satu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan adalah kriminologi. Nama
kriminologi berasal dari kata “crime” yang berarti kejahatan atau penjahat dan
“logos” yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi ialah suatu ilmu
yang mempelajari gejala kejahatan seluas–luasnya. Pengertian seluas–luasnya
mengandung arti seluruh kejahatan dan hal–hal berhubungan dengan
kejahatan. Hal yang berhubungan dengan kejahatan ialah sebab–sebab
kejahatan, cara–cara memperbaiki penjahat, cara–cara mencegah
kemungkinan timbulnya kejahatan, akibat yang di timbulkannya, dan reaksi
masyarakat.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kegunaan
kriminologi dalam penegakan hukum pidana dan faktor–faktor apa saja yang

mempengaruhi perkembangan kriminologi dalam penegakan hukum pidana.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif ( Library Research )
yaitu dilakukan dengan menelaah peraturan-pertauran yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti dan bahan kepustakaan sebagai pendukung atau
landasan secara teoritis, dengan menggunakan dua jenis data yaitu data primer
yang diperoleh dari wawancara serta data sekunder yang diperoleh dari studi
literatur.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut, yaitu kegunaan
kiminologi dalam penegakan hukum pidana adalah dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu : Pertama pada tahap formulasi adalah memberikan saran dalam
pembuatan Rencana Undang-Undang, mengkriminalkan suatu perbuatan yang
tadinya bukan merupakan tindak pidana menjadi perbuatan yang dapat
dipidana dan Mendekriminalisasikan suatu perbuatan yang tadinya tindak
pidana menjadi bukan perbuatan yang dapat dipidana. Kedua pada tahap
aplikasi kegunaan kriminologi adalah sebagai ilmu bantu kepada aparat–
aparat penegak hukum mulai dari kepolisian sampai pengadilan dalam

Septa Yopi Yansyah
menegakan peraturan perundang–undangan pidana yang telah dibuat oleh
pembuat undang- ndang. Terakhir pada tahap eksekusi adalah pelaksanaan

hukum pidana secara konkret oleh aparat–aparat pelaksana pidana. Kegunaan
kriminologi adalah memberikan cara penanggulangan atau pembinaan kepada
pelaku kejahatan. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan
kriminologi dalam penegakan hukum pidana adalah ketidakpuasan terhadap
hukum pidana dan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan kriminologi
adalah Penerapan metode statistik.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah peran kriminologi sangat di butuhkan
dalam penegakan hukum pidana, khususnya untuk mencari sebab-sebab
kejahatan dan cara-cara penaggulangan kejahatan sehingga dapat mencegah
timbulnya kejahatan. Saran yang dapat diberikan adalah dalam mencegah
kejahatan dapat berhasil dengan baik dengan cara meningkat kesadaran hukum
pada masyarakat, sehingga mereka memahami hak–hak serta kewajiban–
kewjibannya selaku anggota masyarakat, selaku subjek hukum. Apabila
kesadaran hukum telah tercapai maka setidak-tidaknya para subjek hukum
akan taat atau takut pada ancaman pidana pada pelanggaran-pelanggaran
hukum atau undang–undang dan penanggulangan kejahatan tidak hanya
terbatas pada diselesaikannya bidang penyidikan oleh polisi, atau penuntutan
oleh kejaksaan atau vonnis oleh hakim, jika seorang penjahat yang masuk ke
lembaga pemasyarakatan sebaiknya bukan hanya di kurung saja untuk
menimbulkan efek jera saja tidak cukup. Melainkan mengarahkan atau

membina juga agar para penjahat dapat insaf kembali menjadi manusia
pancasila yang taat pada hukum dan undang–undang hingga tidak lagi terjatuh
pada dunia kejahatan kembali.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi dan perkembangan teknologi dan komunikasi, telah menyebabkan
perubahan dalam masyarakat aneka dan corak perilaku yang berbeda–beda satu
dengan yang lainnya yang heterogen telah tumbuh perilaku yang beraneka macam
heterogenitas penduduk telah menjadi kebutuhan dan keinginan hidup yang lebih
variasi, sehingga dengan aneka kebutuhan tersebut, menjadi pola pikir masyarakat
dipengaruhi keadaan lingkungan. Pengaruh lingkungan dalam kehidupan sosial
ekonomi masyarakat, terlebih dengan masa kritis yang dewasa ini. Salah satu bentuk
dari aneka macam dan corak perilaku masyarakat yang umunya terjadi adalah
perilaku tindak kejahatan. Yang modus operandinya adalah kejahatan yang sering
dilakukan dengan berbagai bentuk atau motif kejahatan yang berbeda–beda.

Masalah kejahatan adalah masalah manusia yang berupa suatu kenyataan sosial, yang

sebab musababnya kerap kurang dipahami, karena tidak melihat masalahnya menurut
proporsi yang sebenarnya secara dimensional. Perkembangan dan peningkatan dan
penurunan kualitas maupun kuantitas kejahatan, baik yang ada di daerah perkotaan
maupun pedesaan adalah relatif dan interaktif sebab–musababnya.

2

Perkembangan di dalam dan di luar manusia tertentu, mempengaruhi kecenderungan
dan kemampuannya untuk melakukan perilaku yang jahat. Selanjutnya manusia
tersebut mempengaruhi lebih lanjut manusia tersebut mempengaruhi lebih lanjut
manusia di sekitarnya serta lingkungannya dalam usaha memenuhi keperluan fisik,
mental dan sosial secara positif maupun negatif. Paling utama adalah mencegah tidak
adanya kemungkinan dan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang
secara legal dan wajar. Caranya antara lain mengusahakan bersama dengan penuh
rasa tangung jawab terhadap sesama manusia, pemerataan kesempatan dan
kemampuan untuk memenuhi keperluan fisik, mental dan sosial demi kesejahteraan
aetiap anggota masyarakat.

Sebagai suatu kenyataan sosial masalah kejahatan tidak dapat di hindari dan memang
selalu


ada,sehingga

wajar

bila

menimbulkan

keresahan.

Demikian

juga

perkembangan kriminalitas yang terjadi di daerah perkotaan. Peserta – peserta
interaksi sebagai fenomena yang ikut serta dalam terjadinya kejahatan mempunyai
hubungan fungsional satu sama lain. Bahkan ada kemungkinan yang bertangung
jawab fungsional terhadap terjadinya kejahatan tersebut. Ada pun yang disebut
peserta – peserta dalam timbulnya kejahatan tadi antara lain : para pelaku, korban ,

pembuat undang – undang serta undang – undang, pihak kepolisian, kejaksaan
kehakiman, lembaga – lembaga sosial lain dan para penyaksi ( mereka yang
menyaksikan/membiarkan berlansungnya suatu kejahatan). Jadi termasuk pula di sini
sebagai lingkungan yang abstrak maupun konkrit ( Ninik Widiyanti dan Yulius
Waskita : 1987 : 1 ).

3

Semua fenomena baik maupun buruk yang dapat merupakan faktor kriminogen (yang
dapat menimbulkan kejahatan ) harus diperhatikan dalam meninjau dan menganalisa
terjadinya suatu kejahatan atau penyimpangan lain. Tindakan ini untuk mencegah
pencarian kambing hitam pada satu atau beberapa fenomena saja, konsentrasi
perhatian hanya pada si pelaku atau kelompoknya saja. Sehingga tidak didapatkan
sebab hakikatnya, karena tidak melihat masalah menurut proporsi yang sebenarnya
secara dimensional.

Dapat dikatakan perilaku kejahatan adalah suatu perilaku yang beradaptasi pada atau
hasil kondisi lingkungan tertentu. Dengan demikian kita sampai pada perhatian
adaptasi pada suatu lingkungan sebagai suatu proses yang menetukan. Perilaku
kriminal itu mengadung beberapa unsur lain seperti :

1. Unsur pendukung pada suatu perbuatan kriminal.
2. Risiko yang dikandung dalam pelaksanaan suatu kriminalitas.
3. Masa lampau yang mengkondisikan seseorang individu terlibat.
4. Struktur kemungkinan untuk melakukan suatu kriminalitas
( Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita : 1987 : 2 ).

Kejahatan merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat dipahami dari
berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap
berbagai komentar tentang suatu peristiwa kita ternyata tak mudah untuk memahami
kejahatan itu sendiri. Usaha memahami kejahatan ini sebenarnya telah berabad – abad
lalu dipikirkan oleh para ilmuwan terkenal. Plato ( 347 – 427 s.m. ) misalnya
menyatakan dalam bukunya ’Republiek’ menyatakan antara lain bahwa emas,
manusia adalah merupakan sumber dari banyak kejahatan. Sementara itu, Aristoteles

4

( 322 – 382 s.m. ) menyatakan bahwa kemiskinan menimbulkan kejahatan dan
pemberontakan. Kejahatan yang besar tidak diperbuat untuk memperoleh apa yang
perlu untuk hidup, tetapi untuk kemewahan. Thomas Aquino (


1226 – 1274 )

memberikan beberapa pendapatnya tentang pengaruh kemiskinan tentang kejahatan.
Orang kaya yang hidup untuk kesenagan dan memboros - boroskan kekayaanya, jika
suatu kali jatuh miskin mudah menjadi pencuri ( Topo Santoso dan Eva Achjani
2006 : 1 ).
Bonger menempatkan satu lagi penulisan masa lampau yaitu Thomas More ( 1478 –
1535). Penulis buku Utopia ( 1516 ) ini menceritakan bahwa hukuman berat yang
dijatuhkan kepada penjahat pada waktu itu tidak berdampak banyak untuk
menghapuskan kejahatan yang terjadi. Untuk itu katanya, harus dicari sebab musabab
kejahatan dan menghapuskannya.

Pendapat para sarjana tersebut di atas kemudian tertampung dalam suatu ilmu
pengetahuan yaitu kriminologi. Kriminologi merupakan cabang ilmu yang muncul
pada abad ke -19 yang pada intinya merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
dari sebab musabab kejahatan. Hingga kini batasan dan ruang lingkup kriminologi
masih terdapat berbagai perbedaan pendapat di kalangan para sarjana.
Sutherland memasuki proses pembuatan undang – undang, pelanggaran dari undangudang dan reaksi terhadap pelanggaran undang – undang tersebut ( reating toward the
breaking of the law ). Dengan kata lain Stuherland membatasi objek studi kriminologi
pada perbuatan – perbuatan sebagaimana ditentukan dalam hukum pidana. Hal ini

mendapat tentangan dari para sarjana lain. Mannheim misalnya, yang menyatakan

5

sependapat dengan Thoesten Sellin norma ( norma – norma kelakuan ) yaitu norma –
norma tingkah laku yang telah digariskan oleh berbagai kelompok – kelompok
masyarakat menyakut norma kesopanan, norma susila, norma adat, norma agama dan
norma hukum. Jadi obyek studi kriminologi tidak saja perbuatan – perbuatan yang
bertentangan dengan hukum, tapi juga tingkah laku tersebut bukan merupakan suatu
pelanggaran dalam penegakan hukum pidana ( Topo Santoso dan Eva Achjani 2006 :
2 ).
Kriminologi yang mempelajari gejala – gejala kejahatan seluas – luasnya. Pengertian
seluas – luasnya mengadung arti seluruh kejahatan dan hal – hal yang berhubungan
dengan kejahatan. Hal yang berhubungan dengan kejahatan ialah sebab timbul dan
melenyapnya kejahatan, akibat yang ditimbulkan , reaksi masyarakat, pribadi
penjahat (umur, keturunan, pendidikan, cita – cita). Ke dalam pengertian ini dapat
dimasukan sistem penjara, sistem hukuman, penegakan hukum serta pencegahan.
Aspek tadi dipelajari dalam hukum tertentu umpama timbulnya kejahatan, reaksi
masyarakat dipelajari psikologi, sosiologi, antropologi, dan masalah keturunan
dipelajari oleh biologi, demikian masalah penjara dipelajari penologi. Keseluruhan

ilmu yang membahas hal yang bersangkut paut dengan kejahatan yang tadinya satu
sama lain merupakan data yang terpisah digabung menjadi satu kebulatan yang
sistematis disebut kriminologi. Inilah sebab orang mengatakan kriminologi
merupakan ilmu yang membahas tentang kejahatan ( Simadjuntak, 1981 : 1 ).

6

Kriminologi juga bertujuan untuk menciptakan perkembangan pengetahuan lain
berkenaan dengan proses penyusunan undang – undang kejahatan dan pencegahan
atau pelaku kejahatan. Dalam penanggulangan kejahatan penegakan hukum pidana
juga diperlukan, karena penegakan hukum pidana yang merupakan kebijakan
penanggulangan kejahatan mempunyai tujuan akhir yaitu perlindungan masyarakat
guna mencapai kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kegunaan kriminologi
dalam penegakan hukum pidana merupakan bagian integral dari kebijakan untuk
mencapai kesejahteraan, maka wajar jika dikatakan bahwa usaha penanggulangan
kejahatan merupakan penegakan hukum pidana (Sudarto,1986:111).

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, penulis ingin mengetahui serta
mencari bagaimanakah kegunaan kriminologi dalam penegakan hukum pidana dan
faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan kriminologi, sehingga penulis

mengambil judul skripsi “ Kegunaan Kriminologi Dalam Penegakan Hukum Pidana”.
B. Permasalahan dan ruang lingkup
1. Permasalahan
Berdasarkan judul diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi
ini adalah :
a. Bagaimanakah kegunaan kriminologi dalam penegakan hukum pidana ?
b. Faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan kriminologi dalam
Penegakan hukum pidana ?

7

2. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup adalah berdasarkan teori – teori dengan batasan – batasan
kegunaan kriminologi dalam menangulangi kejahatan yang mana membahas
bagaimana ilmu kriminologi mengamati dan mempelajari suatu kejahatan yang terjadi
dengan cara mencari sebab – sebab dan faktor – faktor penyebab terjadinya kejahatan
tersebut.

C. Tujuan dan Kegunaan penelitian
1. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kegunaan kriminologi dalam penegakan hukum pidana.
b. Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan kriminologi
dalam penegakan hukum pidana.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
a. secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam rangka pengembangan Ilmu Hukum, khususnya Ilmu Hukum Pidana yang
berkaitan dengan kegunaan kriminologi dalam penegakan hukum pidana.
b. secara praktis, sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berkarya ilmiah,
daya nalar dengan acuan yang disesuaikan dengan disiplin ilmu yang

telah

dipelajari dan juga untuk memperluas cakrawala bagi siapa saja yang ingin

8

mengetahui kegunaan kriminologi dalam penegakan hukum pidana. Juga
diharapkan sebagai bahan bacaan rekan – rekan mahasiswa dan sumbangan
pemikiran bagi praktisi maupun akademisi hukum.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep – konsep yang merupakan abstraksi dan hasil
pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan
identifikasi terhadap dimensi – dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti
( Soerjono Soekanto 1986 : 124 ).
Upaya penanggulangan kejahatan khususnya preventif antara kriminologi dan hukum
pidana terdapat hubungan yang saling terkait, karena kriminologi adalah ilmu yang
menjelaskan mengapa seseorang melakukan kejahatan sedangkan hukum pidana
melihat apakah suatu perbuatan itu bertentangan dengan hukum atau tidak.
Kriminologi mempelajari aktivitas kejahatan yang dilakukan dalam bentuk individu
atau terorganisir termasuk cara – cara yang digunakan penjahat, kriminologi juga
mempelajari sebab musabab kejahatan, degan cara membandingkan pribadi dan
tingkah laku penjahat dengan pelaku lain.

Penaggulanan dengan cara mencari sebab-sebab kriminalitas, selain dengan berbagai
metode, dapat pula dilakukan dengan cara mempelajari atau dengan studi mengenai
kejahatan, yaitu dengan Teori Sosiologi. Teori ini mengupas kejahatan dari segi
sosiologi. Pengupasan ini menimbulkan ilmu baru yang disebut Criminal Sosiology.

9

Ilmu ini meneliti pengaruh keadaan masyarakat terhadap timbulnya serta akibat
kejahatan. Karena kejahatan tidak terlepas dari kondisi aspek masyarakat yaitu :
1. Ekonomi
2. Politik
3. Kebudayaan ( Simadjuntak, 1981 : 130 ).

Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala kejahatan seluasluasnya maka kriminologi akan memusatkan perhatiannya pada kejahatan dari
berbagai sisi termasuk perhatiannya terhadap pelaku kejahatan dan korban kejahatan
atau masyarakat. Oleh karena itu kegunaan kriminologi sangat dibutuhkan dalam
penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana dapat diartikan sebagai upaya
untuk membuat hukum pidana itu dapat berfungsi, beroperasi atau berkerjanya dan
terwujud secara konkrit. Menurut Sudarto kebijakan hukum pidana dibagi menjadi
dua jenis kebijakan, yaitu :
1. Kebijakan secara penal ( hukum pidana )
Kebijakan hukum pidana melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat
”represif” (penindasan/pemberantasan/penumpasan ) setelah kejahatan itu terjadi.
Penegakan hukum pidana pada hakikatnya merupakan penegakan kebijakan melalui
beberapa tahapan :
a. Tahap Formulasi
Yaitu tahapan penegakan hukum ”in abstracta” oleh pembuatan undang – udang
tahap ini dapat pula disebut sebagai tahap kebijakan legislatif.

10

b. Tahap Aplikasi
Yaitu penerapakan hukum piadana oleh aparat – aparat penegakan hukum mulai dari
kepolosisan, sampai dengan, pengadilan, tahap ini dapat pula disebut dengan tahap
kebijakan.
c. Tahap Eksekusi
Yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana secara konkret oleh aparat – aparat
pelaksanaan hukum pidana, tahap ini dapat pula disebut dengan tahap kebijakan
eksekatif atau administratif
2. Kebijakan non-penal ( di luar jalur hukum )
Kebijakan hukum pidana melalui jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat
”prefentif” (pencegahan/penangkalan/pengendalian) yang dilakukan sebelum
kejahatan itu terjadi.
( Muladi dan Barda Nawawi, 1992 : 157).

2. Konseptual
Kerangka

Konseptual

merupakan

kerangka

yang

menghubungkan

atau

menggambarkan konsep – konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang
berkaitan denagn istilah itu (Soerjono Soekanto 1986 : 32 ).
Agar memberikan kejelasan yang mudah dipahami maka akan dijabarkan beberapa
pengertian mengenai istilah yang berkitan dengan judul penulisan ini yaitu :

11

a. Kegunaan adalah fungsi atau manfaat yang dapat dirasakan dan dinikmati
( Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. 2001 )
b. Kriminologi adalah Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab – sebab
kejahatan, pelaku kejahatan dan cara menanggulangi kejahatan (Moeljatno,1986 :
3).
c. Penegakan hukum adalah upaya hukum untuk menterjemahkan dan mewujudkan
keinginan – keinginan hukum pidana menjadi kenyataan yakni dengan melarang
suatu yang bertentangan dengan hukum (on recht) dan mengenakan nestapa
(penderitaan) kepada yang melanggar larangan tersebut (Sudarto, 1986 : 60).
d. Hukum pidana adalah keseluruhan aturan ketentuan hukum mengenai perbuatan perbuatan yang dapat dihukum dan aturan pidananya (Pompe, 1959 : 15).
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah suatu uraian mengenai penulisan
secara teratur dan terperinci yang di atur sesuai pembabakan sehingga penulisan ini
dapat memberikan gambaran yang utuh dari keseluruhan materi skripsi ini. Tiap bab
dalam penulisan skripsi ini saling berkaitan satu sama lain adapun dalam penulisan
ini terdiri dari lima bab, yaitu:

12

I.

PENDAHULUAN
Merupakan Bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang, permasalahan
dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan
kerangka konseptual, serta sistematika penulisan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan Bab tinjaun pustaka yang menguraikan mengenai pengertian –
pengertian umum dari kriminologi, yang terdiri dari pengertian kriminologi,
sejarah kriminologi, pengertian kejahatan, penyebab kejahatan, dan pengertian
penegakan hukum pidana.

III.

METODE PENELITIAN
Merupakan Bab yang menjelaskan metode yang dipakai guna memperoleh
dan mengolah data yang akurat. Adapun metode yang digunakan terdiri dari
pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan
pengolahan data secara analisa data.

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan berdasarkan hasil penelitian terhadap
permasalahan dalam penelitian ini yaitu meliputi kegunaan kriminologi dalam
penegakan hukum pidana dan faktor faktor yang mempengaruhi perkembagan
kriminologi dalam penegakan hukum pidana.

13

V.

PENUTUP
Merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang
merupakan jawaban terhadap permasalahan berdasarkan hasil penelitian serta
berisikan saran – saran penulis mengenai apa yang harus kita tingkatkan dari
pengembangan teori – teori yang berkaitan dengan permasalahan dan
pembahasan.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, sebagaimana
dipaparkan dalam bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.

Kegunaan kiminologi dalam penegakan hukum pidana dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu : Pertama pada tahap formulasi adalah memberikan saran dalam
pembuatan Rencana Undang-Undang, mengkriminalkan suatu perbuatan yang
tadinya bukan merupakan tindak pidana menjadi perbuatan yang dapat
dipidana dan Mendekriminalisasikan suatu perbuatan yang tadinya tindak
pidana menjadi bukan perbuatan yang dapat dipidana. Kedua pada tahap
aplikasi kegunaan kriminologi adalah sebagai ilmu bantu kepada aparat –
aparat penegak hukum mulai dari kepolisian sampai pengadilan dalam
menegakan peraturan perundang – undangan pidana yang telah dibuat oleh
pembuat undang- ndang. Terakhir pada tahap eksekusi adalah pelaksanaan
hukum pidana secara konkret oleh aparat – aparat pelaksana pidana.
Kegunaan kriminologi adalah memberikan cara penanggulangan atau
pembinaan kepada pelaku kejahatan.

2.

faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan kriminologi dalam
penegakan hukum pidana adalah ketidakpuasan terhadap hukum pidana.
Hukum pidana yang memuat peraturan-peraturan yang mengandung

100

keharusan dan larangan terhadap pelanggarnya yang semata – mata
dijalankan untuk menakut – nakuti dengan cara diancam dengan hukuman
hukuman yang sangat berat. walaupun sudah diterapkan penyiksaan –
penyiksaan yang berat bahkan sampai menerapkan hukuman mati kepada
para pelaku kejahatan tetapi tetap saja kejahatan itu tetap ada. Dan terutama
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kurang

mengikuti

perkembangan zaman, karena pembentukan perbuatan kejahatan – kejahatan
baru dipengaruhi oleh sesuai perkembangan masyarakat.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi perkembangan kriminologi adalah
Penerapan

metode

statistik.

Statistik

kriminal

disusun

berdasarkan

kriminalitas yang tercatat baik secara resmi (kepolisian, kejaksaan,
pengadilan) dan pengaduan korban dan anggota masyarakat. Berarti hasil
pencatatan dipengaruhi oleh kemauan korban atau masyarakat untuk
melaporkan kejahatan yang dialami. Kriminalitas tercatat hanya sampel dari
jumlah kriminalitas yang terjadi karena berapa jumlah kriminalitas yang
terjadi tidak pernah diketahui disebabkan ada kriminalitas yang tidak
dilaporkan

B. Saran
Setelah melakukan pembahasan dan memperoleh suatu kesimpulan dalam skripsi
ini, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Dalam mencegah kejahatan dapat berhasil dengan baik dengan cara
meningkatkan kesadaran hukum pada masyarakat, sehingga mereka memahami
hak – hak serta kewajiban – kewjibannya selaku anggota masyarakat, selaku

101

subjek hukum. Apabila kesadaran hukum telah tercapai maka setidak –
tidaknya para subjek hukum akan taat atau takut pada ancaman pidana pada
pelanggaran – pelanggaran hukum atau undang – undang
2. Penanggulangan kejahatan tidak hanya terbatas pada diselesaikannya bidang
penyidikan oleh polisi, atau penuntutan oleh kejaksaan atau vonnis oleh hakim,
jika seorang penjahat yang masuk ke lembaga pemasyarakatan sebaiknya
bukan hanya di kurung saja untuk menimbulkan efek jera saja tidak cukup.
Melainkan mengarahkan atau membina juga agar para penjahat dapat insaf
kembali menjadi manusia pancasila yang taat pada hukum dan undang –
undang hingga tidak lagi terjatuh pada dunia kejahatan kembali.