Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Langkat

  Bab

2 Profil Kabupaten

  Langkat 2.1.

   Wilayah Administrasi

2.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administratif

  Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263,29 km² atau 626.329 Ha, sekitar 8,74% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Langkat terbagi dalam 3 Wilayah Pembangunan (WP) yaitu ;

   Langkat Hulu seluas 211.029 ha., wilayah ini meliputi Kecamatan Bahorok, Kutambaru, Salapian, Sirapit, Kuala, Sei Bingai, Selesai dan Binjai.  Langkat Hilir seluas 250.761 ha. wilayah ini meliputi Kecamatan Stabat, Wampu,

  Secanggang, Hinai, Batang Serangan, Sawit Seberang, Padang Tualang dan Tanjung Pura.  Teluk Aru seluas 164.539 ha. wilayah ini meliputi Kecamatan Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, Pangkalan Susu, Besitang dan Pematang Jaya.

  Secara administratif, Kabupaten Langkat terdiri atas 23 wilayah kecamatan, 240 desa, dan 37 kelurahan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Kecamatan Batang Serangan (93,490 ha), dan yang paling sempit adalah Kecamatan Binjai (4,955 ha). Kecamatan dengan Desa terbanyak adalah Kecamatan Bahorok dan Kecamatan Tanjung Pura (19 desa/kelurahan) sedangkan kecamatan dengan desa/kelurahan paling sedikit adalah Kecamatan Sawit Seberang, Brandan Barat dan Binjai (7 Desa/Kelurahan).

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah.

No. Kecamatan Ibu Kecamatan Banyaknya Luas Desa Kelurahan Km² %

  4 4 76,41 1,22

  14 Hinai Kebun Lada

  12 1 105,26 1,68

  15 Secanggang Hinai Kiri

  16 1 231,19 3,69

  16 Tanjung Pura Pkn. Tanjung Pura

  18 1 179,61 2,87

  17 Gebang Pkn Gebang

  10 1 178,49 2,85

  18 Babalan Pelawi Utara

  19 Sei Lepan Alur Dua

  13 Padang Tualang Tjg. Selamat

  9 5 280,68 4,48

  20 Brandan Barat Tangkahan Durian

  5 2 89,80 1,43

  21 Besitang Pkn Besitang

  6 3 720,74 11,51

  22 Pangkalan Susu Bukit Jengkol

  9 2 151,35 2,42

  23 Pematang Jaya Limau Mungkur 8 209,00 3,34

  JUMLAH 240 37 6.263,29 100

  11 1 221,14 3,53

  6 1 209,10 3,34

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  14 2 206,23 3,29

  1 Bahorok Pkn Bahorok

  18 1 1.101,83 17,59

  2 Sirapit Sidorejo 10 98,5 1,57

  3 Salapian Minta Kasih

  16 1 221,73 3,54

  4 Kutambaru Kutambaru 8 234,84 3,78

  5 Sei Bingei Namu Ukur Sltn

  15 1 333,17 5,32

  6 Kuala Pkn Kuala

  7 Selesai Pkn Selesai

  12 Sawit Seberang Sawit Seberang

  13 1 167,73 2,68

  8 Binjai Kwala Begumit

  6 1 42,05

  0.67

  9. Stabat Stabat Baru

  6 6 108,85 1,74

  10. Sei Wampu Bingai

  13 1 194,21 3,10

  11 Batang Serangan Batang Serangan

  7 1 899,38 14,36

  Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka tahun 2015

  II -3 | P a g e Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Langkat

Gambar 2.1. Peta Administratif Kabupaten Langkat

  2.2. .

   Potensi Wilayah Kabupaten Langkat 2.2.1. Potensi Pengembangan Wilayah A. Kawasan Pembangunan

  Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten Langkat terbagi menjadi 3 kawasan, yaitu : o

  Kawasan Langkat Hulu, wilayah ini meliputi Kecamatan Bahorok, Kutambaru, Salapian, Sirapit, Kuala, Sei Bingai, Selesai dan Binjai. Wilayah ini merupakan hulu sungai dari sungai-sungai yang ada di Kabupaten Langkat. Banyak jeram-jeram berarus deras, yang layak untuk dikembangkan sebagai sumber energi listrik Mikro Hidro. Dikawasan ini terdapat potensi tambang Batu Kapur dan Batubara. Selain itu terdapat potensi wisata berupa ekowisata Bukit Lawang yang berorientasi pada kegiatan konservasi Orang Utan dan ekosistemnya. o

  Kawasan Langkat Hilir, wilayah ini meliputi Kecamatan Stabat, Wampu, Secanggang, Hinai, Batang Serangan, Sawit Seberang, Padang Tualang dan Tanjung Pura. Wilayah ini didominasi dataran rendah yang cocok untuk lahan budidaya pertanian. Langkat Hilir sejak jaman Belanda dikenal sebagai wilayah perkebunan besar, yang sekarang dikenal dengan PTPN (PT Perkebunan Negara II dan IV). Sehingga budaya masyarakat perkebunan masih telihat di wilayah ini. Sebagian wilayahnya juga merupakan lahan konservasi sumberdaya alam TNGL. Di Kecamatan Batang Serangan terdapat ekowisata Tangkahan, dengan atraksi menarik Unit Patroli Gajah. Para wisatawan dapat menikmati hiburan menaiki dan memandikan Gajah. o

  Wilayah Teluk Aru, yaitu wilayah perbatasan antara Provinsi Sumatera Utara dengan Provinsi Aceh, wilayah ini meliputi Kecamatan Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, Pangkalan Susu, Besitang dan Pematang Jaya. Di Wilayah ini merupakan daerah ekplorasi PT Pertamina yang pertama di Indonesia, sehingga wilayah ini mempunyai karakteristik miniatur Indonesia, mengingat karyawan PT Pertamina datang dari seluruh Indonesia.

  Namun potensi minyak dan gas bumi di Teluk Aru sudah semakin menipis dan kurang ekonomis untuk diusahakan, maka Kilang Pertamina di Pangkalan Brandan ditutup. Penutupan Kilang ini sangat terasa dampaknya bagi perekonomian masyarakat setempat. Sebagian wilayahnya juga merupakan lahan konservasi sumberdaya alam TNGL. Di Kecamatan Besitang juga terdapat Unit Patroli Gajah Aras Napal yang dikelola oleh Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam.

B. Kawasan Budidaya

  Kawasan budidaya yang direncanakan di Kabupaten Langkat sesuai dengan RTRW Kabupaten Langkat tahun 2013-2033 adalah:

  1. Kawasan hutan produksi :

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

   Kawasan hutan produksi terbatas dengan luas sekitar 56.141 Ha. terletak di Kecamatan Bahorok; Salapian; Kutambaru; Sei Bengai; Kuala; Batang Srangan; Sawit Seberang; Sei Lepan; Berandan Barat; Besitang; Pangkalan Susu; dan Pematang Jaya.

   Kawasan hutan produksi tetap memiliki luas sebesar 39.453 Ha, meliputi Kecamatan Secanggang; Tanjung Pura; Gebang; Babalan; SeiLepan; Brandan Barat; Besitang; Pangkalan Susu dan Pematang Jaya;

  2. Kawasan pertanian :  Kawasan tanaman lahan basah, berdasarkan analisis kesesuaian lahan, maka kawasan ini direncanakan berlokasi menyebar hampir di seluruh wilayah kecamatan baik dalam skala besar maupun kecil dengan luas total ± 49.293 Ha.

   Kawasan tanaman lahan kering direncanakan menyebar diseluruh kecamatan Kabupaten Langkat baik dalam skala besar maupun kecil dengan luas total 36.348 Ha, dengan pusat pengembangan pertanian lahan kering meliputi Kecamatan Besitang; Bahorok; Hinai; Tanjung Pura; Sei Bingei; Binjai; Selesai; Wampu; dan Secanggang.

   Kawasan tanaman tahunan/perkebunan diarahkan meliputi seluruh kecamatan dengan luas pengembangan mencapai ± 202.485 Ha.  Kawasan peternakan di Kabupaten Langkat meliputi:

  a. Peternakan hewan besar; Arahan sentra produksi Peternakan hewan besar seperti sapi potong dan kerbau meliputi Kecamatan Sei Bingei; Kuala; Selesai; Binjai; Wampu; Batang Serangan; Sawit Seberang; Padang Tualang; Hinai; Secanggang; Pematang Jaya; Stabat; Bahorok; dan Sirapit.

  b. Peternakan hewan kecil seperti domba, kambing, dan babi meliputi: Kecamatan Selesai; Binjai; Hinai; Wampu; Padang Tualang; Sawit Seberang; Tanjung Pura; Sei Bingei; Kuala; dan Gebang.

  c. Peternakan unggas seperti ayam dan itik meliputi: Kecamatan Binjai; Selesai; Kuala; Salapian; Tanjung Pura; dan Secanggang.  Kawasan budidaya perikanan di Kabupaten Langkat meliputi:

  a. Pengembangan perikanan laut dan budidaya (tambak), diarahkan di Kecamatan Pematang Jaya, Pangkalan Susu, Tanjung Pura, Brandan Barat, SeiLepan, Gebang, Besitang, Babalan, dan Kecamatan Secanggang; dan

  b. perikanan air tawar berupa kolam potensial dikembangkan di seluruh kecamatan di Kabupaten Langkat, sedangkan perikanan air tawar berupa minapadi potensial dikembangkan di lahan sawah beririgasi di Kabupaten Langkat.

   Pengembangan kawasan perikanan tangkap di Kabupaten Langkat meliputi:

  a. perikanan tangkap di laut diarahkan pada jalur penangkapan ikan 0 – 4 mil dari garis pantai di Kecamatan Pematang Jaya, Pangkalan Susu, Tanjung Pura, Brandan Barat, Sei Lepan, Gebang, Besitang, Babalan, dan Kecamatan Secanggang; b. perikanan tangkap di Perairan Umum diarahkan di Kecamatan Kutambaru, SeiBingei,

  Bahorok, Salapian, Kuala, Selesai, Padang Tualang, Stabat, Wampu, Hinai dan Tanjung Pura; dan c. pengembangan perikanan terpadu melaui konsep minapolitan dipusatkan di Kecamatan Pangkalan Susu dan didukung oleh desa-desa pesisir.

  d. Kawasan agromarinepolitan meliputi kawasan pantai timur Kabupaten Langkat.

  e.

  Pangkalan Pendaratan ikan (PPI) untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap meliputi PPI Pangkalan Susu, PPI Pangkalan Brandan dan PPI Kuala Gebang.

  f. Pengembangan perumahan nelayan diarahkan di Kecamatan Brandan Barat, Kecamatan Sei Lepan, Kecamatan Babalan dan Pangkalan Susu

  3. Kawasan pertambangan meliputi:  Kawasan Pertambangan rakyat berada di Kecamatan Kutambaru, Bahorok, Salapian,

  Kuala, Sirapit, Selesai, SeiBingei, Wampu, Batang Serangan, Sawit Seberang, Pangkalan Susu dan Berandan Barat.  Kawasan Pertambangan besar meliputi:

  a. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi berada di Pangkalan Susu, Brandan Barat, SeiLepan, Babalan, Hinai, Padang Tualang, Secanggang dan Binjai;

  b. Tambang Panas bumi;

  c. Tambang Batu Bara; dan d.

  Tambang Air Tanah CAT Medan.

  4. Kawasan perindustrian. Kawasan industri di Kabupaten Langkat terutama industri kecil dan menengah diarahkan diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat. Sedangkan industri besar dapat diarahkan dan disesuaikan dengan hasil komoditi yang ada disetiap kecamatan dengan Pusat Industri berada pada Kecamatan Pangkalan Susu.

  5. Kawasan pariwisata.

   Wisata Alam (Darat) meliputi:

  a. Pemandian dan Rehabilitasi Orang Utan, Gua Batu Kapal dan Gua Batu Rizal, Kecamatan Bahorok; b. Gua, Air Terjun Marike dan Air Panas SimolapKutambaru di Kecamatan Kutambaru

  c. Pemandian Namu Relok, Kecamatan Salapian;

  d. Pemandian Pangkal, Pemandian/Air Terjun Lau Berte, Pemandian Namu Ukur Utara, Kecamatan SeiBingei;

  e. Sumber Air Panas Kuala Buluh, Kecamatan Padang Tualang;

  f. Batu rongreng Desa Sungai Musam dan Tangkahan di Kecamatan Batang Serangan; g.

  Suaka Marga Satwa Langkat Timur Laut di Kecamatan Tanjung Pura dan Secanggang; dan h. Arung jeram Sungai Wampu dan Sungai Bingei.

   Wisata Alam (Laut) meliputi:

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah a.

  Pulau Sembilan, Pantai Berawe di Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu; dan b. Pantai Kuala Serapu, Kecamatan Tanjung Pura.  Wisata Buatan meliputi:

  a. Istana Batu Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang; b.

  Pulau Kuburan Mas Merah dan Kuburan Panjang di Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu;

  c. Mesjid Azizi, Makam T. Amir Hamzah dan musium, Kecamatan Tanjung Pura;

  d. Haul Tuan Guru Besilam, Kecamatan Padang Tualang; dan e. Kampung Bali di Kecamatan Wampu.

C. Kawasan Strategis

  Kawasan strategis adalah merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya dan/atau peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan RTRW Kabupaten Langkat tahun 2013-2033, kawasan strategis di wilayah Kabupaten Langkat adalah:

  1. Kawasan Startegis Ekonomi, meliputi ;  Kawasan ekonomi terpadu di Kecamatan Stabat.

   Pelabuhan laut di Kecamatan Pangkalan Susu dan Kecamatan Tanjung Pura.  Kawasan Industri di Kecamatan Pangkalan Susu.  Kawasan wisata bahari dan lingkungan hidup di Kecamatan Pangkalan Susu

  2. Kawasan Strategis Sosial dan Budaya, meliputi ;  Mesjid Azizi, Makam T.Amir Hamzah dan Musium Daerah di Kecamatan Tanjung Pura.

   Makam Tuan Guru Besilam di Kecamatan Padang Tualang.  Kampung Bali di Kecamatan Wampu.

  3. Kawasan Strategis Lingkungan, meliputi ;  Taman Nasional Gunung Leuser di Kecamatan Batang Serangan, Bahorok dan Kutambaru.

   Kawasan Rawan Bencana di Kecamatan Bahorok.  Pulau Sembilan di Kecamatan Pangkalan Susu.  Suaka Marga Satwa Langkat Timur dan Kecamatan Tanjung Pura dan Secanggang.  Bahorok-Tangkahan 2.3.

   Demografi dan Urbanisasi 2.3.1. Demografi A. Jumlah Penduduk

  Jumlah penduduk Kabupaten Langkat, berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat Tahun 2012 sebanyak 1.271.454 jiwa. Terdiri dari laki–laki 651.121 jiwa dan perempuan 620.333 jiwa. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Stabat yaitu 83.093 jiwa, kemudian Kecamatan Selesai 70.035 jiwa, sedangkan Kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Pematang Jaya dengan jumlah penduduk 13.102 jiwa. Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2010, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah 976.535 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 154,48 jiwa per Km². Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Langkat pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2000 adalah sebesar 0,88 persen. Untuk tahun 2013 berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat 978.734 jiwa.

B. Jumlah Penduduk Miskin dan Persebarannya

  Persentase penduduk diatas garis kemiskinan dihitung dengan menggunakan formula (100 – angka kemiskinan). Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak.

  a) Jumlah dan prosentase penduduk miskin.

  Konsep kemiskinan yang digunakan dalam data ini adalah konsep kemiskinan absolut dengan memakai ukuran yang biasa digunakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat tahun 2014). Jumlah penduduk miskin Kabupaten Langkat tahun 2013 adalah sebanyak 104,310 jiwa atau 10,44% total penduduk, jumlah penduduk miskin tersebut menurun dibandingkan jumlah penduduk miskin tahun 2009 yang mencapai 133.140 jiwa atau 12,75%.

  b) Indeks kedalaman kemiskinan dan Indeks keparahan kemiskinan .

  Pada periode 2009-2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,92 pada tahun 2010 menjadi 1,54 pada tahun 2013. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,55 pada tahun 2010 menjadi 0,37 pada tahun 2013. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa ada peningkatan pengeluaran penduduk miskin yang semakin mendekati garis kemiskinan. Selain itu ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga menjadi semakin kecil. Jumlah dan prosentase penduduk misik serta Indeks kedalamam kemiskinan dan Indeks keparahan kemiskinan disajikan dalam Tabel 2.2 sebagai berikut:

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Tabel 2.2. Tingkat Kemiskinan Kabupaten langkat tahun 2010-2014 NO.

  INDIKATOR 2010 2011 2012 2013 2014 (8) (1) (2) (4) (5) (6) (7)

  

1 Jumlah Penduduk Miskin 133.140 104.800 100.800 99.273 104.310

  

2 Presentase penduduk 12,75 10,85 10,32 10,02 10,44

miskin

  

3 Garis kemiskinan 221.625 247.090 270.518 296,167 284.853

  

4 Indeks kedalamam tt 1,92 1,84 1,54 1,54

kemiskinan

  

5 Indeks keparahan tt 0,5 0,475 0,36 0,37

kemiskinan

  Sumber :PDRB Kabupaten Langkat tahun 2014/diolah Kabupaten Langkat Dalam Angka tahun 2015 2.4.

   Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan RTRW Kabupaten Langkat 2.4.1. Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

  PDRB per kapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir meningkat 70,31% atau rata-rata per tahun 14,06% yaitu dari Rp 14.789,83 milyar pada tahun 2010 menjadi Rp 25.189,51 milyar pada tahun 2014. PDRB per kapita menurut harga konstan (ADHK tahun 2000) dalam lima tahun terakhir meningkat 25,04% atau rata-rata per tahun 5% yaitu dari Rp 6.819,23 milyar pada tahun 2009 menjadi Rp 8.527,34 milyar pada tahun 2013.

Tabel 2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Kabupaten Langkat Tahun 2010 – 2014.

  Atas Dasar Harga Konstan Atas Dasar Harga Berlaku 2000 Tahun

  PDRB PDRB Per-Kapita PDRB PDRB Per- (milyar Rp.) (Rp.) (milyar Rp.) Kapita (Rp.)

  (1) (2) (3) (4) (5)

  2009

  14.789,83 15.329.540,05 6.819,23 7.068.079,55

  2010 17.037,98 17.609.677,69 7.210.56 7.452.507,89 2011 19.565,25 20.034.354,59 7.626,99 7.809.865,32 2012 22.166,49 22.690.998,95 8.058,65 8 249 329,20 2013 25.189,51 25 264 321,76 8.527,34 8 552 668,71

  Sumber : PDRB Kabupaten Langkat tahun 2014 1) *) Angka Perbaikan 2) **) Angka Sementara

  Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk Miskin

  PDRB per kapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir meningkat 70,31% atau rata-rata per tahun 14,06% yaitu dari Rp 14.789,83 milyar pada tahun 2010menjadi Rp 25.189,51 milyar pada tahun 2014. PDRB per kapita menurut harga konstan (ADHK tahun 2000) dalam lima tahun terakhir meningkat 25,04% atau rata-rata per tahun 5% yaitu dari Rp 6.819,23 milyar pada tahun 2009 menjadi Rp 8.527,34 milyar pada tahun 2013.

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Tabel 2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Kabupaten Langkat Tahun

  2010– 2014

  Atas Dasar Harga Atas Dasar Harga Berlaku Konstan 2000 Tahun

  PDRB PDRB Per- PDRB PDRB Per- (milyar Rp.) Kapita (Rp.) (milyar Rp.) Kapita (Rp.)

  (1) (2) (3) (4) (5)

  2009

  14.789,83 15.329.540,05 6.819,23 7.068.079,55

  2010

  17.037,98 17.609.677,69 7.210.56 7.452.507,89

  2011

  19.565,25 20.034.354,59 7.626,99 7.809.865,32 22.166,49 22.690.998,95 8.058,65 8 249 329,20

  2012 2013 25.189,51 25 264 321,76 8.527,34 8 552 668,71

  Sumber : PDRB Kabupaten Langkat tahun 2014 1) *) Angka Perbaikan 2) **) Angka Sementara 2.4.2.

   Kondisi Lingkungan Strategis

a) Topografi

  Kondisi topografi bervariasi mulai dari datar untuk daerah sekitar pesisir pantai, bergelombang dan berbukit sampai bergunung untuk daerah hulu sungai, dengan ketinggian antara 0-1.200 m dpl, dengan garis pantai sepanjang 110 km. Bagian Timur Laut berada disepanjang pantai Selat Malaka, topografi relatif datar kecuali daerah perbukitan di bagian Timur laut disekitar Kecamatan Pematang Jaya dan Kecamatan Gebang. Daerah tersebut rata-rata memiliki ketinggian 0-4 m dpl, meliputi Kecamatan Pematang Jaya, Besitang, Pangkalan Susu, Brandan Barat, Sei Lepan, Babalan, Gebang, Tanjung Pura dan Secanggang.

  Bagian Barat sampai dengan Barat Daya relatif datar sampai berbukit dengan ketinggian 0- 30 m dpl. Daerah tersebut meliputi Kecamatan Stabat, Binjai, Hinai, Wampu, Padang Tualang, Selesai, Sawit Seberang, sebagian Sei Lepan, Sebagian Besitang, Sebagian Kuala, dan Sebagian Sei Bingai.

  Daerah yang berbatasan dengan Karo, Aceh Tenggara dan Gayo Lues bergelombang sampai bergunung yang relatif terjal, dengan ketinggian antara 30 – 1200 m dpl. Daerah tersebut merupakan Hutan Lindung kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Kecamatan yang termasuk daerah tersebut sebagian Besitang, Sei Lepan, Bahorok, Batang Serangan, Salapian, dan Sei Bingai.

b) Geologi a. Struktur dan Karakteristik

  Jenis tanah di Kabupaten Langkat :  Dataran sepanjang pantai terdiri dari tanah alluvial.

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

c) Potensi

  4 Feldspar Sepanjang Pantai Timur Industri keramik, kaca lembaran

  10 Bentonit Besitang Pemboran, pencoran logam dan penjernih minyak goreng, minyak bumi, pembuatan wol mineral, campuran semen

  9 Oker Berandan Barat Bahan baku cat

  8 Sirtu Bahorok, Padang Tualang, Selesai Bahan bangunan, jalan dan lain-lain

  

7 Kaolin Bahorok Bahan keramik, bahan filter pada industri

cat, karet

  

6 Kalsit Salapian Pengisi kertas, cat, tapal gigi, pemutih

  5 Gambut Padang Tualang Bahan bakar gas dan cair

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

   Dataran rendah tediri dari jenis gleihumus rendah, hindromofil kelabu dan plarosal.  Dataran tinggi dan perbukitan terdiri dari tanah podsolid merah kuning.

  2 Kulit Kerang Kec. Bahorok, Salapian dan Hinai Bahan baku utama / penolong sektor industri

  

1 Batu Gamping Kec. Salapian Bahan bangunan / jalan, dan bahan baku

semen

  No Jenis Bahan Galian Lokasi Kegunaan

Tabel 2.5 Jenis Bahan Galian Di Kabupaten Langkat.

  Berpedoman kepada kriteria peruntukan pertambangan dan pembagian Wilayah Pengembangan di Kabupaten Langkat, maka potensi yang ada dan mendapat prioritas pengembangan dapat dilihat pada Tabel 2.5. berikut ini:

  Adapun susunan batuan (geologi) di Kabupaten Langkat adalah :  Qh = Alluvium : Kerikil, pasir dan lempung;  Qpme = Formasi Medan : Bongkah-bongkah kerikil, pasir, lanau dan lempung;  QTjr = Formasi Julu Rayeu : Batupasir berlapis selang-seling dan batulumpur;  Qvt = Tufa Toba : Tufa riodasit, sebagian terlaskan;  Qvbj = Satuan Binjai : Breksi aliran bersusun andesit sampai dasit;  Ppbl = Formasi Batu Gamping Batumilmil : Batu gamping dan rijang;  Pub = Formasi Bahorok : Wakemalihan, batusabak, arenit kuarsa malihan, batulanau malihan, konglomerat malihan;  Tps = Formasi Seurela : Batupasir berirama, batulumpur dan konglomerat;  Tuk = Formasi Keutapang : Batupasir berlapis selang-seling dan batulumpur;  Tmb = Formasi Baong : Batulumpur (beberapa berglaukonit) dan batu pasir;  Tob = Formasi Bruksah : Batupasir dan konglomerat.

  3 Fosfat Bahorok Pembuatan pupuk

  Jenis Bahan No Lokasi Kegunaan Galian

  11 Batu Bara Bahorok, Batang Serangan Bahan bakar

  12 Lempung Kuala, Bahorok Bahan batu bara dan bahan baku semen

  13 Pasir Laut Sepanjang Pantai Timur Campuran lempung feldsfar

  14 Batu Setengah Brandan Barat Perhiasan dan bahan dekorasi atau hiasan Mulia

  15 Tanah Urug Padang Tualang, Besitang Penimbunan

  16 Pasir Kuarsa Pangkalan Susu Bahan baku gelas

  17 Pasir Stabat, Wampu, Selesai Bahan bangunan

  18 Emas Padang Tualang (masih dalam Perhiasan kajian)

  19 Minyak dan Gas Kabupaten Langkat (potensi) Bumi Sumber : RTRW Kabupaten Langkat 2013-2033

d) Klimatologi

  Kabupaten Langkat memiliki Iklim Tropis Basah, dimana sepajang tahun merupakan bulan basah (curah hujan diatas 100 mm³/bulan) tanpa ada bulan kering, sehingga bisa disebut hujan hampir merata sepanjang tahun, dengan rata-rata curah hujan tertinggi untuk tiga tahun terakhir terjadi di bulan Mei yaitu 300 mm³ dan curah hujan terendah terjadi di bulan Pebruari yaitu 116 mm³.

  1 Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson , wilayah Kabupaten Langkat termasuk

  tipe iklim A dimana musim kemarau terjadi pada bulan Pebruari-Maret dan musim hujan pada bulan September sampai dengan Februari. Curah hujan rata – rata berkisar antara

  • – 1.00 sampai dengan 3.000 mm pertahun. Suhu rata – rata minimum berkisar antara 23

  25 C dan rata – rata maksimum 30 – 33

  C, serta kelembaban udara relatif antara 65% – 75%. Di Kabupaten Langkat juga terdapat fenomena alam yang disebut angin Bahorok, yaitu angin kecang dan kering yang berhembus dari arah Samudera Hindia melewati perbukitan daerah Bahorok menuju ke arah dataran rendah bagian timur. Angin tersebut biasa terjadi di pertengahan tahun.

Tabel 2.6 Data Curah Hujan KabupatenLangkat tahun 2010 – 2014

  

Daerah Pengamatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

BPP Bahorok 454 296 321 248 354 230 406 244 344 809 424 466

BPP Tg. Langkat 601 339

  55 258 405 336 313 373 512 772 426 546 Ktr. Camat Kuala 330 337 94 176 400 251 267 326 183 516 176 334 BPP Selesai 260 317 76 230 193 202 150 164 254 534 165 266

BPP Sei Bingai 294 486 128 190 255 140 131 351 213 413 156 370

  BPP Kw. Begumit 152 233 142 184 203 69 255 143 288 640 133 195 BPP Perdamaian 174 321 87

74 143

73 332 138 146 347 75 225 BPP Cempa 134 260 52 115 144 279 199 206 384 386 230 534 Ktr. Camat Pd.

  31 114

  6

  33

  56 98 101 94 115 171

  45

  92 Tualang

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Daerah Pengamatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Ktr. Camat Bt. srrangan 261 286

  29 80 160 302 125 212 BPP Desa Lbk.Kasih 121 91

11 345 159 127

50 154 360 153 184 100 BPP Wampu 182 134 107 208 213

  2.4.4. Kebijakan dan Strategi Berdasarkan RTRW Kab Langkat A. Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Kebijakan 1: Peningkatan pelayanan pusat kegiatan kawasan yang merata dan berhierarki.

  Terjadinya bencana banjir bandang Bahorok pada akhir tahun 2003, yang merupakan bencana alam berskala nasional. Bencana banjir dengan skala yang lebih kecil terus berulang hampir setiap tahun. Hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Langkat memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan daerah. Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemerintah Daerah, sehingga perlu dilaksanakan secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh. Bencana kebakaran meningkat dari tahun-ketahun di Kabupaten Langkat baik di permukiman padat warga maupun di pasar-pasar tradisonal. Untuk di permukiman warga sebaiknya tersedia hydrant yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Sedangkan pada perkantoran/hotel-hotel diwajibkan memiliki alat pencegah kebakaran dan sebaiknya secara rutin dilakukan pengecekan alat-alat pemadam kebakaran sehingga tidak kadaluarsa. Selain itu sebaiknya juga ada simulasi bencana, sehingga jika terjadi kebakaran warga sudah siap dan tidak menimbulkan banyak korban.

  2.4.3. Data Risiko Bencana Alam

  Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka tahun 2015

  34 117 80 137 229 221 151 207 169 363 258 Tahun 2009 206 57 289 189 302 111 230 243 269 329 201 196

  71 162 199 155 163 199 228 404 173 352

Tahun 2012 222 122 201 276 370 150 231 305 377 357 409 269

Tahun 2011 118 76 370 158 229 252 173 222 307 373 226 257 Tahun 2010 110

  81 260 222 214 600 67 326 BPP Sei Siur Pkl. Susu 145 69

18 190 227 169

92 193 163 220 161 408 Rata-rata Tahun 2013 221 207

  48

  28 223 488 231 357 338 385 570 117 372 BPP Babalan 161 203

97 204 191 132

90 167 141 214 243 561 BPP Brandan Barat 198 107

11 228 136 173

44 195 132 128 132 398 BPP Besitang 150

  27

  38

  17

  50

  56 75 184 146 270 156 502 BPP Secanggang 153 135 52 150 196 156 221 234 123 371 86 287 BPP Tanjung Pura 198 214 36 124 96 213 96 152 183 208 174 379 BPP Sei Lepan 182 112

71 208 142 161

38 179 160 242 100 287 BPP Serapit 348 206 95 110 148 82 131 115 169 815 183 214 BPP Kutambaru 358 366 56 153 177 178 125 211 181 610 285 305 BPP Sawit Seberang 144

  30

59 123

  88

  49

39 115 176 103

83 122 166 220 148 201 BPP Gebang 172 218 67 82 224 203 173 203 375 373 136 494 BPP Pem Jaya 103

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah a.

  Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan Lokal;

  b. Menjaga berfungsinya secara optimal pusat-pusat kegiatan yang sudah ada;

  c. Mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi dan panduan rancang Kabupaten; dan d. Mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru di Wilayah Kabupaten Langkat.

  

Kebijakan 2: Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana

transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana wilayah

yang terpadu dan merata di seluruh kawasan.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:

  a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, dan udara, serta keterpaduan intra dan antar moda; b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi;

  c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tidak terbarukan serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik, minyak, dan gas bumi secara optimal;

  d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air, mempercepat konservasi sumber air, serta meningkatkan pengendalian daya rusak air.

  

Kebijakan 3: Peningkatan sarana dan prasarana yang merata dan terpadu di seluruh

wilayah Kabupaten Langkat.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  a. Meningkatkan pemerataan fasilitas di setiap kecamatan dengan memperhatikan jumlah dan perkembangan penduduk; b. Menciptakan sistem perhubungan yang efektif dan efisien terutama di daerah pedalaman yang ditempuh dengn jalur transportasi laut maupun darat guna meningkatkan produktivitas.

  

Kebijakan 4: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melaui pelatihan-pelatihan dan

penyuluhan oleh pemerintah dan instansi terkait, seperti pelatihan bidang pertanian,

perikanan, perkebunan, dan lain-lain, serta pemerataan penduduk di Wilayah Kabupaten

Langkat.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  a. Penambahan fasilitas-fasilitas sosial (pendidikan dan kesehatan) di daerah/kecamatan yang masih kekurangan fasilitas; b. Mengarahkan perkembangan suatu wilayah melalui distribusi penduduk sesuai daya dukung wilayah sehingga tercapai kesejahteraan penduduk yang proporsional;

B. Kebijakan dan Strategi Pola Ruang

a) Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung Kebijakan 1: Pelestarian lingkungan dan Pengembalian keseimbangan ekosistem.

  b. Mengelola kawasan lindung untuk mendukung terwujudnya konsep/misi pembangunan berkelanjutan yang memuat antara lain :

  a. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup terutama kawasan tangkapan air, sungai, danau/waduk dan mata air;

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  

Kebijakan 2: Pecegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan

kerusakan lingkungan.

  3. Memberikan “reward and punishment” dalam rangka pengendalian dan pengawasan kawasan lindung.

  Merehabilitasi kawasan lindung yang mengalami degradasi kualitas;

  1. Memantapkan kawasan berfungsi lindung; 2.

  1. Mengembalikan ekosistem kawasan lindung;

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah c.

  Meningkatkan sumber daya manusia melalui penyediaan fasilitas pendidikan dan pelatihan-pelatihan serta fasilitas kesehatan untuk menjaga tingkat kesehatan masyarakat agar lebih baik.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  e. Untuk pembangunan pelabuhan baru di wilayah Secanggang perlu studi lebih lanjut dan detail dengan melihat seberapa besar dampak negatif yang ditimbulkan terhadap biota laut dan daya dukung lahan.

  d. Meningkatkan fungsi pelabuhan Pangkalan Susu sebagai pelabuhan pengumpan lokal dan pengembangan pelabuhan perikanan di kawasan pantai Timur Kabupaten Langkat sesuai dengan arahan RTRWP Sumatera Utara;

  Bingai, Stabat, Wampu, Batang Serangan, Padang Tualang, Hinai, Secanggang, dan Besitang;

  b. Peningkatan pelayanan kereta api yang menghubungkan Medan (Sumatera Utara) menuju propinsi NAD dilakukan apabila kondisi keamanan sudah kondusif/baik; c. Peningkatan pembangunan jalan yang rusak berat yang meliputi Kecamatan Salapian, Sei

  a. Pengembangan pelayanan angkutan kereta api penumpang tidak hanya mencapai kota Binjai, namun dikembangkan menjadi Medan-Binjai-Stabat.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  

Kebijakan 5: Pengembangan sarana dan prasarana transportasi baik darat, kereta api

maupun laut yang berpotensi dan dapat dikembangkan.

  a. Mempertahankan luasan dan meningkatkan kualitas kawasan lindung; b.

  Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

  c. Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang kedalamnya; d. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;

  e. Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; f. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya;

  g. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

  

Kebijakan 3: Memantapkan fungsi kawasan lindung berdasarkan hasil analisis fisik wilayah

yang terdapat di Kecamatan ; Bahorok, Salapian, Kutambaru, Sei Bingai, Batang Serangan,

Sawit Seberang, Secanggang, Tanjung Pura, Gebang, Sei Lepan, Brandan Barat, Besitang,

Pangkalan Susu dan Pematang Jaya.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  a. Relokasi pemukiman dan kegiatan budidaya lainnnya di kawasan lindung;

  b. Memantapkan kawasan penyangga sehingga berfungsi untuk mengamankan kawasan lindung dan kawasan bawahannya; c. Pemantapan kawasan lindung menjadi prioritas utama, mengingat banjir yang melanda wilayah hilir Kabupaten Langkat mengakibatkan kerugian materi dalam jumlah yang besar; d. Perlu adanya studi mengenai sungai dan normalisasi sungai.

  

Kebijakan 4: Menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan lindung serta memanfaatkan

potensi yang ada dengan tetap menjaga keseimbangan dan kelestarian kawasan lindung.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  a. Memanfaatkan potensi sumber daya alam secara optimal melalui pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk mencapai peningkatan pendapatan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

  b. Menetapkan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya untuk menjaga kelestarian tanah, air, flora dan fauna terutama di Kawasan Hutan TNGL dan Suaka Margasatwa Langkat Timur Laut;

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah c. Penanggulangan secara konsisten kegiatan budidaya yang dapat mengganggu/memutus fungsi ekologis suatu ekosistem; d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah, serta keserasian antar sektor; e. Mengalokasikan pemanfaatan ruang dari setiap kegiatan sektor-sektor sesuai dengan kriteria dan kaidah perencanaan.

C. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya

  

Kebijakan 1: Pengembangan dan pengembangan kawasan budidaya baik dalam pengelolaan

hutan maupun hasil-produksi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap

menjaga keseimbangan dan kelestarian alam.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  a. Peningkatan pengelolaan kawasan hutan sebagai suatu kekayaan alam sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat dengan tetap menjaga fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan hidup;

  b. Peningkatan produksi tanaman pangan untuk mempertahankan / memantapkan swasembada pangan di Kecamatan Babalan, Sei Bingai, Secanggang dan Tanjung Pura; c. Pengembangan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi dan peningkatan kontribusi terhadap pembangunan sehingga dapat mengatasi berbagai masalah ekonomi, sosial, tenaga kerja, pelestarian sumber daya alam dan lingkungan; d. Peningkatan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi

  Kabupaten Langkat serta meningkatkan ekspor melalui usaha budidaya perikanan air asin/payau di daerah pesisir Pantai Timur Kabupaten Langkat dan budidaya perikanan air tawar;

  e. Peningkatan produksi ternak yang berorientasi pada peningkatan pendapatan, perluasan kesempatan kerja melalui pengembangan peternakan, efisiensi usaha dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, serta ekspor ternak pada setiap kecamatan.

  

Kebijakan 2: Perlindungan lahan pertanian terhadap alih fungsi lahan untuk kegiatan

wilayah.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  a. Menetapkan kawasan yang sudah dan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian pangan yang berkelanjutan; b. Meningkatkan produktifitas pertanian tanaman pangan.

  

Kebijakan 3: Peningkatan pengelolaan potensi daerah berbasis agribisnis, ekonomi

kerakyatan dan kepariwisataan.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

  II Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah

  a. Meningkatkan keterampilan petani, pengelolaan agribisnis melalui pemberian insentif, pengembangan kawasan strategis dan komoditas unggulan; b. Memfasilitasi tumbuhkembangnya usaha kecil dan menengah untuk mengolah hasil- hasil pertanian; c. Memfasilitasi promosi usaha komoditas pertanian, usaha kecil dan menengah; d. Meningkatkan kajian dan mengelola potensi pariwisata.

  Kebijakan 4: Pengalokasian ruang didasarkan pada karakteristik alam.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  a. Menetapkan kawasan budidaya dan kawasan rawan bencana sesuai dengan karakteristik alam.

  

Kebijakan 5: Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar sesuai fungsi dan tidak

melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  a. Menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing kawasan budidaya sesuai dengan karakteristiknya; b.

  Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana; c. Mengendalikan pemanfaatan di kawasan budidaya melalui mekanisme perizinan;

  d. Memberikan insentif bagi kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan disinsentif bagi kegiatan yang mengakibatkan gangguan bagi fungsi utamanya; dan e. Melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi.

  

Kebijakan 6: Pengembangan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan

diversifikasi produk.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai strategi pengembangan wilayah dalam usaha pengembangan sistem agribisnis yang disinergikan untuk mengoptimalkan kawasan dalam pembangunan;

  b. Mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis pada sumberdaya alam dan potensi lokal (perkebunan, pertanian, pariwisata, dll);

  c. Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi komoditi unggulan; d. Mengembangkan kawasan budidaya untuk mendorong dan meningkatnya kegiatan usaha produktif yang meliputi berbagai sektor terutama tanaman pangan, holtikultura buah-buahan, sayuran, perkebunan tanaman perdagangan bahan eksport khususnya didalam rangka pengembangan komoditas unggulan.

  

Kebijakan 7: Peningkatan dan pengmbangan potensi yang ada di Kabupaten Langkat

sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi ekonomi yang ada.

  Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

  a. Memperpendek hirarki fungsional dan tata kaitan ke depan dan ke belakang (backward and forward linkage) antara sektor primer, sekunder, dan tersier melalui pengembangan agropolitan untuk mewadahi agroindustri dan agrobisnis dari setiap ruang pengembangan; b.

  Melalui penguatan siklus produksi dalam satuan ruang yang lebih terbatas diharapkan sektor primer tidak sekedar menghasilkan bahan mentah namun juga membentuk daur pertambahan nilai untuk dinikmati masyarakat setempat serta melibatkan pelaku ekonomi lokal, maka sekaligus akan terbangun keterkaitan fungsional secara horizontal antar satuan ruang pengembangan;

  c. Memperkuat batas perekonomian menurut sektor/komoditi unggulan di masing- masing Sub Wilayah Pembangunan (SWP) dan lebih rinci lagi perkecamatan, termasuk memperluas keanekaragaman sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjadi sumber pendapatan daerah, antara lain sumberdaya mineral, pariwisata, pertanian, perkebunan, perikanan, dan sebagainya; d.

  Pengembangan keterkaitan industri pertanian mulai dari hulu (produksi), distribusi dan pengolahan hilir; e. Pengembangan kepariwisataan secara menyeluruh dan terpadu baik objek wisata sejarah, budaya, alam dan bahari; f. Memberikan kemudahan perijinan bagi usaha galian C. Perijinan dijadikan sebagai mekanisme kontrol atas eksploitasi alam di Kabupaten Langkat agar tetap memperhatikan lingkungan.