ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019 Bab.

  6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

  Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya direncanakan untuk mencakup empat sektor yaitu Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan Dan Lingkungan, Pengembangan Air Minum, serta Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman yang terdiri dari Air Limbah, Persampahan, dan Drainase. Pada tahapan perencanaan usulan-usulan kegiatannya dimulai dengan penjabaran aspek- aspek teknis untuk tiap-tiap sektornya yang meliputi:

  Pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi,

   Penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan;

   Permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi; dan

   Analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral,

   Analisis kebutuhan kegiatan tersebut dilaksankan dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan untuk selanjutnya dapat dirumuskan usulan-usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  Sub bidang permukiman direncanakan dan dikembangkan untuk mendapatkan satu kondisi Kabupaten Simalungun yang layak huni, aman, nyaman. Setiap warga masyarakat diharapkan memiliki akses kepada kondisi permukiman tersebut di atas.Perencanaan dan pengembangan ini meliputi pengembangan prasarana, sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).Perencanaan dan pengembangan permukiman juga mempertimbangkan dengan baik aspek sosial budaya dan lingkungan serta kearifan lokal.

6.1.1. Arah Kebijakan dan Lingkup Kegiatan 1.

  Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  VI. 1 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah: a.

  Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b.

  Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c.

  Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana; d.

  Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan A.

   Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Dinamika pembangunan Kabupaten Simalungun yang semakin intens tentunya diarahkan untuk mendukung fungsi dan peran Kota baik secara internal maupun eksternal. Perumahan dan permukiman sebagai salah satu sektor pembangunan memerlukan perhatian serius, melalui skenario umum pembangunan perumahan dan permukiman diharapkan dapat menjawab isu-isu pokok permasalahan perumahan dan permukiman yang berkembang di Kabupaten Simalungun Mencermati data yang telah ditabulasi, fakta lapangan yang terlihat saat obervasi/survey, informasi yang tersampaikan pada saat konsultasi publik serta cermatan analisis terhadap data - data sekunder, teridentifikasi kondisi

  • – kondisi aktual yang terkait dengan rencana penataan ruang Kabupaten Simalungun. Pada tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Simalungun telah menetapkan kawasan kumuh perkotaan yang berada di daerah Kabupaten Simalungun dengan luas 3.734 Ha, Isu dan permasalahan serta tantangan dapat disimpulkan pada tabel berikut:

  Tabel. 6.1. Tabel Isu, Permasalahan dan Program Strategis

  No. Permasalahan Isu Program Strategis

  1. Backlog

  • Fasilitasi pembangunan rumah MBR
  • Penyediaan rumah diku>Fasilitasi pembiayaan rumah oleh mekanisme pasar
  • Pembangunan rumah ne
  • Lemahnya instrumen

  2. Permukiman Informal

  • (s.d.a) pemerintah
  • Relokasi • Peremajaan kota/kawasan

  VI. 2 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019

  3. Permukiman Kumuh

  • Penyediaan PSU
  • Rehab rumah
  • Relokasi • Peremajaan kota/kawasan

  4. Alih Fungsi Rumah

  • Penyusunan Perda Perumahan • Pembuatan sistem sanksi B.

   Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Seiring dengan berubahnya status Kota Raya menjadi Ibu Kota Kabupaten muka mulai bermunculan pembangunan pertokoan, perumahan dan perkantoran yang begitu pesat diberbagai sudut kota, dan pertambahan penduduk yamg relatif cepat termasuk perpindahan pegawai yang sebelumnya berdomisili di Kota Pematangsiantar, diperkirakan kebutuhan perumahan dimasa mendatang akan lebih besar. Mengingat mendesaknya pembangunan sarana dan prasarana perkotaan sebagai wujud pertumbuhan dan perkembangan kota, untuk dapat mengendalikan pembangunan tersebut lebih terarah, terencana dan berwawasan lingkungan maka pada tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Simalungun memproritaskan lebih dahulu menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Raya dan beberapa kota kecamatan lainnya. Kawasan perumahan yang ada dewasa ini di Kota Raya dapat dibedakan atas kompleks perumahan yang relatif telah tertata baik dan perumahan yang belum tertata dengan baik. Perumahan tipe ini dapat dikelompokkan sebagai perumahan yang telah mantap/stabil peruntukannya. Perumahan yang belum tertata dengan baik umumnya adalah berupa kawasan kumuh yang tumbuh secara alami, dengan jaringan jalan, saluran, yang sangat terbatas dan tidak teratur, drainase dan saluran yang tidak memadai, peletakan bangunan yang kurang teratur. Perumahan tipe ini dapat dikelompokkan sebagai perumahan yang belum mantap, yang masih memerlukan upayaupaya penataan berupa peningkatan atau perbaikan kualitas lingkungannya. Pada beberapa lokasi, perumahan tipe ini yang berdekatan dengan kawasan komersial (perdagangan dan jasa) sangat potensial untuk beralih-fungsi atau terintegrasi dengan fungsi-fungsi komersial tersebut. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan dan pengembangan permukiman antara lain sebagian masyarakat belum memahami dengan baik sehingga sosialisasi sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi pentingnya pembangunan permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan kawasan menjadi lebih maju dan mandiri. Disisi lain masih banyaknya rumah penduduk yang tidak layak huni sehingga perlu penanganan serta penyediaan sarana dan prasarana pendukungnya, seperti: jalan lingkungan, sanitasi, dan air minum. Permasalahan lain yang sering muncul yaitu masyarakat masih mengharapkan setiap pembangunan di lingkungannya dilakukan oleh Pemerintah. Selain itu lahan dan ruang di perkotaan yang terbatas telah menjadikan kawasan perkotaan menjadi daya tarik bagi masyarakat dan masyarakat migran untuk datang dan tinggal karena kemudahan aksesibiltas ke pusat kota. Akibatnya sering dijumpai kawasan perkotaan menjadi kumuh karena lahan dan ruang yang terbatas telah beralih fungsi seperti: sempadan jalan, trotoar, saluran, ruang terbuka hijau dll dipergunakan untuk tempat jualan atau bahkan sebagai tempat hunian. Permasalahan ini juga dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun, sehingga perlu dilakukan penataan kawasan menjadi lebih baik dan mampu mendukung

  VI. 3 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019

  perekonomian kawasan baik di kawasan perdesaan maupun kawasan perkotaan. Identifikasi permasalahan yang dihasilkan dalam rembug desa antara lain:

  1. Pengembangan KTP2D dan Agropolitan 

  Jalan lingkungan untuk akses ke pasar rusak; 

  Saluran/drainase rusak; 

  Rawan longsor; 

  Pasar dan los belum tertata baik; 

  Belum adanya sub terminal dan terdapat sub terminal yang rusak/tidak berfungsi;  Belum adanya jaringan air minum. 

  Fasilitas persampahan belum tersedia;

  2. Pengembangan PPK 

  Jalan lingkungan yang rusak; 

  Saluran/drainase rusak; 

  Sanitasi lingkungan yang kurang; 

  Pengadaan Sumur Bor dan Jaringan air minum yang belum tersedia; 

  Penerangan lampu jalan yang kurang; 

  Pembangunan pembuangan air limbah; 

  Pengadaan dan rehap TPS; 

  Banyaknya rumah tidak layak huni;  Pembangunan Sarana MCK. Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Secara umum perkembangan permukiman yang berlangsung selama ini memperlihatkan semakin perlunya pembangunan permukiman yang lebih berbasis wilayah bukan sektor. Sifat dikotomis yang menimbulkan pertentangan antara yang baru dengan yang lama, lokal dan pendatang, antara satu sektor kegiatan dengan sektor kegiatan lainnya, modern dengan tradisional, kota dengan desa dan seterusnya, harus dihilangkan sehingga laju ketimpangan yang menumbuhkan konflik dapat diperlambat bahkan dihentikan. Perlunya pengalihan orientasi dari membangun rumah ke membangun permukiman. Ke depan upaya pengelolaan pembangunan permukiman harus memungkinkan berkembangnya prakarsa membangun dari masyarakat sendiri melalui mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan membangun permukiman secara komunitas harus direspon secara tepat oleh pemerintah, sehingga kebutuhan akan identitas tetap terjaga dalam kerangka pembangunan permukiman yang lebih menyeluruh. Kelangkaan prasarana dasar dan ketidakmampuan memelihara serta memperbaiki permukiman merupakan masalah utama dari perumahan dan permukiman yang ada. Masalah tersebut justru menjadi lebih besar dengan adanya pembangunan baru yang cenderung dibangun untuk kepentingan pembangunnya sendiri, dibandingkan sebagai bagian membangun permukiman secara menyeluruh bagi kepentingan publik yang luas. Dalam pelaksanaan Pembangunan perumahan (housing) dan permukiman (human settlement) merupakan kegiatan yang bersifat multi sektoral. Rumah, yang merupakan bagian dari suatu permukiman dan perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer/dasar bagi kehidupan manusia.

  VI. 4 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019

  Pemenuhan kebutuhan akan rumah merupakan suatu ukuran bagi tercapainya kesejahteraan. Rumah tersebut tidak hanya sekedar “ada” tetapi Permasalahan utama Penyediaan Prasarana Dasar Permukiman di Kabupaten Simalungun dapat digambarkan sebagaimana tabel berikut ini.

TABEL 6.2 PERMASALAHAN PENYEDIAAN PSD PERMUKIMAN KABUPATEN SIMALUNGUN

  Kondisi Sistem Rencana Strategi Target Nasional Permasalahan

  Yang Ada Pembangunan Terdapat kawasan Terfasilitasinya Revitalisasi kawasan 

  Permukiman padat kumuh pada 20 prasarana dan sarana kumuh dan dukungan dan kumuh. kecamatan permukiman yang PSD kawasan dan 

  Prasarana layak huni dan ter- rumah layak huni lingkungan belum jangkau dan serta penyediaan terpenuhi. meningkat- kan perumas 

  Ketersediaan permukiman di per- rumah kurang.  desaan serta rumah

  Harga terentas- kannya tinggi. kemiskinan

  C. Kondisi Permukiman KPR, Komplek TNI/Polri dan PNS Bahwa upaya penyediaan perumahan melalui mekanisme Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Kabupaten Simalungun yang dipelopori oleh Perum Perumnas di mulai sekitar Tahun 1980 dengan membangun kawasan perumahan disekitar Kecamatan Siantar, di mana pada awalnya dimulai dengan pembangunan perumahan RSS type 36, dan type 45. Saat ini secara keseluruhan kawasan Perumnas ini sudah terbangun dan terisi seluruhnya. Langkah Perum Perumnas, kemudian dilanjutkan oleh pihak develover yang membangun kawasan perumahan yang ditawarkan pula kepada masyarakat umum.

  Saat ini penyediaan pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pihak swasta sangat pesat, hal itu terlihat dari penyebaran lokasi perumahan KPR yang tersebar pada beberapa titik disekitar Kabupaten Simalungun khususnya pada Kecamatan Raya guna mendukung kebutuhan bagi para PNS, Kecamatan Bandar, Kecamatan Tanah Jawa yang dimanfaatkan bagi kebutuhan rumah bagi pegawai perkebunan dan pegawai pada Kawasan Industri Sei Mangkei. Pada umumnya kondisi sarana dan prasarana kawasan yang telah terbangun baik prasarana jalan dan drainasenya belum tersedia secara maksimal oleh para pengembang, dan kalaupun telah terbangun, maka kondisinya kurang baik dan memerlukan dukungan peningkatan dan pemeliharaan dari Pemerintah. Selain itu untuk kawasan yang dibangun oleh pihak developer sebagian besar mengabaikan aspek kenyamanan lingkungan, hal itu terlihat lebar jalan yang kurang memadai, saluran drainase yang sering tersumbat sehingga menimbulkan genangan. Kondisi tersebut diperparah dengan penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang tidak memadai, tidak adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta kurang diperhatikannya penyediaan sarana persampahan.

  VI. 5 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019

  Untuk itu perlu dilakukan perencanaan, pembinaan dan pengawasan serta pemberiaan perijinan yang ketat agar pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pihak developer tidak menciptakan kawasan kumuh baru. Bahwa pembangunan permukiman baru yang tidak memperhatikan aspek kenyamanan, maka akan berpengaruh pada upaya penciptaan kawasan Kota yang nyaman dan aman. Kondisi Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangunan (Lisiba). Pada Tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Simalungun telah menetapkan Kasiba/Lisiba seluas 234,5 Hektar yang terletak di Kecamatan Raya, Kecamatan Bandar, Kecamatan Tapian Dolok. Direncanakan kawasan Kasiba/Lisiba tersebut akan mampu menampung 18.390 jiwa, dengan total 3.678 unit rumah. Saat ini kendala yang dihadapi dalam rangka pengembangannya, antara lain terbentur dari aspek belum terbentuknya Badan Pengelola, yang akan menangani kawasan tersebut secara independen. Kedepan kawasan tersebut perlu mendapatkan perhatian Pemerintah sebagai kawasan pengembangan perkotaan, sebagai alternatip lokasi penyediaan dan pembangunan perumahan. Permasalahan Permukiman Kabupaten Simalungun kenyataan menunjukkan bahwa urusan perumahan dan permukiman sering tumbuh sebagai sumber permasalahan yang seakan tidak berujung (the endless problems) bagi sebagian besar pemerintah daerah, hal ini ditunjukkan antara lain oleh:

  1. Berkembangnya penguasaan lahan skala besar oleh banyak pihakyang tidak disertai dengan kemampuan untuk membangun atau merealisasikan tepat pada waktunya.

  2. Pemberian perijinan penguasaan lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman yang umumnya belum dilandasi pada kerangka penataan wilayah yang lebih menyeluruh.

  3. Belum terorganisasikannya perencanaan dan pemograman pembangunan perumahan dan permukiman yang dapat saling mengisi antara ketersediaan sumberdaya pembangunan dan kebutuhan yang berkembang di masyarakat.

  4. Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman, yang nampaknya belum menjadi prioritas bagi banyak pemerintah Daerah karena berbagai sebab dan keterbatasan.

  5. Belum tertampungnya aspirasi dan kepentingan masyarakat yang memerlukan rumah termasuk hak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan.

  6. Penyediaan tanah, prasarana dan sarana, teknologi bahan bangunan, konstruksi, pembiayaan dan kelembagaan masih memerlukan pengaturan yang dapat mengakomo-dasi muatan dan kapasitas lokal.

  7. Tidak seimbangnya pembangunan desa dan kota yang telah menumbuhkan berbagai kesenjangan sosio-ekonomi, akibatnya desa menjadi kurang menarik dan dianggap tidak cukup prospektip untuk dihuni sedang kota semakin padat dan tidak nyaman untuk dihuni.

  8. Kekurang siapan dalam mengantisipasi kecepatan dan dinamika pertumbuhan fisik dan fungsional kawasan perkotaan, sehingga kawasan kumuh tumbuh sejalan dengan berkembangnya pusat-pusat kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, di masa mendatang aspek kualitas harus menjadi perhatian dan pertimbangan dalam pembangunan perumahan di Kabupaten Simalungun. Dalam upaya mengurangi permasalahan seminimal mungkin dan meningkatkan kualitas permukiman maka dalam penataan pengembangan

  VI. 6 Aspek TeknisPer Sektor

  Aspek TeknisPer Sektor

  Dengan kapling diatas 200 m 2 ada upaya pemerintah kabupaten untuk dapat mengangkat standard kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik 7.

  1. Masih terbatasnya dana APBD Kabupaten Simalungun untuk dapat memenuhi standar pelayanan minimal permukiman kota. Lebih jauh lagi, setiap sarana dan prasarana yang dibangun akan mengalami kendala pembiayaan perawatan.

  Apabila dianalisa dari beberapa aspek seperti pembiayaan, kelembagaan, perencanaan, operasional, regulasi dan dukungan masyarakat, maka sumber permasalahan diidentifikasi berasal dari:

  Menghilangkan kesan kumuh.

  Mendorong terwujudnya estetika lingkungan yang lebih baik, c. Dapat meningkatkan status sosial ekonomi penghuni perumahan, d.

  Untuk keleluasaan dan kelancaran sistem transportasi di dalam lingkungan perumahan, b.

  2. Lebar jalan minimal 6 m yaitu : a.

  8. Merupakan tanggungjawab moral pemerintah kabupaten untuk menjadikan hunian yang layak dan nyaman.

  Dengan berkembangnya hunian kapling kecil mengakibatkan beban yang harus ditanggung pemerintah kabupaten menjadi lebih besar terutama dalam sektor penyediaan infrastruktur seperti; penyediaan air bersih, jaringan jalan, sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana pengelolaan limbah domistik, serta fasilitas sosial budaya.

  5. Data di lapangan menunjukkan bahwa stock rumah kapling kecil tidak tersedia, 6.

  VI. 7 BANTUAN TEKNIS

RPI2JM

Kabupaten Simalungun2015 - 2019 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA perumahan dan permukiman di Kabupaten Simalungun, telah diterapkan beberapa kebijakan.

  4. Kenyataan bahwa kawasan hunian dengan kapling kecil tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal secara signifikan,

  3. Dari hasil pengamatan kapling dibawah 200 m 2 cenderung kumuh,

  Terwujudnya rumah sehat (sirkulasi udara lebih baik, aspek pencahayaan dan sirkulasi udara sempurna, jarak antara sumber air bersih terhadap septictank cukup),

  Memungkinkan terwujudnya perumahan tumbuh, 2.

  1. Ketentuan minimal 200 m 2 yaitu: 1.

  Adapun alasan diterapkannya kebijakan tersebut di atas adalah :

  Menyediakan Damija (Daerah Milik Jalan) di lingkungan perumahan minimal 6 m, 3. Menyediakan sumur resapan/kolam resapan (mini bozem) dalam rangka pengendalian banjir di lingkungan perumahan dan sekitarnya.

  1. Ketentuan luasan kapling minimal yaitu 200 m 2 2.

  Kebijakan tersebut diharapkan tidak terlalu membebani pengembang selaku badan usaha yang mengembangkan investasinya di Kabupaten Simalungun namun justru sebaliknya dalam jangka panjang akan terwujud lingkungan perkim yang sehat, aman, lestari dan berkelanjutan. Beberapa kebijakan yang diterapkan terhadap pengembang perumahan di Kabupaten Simalungun saat ini antara lain:

6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019 2.

  Rendahnya peran serta masyarakat dalam pemeliharaan dan perawatan prasarana yang telah dibangun.

  3. Resistensi masyarakat yang tinggi atas kesediaan untuk menyediakan lahan apabila harus dibangun sarana dan prasarana di lingkungannya. Hal ini akhirnya menyebabkan terbatasnya kawasan siap bangun (KASIBA) dan lingkungan siap bangun (LISIBA) bagi masyarakat. Proyeksi Kebutuhan Perumahan dan Permukiman Perkiraan kebutuhan fasilitas rumah didasarkan pada perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Simalungun tahun 2013 hingga tahun 2017. Sedang kebutuhan luas lahan untuk setiap rumah dibedakan pada kelas rumah yaitu rumah mewah, sedang dan sederhana dengan rata-rata setiap 2 persil seluas 200 m , dan setiap kepala keluarga (KK) terdiri dari 5 jiwa. Hal ini juga didasarkan pada tingkat soial ekonomi masyarakat Kabupaten Sejahtera, Sejahtera-1, Sejahtera-2, Sejahtera-3 dan Sejahtera-3+. Kebutuhan perumahan sebagaimana terihat Tabel 6.3.

TABEL 6.3. PROYEKSI KEBUTUHAN LAHAN DAN PERUMAHAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2015-2019

  Jumlah 2015 Jumlah 2016 Jumlah 2017 Tipe Rumah

  Rumah Luas (Ha) Rumah Luas (Ha) Lahan Luas (Ha) 1. 104.224 2.084 105.247 2.105 105.274 21.944

  Kecil 2. 52.114 1.563 52.637 1.579 52.637 8.229

  Sedang 3. 17.371 869 17.546 877 17.546 1.524

  Besar 173.707 4.516 175.456 4.562 175.456 31.697 Lanjutan tabel 6.3.

  Jumlah 2018 Jumlah 2019 Tipe Rumah

  Rumah Luas (Ha) Rumah Luas (Ha) 4. 107,405 22.614 114.041 252.773

  Kecil 5. 53.702 8.480 57.020 47.395

  Sedang 6. 17.701 1.570 19.007 2.926

  Besar 179.901 32.664 190.068 303.093

  Sumber Hasil Analisa, 2014

  Berdasarkan hasil analisa permasalahan diatas, maka sejumlah alternatif berhasil diidentifikasi yakni: 1.

  Dilakukan langkah perencanaan, dimulai dari penyusunan master plan pengembangan permukiman Kabupaten Simalungun, penyusunan database perumahan dan permukiman Kabupaten Simalungun, diikuti oleh perencanaan turutan mulai dari penyusunan DED hingga studi AMDAL

2. Dilakukan kampanye, promosi dan sosialisasi di seluruh wilayah Kabupaten Simalungun bagi masyarakat untuk turut memelihara dan mengelola sarana dan prasarana permukiman.

  3. Berdasarkan analisa terhadap kepadatan penduduk dan persentasi masyarakat miskin, perlu dilakukan peningkatan cakupan dan kualitas sarana dan prasarana dasar permukiman untuk meningkatkan kualitas permukiman.

  VI. 8 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019

  Setelah mempertimbangkan kemampuan pembiayaan dan skala prioritas, maka direkomendasikan bahwa kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah:

  1. Dilakukan langkah perencanaan, dimulai dari penyusunan master plan pengembangan permukiman Kabupaten Simalungun, diikuti oleh perencanaan turunan mulai dari penyusunan DED hingga studi AMDAL 2. Dilakukan konsolidasi dukungan masyarakat dalam melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana dasar permukiman, serta kesediaan masyarakat untuk melakukan konsolidasi tanah pada kawasan yang akan diremajakan.

  3. Dilakukan pembangunan sarana dan prasarana dasar permukiman untuk meningkatkan kualitas permukiman.

  4. Dilakukan pembangunan RUSUNAWA pada kawasan padat dan kumuh.

  5. Dilakukan pembangunan KASIBA – LISIBA, diutamakan pada kawasan yang telah tersedia lahannya.

6.1.4. Program-ProgramSektor Pengembangan Permukiman

  Dalam penanganan masalah perumahan permukiman ini tidak terlepas peran pemerintah, baik pusat ataupun daerah. Hal ini tertuang dalam skemaskema penanganan berupa kegiatan yang disesuaikan dengan karakteristik permasalahan yang ada. Di tiap daerah skema ini menjadi bagian dari program yang bersifat topdown ataupun hanya sebagai fasilitator bagi pemerintah daerah. Efektivitas pelaksanaan program-program penanganan ini sangat berbeda tiap daerah, sesuai dengan tingkat permasalahan baik secara spasial ataupun adanya ketidaksesuaian arahan penanganan yang ada. Peran Swasta dalam penanganan perumahan permukiman Kabupaten ini sangat besar, terutama untuk penyediaan perumahan terorganisir. Namun dalam pelaksanaan program ini bersifat provit oriented, walaupun demikian pemerintah tetap memiliki peran untuk mengendalikan keberadaan pengembang melalui perizinan-perizinan. Kelompok swadaya masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan perumahan permukiman sesuai dengan karakteristik sosial budaya, daya beli serta keinginan masyarakat. Program ini juga tidak terlepas dari arahan rencana tata ruang yang ada, untuk pengendalian serta pemanfaatan ruang di daerah. Karena ada kecenderungan alih fungsi lahan terutama daerah yang memiliki lahan pertanian dengan irigasi teknis ataupun kawasan konservasi. Pendekatan pengembangan keterpaduan prasarana wilayah yang mendukung pembangunan permukiman di Kabupaten Simalungun adalah:

  1. Mewujudkan suatu kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan sekitarnya serta dapat mendukung struktur ruang Kabupaten Simalungun yang telah direncanakan 2. Menciptakan sinergi keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar sector Pengembangan keterpaduan prasarana wilayah tersebut dilihat dari kebijakan dan program yang diambil lebih mengikuti perkembangan perumahan dan permukiman. Terkait dengan skema dukungan pengembangan kawasan kumuh, maka Pemerintah Kabupaten Simalungun akan melakukan revitalisasi kawasan yang masyarakatnya secara umum berpenghasilan

  VI. 9 Aspek TeknisPer Sektor

  Aspek TeknisPer Sektor

  VI. 10 BANTUAN TEKNIS

RPI2JM

Kabupaten Simalungun2015 - 2019 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

  rendah, yaitu dengan mengikuti pola yang dikembangkan oleh Kementrian Negara Perumahan Rakyat cq. Kedeputian Bidang Perumahan Swadaya, berupa program bedah rumah. Bentuk kegiatan yang akan dikembangkan akan mengacu pada Pedoman yang telah diterbitkan melalui Pedoman Menpera No. 08/PERMEN/M/2006 tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberiaan Stimulan untuk Perumahan Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah melalui lembaga keuangan mikro/lembaga keuangan non Bank dan Permenpera No. 10/PERMEN/M/2007 Tahun 2007 Tentang Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan dan Permukiman, di mana bentuk dukungan dapat berupa: 1.

   Pemberiaan Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya (BSP2S) berupa:

   Peningkatan Kualitas rumah (PK) yang ditujukan untuk perbaikan/pemugaran rumah tidak layak huni, dengan dana maksimal Rp. 5 Juta/KK/unit rumah.

   Pembangunan baru rumah/perumahan (PB) yang ditujukan untuk m,engurangi backlog rumah, dengan dana maksimal Rp. 10 Juta/KK/unit rumah.

  2. Kegiatan Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui kelompok masyarakat pada perumahan/lingkungan kumuh perkotaan/pedesaan dengan besaran dana maksimal sebesar Rp. 3,3 juta/KK/unit rumah, dan untuk PSU Rp. 2 juta, dan lebih ditekankan pada sasaran lingkungan perumahan kumuh dan berkelompok. Prioritas kegiatan yang akan diusulkan oleh pemerintah kabupaten kepada Kementrian Perumahan Rakyat adalah kawasan yang termasuk dalam kriteria kumuh berat dan kawasan kumuh sedang.

6.1.5. Usulan Program dan Kegiatan

  1. Pengembangan Pusat-pusat pemukiman Dalam proses penyesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun, akan dibuat dan ditetapkan satuan-satuan wilayah pengembangan atau Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) untuk mendukung Kabupaten Simalungun. Perlunya dibuat adanya hirarki berdasarkan satuan-satuan Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL), karena berdasarkan karakteristik potensi tiap wilayah memiliki percepatan pertumbuhan yang berbeda. Dalam tiap satuan wilayah pegembangan terdapat satu pusat dan sub pusat pertumbuhan yang diharapkan dari pusat pertubuhan tersebut terjadi penjalaran perkembangan ke wilayah hinterlandnya. Beberapa pertimbangan dalam perumusan rekomendasi pusat-pusat pertumbuhan wilayah adalah sebagai berikut: 

  Prospek pengembangan ekonomi atau produksi pada satuan wilayah tertentu yang mempunyai kesamaan ataupun saling berkaitan sehingga dapat memacu pertumbuhan selanjutnya. Sejalan dengan perkembangan ekonomi tersebut, kemudian secara fisik membentuk kesatuan pemanfaatan ruang yang memudahkan bagi perkembangan lebih lanjut. 

  Kebijaksanaan dalam pengembangan dan penyebaran penduduk atau permukiman yang dapat mengarahkan tekanan penduduk secara seimbang. 

  Pola interaksi internal dan eksternal yang akan berlangsung sehingga membentuk pola penjalaran perkembangan antar bagian wilayah.

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019

   Sistem pusat-pusat atau nodal system yang telah menampakkan kecenderungan pola pelayanan terhadap wilayah.

  Jaringan transportasi, terutama adalah jaringan jalan yang akan menghubungkan antar wilayah pertumbuhan dengan wilayah-wilayah sekitarnya, maupun dalam masing-masing wilayah pertumbuhan tersebut. Disamping dari beberapa pertimbangan di atas, dalam konteks pengembangan wilayah Kabupaten Simalungun, pengembangan kota-kota pada dasarnya diarahkan pada pengembangan pusat-pusat pertumbuhan. Sesuai dengan fungsi utamanya, pengembangan kota-kota harus terkait dengan wilayah belakangnya, terutama sebagai pusat perdagangan/pemasaran berbagai komoditas yang dihasilkannya. Disamping itu, keberadaan kota-kota tersebut perlu pula dilihat dalam keseluruhan sistem kota yang dibentuknya. Hal ini berarti keterkaitan fungsional antar kota akan menjadi titik tolak bagi pengembangan wilayah Kabupaten Simalungun. Terdapat beberapa faktor yang menjadi dasar pertimbangan untuk merumuskan Konsep Struktur Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun secara intra wilayah, yaitu sebagai berikut: 

  Fungsi utama kota kecamatan yang masih harus ditingkatkan sebagai pusat kegiatan perekonomian dan pusat pemerintahan, disamping fungsi pusat bagi wilayah belakang dan pusat permukiman. 

  Limitasi fisik wilayah untuk dikembangkan serta potensi pengembangan kegiatan budidaya (produksi dan permukiman). 

  Hirarki kota-kota sesuai dengan skala pelayanannya dalam lingkup wilayah (regional, sub regional dan lokal). 

  Potensi pengembangan wilayah belakang terutama sebagai sentra produksi pertanian (perkebunan, tanaman pangan, peternakan dan perikanan). 

  Akses antara kota-kota pusat pertumbuhan dengan wilayah belakang yang dilayani harus ditingkatkan.

  2. Penataan dan Peremajaan Kawasan Berdasarkan analisis penentuan kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Simalungun, maka diperoleh 3 (tiga) kecamatan prioritas, yaitu Kecamatan Haranggaol Horison, Dolok Pardamean dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

  Bagian kawasan perencanaan yang berada pada sisi sungai akan sangat rentan terhadap permukiman kumuh.

3. Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

  • Perbaikan saluran;

  Peningkatan jalan lingkungan;

  • Pengadaan MCK;
  • Pengolahan limbah;
  • Pengadaan jaringan air minum;
  • Penerangan lampu jalan;
  • Perbaikan rumah tidak layak huni.
  • VI. 11

  Aspek TeknisPer Sektor

  Aspek TeknisPer Sektor

  Bangunan Pendukung

  11 Paket

  Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan + Bangunan Pendukung

  5 Paket V. 2019 1.

  Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan + Bangunan Pendukung

  11 Paket IV. 2018 1.

  Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan + Bangunan Pendukung

  2017 1.

  III.

  1 Paket 11 unit

  Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) 2. Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan +

  VI. 12 BANTUAN TEKNIS

RPI2JM

Kabupaten Simalungun2015 - 2019 DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

  1 Paket II. 2016 1.

  1 Paket

  Permukiman Perdesaan

  Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP) 2. Perencanaan Teknis (DED) Infrastruktur Kawasan

  I. 2015 1.

  VOLUME (KEGIATAN)

  ANGGARAN 2015-2019 No. TAHUN RENCANA PROGRAM

TABEL 6.4. SKALA PRIORITAS PROGRAM BIDANG PENGEMBANGAN PERMUKIMAN TAHUN

  Berdasarkan usulan diatas maka Skala Prioritas untuk pembangunan permukiman di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 6.4.

   Sumber: Hasil Analisa

  BANTUAN TEKNIS RPI2JM DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019

Tabel 13.1. Matrik Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)

  Bidang Cipta Karya - Kabupaten Simalungun Tahun 2015-2019 Provinsi : Sumatera Utara Kabuaten : Simalungun

  Sumber Pendanaan x Rp. 1.000,- No Sektor/Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol. Satuan Tahun APBN APBD KPS / Masya DAK APBD Prov. BUMD CSR

  Kab/kota Swasta rakat Rupiah Murni PHLN

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  13

  14

  15

  16 Pengembangan Permukiman PENGATURAN, PEMBINAAN,

  Pengembangan PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN

  Permukiman PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  Pengembangan LAPORAN PEMBINAAN Permukiman PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Pengembangan Strategi Pembangunan Permukiman Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Pengembangan Kabupaten

  1 Bimbingan / Pendampingan

  1 Laporan 2015 840.000 Permukiman Simalungun Pengembangan Rencana Pengembangan Kawasan

  1 Permukiman Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP) Pengembangan Kabupaten

  1 Bimbingan / Pendampingan Laporan 2016 740.000 Permukiman Simalungun Pengembangan Permukiman

  VI. 13 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019 Pengembangan

INFRASTRUKTUR KAWASAN

  Permukiman PERMUKIMAN PERKOTAAN Infrastruktur Kawasan Permukiman

  Pengembangan Perdesaan Potensial yang mengikat

  Permukiman kualitasnya

  Pengembangan

  1 Perencanaan Teknis (DED) Laporan 2015 500.000

  Permukiman Pengembangan Pembangunan / Peningkatan Jalan Pematang

  2

  1 Kel. / 2015 1.500.000 500.000 500.000 Permukiman Lingkungan + Bangunan Pendukung Raya, Kec.

  Pengembangan Sondi Raya,

  3

  1 Kel. / 2015 1.000.000 500.000 500.000 Permukiman Kec. Raya Pengembangan Raya Baru,

  4

  1 Kel. / 2015 1.000.000 500.000 500.000 Permukiman Kec. Raya Pengembangan Raya Huluan,

  5

  1 Kel. / 2016 1.000.000 500.000 Permukiman Kec. Raya Pengembangan Bahapal

  6

  1 Kel. / 2016 1.000.000 500.000 Permukiman Raya, Kec.

  Pengembangan Merek Raya,

  7

  1 Kel. / 2016 1.000.000 500.000 Permukiman Kec. Raya Pengembangan Simbou Baru,

  8

  1 Kel. / 2016 1.000.000 500.000 Permukiman Kec. Raya Pengembangan Kec. Gunung

  9

  1 Kawasan 2016 1.000.000 500.000 Permukiman Malela Pengembangan Kec. Gugung

  10

  1 Kawasan 2016 1.000.000 500.000 Permukiman maligas Pengembangan

  11 Kec. Bandar

  1 Kawasan 2016 1.000.000 500.000 Permukiman Pengembangan Kec. Bandar

  12

  1 Kawasan 2016 1.000.000 500.000 Permukiman Masilam Pengembangan Kec. Jorlan

  13

  1 Kawasan 2017 1.500.000 500.000 Permukiman Hataran Kec.

  Pengembangan

  14 Panombeian

  1 Kawasan 2017 1.000.000 500.000 Permukiman

  Panei

  VI. 14 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019 Pengembangan Kec.

  15

  

1 Kawasan 2017

500.000

  Permukiman Sidamanaik Pengembangan Kec.

  16

  

1 Kawasan 2017

500.000

  Permukiman Pamatang Pengembangan

  17 Kec. Panei

  1 Kawasan 2017 1.500.000 500.000 Permukiman Pengembangan Kec. Dolok

  18

  

1 Kawasan 2017

500.000

  Permukiman Pardamean Pengembangan Kec. Jawa

  19

  1 Kawasan 2017 1.500.000 500.000 Permukiman Maraia Bah Pengembangan

  20 Kec. Purba

  1 Kawasan 2017 5.000.000 1.000.000 Permukiman Pengembangan Kec.

  21

  1 Kawasan 2017 2.500.000 500.000 Permukiman Silimakuta Pengembangan Kec.

  22

  1 Kawasan 2018 1.500.000 500.000 Permukiman Pamatang Kec.

  Pengembangan

  23 Halanggaol

  1 Kawasan 2018 1.500.000 500.000 Permukiman

  Horison Pengembangan Kec. Dolok

  24

  1 Kawasan 2018 1.000.000 500.000 Permukiman Panribuan Pengembangan Kec. Raya

  25

  1 Kawasan 2018 1.500.000 500.000 Permukiman Kahean Pengembangan Kec. Dolok

  26

  1 Kawasan 2018 1.700.000 500.000 Permukiman Silou Pengembangan Kec. Silou

  27

  1 Kawasan 2018 1.000.000 500.000 Permukiman Kahean Kec.

  Pengembangan

  28 Pematang

  1 Kawasan 2018 2.000.000 500.000 Permukiman

  Bandar Pengembangan

  29 Kec. Siantar

  1 Kawasan 2018 1.500.000 500.000 Permukiman Pengembangan Kec. Huta

  30

  1 Kawasan 2019 1.500.000 500.000 Permukiman Bayu Raia

  VI. 15 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019 Pengembangan Kec. Girsang

  31

  1 Kawasan 2019 1.500.000 500.000 Permukiman Sipangan Pengembangan Kec.

  32

  1 Kawasan 2019 1.000.000 500.000 Permukiman Hatonduhan Pengembangan Kec. Tapian

  33

  1 Kawasan 2019 1.000.000 500.000 Permukiman Dolok Pengembangan Kec. Dolok

  34

  1 Kawasan 2019 1.000.000 500.000 Permukiman Batu Pengembangan Kec. Bandar

  35

  1 Kawasan 2019 1.000.000 500.000 Permukiman Huluan Pengembangan Kec. Badar

  36

  1 Kawasan 2019 1.000.000 500.000 Permukiman Masilam Pengembangan Kec. Bosar

  37

  1 Kawasan 2019 1.000.000 500.000 Permukiman Maligas Pengembangan Kec. Ujung

  38

  1 Kawasan 2019 1.000.000 500.000 Permukiman Padang Pengembangan Kec. Tanah

  39

  1 Kawasan 2019 1.000.000 500.000 Permukiman Jawa

  • TOTAL 30.280.000 20.000.000 20.000.000 - -
  • TOTAL 2015 4.340.000 1.500.000 2.000>TOTAL 2016 1.740.000 - 7.000.000 4.000.000 - - -
  • TOTAL 2017 11.500.000 1.500.000 5.000.000 - - - -
  • TOTAL 2018 9.700
  • 2.000.000 4.000.000 - - -
  • TOTAL 2019 3.000.000 8.000.000 5.000.000

  VI. 16 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019 6.2.

PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta pelaksanaan lebih detail di bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara yang merupakan kewenangan Pemerintah Pusat. Selain itu, Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

  Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

  1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

  3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

  4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

  5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan.

  Kondisi penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Simalungun selama ini belum sepenuhnya dilaksanakan melalui proses perizinan, seperti IMB, izin reklame dan lainnya. Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh di wilayah Kabupaten Simalungun. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi

  VI. 17 Aspek TeknisPer Sektor

BANTUAN TEKNIS

  DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA Kabupaten Simalungun2015 - 2019