Negara dan Konstitusi 2014 pdf
NEGARA DAN KONSTITUSI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pembimbing: 1. Drs. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si
2. Sri Wahyuni Tanshzil
Disusun Oleh:
Dwi Azhari Yassinthya (1401358)
I Ketut Suliarta (1405370)
Juli Niara (1401284)
Nurul Afifah (1403631)
Pramita Hotmarito Sihombing (1403823)
Rahayu Ningtyastuti (1407104)
Rosa Andriasari (1405854)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Negara
dan Konstitusi untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Makalah ini bertujuan agar pembaca dapat memahami dan menganalisis
konsepsi Negara sebagai wadah bangsa Indonesia berikut isinya yaitu Konstitusi
(termasuk UUD 1945) sebagai Kebijakan Nasional tertinggi di negara Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami memohon kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya kami
dapat terus melakukan perbaikan atas kekurangan yang ada.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta digunakan dengan sebaikbaiknya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Bandung, Oktober 2014
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN .................................. Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang .................................. Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
A. Hakekat Negara.................................................................................. 2
a. Pengertian Negara ......................................................................... 2
b. Sifat-sifat Negara ........................................................................ 3
c. Unsur-unsur Pembentuk Negara ................................................... 3
d. Asal Mula Terjadinya Negara ....................................................... 8
e. Tujuan dan Fungsi Negara .......................................................... 10
B. Hakekat Konstitusi........................................................................... 13
a. Pengertian Konstitusi ................................................................... 13
b. Macam-macam Konstitusi ........................................................... 14
c. Hubungan Falsafah Negara dengan Konstitusi ............................ 15
d. Perbandingan Konstitusi Antarnegara1Error!
Bookmark
not
defined.
C. Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemen ............................... 19
a. Pengertian UUD 1945 .................................................................. 19
b. Sifat dan Kedudukan UUD 1945 ................................................. 19
c. Hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945 .......... 20
d. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 .............................................. 20
ii
e. Amandemen UUD 1945............................................................... 22
f. Sosialisasi dan Pelaksanaan UUD 1945 ....................................... 30
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara merupakan suatu perserikatan yang melaksanakan suatu
pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan
kekuasaan untuk memaksa demi ketertiban sosial.
Dalam kehidupan bernegara, konstitusi mutlak diperlukan.
Konstitusi bukan hanya untuk membatasi kekuasaan pemerintah
melainkan lebih dari itu, yaitu untuk mengatur dan menjadi landasan bagi
seluruh lembaga negara, masyarakat, pemerintah maupun seluruh warga
negara.
Apabila dilihat dari ideologi yang dianutnya, maka kesamaan
ideologi bagi negara-negara tidak otomatis memiliki konstitusi yang sama.
Konstitusi memuat hukum dasar tertulis dan tidak tertulis Di Indonesia,
UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Negara dan Konstitusi
akan di uraikan pada penjelasan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakekat, fungsi, dan tujuan negara?
2. Apa pengertian dan macam-macam konstitusi?
3. Bagaimana
hubungan
dasar
negara
dengan
konstitusi
dan
perbandingan konstitusi antar negara?
4. Apa pengertian UUD 1945 serta amandemen UUD 1945?
C. Tujuan
1. Memahami hakekat, fungsi dan tujuan negara.
2. Memahami pengertian dan macam-macam konstitusi, hubungan dasar
negara dengan Konstitusi, serta perbandingan konstitusi antar negara.
1
3. Memahami
UUD
1945
beserta
amandemen
UUD
1945.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Negara
a. Pengertian Negara
Secara etimologi, kata negara berasal dari kata staat
(Belanda dan Jerman); state (Inggris); etat (Perancis); status
atau statuum (Latin). Kata-kata tersebut berarti “meletakkan
keadaan dalam keadaan berdiri”; “menempatkan”; atau
“membuat berdiri”. Adapun pengertian negara menurut
beberapa ahli yaitu sebagai berikut:
1. George Jellinek
Negara adalah oganisasi kekuasaan dari sekelompok
manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.
2. R. Djokosoetono
Negara adalah organisasi manusia yang berada di bawah
suatu pemerintahan yang sama.
3. J.H.A Logemann
Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang
mempunyai tujuan melalui kekuasaannya untuk mengatur
serta menyelenggarakan sesuatu (berkaitan dengan fungsi
lembaga
kenegaraan,
atau
lapangan
kerja)
dalam
masyarakat.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian negara ialah suatu organisasi dari sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu
pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut. Negara
juga merupakan suatu perserikatan yang melaksanakan suatu
pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat
dengan kekuasaan untuk memaksa demi ketertiban sosial.
3
b. Sifat-Sifat Negara
1. Sifat Memaksa, artinya semua peraturan perundangan yang
berlaku diharapkan akan ditaati sehingga keamanan dan
ketertiban negara pun akan tercapai.
2. Sifat Monopoli, artinya negara berhak menentukan tujuan
bersama masyarakat, menentukan mana yang boleh dan
tidak boleh mana yang baik dan bertentangan dengan tujuan
negara dan masyarakat.
3. Sifat
Mencakup
Semua,
artinya
segala
peraturan
perundangan yang berlaku adalah untuk semua orang,
semua warga negara tanpa kecuali.
c. Unsur-Unsur Pembentuk Negara
Berdasarkan ovensi Montevideo (Uruguay) tahun 1933,
suatu negara harus memiliki empat unsur yaitu tiga unsur
konstitutif (unsur yang harus ada ketika negara berdiri) yang
terdiri atas penghuni (rakyat, penduduk, warga negara) atau
bangsa, wilayah, dan kekuasaan tertinggi (penguasa yang
beraulat). Disamping itu ada satu unsur deklaratif yaitu
pengakuan dari negara lain.
1. Rakyat
Rakyat suatu negara adalah semua orang yang secara nyata
berada dalam wilayah suatu negara yang tunduk dan patuh
terhadap peraturan dalam negara tersebut.
Secara sosiologis, rakyat adalah sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh rasa persamaan dan yang bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu. Sedangkan secara yuridis
rakyat merupakan warga negara dalam suatu negara yang
memiliki ikatan hukum dengan pemerintah. Rakyat suatu
negara dapat dibedakan atas :
- Penduduk, yaitu orang-orang yang berdomisili secara
tetap dalam wilayah suatu negara untuk jangka waktu yang
4
lama. Di Indonesia, penduduk yang memiliki status
kewarganegaraan
disebut
Warga
Negara
Indonesia.
Penduduk suatu negara dapat dibedakan antara warga
negara dan bukan warga negara. Warga negara adalah
orang-orang yang secara sah menurut hukum menjadi
anggota suatu negara, dengan status kewarganegaraan
warga negara asli atau warga negara keturunan asing.
Bukan warga negara adalah mereka yang berada di
Indonesia tetapi menurut hukum tidak diakui sebagai
anggota suatu negara. Mereka berstatus warga negara asing
(WNA).
- Bukan penduduk, yaitu mereka yang berada dalam
wilayah suatu negara tidak secara tetap, hanya untuk
sementara waktu saja. Status kewarganegaraan mereka
adalah warga negara asing.
2. Wilayah
Wilayah merupakan salah satu unsur mutlak bagi suatu
negara, wilayah juga merupakan landasan material atau
landasan fisik suatu negara.Wilayah suatu negara biasanya
terdiri atas wilayah daratan, wilah lautan, wilayah udara
dan wilayah eksterritorial.
a. Wilayah Daratan
Wilayah daratan
suatu negara biasanya ditentukan
batas-batasnya melalui perjanjian antar negara baik
berbentuk bilateral (dua negara) maupun multilateral
(lebih dari dua negara). Sebagai batas daratan biasanya
ditentukan ciri-ciri alamiah seperti gunung dan sungai,
atau mungkin dibuat batas buatan dalam bentuk tembok
pembatas.
b. Wilayah Lautan
5
Wilayah laut yang masuk kedalam wilayah negara
tertentu disebut laut teritorial. Berdasarkan hasil
Konvensi Hukum Laut III yang iadakan PBB pada
tanggal 10 Desember 1982 di jamaica ditetapkan
wilayah laut terdiri atas :
1. Laut Teritorial, yang lebarnya 12 mil laut diukur dari
garis-garis dasar yang menghubungkan pulau terluar
kepulauan suatu negara yang diukur pada saat air
surut.
2. Zona Bersebelahan, yaitu wilayah laut yang lebarnya
12 mil dari laut teritorial suatu negara.
3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu wilayah laut
suatu negara yang lebarnya 200 mil ke laut bebas.
4. Landas Kontinen, yaitu daratan di bawah permukaan
laut di laut teritorial dengan kedalaman 200 m atau
lebih.
5. Landas Benua, yaitu wilayah laut suatu negara yang
lebarnya lebih dari 200 mil laut.
c. Wilayah Udara
Dalam Konvensi Paris (1949) dinyatakan bahwa
negara-negara merdeka dan berdaulat berhak melakukan
eksplorasi
dan
misalnya
untuk
eksploitasi
di
kepentingan
wilayah
radio,
udaranya,
satelit,
dan
penerbangan. Di Indonesia, ketentuan tentang wilayah
udara diatur dalam UU No.20 tahun 1982. Berdasarkan
UU tersebut, maka batas wilayah kedaulatan dirgantara
yang termasuk Orbit Geostasioner adalah setinggi
35.761 km. Namun demikian klaim Indonesia atas
wilayah udara tersebut bertentangan dengan teori-teori
berikut :
6
1. Teori Keamanan, yang menyatakan bahwa suatu
negara
mempunyai
kedaulatan
atas
wilayah
udaranya sampai batas yang diperlukan untuk
menjaga keamana negara itu.
2. Teori Penguasaan Cooper, yang menyatakan bahwa
kedaulatan negara ditentukan oleh kemampuan
negara
yang
bersangkutan
untuk
menguasai/
mengawasi ruang udara yang ada diatas wilayahnya
secara fisik maupun ilmiah.
3. Teori Udara Schacter,yang menyatakan wilayah
udara harus sampai suatu ketinggian, dimana udara
masih cukup mampu mengangkat (mengapungkan)
balon udara dan pesawat udara.
d. Wilayah Eksterritorial
Wilayah eksterritorial adalah wilayah suatu negara
yang berada diluar wilayah negara itu. Dengan kata lain
wilayah negara tersebut berada di wilayah negara lain
atau diluar teritorial suatu negara. Contoh untuk ini
adalah kantor kedutaan besar suatu negara di negara lain
atau kapal asing yang berlayar di laut bebas dengan
berbendera suatu negara. Seorang duta besar memiliki
hak eksteritorial (selain hak kekebalan diplomatik, yaitu
hak kedaulatan atas bangunan, gedung, halaman
kedutaan besar sampai sebatas pagar, tak seorang pun
boleh memasuki halaman kedutaan besar tanpa izin dari
negara atau kedutaan besar yang bersangkutan.
3. Pemerintah yang Berdaulat
Kedulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu
negara yang berlaku terhadap seluruh wilayah dan segenap
rakyat negara itu. Pemerintah bisa dibedakan dalam arti
sempit dan luas. Pemerintah dalam arti sempit meliputi
7
seluruh alat perlengkapan negara yang melaksanakan fungsi
pemerintahan saja , yaitu ekslusif (presiden dan para
menteri) yang menjalankan tugas yang dibuat legislatif
(DPR). Sedangkan pemerintah dalam arti luas adalah
keseluruhan alat perlengkapan negara yang memegang
kekuasaan negara yang meliputi kekuasaan legislatif,
eksekutif, yudikatif dan kekuasaan lainnya.
Adapun pemerintah yang berdaulat mengandung makna :
a. Berdaulat ke dalam, artinya memiliki kewenangan
tertinggi dalam mengatur dan menjalankan organisasi
negara sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
b. Berdaulat ke luar, artinya pemerintah berkuasa penuh,
bebas, tidak terikat dan tidak tunduk pada kekuatan
lain. Pemerintah harus pula menghormati kedaulatan
negara lain dengan tidak mencampuri urusan dalam
negeri negara lain tersebut.
4. Pengakuan dari Negara Lain
Pengakuan negara yang satu terhadap negara yang lain
memungkinkan
hubungan
antara
negara-negara
itu.
Hubungan tersebut bisa berupa hubungan diplomatik,
dagang, kebudayaan dan lain-lain. Pengakuan bukanlah
faktor yang menuntukan ada atau tidaknya negara.
Pengakuan hanyalah menerangkan bahwa negara yang telah
ada itu diakui oleh negara yang mengakui. Pengakuan
tersebut bersifat deklaratif. Pengakuan dari negara lain
terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Pengakuan de facto, yakni yang berdasarkan kenyataan
yang ada atau fakta yang sungguh-sungguh nyata tentang
dirinya suatu negara. Pengakuan ini ada yang bersifat
tetap dan ada juga yang bersifat sementara.
8
b. Pengakuan de jure, yakni pengakuan berdasarkan
pernyataan
resmi
menurut
hukum
internasional.
Pengakuan ini juga ada yang bersifat tetap dimana
pengakuan dari itu untuk selamanya karena kenyataan
yang menunjukkan adanya pemerintahan yang stabil.
Disamping itu juga ada pengakuan de jure yang bersifat
penuh dimana terjadi hubungan antar negara yang
mengakui dan diakui dalam hubungan dagang dan
diplomatik.
Negara
yang
mengakui
berhak
menempatkan konsulat atau kedutaan di negara yang
diakui.
d. Asal Mula Terjadinya Negara
Tiap negara memiliki pengalaman berbeda dalam hal
terjadinya negara hingga diakui negara lain. Ada beberapa cara
untuk mengetahui asal mula terjadinya suatu negara, yaitu :
1. Secara faktual, yaitu cara mengetahui asal mula terjadinya
negara berdasarkan fakta nyata yang dapat diketahui
melalui sejarah lahirnya negara tersebut. Secara fakual apat
digolongkan lagi menjadi beberapa kejadian, yaitu :
a. Occupatie (pendudukan), yaitu suatu daerah yang
tadinya tidak bertuan kemudian diduduki oleh suku atau
kelompok tertentu. Contoh: Liberia diduduki budakbudak Negro dan dimerdekakan tahun 1947.
b. Cessie (penyerahan), yaitu suatu wilayah diserahkan
kepada negara lain berdasarkan perjanjian tertentu.
Contoh: wilayah Seeswijk diserahkan Amerika kepada
Prusia (Jerman) karena Austria kalah Perang Dunia I atas
dasar perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus
menyerahkan negara yang dikuasainya kepada negara
yang menang.
9
c. Accesic (penaikan), terjadinya karena terbentuknya
wilayah akibat penaikan lumpur sungai atau timbul dari
dasar laut. Contoh: Mesir yang terbentuk dari delta
sungai Nil.
d. Fusi
(peleburan),
yakni
beberapa
negara
yang
mengadakan peleburan yang membentuk negara baru.
Contoh: Jerman Barat dan Jerman Timur tahun 1990.
e. Proklamasi, yakni ketika penduduk pribumi dari suatu
wilayah negara yang diduduki bangsa lain mengadakan
perjuangan perlawanan
sehingga berhasil
merebut
wilayahnya dan menyatakan kemerdekaannya. Contoh:
Indonesia.
f. Innovation (pembentukan baru), yakni munculnya negara
baru diatas wilayah negara yang pecah dan lenyap karena
suatu hal. Contoh: lenyapnya Uni Soviet yang muncul
didalamnya negara baru seperti Chechnya, Rusia, dan
Uzbekistan.
g. Anexatic (pencaplokan/penguasaan), yakni suatu negara
berdiri diatas suatu wilayah yang dikuasai (dicaplok)
oleh
bangsa
terbentuknya
lain
tanpa
Israel
yang
reaksi
berarti.
terbentuk
Contoh:
dengan
cara
mencaplok daerah Palestian, Suriah, Yordania, dan
Mesir.
2. Secara Teoritis
Ada beberapa teori terbentuknya suatu negara, yaitu :
a. Teori Ketuhanan, yakni segala sesuatu terjadi didunia
atas kehendak tuhan, termasuk terjadinya negara. Tokohtokohnya : Agustinus, Kranenbreg, Thomas Aquinas.
b. Teori Kekuasaan, yakni negara terbentuk atas dasar
kekuasaan yang diciptakan orang yang paling kuat dan
10
berkuasa. Pendukung teori ini : H.J. Laski, Leon Duguit,
dan Karl Marx.
c. Teori Perjanjian Masyarakat (Konrak Sosial), yakni
negara terjadi karena adanya perjanjian masyarakat
untuk mendirikan negara dan memilih penguasa yang
akan memimpinnya. Tokohnya: Thomas Hobbers, John
Looke, Montesquieu, dan Rousseau.
d. Teori Hukum Alam, yakni terjadinya negara karena
hukum alam, yang bersifat universal dan tidak berubah.
3. Berdasarkan proses pertumbuhan
Berdasarkan cara ini, asal mula suatu negara dibedakan
melalui dua proses, yaitu :
a. Secara
primer,
(a)
Tumbuhnya
suku/persekutuan
masyarakat; (b) Munculnya kerajaan; (c) Negara
nasional; (d) Negara demokrasi.
b. Secara sekunder, dimana negara telah ada sebelumnya
namun karena ada revolusi, intervensi, dan penaklukan,
timbullah negara baru yang menggantikan negara yang
telah ada tersebut, seperti munculnya Chechnya dan
Uzbekistan setelah adanya revolusi di Uni Soviet.
e. Tujuan dan Fungsi Negara
1. Tujuan Negara
Ada beberapa teori tentang tujuan negara, yaitu:
a. Teori Kekuasaan
Menurut
Shang
Yang,
tujuan
negara
adalah
memperoleh kekuasaan yang sebesar-besarya dengan
cara menjadikan rakyatnya miskin, lemah, dan bodoh.
Sementara Maciavelli mengatakan bahwa tujuan negara
adalah kekuasaan yang digunakan untuk mencapai
kebesaran dan kehormatan negara. Untuk mencapai
11
tujuan tersebut seorang pemimpin dibenarkan bertindak
kejam dan licik.
b. Teori Perdamaian Dunia
Menurut Dante Allegieri, tujuan negara ialah untuk
menciptakan perdamaian dunia, yang dapat dicapai
apabila seluruh negara berada dalam satu kerajaan dunia
(imperium) dengan undang-undang yang seragam bagi
semua negara.
c. Teori Jaminan Hak dan Kebebasan
Immanuel Kant dan Kranenburg menganjurkan agar
hak dan kebebasan warga negara terjamin, di dalam
negara harus dibentuk peraturan atau undang-undang.
Keduanya
memiliki
perbedaan,
dimana
menurut
Immanuel Kant perlunya dibentuk negara hukum klasik
(negara
sebagai
penjaga
malam),
sedangkan
Kranenberg menghendaki dibentuknya negara hukum
modern (welfare state).
2. Fungsi Negara
Secara umum fungsi negara adalah melaksanakan
penertiban,
mengusahakan
kesejahteraan,
pertahanan,
menegakkan keadilan.
a. Menurut G.A Jacobsen dan M.H Lipman, ada tiga
fungsi negara yaitu:
1. Fungsi esensial, yaitu fungsi yang diperlukan demi
kelanjutan negara. Fungsi ini meliputi:
-
Memelihara
angkatan
mempertahankan
serangan
perang
dari
untuk
luar
dan
pergolakan dari dalam;
-
Memelihara
angkatan
kepolisian
untuk
memberantas kejahatan;
12
-
Memelihara
pengadilan
untuk
mengadili
pelanggaran hukum;
-
Mengadakan hubungan dengan luar negeri;
-
Mengadakan pemungutan pajak.
2. Fungsi jasa, yaitu aktivitas yang mungkin tidak akan
ada apabila tidak diselenggarakan oleh negara
seperti pemeliharaan fakir miskin, pembangunan
jalan, jembatan, dll.
3. Fungsi perniagaan. Fungsi iini dapat dilaksanakan
oleh
individu
dengan
tujuan
memperoleh
keuntungan, bisa juga dilaksanakan oleh negara
dengan pertimbangan bahwa modal swasta tidak
mencukupi.
Contoh
fungsi
jaminan
sosial,
pencegahan pengangguran, penyelenggaraan pos,
telepon, dll.
b. R.M Mac Iver dalam bukunya Modern State (1926) dan
The Web of Government (1947) berpendapat bahwa
fungsi negara adalah:
a. Memelihara ketertiban dalam batas-batas wilayah.
b. Konservasi (penyelamatan) dan perkembangan.
Contohnya adalah pemeliharaan hutan, danau, hasil
pertanian, dll.
c. Van Vollenhoven
Ada empat fungsi yang dikenal dengan catur praja,
yaitu:
a. Menyelenggarakan pemerintahan (bestuur).
b. Fungsi mengadili (rechtsprak).
c. Fungsi membuat peraturan (regeling).
d. Fungsi ketertiban dan keamanan (politie).
d. John Locke
Menurut John fungsi negara dibagi menjadi tiga, yaitu:
13
a. Fungsi legislative (membuat undang-undang).
b. Fungsi
eksekutif
(membuat
peraturan
dan
mengadili).
c. Fungsi federative (mengurus urusan luar negeri,
perang dan damai).
e. Montesquieu
Montesquieu membagi fungsi negara menjadi tiga,
yaitu:
a. Fungsi legislative (membuat undang-undang);
b. Fungsi eksekutif (melaksanakan undang-undang);
c. Fungsi yudikatif (mengawasi dan mengadili agar
setiap peraturan ditaati).
B. Hakekat Konstitusi
a. Pengertian Konstitusi
Istilah konstitusi secara etimologis berasal dari constitution
(Inggris);
constitutie
(Belanda);
konstitution
(Jerman);
constitutio (Latin); yang berarti undang-undang dasar atau
hukum dasar.
Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua
arti, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam arti luas, konstitusi berarti keseluruhan dari
ketentuan-ketentuan
dasar
atau
hukum
dasar
(droit
constitunelle).
2. Dalam pengertian sempit, konstitusi berarti piagam dasar
atau undang-undang dasar (loi constitunelle), yaitu suatu
dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar
negara.
Pengertian konstitusi menurut beberapa ahli:
1. L.J Van Apeldorn mengatakan bahwa konstitusi dan UUD
itu berbeda. UUD hanyalah bagian tertulis dari konstitusi,
14
sedangkan konstitusi memuat baik hukum dasar yang
tertulis maupun tidak tertulis.
2. Menurut
Herman
Heller,
konstitusi
mencakup
tiga
pengertian, yakni: (1) Die politische verfassung als
geselchaffliche
wirklichkeit,
artinya
konstitusi
yang
mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan; (2) Die verselbstandigte rechtverfassung,
mencari unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup
dalam masyarakat untuk dijadikan kaidah hukum; (3) Die
geschriebene verfassung, yakni menuliskan konstitusi
dalam suatu naskah sebagai peraturan perundangan yang
paling tinggi derajatnya yang berlaku dalam suatu negara.
3. Menurut K.C Wheare dalam Modern Constituion, secara
garis besar konstitusi di bagi dua yaitu: (1) Konstitusi yang
semata-mata berbicara sebagai naskah hukum, suatu
ketentuan yang mengatur “the rule of the constitution”; (2)
Konstitusi yang bukan hanya mengatur ketentuan-ketentuan
hukum, tetapi juga mencantumkan ideologi, aspirasi, dan
cita-cita politik, “the statement of idea”, pengakuan
kepercayaan, suatu beloofscelijdenis dari bangsa yang
menciptakannya.
Konstitusi jenis yang kedua umumnya menggambarkan filsafat
negara yang akan dibentuk. Biasanya cita-cita politik
dicantumkan dalam pembukaan konstitusi.
b. Macam-macam Konstitusi
Macam-macam konstitusi Menurut CF. Strong konstitusi terdiri
dari:
1. Konstitusi tertulis (documentary constiutution / writen
constitution) adalah aturan – aturan pokok dasar negara
bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan
15
dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa
didalam persekutuan hukum Negara / UUD.
2. Konstitusi tidak tertulis / konvensi (nondocumentary
constitution) adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang
sering timbul. Konstitusi tidak tertulis antara lain
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Merupakan
kebiasaan
yang
terus
berulang
dan
terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara.
b. Tidak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar.
c. Diterima oleh seluruh rakyat.
d. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan
sebagai aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam
UUD.
Menurut K.C Wheare:
a. Konstitusi fleksibel (luwes) adalah konstitusi yang dapat
diubah melalui proses yang sama dengan undang-undang.
Artinya perubahan itu dilakukan melalui cara yang tidak
sulit seperti melalui pemungutan suara terbanyak mutlak.
Konstitusi yang luwes memiliki argumentasi yang cukup
kuat: “Bahwa untuk dapat bertahan lama, konstitusi itu
tidak boleh berlaku keras, kaku, dam rigid”.
b. Konstitusi rigid (tegas/kaku), adalah konstitusi yang
perubahannya dilakukan melalui cara-cara atau proses
khusus. Argumentasi kelompok ini adalah “Bahwa sudah
seharusnya konstitusi itu tegas, keras, dan tahan untuk
selama-lamanyaatau setidaknya untuk kurun waktu yang
cukup lama”.
c. Hubungan Falsafah Negara dengan Konstitusi
1. Dasar Filsafat Konstitusi
16
Isi konstitusi setiap negara berbeda-beda, baik
dalam hal materi dan semangatnya maupun daya jangkau
(wilayah berlakunya) serta sistematikanya. Namun bagian
awal kostitusi biasanya dikemukakan dasar filsafatnya
sebuah negara. Hal ini dapat merupakan konsideran bagi
pembentukan konstitusi itu. Ada kalanya dasar negara juga
dikeluarkan dalam bentuk deklarasi (pernyataan) tersendiri
yang mendahului konstitusi itu. Disamping itu dasar negara
juga dapat secara implisit terdapat dalam pembukaan atau
mukaddimah konstitusi.
Pancasila dan UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan, dimana Pancasila sebagai das sollen
menjiwai UUD 1945 sebagai das sein-nya. Begitu pula
hubungan
antara pembukaan dan batang tubuhnya,
keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan
karena UUD 1945 yang terdiri atas rangkaian pasal-pasal
merupakan penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukannya.
a. Isi Konstitusi
Tiap negara memiliki isi konstitusi yang berbeda-beda
baik materi, semangat, maupun
daya jangkau serta
sistematikanya. Konstitusi juga ada kalanya dikeluarkan
dalam bentuk deklarasi tersendiri yang mendahului
konstitusi
tersebut.
Atau dapat
pula merupakan
kesimpulan dalam suatu mukaddimah atau pembukaan
konstitusi. Misalnya adalah Konstitusi Amerika serikat
tahun
1787
didahului
oleh
“Declarationof
Independence”
b. Diktum Konstitusi
Diktum konstitusi yang terpenting adalah bagaimana
perimbangan kedudukan antara yang memerintah
17
dengan
yang
diperintah;
bagaimana
pembagian
kekuasaan antara berbagai lembaga negara, bagaimana
peran dan pengaruhnya bagi stabilitas dan dinamika
bagi pemerintahan dan bagi tata kepentingan umum;
bagaimana tujuan negara itu dilaksanakan oleh berbagai
lembaga negara; bagaimana jaminan hak-hak asasi
manusia,
kebebasan-kebebasan
dasar,
serta
kelangsungan dan perkembangan hidup bangsa; dan
bagaimana
perencanaan,
partisipasi
rakyat
pelaksanaan,
dalam
system
pengawasan,
dan
pertanggungjawaban pemerintahan.
c. Cara mengubah Konstitusi
Menurut Miriam Budiardjo, ada empat macam prosedur
dalam perubahan konstitusi yaitu: (1) Sidang badan
legislative dengan ditambah beberapa syarat; (2)
Referendum, yakni permintaan pendapat rakyat tentang
perlunya perubahan atau tidak terhadap konstitusi; (3)
Melalui negara-negara bagian dalam federal; dan (4)
Melalui musyawarah khusus (special convention).
Di Indonesia, prosedur perubahan konstitusi diatur
dalam pasal 37 UUD 1945 dan peraturan lainnya seperti
Ketetpan MPR No.I/MPR/1983. Menurut pasa 37 UUD
1945 (sebelum amandemen) disebutkan bahwa:
1. untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3
daripada jumlah anggota MPR harus hadir; dan
2. putusan diambil dengan persetujuan sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.
Sedangkan menurut Tap MPR No.I/MPR/1983 dan UU
No.5/1985 tentang Referendum, prosedur perubahan
UUD 1945 sebagai berikut:
18
1. usul
perubahan
itu
diajukan
oleh
sekurang-
kurangnya tiga fraksi secara utuh disertai tanda
tangan peserta sidang;
2. diadakan referendum; dan
3. hasil
referendum
sekurang-kurangnya
91%
menyetujui perubahan UUD 1945.
d. Perbandingan Konstitusi Antarnegara
Jika dibandingkan dengan konstitusi negara lain, maka akan
terlihat perbedaan dan persamaan dengan kandungan UUD
1945 sebagai konstitusi negara RI. Berikut ini adalah
perbandingan UUD 1945 dengan kostitusi negara liberal dan
sosialis komunis.
1. Salah satu Konstitusi RI, UUD 1945
a. Kepala negara adalah seorang Presiden (Pasal 6).
b. Menggunakan sistem pemerintah presidensial (pasal 4
dan 17).
c. Menerapkan sistem perbandingan kekuasaan.
d. Kekuasaan eksekutif dipegang seorang presiden,
dibantu wakil presiden dan para menteri (pasal 17).
e. Kekuasaan legislatif dipegang oleh DPR bersama-sama
dengan presiden (pasal 5:1 dan 20).
f. Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi (pasal 24).
2. Konstitusi Negara Liberal (Konstitusi Amerika Serikat)
a. Kepala negara adalah seorang presiden (article II
section I).
b. Menggunakan sistem pemerintahan presidensial (article
II).
c. Menerapkan sistem pemisah kekuasaan.
d. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh seorang presiden
untuk masa jabatan 4 tahun (article II section I).
19
e. Kekuasaan legislatif dipegang oleh Kongres, House Of
Resfresentatives dan senat (article I section I).
f. Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah agung
(article III).
g. Telah diamandemen 24 kali, terakhir tahun 1964.
3. Konstitusi Negara Sosialis Komunis (Konstitusi Stalin)
Salah satu negara sosialis komunis adalah Uni Soviet yang
telah bubar tahun 1991, dengan ciri pemerintahan sebagai
berikut :
a. Paham yang dianut adalah Marxisme Leninisme dalam
bentuk pemerintahan Republik Sosialis (chapter I
article I).
b. Lembaga negara yang menyelenggarakan pemerintahan
(chapter III at 30).
c. Menteri bertanggung jawab kepada Presidium Soviet
Tertinggi.
d. Hanya terdapat satu partai poitik.
C. Undang-undang Dasar 1945 dan Amandemen
a. Pengertian UUD 1945
Undang-undang Dasar adalah naskah yang memaparkan
rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan
suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan
tersebut (E.C.S Wade dalam buku Constitusional Law).
Sementara itu menurut Astim Riyanto, UUD 1945 mencakup
penaturan sistem pemerintahan negara, hubungan negara
dengan warga negara dan penduduknya, serta berisi konsepsi
negara dalam berbagai bidang kehidupan ke arah mencapai
cita-cita nasional Indonesia.
Undang-undang 1945 mencakup keseluruhan naskah yang
terdiri atas : (1) Pembukaan (4 alinea); (2) Batang Tubuh UUD
(berisi 16 bab, 37 pasal, ditambah 4 pasal aturan peralihan dan
20
2 ayat tambahan); dan (3) Penjelasan UUD 1945. Setelah UUD
1945 mengalami beberapa kali amandemen, maka penjelasan
UUD 1945 tidak lagi diakui sebagai bagian dari UUD 1945.
b. Sifat dan Kedudukan UUD 1945
Apabila dilihat dari cara pengubahannya, UUD 1945
bersifat fleksibel yaitu kemampuan mengikuti perkembangan
zaman. Namun setelah adanya perubahan berdasarkan Tap
MPR No.1/MPR/1983 Jo Tap MPR No. IV/MPR/1983 dan UU
No. 5 tahun 1985, maka UUD tidak bersifat fleksibel karena
untuk mengubah harus melalui prosedur yang sulit.
Sebagai hukum dasar, UUD merupakan sumber hukum dan
merupakan hukum yang menempati kedudukan tertinggi. Oleh
karena itu, seluruh peraturan dibawahnya harus berdasarkan
UUD 1945.
c. Hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 dirumuskan secara padat dan
khidmat dalam 4 alinea mengandung makna yang sangat dalam
dan mengandung nilai universal dan lestari. Universal berarti
dijunjung tinggi oleh bangsa beradab diseluruh muka bumi dan
lestari berarti mampu menampung dinamika masyarakat dan
tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara.
Dalam pembukaan terdapat 4 pokok pikiran yang
dijabarkan lebih lanjut dalam batang tubuh UUD 1945. Dengan
demikian pembukaan dan batang tubuh adalah satu kesatuan
yang tidak dapat terpisahkan. Namun antara keduanya
mempunyai kedudukan hukum yang berbeda, karena batang
tubuh dapat diubah MPR melalui aturan pasal 37 sedangkan
pembukaan tidak dapat diubah oleh siapapun termask MPR
hasil pemilu.
d. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945
21
Sejak disahkan UUD 1945 pertama kali tanggal 18 Agustus
1945,
pelaksanaannya
dalam
berbangsa
dan
bernegara
mengalami dinamika sebagai berikut :
1. Periode1945 – 1949 berlaku UUD 1945
Tanggal
18
Agustus
1945
merupakan
awal
masa
berlakunya UUD 1945 yang merupakan tata hukum yang
bersumber dari proklamasi kemerdekaan Indonesia dan
berakhirnya tata hukum kolonial. Pada periode 1945-1949
ini UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik karena
bangsa kita masih baru berdiri dan baru mengalami
kemerdekaan
pertahanan
konstitusional
sehingga
dan
negara
keamanan
yang
terjadi
lebih
memperhatikan
bangsa.
Penyimpangan
diantaranya:
Pertama,
berubahnya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dari
pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan
legislatif. Kedua, sistem kabinet yang dijalankan adalah
sistem kabinet parlementer.
2. Periode 1949 - 1950 berlaku Konstitusi RIS
Berdasarkan hasil Konfrensi Meja Bundar yang memutukan
didirikannya negara Republik Indonesia Serikat, negara
RIS dan Konstitusi RIS sebagai undang-undang dasarnya
mengindikasikan negara RI sebagai salah satu negara
bagian dan UUD 1945 sejak 27 Desember 1945 hanya
sebagai UUD negara bagian Repubik Indonesia. Konsitusi
RIS terdiri dari mukaddimah empat alinea, 6 Bab, 197 pasal
dan lampiran. Terbentuknya negara RIS merupakan politik
Belanda yang memecahkan persatuan bangsa sehingga
timbul pergolakan di berbagai daerah menuntut kembali
Kesatuan Repubik Indonesia. Satu persatu negara bagian
menggabungkan diri ke Negara Republik Indonesia.
22
Ketercapaian kata sepakat akhirnya diraih antara RIS dan
Negara Republik Indonesia dalam piagam persetujuan RIRIS untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang ditandatangani wakil kedua belah pihak.
3. Periode 1950-1959 berlaku UUD Sementara
15 Agustus 1950 melalui Undang-Undang Federal No.7
tahun 1950 pada pasal 1 ditetapkan perubahan Konstitusi
RIS menjadi UUD Sementara. UUDS 1950 terdiri dari
mukaddimah empat alinea, batang tubuh 6 Bab, 146 pasal.
4. Periode 1959-1999 berlaku UUD 1945
Dengan adanya pemilihan umum tahun 1955 maka
terbentuk Konsituante yang bertugas membuat Rancangan
UUD sebagai pengganti UUDS yang tidak berlaku lagi.
Setelah dua tahun bersidang Konstituante belum berhasil
membuatnya, Presiden Soekarno menyarankan kembali
kepada UUD 1945 namun pada musyawarahnya tidak
menemui kemufakatan. Dikarenakan terdapat pandangan
Konstituante ingin menambahkan sila pertama pancasila
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Kewajiban
manjalankan syariat Islam bagi pemeluknya sedangkan
negara kita bukanlah negara agama. Presiden memutuskan
untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang
beisi:
a. Menetapkan pembubaran konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
mulai tanggal penetapan Dektrit ini dan tidak berlaku
UUDS 1950.
c. Pembentukan
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
Sementara yang tediri atas anggota Dewan Perwakilan
23
Rakyat serta Dewan Pertimbangan Agung Sementara
akan diselengkarakan dengan waktu yang sesingkatnya.
5. Periode 1999 - sekarang berlaku UUD 1945 yang
diamandemen
Pemerintahan Orde Baru memberikan kekuasaan penuh
pada Presiden kepala negara dan kepala pemerintahan yang
menimbulkan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dikalangan
pejabat pemerintahan sedangkan nilai demokrasi bagi
rakyat
sangat
terbatas.
Untuk
melaksanakan
good
governance maka dipandang perlu untuk melaksanakan
amandemen terhadap UUD 1945.
e. Amandemen UUD 1945
1. Dasar Pemikiran dan Pengertian Amandemen UUD 1945
Sejak
bergantinya
pemerintahan
orde
baru
ke
reformasi, maka perubahan konstitusi dipandang sebagai
kebutuhan
yang
harus
dilakukan
dengan
berbagai
perimbangan: (1) UUD 1945 tidak lagi cukup mengatur dan
mengarahkan penyelenggaraan negara sesuai harapan; (2)
terbentuknya
good
governance;
dan
(3)
dukungan
penegakan demokrasi dan HAM. Hal lain yang menjadi
alasan antara lain:
a. UUD 1945 terlampau sedikit jumlah pasal dan ayatnya
sehingga belum mengatur berbagai hal mengenai
negara yang makin lama semakin kompleks;
b. UUD 1945 menganut paham Supermasi MPR yang
menyebabkan tidak ada system check and balances
antar cabang kekuasaan negara;
c. UUD 1945 memberikan kekuasaan yang besar kepada
presiden;
24
d. Beberapa muatan UUD 1945 mengandung multi tafsir
yang
membuka
peluang
penafsiran
bagi
pihak
penguasa;
e. UUD 1945 sangat percaya pelaksanaannya kepada
semangat penyelenggara negara.
Berkenaan dengan perubahan UUD, dianut tiga tradisi
yaitu pertama, kelompok negara yang kebiasaan mengubah
materi.
Kedua,
mengadakan
kelompok
pergantian
negara
naskah.
yang
kebiasaan
Ketiga,
perubahan
konstitusi melalui naskah yang terpisah dari teks aslinya.
Dengan demikian naskah asli tetap utuh, tapi kebutuhan
perubahan hukum dasar dapat terpenuhi melalui naskah
tersendiri yang dijadikan adendum tambahan naskah asli
tersebut.
Istilah Amandemen berasal dari bahasa Inggris yang
artinya perubahan atau mengubah. Dengan demikian
amandemen
UUD
mengandung
arti
menambah,
mengurangi, mengubah baik redaksi maupun isinya.
Menurut hasil kajian Tim Amandemen Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya ditemukan sisi kelemahan UUD :
a. Kekuasaan presiden sangat dominan;
b. Tidak adanya sistem check and balances yang tegas;
c. Beberapa pasal UUD 1945 bersifat multi interprestasi
yang tidak secara tegas menunjuk lembaga mana yang
berwenang menafsirkan pasal;
d. Penjabaran pasal UUD 1945 banyak diatur oleh
undang-undang tanpa arahan yang jelas;
e. Terdapat beberapa hal mendasar yang belum diatur
oleh UUD 1945 diantaranya: pengaturan lembaga
kepresidenan, pengaturan sistem ekonomi, pengaturan
25
sistem pemilu, pengaturan HAM, pengaturan wilayah
negara;
2. Amandemen UUD 1945
UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan.
Perubahan pertama pada Sidang Umum MPR tanggal 12-19
Oktober 1999. Perubahan kedua pada Sidang Tahunan
MPR tanggal 18 Agustus 2000. Perubahan ketiga dilakukan
pada Sidang Tahunan MPR tanggal 9 November 2001. Dan
perubahan keempat dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus
2002. Diantara hasil perubahan yang prinsipil dari UUD
1945 hasil amandemen antara lain:
a. Semua anggota MPR berasal dari hasil pemilu (tidak
ada yang diangkat);
b. Presiden dipilih langsung oleh rakyat;
c. Keberadaan DPA dihapus;
d. Munculnya lembaga yudikatif baru, yaitu Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial;
e. Masa jabatan presiden maksimal dua periode;
f. Ada pembatasan wewenang Presiden;
g. Dimasukkannya
pasal-pasal
tentang
Hak
Asasi
Manusia;
h. Pemerintah memprioritaskan anggaran pendidikan
minimal 20% dari APBN dan APBD.
3. Sistem Pemerintahan Negara
Berdasarkan isi batang tubuh UUD 1945, Sistem
Pemerintahan Indonesia dibangun atas prinsip-prinsip dasar
berikut :
a. Negara Indonesia adalah Negara Hukum (pasal 1 ayat
3)
Prinsip
ini
(termasuk
mengandung
didalamnya
makna
pemerintah
bahwa
dan
negara
lembaga-
26
lembaga yang lain) dalam menjalankan tindakan
apapun harus dilandasi oleh hukum dan harus
dipertanggungjawabkan secara hukum. Prinsip negara
hukum bukan hanya dalam arti formal saja, melainkan
juga dalam arti material yang berarti negara turut serta
dan
bertanggung
jawab
untuk
menciptakan
kesejahteraan rakyatnya.
b. Kedaulatan berada di tangan rakyat (pasal 1 ayat 2)
Prinsip ini mengandung makna bahwa kedaulatan
tertinggi berada ditangan rakyat. Hal ini dibuktikan
dengan dilibatkannya rakyat dalam pemilihan umum
seperti pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,
pemilihan kepala daerah, DPRD, DPRD Provinsi,
DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD. Namun demikian
dalam hal legislasi rakyat tidak secara langsung
dilibatkan melainkan cukup para wakilnya saja di DPR
dan DPRD.
c. Pemerintah Berdasar atas Sistem Konstitusi (Hukum
Dasar)
Prinsip
ini
mengandung
penyelenggaraan
sistem
arti
pemerintahan
konstitusional.
bahwa
selalu
Aparatur
dalam
berdasarkan
negara
dan
pemerintahan harus bersumber pada UUD 1945 dan
peraturan perundangan yang lain.
d. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah
menurut UU
Hal ini berarti bahwa meskipun presiden adalah
pemimpin
eksekutif,
namun
dalam
menjalankan
tugasnya tidak absolut, melainkan diatur oleh UUD
1945 dan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam
27
menjalankan tugasnya Presiden dibantu oleh Wakil
Presiden.
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Prinsip ini berarti bahwa sistem pemeritahan Indonesia
adalah sistem presidensial. Dimana presiden tidak
bertanggung jawab kepada DPR, melainkan kepada
MPR. Presiden tidak dapat diberhentikan oleh DPR,
begitu juga sebaliknya DPR tidak dapat diberhentikan
oleh Presiden. Hal ini karena keduanya merupakan
partner legislatif yaitu membuat undang-undang dan
APBN.
f. Menteri negara adalah Pembantu Presiden
Menteri negara tidak bertanggung jawab kepada MPR,
melainkan kepada presiden. Hal ini dapat dipahami
karena menteri diangkat oleh Presiden. Presiden juga
dapat memberhentikan para menteri apabila terdapat
alasan dan pertimbangan kuat untuk memberhentikan
menterinya.
4. Kelembagaan Negara
Berdasarkan UUD hasil amandemen, maka kelembagaan
negara mengalami perubahan baik dalam hal kedudukan,
tugas, wewenang, hubungan kerja dan cara kerja lembagalembaga
tersebut.
Adapun
lembaga-lembaga
negara
menurut UUD hasil amandemen adalah: MPR (terdiri atas
DPR dan DPD yang semua anggotanya dipilih rakyat
melalui pemilihan umum); Presiden dan Wakil Presiden
(dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum); Badan
Pemeriksa Keuangan; Mahkamah Agung; Mahkamah
Konstitusi; dan Komisi Yudiasial.
Lembaga-lembaga negara tersebut memiliki tugas dan
wewenangnya
masing-masing
sesuai
dengan
yang
28
ditetapkan UUD 1945. Dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya
lembaga-lembaga
negara
tersebut
dimungkinkan adanya hubungan kerja. Hal ini berarti
bahwa negara kita tidak menganut sistem pemisah
kekuasaan dalam arti material (separation of power),
melainkan menganut sistem pemisahan kekuasaan dalam
arti formal (division of power).
Pemisah
kekuasaan
dalam
arti
material
adalah
kekuasaan yang ada dalam negara terbagi atas kekuaaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Hal ini sering disebut
dengan
istilah
Trias
Polotica.
Sedangkan
pemisah
kekuasaan formal selain terdapat membagian kekuasaan
Trias politica juga masih terdapat kekuasaan inspektif
(pengawasan) yang dilakukan BPK. Disamping itu lembaga
negara yang ada juga lebih dari tiga, karena pada kekuasaan
legislatif ada DPR dan DPRD, pada kekuasaan yudikatif
ada Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi
Yudisial.
Adapun tugas dan wewenang masing-masing lembaga
negara secara garis besar adalah :
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
yang keduanya dipilih melalui pemilihan umum.
Anggota MPR berjmlah 678 yang terdiri dari anggota
DPR sebanyak 550 orang dan anggota DPD sebanyak
128 orang (yang berasal dari perwakilan tiap-tiap
provinsi). Tugas dan wewenang MPR adalah :
1. Mengubah dan menetapkan UUD negara RI.
2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden.
3. Memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden.
29
Disamping sebagai bagian dari MPR, DPR memiliki
tugas dan wewenang sendiri diantaranya :
1. Membentuk UU.
2. Melakukan pengawasan terhadap pemerintah.
3. Menentukan APBN.
Sementara itu DPD memiliki kewenangan :
1. Mengajukan
RUU
kepada
DPR
serta
ikut
membahas tentang otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan ekonomi daerah, perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah.
2. Memberikan pertimbangan kepada DPR tentang
RUU APBN, RUU Pajak, RUU pendidikan, RUU
Agama.
b. Presiden dan Wakil Presiden
Mulai periode 2004-2009, Presiden dan wakil presiden
dipilih secara langsung oleh rakyat, bukan oleh anggota
MPR.
Tugas
dan
wewenang
Presiden
dapat
dikategorikan kedalam dua hal :
1. Kekuasaan dan Kewenangan Presiden tanpa perlu
persetujuan DPR, meliputi :
a. Menjalankan kekuasaan pemerintahan (pasal 4
ayat 1);
b. Mengajukan RUU kepada DPR (pasal 5 ayat
1);
c. Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL,
dan AU (pasal 10);
d. Mengangkat dan memberhentikan menterimenteri (pasal 17); dll.
30
2. Kekuasaan dan wewenang Presiden yang harus
mendapat persetujuan DPR antara lain :
a. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain (pasal 11);
b. Mengangkat duta dan menerima duta negara
lain (pasal 13);
c. Memberikan abolisi dan amnesty (pasal 14);
dll.
c. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPK
bertugas
memeriksa,
mengelola,
dan
bertanggungjawab terhadap keuangan negara. Hasil
pemeriksaan BPK diserahkan ke DPR dan DPRD.
Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPR yang kemudian diresmikan oleh
Presiden.
d. Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi
Yudisial (Kekuasaan Kehakiman)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
menyelidiki untuk menyelenggarakan peradilan untuk
menegakkan
hukum
dan
keadilan.
Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan
Badan Pemeriksa yang meliputi: Lingkungan peradilan
Umum, Perdilan Agama, Peradilan Militer, dan
Peradilan Tata Usaha Negara.
1. Mahkamah Agung (MA) berwenang:(1) Mengadili
pada
tingkat
kasasi;(2)
Mengkaji
peraturan
Perundangan dibawah UU terhadap UU.
Ketua dan wakil MA dipilih dari dan oleh hakim
agung, sedangkan calon hakim agung diusulkan
Komisi Yudisial kepada DPR dan disetujui oleh
Presiden.
31
2. Mahkamah
Konstitusi
(MK)
berwenang:
(1)
Mengadili tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji UU
terhadap UUD; (2) Memutus sengketa kewenangan
Lembaga Negara; (3) Memutus pembubaran Partai
Politik; (4) Memutus perselisihan hasil pemilu; (5)
Memutus pendapat DPR tentang pelanggaran yang
dilakukan Presiden.
Anggota MK berjumlah 9 orang hakim konstitusi
yang diajukan oleh Presiden (3orang), oleh DPR (3
orang), dan oleh MA (3 orang).
3. Komisi Yudisial berwenang: (1) Mengusulkan
pengangkatan Hakim agung; (2) Menjaga dan
menegakkan kehormatan, martabat, serta perilaku
hakim.
Anggota
Komisi
Yudisial
diangkat
dan
diberhentikan Presiden atas persetujuan DPR.
f. Sosialisasi dan Pelaksanaan UUD 1945
Sebelum UUD 1945 diamandemen UUD 1945 terdiri atas
71 butir ketentuan. Sedangkan setelah perubahan UUD 1945
menjadi 199 butir ketentuan. Dari 199 butir ketentuan, naskah
UUD yang asli tidak mengalami perubahan hanya 25 butir
(12%), sedangkan selebihnya 174 butir (88%) merupakan
materi baru.
Dari segi kuantitatif sudah dapat disimpulkan bahwa
sesungguhnya UUD 1945 telah mengalami empat kali
perubahan, sudah berubah menjadi satu konstitusi yang baru.
Hanya namanya saja yang dipertahankan sebagai UUD Negara
RI tahun 1945, sedangkan isinya sudah berubah secara besarbesaran.
32
Untuk meningkatkan pemahaman warga negara terhadap
UD 1945 hasil amandemen perlu adanya sosialisasi yang terus
menerus baik melalui lembaga pendidikan, juga melalui media
massa (cetak dan elektronik), berbagai seminar dan diskusi.
UUD 1945 tidak hanya dihafal, melainkan harus dipahami
secara komprehenshif bagaimana makna sesungguhnya baik di
dalam pembukaan maupun pasal demi pasal dikaitkan dengan
undang-undang,
serta
bagaimana
prakteknya
dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
BAB III
KESIMPULAN
Negara merupakan suatu organisasi dari sekelompok manusia yang secara
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib serta menjamin keselamatan dan
kesejahteraan
sekelompok
manusia
tersebut.
Negara
merupakan
suatu
33
perserikatan yang memiliki aturan yang memaksa agar terciptanya ketertiban
sosial. Aturan tersebut berlaku bagi semua orang tanpa kecuali. Negara juga
bersifat monopoli agar terciptanya suatu tujuan negara.
Negara memiliki unsur konstitutif pembentuk negara yaitu rakyat, wilayah
dan pemerintah yang berdaulat. Pengakuan dari negara lain baik de facto maupun
de jure merupakan unsur deklaratif dari negara.
Bagi suatu negara modern, keberadaan konstitusi mutlak diperlukan.
Konstitusi bukan hanya untuk membatasi wewenang penguasa saja, melainkan
untuk menjamin hak-hak rakyat, mengatur jalannya pemerintahan, dan
merumuskan pelaksanaan pemerintahan yang berdaulat.
34
DAFTAR PUSTAKA
Wilodati, 2013, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, CV.
Maulana Media Gafika, Bandung
35
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pembimbing: 1. Drs. Encep Syarief Nurdin, M.Pd., M.Si
2. Sri Wahyuni Tanshzil
Disusun Oleh:
Dwi Azhari Yassinthya (1401358)
I Ketut Suliarta (1405370)
Juli Niara (1401284)
Nurul Afifah (1403631)
Pramita Hotmarito Sihombing (1403823)
Rahayu Ningtyastuti (1407104)
Rosa Andriasari (1405854)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Negara
dan Konstitusi untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Makalah ini bertujuan agar pembaca dapat memahami dan menganalisis
konsepsi Negara sebagai wadah bangsa Indonesia berikut isinya yaitu Konstitusi
(termasuk UUD 1945) sebagai Kebijakan Nasional tertinggi di negara Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami memohon kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya kami
dapat terus melakukan perbaikan atas kekurangan yang ada.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta digunakan dengan sebaikbaiknya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Bandung, Oktober 2014
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN .................................. Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang .................................. Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
A. Hakekat Negara.................................................................................. 2
a. Pengertian Negara ......................................................................... 2
b. Sifat-sifat Negara ........................................................................ 3
c. Unsur-unsur Pembentuk Negara ................................................... 3
d. Asal Mula Terjadinya Negara ....................................................... 8
e. Tujuan dan Fungsi Negara .......................................................... 10
B. Hakekat Konstitusi........................................................................... 13
a. Pengertian Konstitusi ................................................................... 13
b. Macam-macam Konstitusi ........................................................... 14
c. Hubungan Falsafah Negara dengan Konstitusi ............................ 15
d. Perbandingan Konstitusi Antarnegara1Error!
Bookmark
not
defined.
C. Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemen ............................... 19
a. Pengertian UUD 1945 .................................................................. 19
b. Sifat dan Kedudukan UUD 1945 ................................................. 19
c. Hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945 .......... 20
d. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 .............................................. 20
ii
e. Amandemen UUD 1945............................................................... 22
f. Sosialisasi dan Pelaksanaan UUD 1945 ....................................... 30
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara merupakan suatu perserikatan yang melaksanakan suatu
pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan
kekuasaan untuk memaksa demi ketertiban sosial.
Dalam kehidupan bernegara, konstitusi mutlak diperlukan.
Konstitusi bukan hanya untuk membatasi kekuasaan pemerintah
melainkan lebih dari itu, yaitu untuk mengatur dan menjadi landasan bagi
seluruh lembaga negara, masyarakat, pemerintah maupun seluruh warga
negara.
Apabila dilihat dari ideologi yang dianutnya, maka kesamaan
ideologi bagi negara-negara tidak otomatis memiliki konstitusi yang sama.
Konstitusi memuat hukum dasar tertulis dan tidak tertulis Di Indonesia,
UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Negara dan Konstitusi
akan di uraikan pada penjelasan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakekat, fungsi, dan tujuan negara?
2. Apa pengertian dan macam-macam konstitusi?
3. Bagaimana
hubungan
dasar
negara
dengan
konstitusi
dan
perbandingan konstitusi antar negara?
4. Apa pengertian UUD 1945 serta amandemen UUD 1945?
C. Tujuan
1. Memahami hakekat, fungsi dan tujuan negara.
2. Memahami pengertian dan macam-macam konstitusi, hubungan dasar
negara dengan Konstitusi, serta perbandingan konstitusi antar negara.
1
3. Memahami
UUD
1945
beserta
amandemen
UUD
1945.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Negara
a. Pengertian Negara
Secara etimologi, kata negara berasal dari kata staat
(Belanda dan Jerman); state (Inggris); etat (Perancis); status
atau statuum (Latin). Kata-kata tersebut berarti “meletakkan
keadaan dalam keadaan berdiri”; “menempatkan”; atau
“membuat berdiri”. Adapun pengertian negara menurut
beberapa ahli yaitu sebagai berikut:
1. George Jellinek
Negara adalah oganisasi kekuasaan dari sekelompok
manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.
2. R. Djokosoetono
Negara adalah organisasi manusia yang berada di bawah
suatu pemerintahan yang sama.
3. J.H.A Logemann
Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang
mempunyai tujuan melalui kekuasaannya untuk mengatur
serta menyelenggarakan sesuatu (berkaitan dengan fungsi
lembaga
kenegaraan,
atau
lapangan
kerja)
dalam
masyarakat.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian negara ialah suatu organisasi dari sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu
pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut. Negara
juga merupakan suatu perserikatan yang melaksanakan suatu
pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat
dengan kekuasaan untuk memaksa demi ketertiban sosial.
3
b. Sifat-Sifat Negara
1. Sifat Memaksa, artinya semua peraturan perundangan yang
berlaku diharapkan akan ditaati sehingga keamanan dan
ketertiban negara pun akan tercapai.
2. Sifat Monopoli, artinya negara berhak menentukan tujuan
bersama masyarakat, menentukan mana yang boleh dan
tidak boleh mana yang baik dan bertentangan dengan tujuan
negara dan masyarakat.
3. Sifat
Mencakup
Semua,
artinya
segala
peraturan
perundangan yang berlaku adalah untuk semua orang,
semua warga negara tanpa kecuali.
c. Unsur-Unsur Pembentuk Negara
Berdasarkan ovensi Montevideo (Uruguay) tahun 1933,
suatu negara harus memiliki empat unsur yaitu tiga unsur
konstitutif (unsur yang harus ada ketika negara berdiri) yang
terdiri atas penghuni (rakyat, penduduk, warga negara) atau
bangsa, wilayah, dan kekuasaan tertinggi (penguasa yang
beraulat). Disamping itu ada satu unsur deklaratif yaitu
pengakuan dari negara lain.
1. Rakyat
Rakyat suatu negara adalah semua orang yang secara nyata
berada dalam wilayah suatu negara yang tunduk dan patuh
terhadap peraturan dalam negara tersebut.
Secara sosiologis, rakyat adalah sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh rasa persamaan dan yang bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu. Sedangkan secara yuridis
rakyat merupakan warga negara dalam suatu negara yang
memiliki ikatan hukum dengan pemerintah. Rakyat suatu
negara dapat dibedakan atas :
- Penduduk, yaitu orang-orang yang berdomisili secara
tetap dalam wilayah suatu negara untuk jangka waktu yang
4
lama. Di Indonesia, penduduk yang memiliki status
kewarganegaraan
disebut
Warga
Negara
Indonesia.
Penduduk suatu negara dapat dibedakan antara warga
negara dan bukan warga negara. Warga negara adalah
orang-orang yang secara sah menurut hukum menjadi
anggota suatu negara, dengan status kewarganegaraan
warga negara asli atau warga negara keturunan asing.
Bukan warga negara adalah mereka yang berada di
Indonesia tetapi menurut hukum tidak diakui sebagai
anggota suatu negara. Mereka berstatus warga negara asing
(WNA).
- Bukan penduduk, yaitu mereka yang berada dalam
wilayah suatu negara tidak secara tetap, hanya untuk
sementara waktu saja. Status kewarganegaraan mereka
adalah warga negara asing.
2. Wilayah
Wilayah merupakan salah satu unsur mutlak bagi suatu
negara, wilayah juga merupakan landasan material atau
landasan fisik suatu negara.Wilayah suatu negara biasanya
terdiri atas wilayah daratan, wilah lautan, wilayah udara
dan wilayah eksterritorial.
a. Wilayah Daratan
Wilayah daratan
suatu negara biasanya ditentukan
batas-batasnya melalui perjanjian antar negara baik
berbentuk bilateral (dua negara) maupun multilateral
(lebih dari dua negara). Sebagai batas daratan biasanya
ditentukan ciri-ciri alamiah seperti gunung dan sungai,
atau mungkin dibuat batas buatan dalam bentuk tembok
pembatas.
b. Wilayah Lautan
5
Wilayah laut yang masuk kedalam wilayah negara
tertentu disebut laut teritorial. Berdasarkan hasil
Konvensi Hukum Laut III yang iadakan PBB pada
tanggal 10 Desember 1982 di jamaica ditetapkan
wilayah laut terdiri atas :
1. Laut Teritorial, yang lebarnya 12 mil laut diukur dari
garis-garis dasar yang menghubungkan pulau terluar
kepulauan suatu negara yang diukur pada saat air
surut.
2. Zona Bersebelahan, yaitu wilayah laut yang lebarnya
12 mil dari laut teritorial suatu negara.
3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu wilayah laut
suatu negara yang lebarnya 200 mil ke laut bebas.
4. Landas Kontinen, yaitu daratan di bawah permukaan
laut di laut teritorial dengan kedalaman 200 m atau
lebih.
5. Landas Benua, yaitu wilayah laut suatu negara yang
lebarnya lebih dari 200 mil laut.
c. Wilayah Udara
Dalam Konvensi Paris (1949) dinyatakan bahwa
negara-negara merdeka dan berdaulat berhak melakukan
eksplorasi
dan
misalnya
untuk
eksploitasi
di
kepentingan
wilayah
radio,
udaranya,
satelit,
dan
penerbangan. Di Indonesia, ketentuan tentang wilayah
udara diatur dalam UU No.20 tahun 1982. Berdasarkan
UU tersebut, maka batas wilayah kedaulatan dirgantara
yang termasuk Orbit Geostasioner adalah setinggi
35.761 km. Namun demikian klaim Indonesia atas
wilayah udara tersebut bertentangan dengan teori-teori
berikut :
6
1. Teori Keamanan, yang menyatakan bahwa suatu
negara
mempunyai
kedaulatan
atas
wilayah
udaranya sampai batas yang diperlukan untuk
menjaga keamana negara itu.
2. Teori Penguasaan Cooper, yang menyatakan bahwa
kedaulatan negara ditentukan oleh kemampuan
negara
yang
bersangkutan
untuk
menguasai/
mengawasi ruang udara yang ada diatas wilayahnya
secara fisik maupun ilmiah.
3. Teori Udara Schacter,yang menyatakan wilayah
udara harus sampai suatu ketinggian, dimana udara
masih cukup mampu mengangkat (mengapungkan)
balon udara dan pesawat udara.
d. Wilayah Eksterritorial
Wilayah eksterritorial adalah wilayah suatu negara
yang berada diluar wilayah negara itu. Dengan kata lain
wilayah negara tersebut berada di wilayah negara lain
atau diluar teritorial suatu negara. Contoh untuk ini
adalah kantor kedutaan besar suatu negara di negara lain
atau kapal asing yang berlayar di laut bebas dengan
berbendera suatu negara. Seorang duta besar memiliki
hak eksteritorial (selain hak kekebalan diplomatik, yaitu
hak kedaulatan atas bangunan, gedung, halaman
kedutaan besar sampai sebatas pagar, tak seorang pun
boleh memasuki halaman kedutaan besar tanpa izin dari
negara atau kedutaan besar yang bersangkutan.
3. Pemerintah yang Berdaulat
Kedulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu
negara yang berlaku terhadap seluruh wilayah dan segenap
rakyat negara itu. Pemerintah bisa dibedakan dalam arti
sempit dan luas. Pemerintah dalam arti sempit meliputi
7
seluruh alat perlengkapan negara yang melaksanakan fungsi
pemerintahan saja , yaitu ekslusif (presiden dan para
menteri) yang menjalankan tugas yang dibuat legislatif
(DPR). Sedangkan pemerintah dalam arti luas adalah
keseluruhan alat perlengkapan negara yang memegang
kekuasaan negara yang meliputi kekuasaan legislatif,
eksekutif, yudikatif dan kekuasaan lainnya.
Adapun pemerintah yang berdaulat mengandung makna :
a. Berdaulat ke dalam, artinya memiliki kewenangan
tertinggi dalam mengatur dan menjalankan organisasi
negara sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
b. Berdaulat ke luar, artinya pemerintah berkuasa penuh,
bebas, tidak terikat dan tidak tunduk pada kekuatan
lain. Pemerintah harus pula menghormati kedaulatan
negara lain dengan tidak mencampuri urusan dalam
negeri negara lain tersebut.
4. Pengakuan dari Negara Lain
Pengakuan negara yang satu terhadap negara yang lain
memungkinkan
hubungan
antara
negara-negara
itu.
Hubungan tersebut bisa berupa hubungan diplomatik,
dagang, kebudayaan dan lain-lain. Pengakuan bukanlah
faktor yang menuntukan ada atau tidaknya negara.
Pengakuan hanyalah menerangkan bahwa negara yang telah
ada itu diakui oleh negara yang mengakui. Pengakuan
tersebut bersifat deklaratif. Pengakuan dari negara lain
terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Pengakuan de facto, yakni yang berdasarkan kenyataan
yang ada atau fakta yang sungguh-sungguh nyata tentang
dirinya suatu negara. Pengakuan ini ada yang bersifat
tetap dan ada juga yang bersifat sementara.
8
b. Pengakuan de jure, yakni pengakuan berdasarkan
pernyataan
resmi
menurut
hukum
internasional.
Pengakuan ini juga ada yang bersifat tetap dimana
pengakuan dari itu untuk selamanya karena kenyataan
yang menunjukkan adanya pemerintahan yang stabil.
Disamping itu juga ada pengakuan de jure yang bersifat
penuh dimana terjadi hubungan antar negara yang
mengakui dan diakui dalam hubungan dagang dan
diplomatik.
Negara
yang
mengakui
berhak
menempatkan konsulat atau kedutaan di negara yang
diakui.
d. Asal Mula Terjadinya Negara
Tiap negara memiliki pengalaman berbeda dalam hal
terjadinya negara hingga diakui negara lain. Ada beberapa cara
untuk mengetahui asal mula terjadinya suatu negara, yaitu :
1. Secara faktual, yaitu cara mengetahui asal mula terjadinya
negara berdasarkan fakta nyata yang dapat diketahui
melalui sejarah lahirnya negara tersebut. Secara fakual apat
digolongkan lagi menjadi beberapa kejadian, yaitu :
a. Occupatie (pendudukan), yaitu suatu daerah yang
tadinya tidak bertuan kemudian diduduki oleh suku atau
kelompok tertentu. Contoh: Liberia diduduki budakbudak Negro dan dimerdekakan tahun 1947.
b. Cessie (penyerahan), yaitu suatu wilayah diserahkan
kepada negara lain berdasarkan perjanjian tertentu.
Contoh: wilayah Seeswijk diserahkan Amerika kepada
Prusia (Jerman) karena Austria kalah Perang Dunia I atas
dasar perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus
menyerahkan negara yang dikuasainya kepada negara
yang menang.
9
c. Accesic (penaikan), terjadinya karena terbentuknya
wilayah akibat penaikan lumpur sungai atau timbul dari
dasar laut. Contoh: Mesir yang terbentuk dari delta
sungai Nil.
d. Fusi
(peleburan),
yakni
beberapa
negara
yang
mengadakan peleburan yang membentuk negara baru.
Contoh: Jerman Barat dan Jerman Timur tahun 1990.
e. Proklamasi, yakni ketika penduduk pribumi dari suatu
wilayah negara yang diduduki bangsa lain mengadakan
perjuangan perlawanan
sehingga berhasil
merebut
wilayahnya dan menyatakan kemerdekaannya. Contoh:
Indonesia.
f. Innovation (pembentukan baru), yakni munculnya negara
baru diatas wilayah negara yang pecah dan lenyap karena
suatu hal. Contoh: lenyapnya Uni Soviet yang muncul
didalamnya negara baru seperti Chechnya, Rusia, dan
Uzbekistan.
g. Anexatic (pencaplokan/penguasaan), yakni suatu negara
berdiri diatas suatu wilayah yang dikuasai (dicaplok)
oleh
bangsa
terbentuknya
lain
tanpa
Israel
yang
reaksi
berarti.
terbentuk
Contoh:
dengan
cara
mencaplok daerah Palestian, Suriah, Yordania, dan
Mesir.
2. Secara Teoritis
Ada beberapa teori terbentuknya suatu negara, yaitu :
a. Teori Ketuhanan, yakni segala sesuatu terjadi didunia
atas kehendak tuhan, termasuk terjadinya negara. Tokohtokohnya : Agustinus, Kranenbreg, Thomas Aquinas.
b. Teori Kekuasaan, yakni negara terbentuk atas dasar
kekuasaan yang diciptakan orang yang paling kuat dan
10
berkuasa. Pendukung teori ini : H.J. Laski, Leon Duguit,
dan Karl Marx.
c. Teori Perjanjian Masyarakat (Konrak Sosial), yakni
negara terjadi karena adanya perjanjian masyarakat
untuk mendirikan negara dan memilih penguasa yang
akan memimpinnya. Tokohnya: Thomas Hobbers, John
Looke, Montesquieu, dan Rousseau.
d. Teori Hukum Alam, yakni terjadinya negara karena
hukum alam, yang bersifat universal dan tidak berubah.
3. Berdasarkan proses pertumbuhan
Berdasarkan cara ini, asal mula suatu negara dibedakan
melalui dua proses, yaitu :
a. Secara
primer,
(a)
Tumbuhnya
suku/persekutuan
masyarakat; (b) Munculnya kerajaan; (c) Negara
nasional; (d) Negara demokrasi.
b. Secara sekunder, dimana negara telah ada sebelumnya
namun karena ada revolusi, intervensi, dan penaklukan,
timbullah negara baru yang menggantikan negara yang
telah ada tersebut, seperti munculnya Chechnya dan
Uzbekistan setelah adanya revolusi di Uni Soviet.
e. Tujuan dan Fungsi Negara
1. Tujuan Negara
Ada beberapa teori tentang tujuan negara, yaitu:
a. Teori Kekuasaan
Menurut
Shang
Yang,
tujuan
negara
adalah
memperoleh kekuasaan yang sebesar-besarya dengan
cara menjadikan rakyatnya miskin, lemah, dan bodoh.
Sementara Maciavelli mengatakan bahwa tujuan negara
adalah kekuasaan yang digunakan untuk mencapai
kebesaran dan kehormatan negara. Untuk mencapai
11
tujuan tersebut seorang pemimpin dibenarkan bertindak
kejam dan licik.
b. Teori Perdamaian Dunia
Menurut Dante Allegieri, tujuan negara ialah untuk
menciptakan perdamaian dunia, yang dapat dicapai
apabila seluruh negara berada dalam satu kerajaan dunia
(imperium) dengan undang-undang yang seragam bagi
semua negara.
c. Teori Jaminan Hak dan Kebebasan
Immanuel Kant dan Kranenburg menganjurkan agar
hak dan kebebasan warga negara terjamin, di dalam
negara harus dibentuk peraturan atau undang-undang.
Keduanya
memiliki
perbedaan,
dimana
menurut
Immanuel Kant perlunya dibentuk negara hukum klasik
(negara
sebagai
penjaga
malam),
sedangkan
Kranenberg menghendaki dibentuknya negara hukum
modern (welfare state).
2. Fungsi Negara
Secara umum fungsi negara adalah melaksanakan
penertiban,
mengusahakan
kesejahteraan,
pertahanan,
menegakkan keadilan.
a. Menurut G.A Jacobsen dan M.H Lipman, ada tiga
fungsi negara yaitu:
1. Fungsi esensial, yaitu fungsi yang diperlukan demi
kelanjutan negara. Fungsi ini meliputi:
-
Memelihara
angkatan
mempertahankan
serangan
perang
dari
untuk
luar
dan
pergolakan dari dalam;
-
Memelihara
angkatan
kepolisian
untuk
memberantas kejahatan;
12
-
Memelihara
pengadilan
untuk
mengadili
pelanggaran hukum;
-
Mengadakan hubungan dengan luar negeri;
-
Mengadakan pemungutan pajak.
2. Fungsi jasa, yaitu aktivitas yang mungkin tidak akan
ada apabila tidak diselenggarakan oleh negara
seperti pemeliharaan fakir miskin, pembangunan
jalan, jembatan, dll.
3. Fungsi perniagaan. Fungsi iini dapat dilaksanakan
oleh
individu
dengan
tujuan
memperoleh
keuntungan, bisa juga dilaksanakan oleh negara
dengan pertimbangan bahwa modal swasta tidak
mencukupi.
Contoh
fungsi
jaminan
sosial,
pencegahan pengangguran, penyelenggaraan pos,
telepon, dll.
b. R.M Mac Iver dalam bukunya Modern State (1926) dan
The Web of Government (1947) berpendapat bahwa
fungsi negara adalah:
a. Memelihara ketertiban dalam batas-batas wilayah.
b. Konservasi (penyelamatan) dan perkembangan.
Contohnya adalah pemeliharaan hutan, danau, hasil
pertanian, dll.
c. Van Vollenhoven
Ada empat fungsi yang dikenal dengan catur praja,
yaitu:
a. Menyelenggarakan pemerintahan (bestuur).
b. Fungsi mengadili (rechtsprak).
c. Fungsi membuat peraturan (regeling).
d. Fungsi ketertiban dan keamanan (politie).
d. John Locke
Menurut John fungsi negara dibagi menjadi tiga, yaitu:
13
a. Fungsi legislative (membuat undang-undang).
b. Fungsi
eksekutif
(membuat
peraturan
dan
mengadili).
c. Fungsi federative (mengurus urusan luar negeri,
perang dan damai).
e. Montesquieu
Montesquieu membagi fungsi negara menjadi tiga,
yaitu:
a. Fungsi legislative (membuat undang-undang);
b. Fungsi eksekutif (melaksanakan undang-undang);
c. Fungsi yudikatif (mengawasi dan mengadili agar
setiap peraturan ditaati).
B. Hakekat Konstitusi
a. Pengertian Konstitusi
Istilah konstitusi secara etimologis berasal dari constitution
(Inggris);
constitutie
(Belanda);
konstitution
(Jerman);
constitutio (Latin); yang berarti undang-undang dasar atau
hukum dasar.
Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua
arti, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam arti luas, konstitusi berarti keseluruhan dari
ketentuan-ketentuan
dasar
atau
hukum
dasar
(droit
constitunelle).
2. Dalam pengertian sempit, konstitusi berarti piagam dasar
atau undang-undang dasar (loi constitunelle), yaitu suatu
dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar
negara.
Pengertian konstitusi menurut beberapa ahli:
1. L.J Van Apeldorn mengatakan bahwa konstitusi dan UUD
itu berbeda. UUD hanyalah bagian tertulis dari konstitusi,
14
sedangkan konstitusi memuat baik hukum dasar yang
tertulis maupun tidak tertulis.
2. Menurut
Herman
Heller,
konstitusi
mencakup
tiga
pengertian, yakni: (1) Die politische verfassung als
geselchaffliche
wirklichkeit,
artinya
konstitusi
yang
mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan; (2) Die verselbstandigte rechtverfassung,
mencari unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup
dalam masyarakat untuk dijadikan kaidah hukum; (3) Die
geschriebene verfassung, yakni menuliskan konstitusi
dalam suatu naskah sebagai peraturan perundangan yang
paling tinggi derajatnya yang berlaku dalam suatu negara.
3. Menurut K.C Wheare dalam Modern Constituion, secara
garis besar konstitusi di bagi dua yaitu: (1) Konstitusi yang
semata-mata berbicara sebagai naskah hukum, suatu
ketentuan yang mengatur “the rule of the constitution”; (2)
Konstitusi yang bukan hanya mengatur ketentuan-ketentuan
hukum, tetapi juga mencantumkan ideologi, aspirasi, dan
cita-cita politik, “the statement of idea”, pengakuan
kepercayaan, suatu beloofscelijdenis dari bangsa yang
menciptakannya.
Konstitusi jenis yang kedua umumnya menggambarkan filsafat
negara yang akan dibentuk. Biasanya cita-cita politik
dicantumkan dalam pembukaan konstitusi.
b. Macam-macam Konstitusi
Macam-macam konstitusi Menurut CF. Strong konstitusi terdiri
dari:
1. Konstitusi tertulis (documentary constiutution / writen
constitution) adalah aturan – aturan pokok dasar negara
bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan
15
dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa
didalam persekutuan hukum Negara / UUD.
2. Konstitusi tidak tertulis / konvensi (nondocumentary
constitution) adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang
sering timbul. Konstitusi tidak tertulis antara lain
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Merupakan
kebiasaan
yang
terus
berulang
dan
terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara.
b. Tidak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar.
c. Diterima oleh seluruh rakyat.
d. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan
sebagai aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam
UUD.
Menurut K.C Wheare:
a. Konstitusi fleksibel (luwes) adalah konstitusi yang dapat
diubah melalui proses yang sama dengan undang-undang.
Artinya perubahan itu dilakukan melalui cara yang tidak
sulit seperti melalui pemungutan suara terbanyak mutlak.
Konstitusi yang luwes memiliki argumentasi yang cukup
kuat: “Bahwa untuk dapat bertahan lama, konstitusi itu
tidak boleh berlaku keras, kaku, dam rigid”.
b. Konstitusi rigid (tegas/kaku), adalah konstitusi yang
perubahannya dilakukan melalui cara-cara atau proses
khusus. Argumentasi kelompok ini adalah “Bahwa sudah
seharusnya konstitusi itu tegas, keras, dan tahan untuk
selama-lamanyaatau setidaknya untuk kurun waktu yang
cukup lama”.
c. Hubungan Falsafah Negara dengan Konstitusi
1. Dasar Filsafat Konstitusi
16
Isi konstitusi setiap negara berbeda-beda, baik
dalam hal materi dan semangatnya maupun daya jangkau
(wilayah berlakunya) serta sistematikanya. Namun bagian
awal kostitusi biasanya dikemukakan dasar filsafatnya
sebuah negara. Hal ini dapat merupakan konsideran bagi
pembentukan konstitusi itu. Ada kalanya dasar negara juga
dikeluarkan dalam bentuk deklarasi (pernyataan) tersendiri
yang mendahului konstitusi itu. Disamping itu dasar negara
juga dapat secara implisit terdapat dalam pembukaan atau
mukaddimah konstitusi.
Pancasila dan UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan, dimana Pancasila sebagai das sollen
menjiwai UUD 1945 sebagai das sein-nya. Begitu pula
hubungan
antara pembukaan dan batang tubuhnya,
keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan
karena UUD 1945 yang terdiri atas rangkaian pasal-pasal
merupakan penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukannya.
a. Isi Konstitusi
Tiap negara memiliki isi konstitusi yang berbeda-beda
baik materi, semangat, maupun
daya jangkau serta
sistematikanya. Konstitusi juga ada kalanya dikeluarkan
dalam bentuk deklarasi tersendiri yang mendahului
konstitusi
tersebut.
Atau dapat
pula merupakan
kesimpulan dalam suatu mukaddimah atau pembukaan
konstitusi. Misalnya adalah Konstitusi Amerika serikat
tahun
1787
didahului
oleh
“Declarationof
Independence”
b. Diktum Konstitusi
Diktum konstitusi yang terpenting adalah bagaimana
perimbangan kedudukan antara yang memerintah
17
dengan
yang
diperintah;
bagaimana
pembagian
kekuasaan antara berbagai lembaga negara, bagaimana
peran dan pengaruhnya bagi stabilitas dan dinamika
bagi pemerintahan dan bagi tata kepentingan umum;
bagaimana tujuan negara itu dilaksanakan oleh berbagai
lembaga negara; bagaimana jaminan hak-hak asasi
manusia,
kebebasan-kebebasan
dasar,
serta
kelangsungan dan perkembangan hidup bangsa; dan
bagaimana
perencanaan,
partisipasi
rakyat
pelaksanaan,
dalam
system
pengawasan,
dan
pertanggungjawaban pemerintahan.
c. Cara mengubah Konstitusi
Menurut Miriam Budiardjo, ada empat macam prosedur
dalam perubahan konstitusi yaitu: (1) Sidang badan
legislative dengan ditambah beberapa syarat; (2)
Referendum, yakni permintaan pendapat rakyat tentang
perlunya perubahan atau tidak terhadap konstitusi; (3)
Melalui negara-negara bagian dalam federal; dan (4)
Melalui musyawarah khusus (special convention).
Di Indonesia, prosedur perubahan konstitusi diatur
dalam pasal 37 UUD 1945 dan peraturan lainnya seperti
Ketetpan MPR No.I/MPR/1983. Menurut pasa 37 UUD
1945 (sebelum amandemen) disebutkan bahwa:
1. untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3
daripada jumlah anggota MPR harus hadir; dan
2. putusan diambil dengan persetujuan sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.
Sedangkan menurut Tap MPR No.I/MPR/1983 dan UU
No.5/1985 tentang Referendum, prosedur perubahan
UUD 1945 sebagai berikut:
18
1. usul
perubahan
itu
diajukan
oleh
sekurang-
kurangnya tiga fraksi secara utuh disertai tanda
tangan peserta sidang;
2. diadakan referendum; dan
3. hasil
referendum
sekurang-kurangnya
91%
menyetujui perubahan UUD 1945.
d. Perbandingan Konstitusi Antarnegara
Jika dibandingkan dengan konstitusi negara lain, maka akan
terlihat perbedaan dan persamaan dengan kandungan UUD
1945 sebagai konstitusi negara RI. Berikut ini adalah
perbandingan UUD 1945 dengan kostitusi negara liberal dan
sosialis komunis.
1. Salah satu Konstitusi RI, UUD 1945
a. Kepala negara adalah seorang Presiden (Pasal 6).
b. Menggunakan sistem pemerintah presidensial (pasal 4
dan 17).
c. Menerapkan sistem perbandingan kekuasaan.
d. Kekuasaan eksekutif dipegang seorang presiden,
dibantu wakil presiden dan para menteri (pasal 17).
e. Kekuasaan legislatif dipegang oleh DPR bersama-sama
dengan presiden (pasal 5:1 dan 20).
f. Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi (pasal 24).
2. Konstitusi Negara Liberal (Konstitusi Amerika Serikat)
a. Kepala negara adalah seorang presiden (article II
section I).
b. Menggunakan sistem pemerintahan presidensial (article
II).
c. Menerapkan sistem pemisah kekuasaan.
d. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh seorang presiden
untuk masa jabatan 4 tahun (article II section I).
19
e. Kekuasaan legislatif dipegang oleh Kongres, House Of
Resfresentatives dan senat (article I section I).
f. Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah agung
(article III).
g. Telah diamandemen 24 kali, terakhir tahun 1964.
3. Konstitusi Negara Sosialis Komunis (Konstitusi Stalin)
Salah satu negara sosialis komunis adalah Uni Soviet yang
telah bubar tahun 1991, dengan ciri pemerintahan sebagai
berikut :
a. Paham yang dianut adalah Marxisme Leninisme dalam
bentuk pemerintahan Republik Sosialis (chapter I
article I).
b. Lembaga negara yang menyelenggarakan pemerintahan
(chapter III at 30).
c. Menteri bertanggung jawab kepada Presidium Soviet
Tertinggi.
d. Hanya terdapat satu partai poitik.
C. Undang-undang Dasar 1945 dan Amandemen
a. Pengertian UUD 1945
Undang-undang Dasar adalah naskah yang memaparkan
rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan
suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan
tersebut (E.C.S Wade dalam buku Constitusional Law).
Sementara itu menurut Astim Riyanto, UUD 1945 mencakup
penaturan sistem pemerintahan negara, hubungan negara
dengan warga negara dan penduduknya, serta berisi konsepsi
negara dalam berbagai bidang kehidupan ke arah mencapai
cita-cita nasional Indonesia.
Undang-undang 1945 mencakup keseluruhan naskah yang
terdiri atas : (1) Pembukaan (4 alinea); (2) Batang Tubuh UUD
(berisi 16 bab, 37 pasal, ditambah 4 pasal aturan peralihan dan
20
2 ayat tambahan); dan (3) Penjelasan UUD 1945. Setelah UUD
1945 mengalami beberapa kali amandemen, maka penjelasan
UUD 1945 tidak lagi diakui sebagai bagian dari UUD 1945.
b. Sifat dan Kedudukan UUD 1945
Apabila dilihat dari cara pengubahannya, UUD 1945
bersifat fleksibel yaitu kemampuan mengikuti perkembangan
zaman. Namun setelah adanya perubahan berdasarkan Tap
MPR No.1/MPR/1983 Jo Tap MPR No. IV/MPR/1983 dan UU
No. 5 tahun 1985, maka UUD tidak bersifat fleksibel karena
untuk mengubah harus melalui prosedur yang sulit.
Sebagai hukum dasar, UUD merupakan sumber hukum dan
merupakan hukum yang menempati kedudukan tertinggi. Oleh
karena itu, seluruh peraturan dibawahnya harus berdasarkan
UUD 1945.
c. Hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 dirumuskan secara padat dan
khidmat dalam 4 alinea mengandung makna yang sangat dalam
dan mengandung nilai universal dan lestari. Universal berarti
dijunjung tinggi oleh bangsa beradab diseluruh muka bumi dan
lestari berarti mampu menampung dinamika masyarakat dan
tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara.
Dalam pembukaan terdapat 4 pokok pikiran yang
dijabarkan lebih lanjut dalam batang tubuh UUD 1945. Dengan
demikian pembukaan dan batang tubuh adalah satu kesatuan
yang tidak dapat terpisahkan. Namun antara keduanya
mempunyai kedudukan hukum yang berbeda, karena batang
tubuh dapat diubah MPR melalui aturan pasal 37 sedangkan
pembukaan tidak dapat diubah oleh siapapun termask MPR
hasil pemilu.
d. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945
21
Sejak disahkan UUD 1945 pertama kali tanggal 18 Agustus
1945,
pelaksanaannya
dalam
berbangsa
dan
bernegara
mengalami dinamika sebagai berikut :
1. Periode1945 – 1949 berlaku UUD 1945
Tanggal
18
Agustus
1945
merupakan
awal
masa
berlakunya UUD 1945 yang merupakan tata hukum yang
bersumber dari proklamasi kemerdekaan Indonesia dan
berakhirnya tata hukum kolonial. Pada periode 1945-1949
ini UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik karena
bangsa kita masih baru berdiri dan baru mengalami
kemerdekaan
pertahanan
konstitusional
sehingga
dan
negara
keamanan
yang
terjadi
lebih
memperhatikan
bangsa.
Penyimpangan
diantaranya:
Pertama,
berubahnya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dari
pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan
legislatif. Kedua, sistem kabinet yang dijalankan adalah
sistem kabinet parlementer.
2. Periode 1949 - 1950 berlaku Konstitusi RIS
Berdasarkan hasil Konfrensi Meja Bundar yang memutukan
didirikannya negara Republik Indonesia Serikat, negara
RIS dan Konstitusi RIS sebagai undang-undang dasarnya
mengindikasikan negara RI sebagai salah satu negara
bagian dan UUD 1945 sejak 27 Desember 1945 hanya
sebagai UUD negara bagian Repubik Indonesia. Konsitusi
RIS terdiri dari mukaddimah empat alinea, 6 Bab, 197 pasal
dan lampiran. Terbentuknya negara RIS merupakan politik
Belanda yang memecahkan persatuan bangsa sehingga
timbul pergolakan di berbagai daerah menuntut kembali
Kesatuan Repubik Indonesia. Satu persatu negara bagian
menggabungkan diri ke Negara Republik Indonesia.
22
Ketercapaian kata sepakat akhirnya diraih antara RIS dan
Negara Republik Indonesia dalam piagam persetujuan RIRIS untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang ditandatangani wakil kedua belah pihak.
3. Periode 1950-1959 berlaku UUD Sementara
15 Agustus 1950 melalui Undang-Undang Federal No.7
tahun 1950 pada pasal 1 ditetapkan perubahan Konstitusi
RIS menjadi UUD Sementara. UUDS 1950 terdiri dari
mukaddimah empat alinea, batang tubuh 6 Bab, 146 pasal.
4. Periode 1959-1999 berlaku UUD 1945
Dengan adanya pemilihan umum tahun 1955 maka
terbentuk Konsituante yang bertugas membuat Rancangan
UUD sebagai pengganti UUDS yang tidak berlaku lagi.
Setelah dua tahun bersidang Konstituante belum berhasil
membuatnya, Presiden Soekarno menyarankan kembali
kepada UUD 1945 namun pada musyawarahnya tidak
menemui kemufakatan. Dikarenakan terdapat pandangan
Konstituante ingin menambahkan sila pertama pancasila
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Kewajiban
manjalankan syariat Islam bagi pemeluknya sedangkan
negara kita bukanlah negara agama. Presiden memutuskan
untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang
beisi:
a. Menetapkan pembubaran konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
mulai tanggal penetapan Dektrit ini dan tidak berlaku
UUDS 1950.
c. Pembentukan
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
Sementara yang tediri atas anggota Dewan Perwakilan
23
Rakyat serta Dewan Pertimbangan Agung Sementara
akan diselengkarakan dengan waktu yang sesingkatnya.
5. Periode 1999 - sekarang berlaku UUD 1945 yang
diamandemen
Pemerintahan Orde Baru memberikan kekuasaan penuh
pada Presiden kepala negara dan kepala pemerintahan yang
menimbulkan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dikalangan
pejabat pemerintahan sedangkan nilai demokrasi bagi
rakyat
sangat
terbatas.
Untuk
melaksanakan
good
governance maka dipandang perlu untuk melaksanakan
amandemen terhadap UUD 1945.
e. Amandemen UUD 1945
1. Dasar Pemikiran dan Pengertian Amandemen UUD 1945
Sejak
bergantinya
pemerintahan
orde
baru
ke
reformasi, maka perubahan konstitusi dipandang sebagai
kebutuhan
yang
harus
dilakukan
dengan
berbagai
perimbangan: (1) UUD 1945 tidak lagi cukup mengatur dan
mengarahkan penyelenggaraan negara sesuai harapan; (2)
terbentuknya
good
governance;
dan
(3)
dukungan
penegakan demokrasi dan HAM. Hal lain yang menjadi
alasan antara lain:
a. UUD 1945 terlampau sedikit jumlah pasal dan ayatnya
sehingga belum mengatur berbagai hal mengenai
negara yang makin lama semakin kompleks;
b. UUD 1945 menganut paham Supermasi MPR yang
menyebabkan tidak ada system check and balances
antar cabang kekuasaan negara;
c. UUD 1945 memberikan kekuasaan yang besar kepada
presiden;
24
d. Beberapa muatan UUD 1945 mengandung multi tafsir
yang
membuka
peluang
penafsiran
bagi
pihak
penguasa;
e. UUD 1945 sangat percaya pelaksanaannya kepada
semangat penyelenggara negara.
Berkenaan dengan perubahan UUD, dianut tiga tradisi
yaitu pertama, kelompok negara yang kebiasaan mengubah
materi.
Kedua,
mengadakan
kelompok
pergantian
negara
naskah.
yang
kebiasaan
Ketiga,
perubahan
konstitusi melalui naskah yang terpisah dari teks aslinya.
Dengan demikian naskah asli tetap utuh, tapi kebutuhan
perubahan hukum dasar dapat terpenuhi melalui naskah
tersendiri yang dijadikan adendum tambahan naskah asli
tersebut.
Istilah Amandemen berasal dari bahasa Inggris yang
artinya perubahan atau mengubah. Dengan demikian
amandemen
UUD
mengandung
arti
menambah,
mengurangi, mengubah baik redaksi maupun isinya.
Menurut hasil kajian Tim Amandemen Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya ditemukan sisi kelemahan UUD :
a. Kekuasaan presiden sangat dominan;
b. Tidak adanya sistem check and balances yang tegas;
c. Beberapa pasal UUD 1945 bersifat multi interprestasi
yang tidak secara tegas menunjuk lembaga mana yang
berwenang menafsirkan pasal;
d. Penjabaran pasal UUD 1945 banyak diatur oleh
undang-undang tanpa arahan yang jelas;
e. Terdapat beberapa hal mendasar yang belum diatur
oleh UUD 1945 diantaranya: pengaturan lembaga
kepresidenan, pengaturan sistem ekonomi, pengaturan
25
sistem pemilu, pengaturan HAM, pengaturan wilayah
negara;
2. Amandemen UUD 1945
UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan.
Perubahan pertama pada Sidang Umum MPR tanggal 12-19
Oktober 1999. Perubahan kedua pada Sidang Tahunan
MPR tanggal 18 Agustus 2000. Perubahan ketiga dilakukan
pada Sidang Tahunan MPR tanggal 9 November 2001. Dan
perubahan keempat dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus
2002. Diantara hasil perubahan yang prinsipil dari UUD
1945 hasil amandemen antara lain:
a. Semua anggota MPR berasal dari hasil pemilu (tidak
ada yang diangkat);
b. Presiden dipilih langsung oleh rakyat;
c. Keberadaan DPA dihapus;
d. Munculnya lembaga yudikatif baru, yaitu Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial;
e. Masa jabatan presiden maksimal dua periode;
f. Ada pembatasan wewenang Presiden;
g. Dimasukkannya
pasal-pasal
tentang
Hak
Asasi
Manusia;
h. Pemerintah memprioritaskan anggaran pendidikan
minimal 20% dari APBN dan APBD.
3. Sistem Pemerintahan Negara
Berdasarkan isi batang tubuh UUD 1945, Sistem
Pemerintahan Indonesia dibangun atas prinsip-prinsip dasar
berikut :
a. Negara Indonesia adalah Negara Hukum (pasal 1 ayat
3)
Prinsip
ini
(termasuk
mengandung
didalamnya
makna
pemerintah
bahwa
dan
negara
lembaga-
26
lembaga yang lain) dalam menjalankan tindakan
apapun harus dilandasi oleh hukum dan harus
dipertanggungjawabkan secara hukum. Prinsip negara
hukum bukan hanya dalam arti formal saja, melainkan
juga dalam arti material yang berarti negara turut serta
dan
bertanggung
jawab
untuk
menciptakan
kesejahteraan rakyatnya.
b. Kedaulatan berada di tangan rakyat (pasal 1 ayat 2)
Prinsip ini mengandung makna bahwa kedaulatan
tertinggi berada ditangan rakyat. Hal ini dibuktikan
dengan dilibatkannya rakyat dalam pemilihan umum
seperti pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,
pemilihan kepala daerah, DPRD, DPRD Provinsi,
DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD. Namun demikian
dalam hal legislasi rakyat tidak secara langsung
dilibatkan melainkan cukup para wakilnya saja di DPR
dan DPRD.
c. Pemerintah Berdasar atas Sistem Konstitusi (Hukum
Dasar)
Prinsip
ini
mengandung
penyelenggaraan
sistem
arti
pemerintahan
konstitusional.
bahwa
selalu
Aparatur
dalam
berdasarkan
negara
dan
pemerintahan harus bersumber pada UUD 1945 dan
peraturan perundangan yang lain.
d. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah
menurut UU
Hal ini berarti bahwa meskipun presiden adalah
pemimpin
eksekutif,
namun
dalam
menjalankan
tugasnya tidak absolut, melainkan diatur oleh UUD
1945 dan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam
27
menjalankan tugasnya Presiden dibantu oleh Wakil
Presiden.
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Prinsip ini berarti bahwa sistem pemeritahan Indonesia
adalah sistem presidensial. Dimana presiden tidak
bertanggung jawab kepada DPR, melainkan kepada
MPR. Presiden tidak dapat diberhentikan oleh DPR,
begitu juga sebaliknya DPR tidak dapat diberhentikan
oleh Presiden. Hal ini karena keduanya merupakan
partner legislatif yaitu membuat undang-undang dan
APBN.
f. Menteri negara adalah Pembantu Presiden
Menteri negara tidak bertanggung jawab kepada MPR,
melainkan kepada presiden. Hal ini dapat dipahami
karena menteri diangkat oleh Presiden. Presiden juga
dapat memberhentikan para menteri apabila terdapat
alasan dan pertimbangan kuat untuk memberhentikan
menterinya.
4. Kelembagaan Negara
Berdasarkan UUD hasil amandemen, maka kelembagaan
negara mengalami perubahan baik dalam hal kedudukan,
tugas, wewenang, hubungan kerja dan cara kerja lembagalembaga
tersebut.
Adapun
lembaga-lembaga
negara
menurut UUD hasil amandemen adalah: MPR (terdiri atas
DPR dan DPD yang semua anggotanya dipilih rakyat
melalui pemilihan umum); Presiden dan Wakil Presiden
(dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum); Badan
Pemeriksa Keuangan; Mahkamah Agung; Mahkamah
Konstitusi; dan Komisi Yudiasial.
Lembaga-lembaga negara tersebut memiliki tugas dan
wewenangnya
masing-masing
sesuai
dengan
yang
28
ditetapkan UUD 1945. Dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya
lembaga-lembaga
negara
tersebut
dimungkinkan adanya hubungan kerja. Hal ini berarti
bahwa negara kita tidak menganut sistem pemisah
kekuasaan dalam arti material (separation of power),
melainkan menganut sistem pemisahan kekuasaan dalam
arti formal (division of power).
Pemisah
kekuasaan
dalam
arti
material
adalah
kekuasaan yang ada dalam negara terbagi atas kekuaaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Hal ini sering disebut
dengan
istilah
Trias
Polotica.
Sedangkan
pemisah
kekuasaan formal selain terdapat membagian kekuasaan
Trias politica juga masih terdapat kekuasaan inspektif
(pengawasan) yang dilakukan BPK. Disamping itu lembaga
negara yang ada juga lebih dari tiga, karena pada kekuasaan
legislatif ada DPR dan DPRD, pada kekuasaan yudikatif
ada Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi
Yudisial.
Adapun tugas dan wewenang masing-masing lembaga
negara secara garis besar adalah :
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
yang keduanya dipilih melalui pemilihan umum.
Anggota MPR berjmlah 678 yang terdiri dari anggota
DPR sebanyak 550 orang dan anggota DPD sebanyak
128 orang (yang berasal dari perwakilan tiap-tiap
provinsi). Tugas dan wewenang MPR adalah :
1. Mengubah dan menetapkan UUD negara RI.
2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden.
3. Memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden.
29
Disamping sebagai bagian dari MPR, DPR memiliki
tugas dan wewenang sendiri diantaranya :
1. Membentuk UU.
2. Melakukan pengawasan terhadap pemerintah.
3. Menentukan APBN.
Sementara itu DPD memiliki kewenangan :
1. Mengajukan
RUU
kepada
DPR
serta
ikut
membahas tentang otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan ekonomi daerah, perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah.
2. Memberikan pertimbangan kepada DPR tentang
RUU APBN, RUU Pajak, RUU pendidikan, RUU
Agama.
b. Presiden dan Wakil Presiden
Mulai periode 2004-2009, Presiden dan wakil presiden
dipilih secara langsung oleh rakyat, bukan oleh anggota
MPR.
Tugas
dan
wewenang
Presiden
dapat
dikategorikan kedalam dua hal :
1. Kekuasaan dan Kewenangan Presiden tanpa perlu
persetujuan DPR, meliputi :
a. Menjalankan kekuasaan pemerintahan (pasal 4
ayat 1);
b. Mengajukan RUU kepada DPR (pasal 5 ayat
1);
c. Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL,
dan AU (pasal 10);
d. Mengangkat dan memberhentikan menterimenteri (pasal 17); dll.
30
2. Kekuasaan dan wewenang Presiden yang harus
mendapat persetujuan DPR antara lain :
a. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain (pasal 11);
b. Mengangkat duta dan menerima duta negara
lain (pasal 13);
c. Memberikan abolisi dan amnesty (pasal 14);
dll.
c. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPK
bertugas
memeriksa,
mengelola,
dan
bertanggungjawab terhadap keuangan negara. Hasil
pemeriksaan BPK diserahkan ke DPR dan DPRD.
Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPR yang kemudian diresmikan oleh
Presiden.
d. Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi
Yudisial (Kekuasaan Kehakiman)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
menyelidiki untuk menyelenggarakan peradilan untuk
menegakkan
hukum
dan
keadilan.
Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan
Badan Pemeriksa yang meliputi: Lingkungan peradilan
Umum, Perdilan Agama, Peradilan Militer, dan
Peradilan Tata Usaha Negara.
1. Mahkamah Agung (MA) berwenang:(1) Mengadili
pada
tingkat
kasasi;(2)
Mengkaji
peraturan
Perundangan dibawah UU terhadap UU.
Ketua dan wakil MA dipilih dari dan oleh hakim
agung, sedangkan calon hakim agung diusulkan
Komisi Yudisial kepada DPR dan disetujui oleh
Presiden.
31
2. Mahkamah
Konstitusi
(MK)
berwenang:
(1)
Mengadili tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji UU
terhadap UUD; (2) Memutus sengketa kewenangan
Lembaga Negara; (3) Memutus pembubaran Partai
Politik; (4) Memutus perselisihan hasil pemilu; (5)
Memutus pendapat DPR tentang pelanggaran yang
dilakukan Presiden.
Anggota MK berjumlah 9 orang hakim konstitusi
yang diajukan oleh Presiden (3orang), oleh DPR (3
orang), dan oleh MA (3 orang).
3. Komisi Yudisial berwenang: (1) Mengusulkan
pengangkatan Hakim agung; (2) Menjaga dan
menegakkan kehormatan, martabat, serta perilaku
hakim.
Anggota
Komisi
Yudisial
diangkat
dan
diberhentikan Presiden atas persetujuan DPR.
f. Sosialisasi dan Pelaksanaan UUD 1945
Sebelum UUD 1945 diamandemen UUD 1945 terdiri atas
71 butir ketentuan. Sedangkan setelah perubahan UUD 1945
menjadi 199 butir ketentuan. Dari 199 butir ketentuan, naskah
UUD yang asli tidak mengalami perubahan hanya 25 butir
(12%), sedangkan selebihnya 174 butir (88%) merupakan
materi baru.
Dari segi kuantitatif sudah dapat disimpulkan bahwa
sesungguhnya UUD 1945 telah mengalami empat kali
perubahan, sudah berubah menjadi satu konstitusi yang baru.
Hanya namanya saja yang dipertahankan sebagai UUD Negara
RI tahun 1945, sedangkan isinya sudah berubah secara besarbesaran.
32
Untuk meningkatkan pemahaman warga negara terhadap
UD 1945 hasil amandemen perlu adanya sosialisasi yang terus
menerus baik melalui lembaga pendidikan, juga melalui media
massa (cetak dan elektronik), berbagai seminar dan diskusi.
UUD 1945 tidak hanya dihafal, melainkan harus dipahami
secara komprehenshif bagaimana makna sesungguhnya baik di
dalam pembukaan maupun pasal demi pasal dikaitkan dengan
undang-undang,
serta
bagaimana
prakteknya
dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
BAB III
KESIMPULAN
Negara merupakan suatu organisasi dari sekelompok manusia yang secara
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib serta menjamin keselamatan dan
kesejahteraan
sekelompok
manusia
tersebut.
Negara
merupakan
suatu
33
perserikatan yang memiliki aturan yang memaksa agar terciptanya ketertiban
sosial. Aturan tersebut berlaku bagi semua orang tanpa kecuali. Negara juga
bersifat monopoli agar terciptanya suatu tujuan negara.
Negara memiliki unsur konstitutif pembentuk negara yaitu rakyat, wilayah
dan pemerintah yang berdaulat. Pengakuan dari negara lain baik de facto maupun
de jure merupakan unsur deklaratif dari negara.
Bagi suatu negara modern, keberadaan konstitusi mutlak diperlukan.
Konstitusi bukan hanya untuk membatasi wewenang penguasa saja, melainkan
untuk menjamin hak-hak rakyat, mengatur jalannya pemerintahan, dan
merumuskan pelaksanaan pemerintahan yang berdaulat.
34
DAFTAR PUSTAKA
Wilodati, 2013, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, CV.
Maulana Media Gafika, Bandung
35