Jurnal Kerjasama Pemerintah Rusia Cina

KERJASAMA PEMERINTAH RUSIA DAN CINA
DALAM MENGUASAI ENERGI DI ASIA TENGAH (2003-2008)
Randi Andaru Putra
Dosen Pembimbing : Yusnarida Eka Nizmi S.IP M.Si
Abstract
This research will describes about cooperation between the Governments of Russia and
China in controlling energy in Central Asia from 2003-2008. Central Asia is an area that has a
reserve of natural resources, including oil, gas, and other energy wealth. Cooperation between
the Governments of Russia and China have been running after the end of the cold war to the
present, including their cooperation conducted in Central Asia. In this research, an important
point which becomes reference is describing the interests between the two countries in energy
cooperation in Central Asia. United States as countries that consume the most energy in the
world also took a role in maximizing the energy in Central Asia. See more United States
dominance in Central Asia, Russia should do to make opposition to the area which is still the
sole legacy of the Soviet Union. To maximize their campaign against the United States, Russia
chose China as a cooperation partner to face the United States.
Keywords : Energy, Cooperation, National Interest, Central Asia
Pendahuluan
Energi merupakan satu hal yang diperlukan bagi sustainibilitas perekonomian suatu negara,
baik sebagai komoditas ekspor maupun impor. Misalnya minyak, dimana minyak merupakan
sumber energi yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Pada akhir abad 20,

diperhitungkan bahwa minyak telah menjadi 39 persen konsumsi energi dunia, batu bara
merupakan sumber energi terbesar kedua dengan 24 persen, selanjutnya, sisa sebesar 37 persen
terdiri dari: gas alam (22 persen), energi nuklir (6 persen), dan lain-lain 1. Banyak ahli yang
memperhitungkan bahwa minyak akan tetap menjadi sumber energi terbanyak digunakan selama
dasawarsa pertama abad 21. Permintaan dunia terhadap minyak akan meningkat sekitar 2 persen
tiap tahunnya antara sekarang dan 2020. Berdasarkan proyeksi Departemen Energi Amerika
Serikat (AS), penggunaan minyak dunia akan meningkat dari sekitar 77 juta barel per hari di
tahun 2000 menjadi 85 juta barel per hari di tahun 2005, 94 juta barel per hari di tahun 2010, 102
barel per hari di tahun 2015, dan 110 juta barel per hari di tahun 20202
Rusia mempunyai posisi penting dalam perdagangan energi dunia. Sebagai negara yang
memiliki cadangan gas terbesar di dunia dengan jumlah cadangan terbukti sebesar 1.680 TCF
1 U.S. Department of Energy, Energy Information Administration, International Energy Outlook 1999,
(Washington, D.C.: DoE/EIA, 1999), Tabel A2, hal:142-143.
2 DoE/EIA, IEO 1999, Tabel A4, hal: 145.

1

(tahun 2001) atau dua kali lebih besar dibandingkan cadangan gas Iran, terbesar kedua untuk
cadangan batubara setelah Amerika Serikat dengan jumlah cadangan sebesar 173 miliar ton, dan
cadangan terbukti minyak sebesar 60 miliar barel (terbesar ke delapan di dunia) 3. Perekonomian

Rusia tumbuh pesat selama empat tahun terakhir, terutama ditunjang oleh ekspor komoditi energi
terutama dari kenaikan jumlah produksi minyak yang signifikan dan keuntungan dari tingginya
harga minyak bumi di pasar internasional selama periode tersebut. Kondisi ini menyebabkan
perekonomian Rusia sangat tergantung dari pendapatan ekspor migasnya.
Cina menjadi konsumen energi tertinggi kedua di dunia, melampaui Jepang meskipun masih
dibawah Amerika Serikat, impor minyak dan energy security untuk pasokan kebutuhan minyak
dalam negeri telah menjadi isu krusial di Cina 4. Melakukan sebuah hubungan kerjasama dengan
berbagai negara untuk mengeskplorasi energi adalah salah satu bentuk cara yang dilakukan oleh
negara Cina dalam memenuhi kebutuhan energi mereka dan negara negara yang menjadi sasaran
untuk bekerjasama dalam bidang hal ini adalah negara-negara berkembang yang memiliki
sumber daya energi yang besar, namun tidak mampu untuk mengelola sendiri kekayaan alam
yang mereka miliki. Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Cina akan berbanding lurus dengan
meningkatnya peremintaan energi yang cukup besar. Cina melihat Asia Tengah sebagai kawasan
yang sangat menarik, strategis dan penting bagi pertumbuhan energi di Cina.
Pasca perang dingin berakhir yang juga ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet, kawasan Asia
Tengah telah mulai mendapatkan perhatian dan pengaruh yang dibawah oleh Amerika Serikat.
Tujuan Amerika Serikat membawa pengaruhnya ke wilayah bekas Uni Soviet itu tentu untuk
mendapatkan sumber energi yang ada dikawasan tersebut. Amerika Serikat mulai menanamkan
pengaruhnya dengan cara memberikan bantuan atau membentuk kerjasama bilateral dengan
kelima negara yang berada dikawasan Asia Tengah tersebut. Tidak hanya dalam bentuk

kerjasama bilateral saja, Amerika Serikat juga menanamkan pengaruhnya dengan cara
memberikan bantuan dalam bentuk militer dan juga ikut andil dalam mengatasi konflik internal
dengan gerakan Islam Radikal yang mulai berkembang dikawasan Asia Tengah. Amerika Serikat
juga mendirikan basis militer mereka di Uzbekistan, Kyrgyzstan dan juga Amerika Serikat mulai

3 Perkembangan Industri Migas di Rusia dikases dari dari http://www.esdm.go.id/beritagas.php?news_id=340 01
September 2012

4China v US energy consumption dalam http://www.guardian.co.uk/business/datablog/2010/aug/03/us-chinaenergy-consumption-data diakases pada 03 September 2012

2

menanamkan paham demokrasi untuk menggantikan sistem pemerintahan otoriter di Asia
Tengah.
Rusia mulai mengalami kekhawatiran melihat adanya peningkatan hubungan yang terjalin
antara Amerika Serikat dan kelima negara yang ada dikawasan Asia Tengah. Rusia menilai,
keberadaan Amerika Serikat akan menurunkan pengaruh Rusia terhadap negara-negara Asia
Tengah serta energi yang terkandung didalamnya. Melihat hal ini Rusia perlu menjalin kerjasama
dengan negara lain yaitu Cina. Rusia dan Cina telah menjalin hubungan diplomatik mereka
dengan baik. Berdasarkan catatan sejarah, pada tanggal 2 Oktober 1949, Cina telah melakukan

hubungan diplomatik dengan Uni Soviet. Pada bulan Agustus 1991 Uni Soviet mengalami
keruntuhan pasca perang dingin.Selanjutnya pada tanggal 16 Juli 2001 Rusia dan Cina
menandatangani perjanjian yang dikenal dengan Treaty of Good Neighborliness and Friendly
Cooperation yang pada saat itu ditanda tangani oleh kedua pemimpin negara yaitu Jiang Zemin
dan Vladimir Putin pada 16 Juli 2001. Perjanjian ini secara garis besar menjadi dasar bagi
hubungan baik kedua negara dalam bidang ekonomi, diplomatik dan juga geopolitik. Dalam
perjanjian ini terdapat peningkatan kerjasama dalam bidang militer, konservasi energi dan
lingkungan, serta perdagangan internasional. Berdasarkan hal tersebut maka yang akan menjadi
permasalahan yang akan dijelaskan dalam hal ini adalah kepentingan Rusia memilih Cina
sebagai rekan kerjasama dalam menguasai energi di Asia Tengah.
Untuk menjelaskan permasalahan diatas, maka penulis menggunakan teori pembuatan
keputusan luar negeri, kepentingan dan ketergantungan akan energi pada setiap negara membuat
faktor energi ini ikut mempengaruhi kebijakan luar negeri. Hal ini penting dilakukan, karena
energi dipergunakan untuk proses produksi dan konsumsi saat ini maupun yang akan datang.
Kebijakan luar negeri suatu negara yang berkaitan dengan energi bersifat jangka pendek dan
jangka panjang. Kebijakan luar negeri suatu negara akan ditujukan kepada negara atau pun
kawasan yang dapat memasok kebutuhan akan energi bagi negara yang bersangkutan dengan
penuh pertimbangan. Untuk itu penulis perlu menjelaskan mengapa pemerintah Rusia membuat
keputusan luar negeri, untuk bekerjasama dengan Cina dalam bidang energi. Penulis
menganggap model pengambilan keputusan luar negeri William D Coplin tepat untuk

menganalisa hal-hal yang menjadi penyebab keputusan tersebut diambil. Menurut William D
Coplin tindakan politik luar negeri bisa dipandang sebagai akibat dari tiga pertimbangan yang

3

mempengaruhi para pengambil keputusan luar negeri. Pertama kondisi politik dalam negeri,
kedua kondisi ekonomi dan militer dan ketiga konteks internasional.
Selain itu, juga untuk menghadapi kehadiran Amerika Serikat di Asia Tengah yang dinilai
mengancam keamanan kawasan serta cadangan minyak disana. Bagi negara Cina ini
memerlukan partner untuk menghadapi ancaman negara lain serta persaingan untuk
mendapatkan jaminan pasokan minyak. Dengan demikian pemerintah Rusia dan Cina sebagai
aktor rasional, membuat keputusan luar negeri. Pemerintah kedua negara memiliki alternatif
keputusan, yaitu bekerjasama atau tidak. Dengan mempergunakan teori Aktor Rasional, masa
pilihan rasional yang dilakukan pemerintah Rusia untuk bekerjasama atau tidak dengan Cina,
dalam bidang energi dapat dijelaskan. Untuk menjelaskan permasalahan dengan lebih dalam,
maka teori selanjutnya yang mendukung adalah teori aktor rasional. Menurut Graham T Allison,
dalam model aktor rasional ini politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakantindakan aktor rasional yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Pembahasan
Hubungan Kerjasama Rusia dan Cina
Sejarah mencatat bahwa Rusia dan Cina awalnya telah memiliki hubungan yang tidak baik.

Pada akhir tahun 1960-an Cina yang awalnya adalah rekan kerjasama bagi Uni Soviet, telah
berubah menjadi musuh yang sengit. Permusuhan antara kedua negara ini telah berjalan selama
kurang lebih 30 tahun. Pada bulan Mei 1989, setelah adanya kunjungan dari Mikhail Gorbachev
ke Cina, hubungan kedua negara ini mulai membaik. Pada pertengahan tahun 1990-an hubungan
antara Rusia dan Cina mulai mengalami perubahan yang lebih lanjut. Cina yang pada saat itu
naik ke posisi sebagai kekuatan baru dunia dan Cina juga ikut serta didalam penyeimbangan
yang terbatas sebagai reaksi dari pengaruh Amerika Serikat yang mulai dirasakan oleh Cina. 5
Rusia adalah negara yang pada orientasi dasarnya pro terhadap negara Barat, maka Rusia melalui
kebijakan luar negerinya melihat Cina sebagai mitra penyeimbangan dominasi dan kekuasan atau
pengaruh Amerika Serikat. Pada bulan April 1996 Rusia dan Cina mulai membangun kerjasama
kemitraan strategis mereka. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Cina, Kazakshtan,
Kyrgyzstan, Tajikistan dan Rusia di Shanghai dan perjanjian ini dikenal dengan nama Shangai
Five.
5 For a good overview of China’s strategies for coping with US power, see Denny Roy, ‘China’s Reaction
to American Predominance’, Survival 45/3 (Autumn 2003) hal. 57–78.

4

Rusia dan Cina telah sering mengumumkan ke dunia internasional bahwa kerjasama yang
mereka bentuk bukan ditujukan untuk negara-negara dunia ketiga. Seperti yang terlihat dalam

pertemuan antara Presiden Zemin dan Yeltsin yang menjelaskan bahwa kerjasama mereka
berisikan tentang penyeimbangan yang bertujuan untuk memperkuat posisi mereka terhadap isuisu yang berkembang dimana mereka merasa bahwa Amerika Serikat tidak mengacuhkan
mereka. Wacana yang berkembang, Shangai Five meskipun menitikberatkan pada kerjsama
bilateral. Namun, hubungan kerjasama antara Rusia dan Cina yang mulai terbentuk pada tahun
1990-an itu dinilai hanyalah sebagai langkah kecil pertama. Kerjasama kedua negara ini secara
langsung memberikan citra yang lebih bersifat ke positif terhadap Cina namun di sisi lain Rusia
mengalami kekhwatiran bahwa imigrasi Cina yang berada di Timur Jauh akan mengancam
keamanan nasional Rusia dan membuat posisi Rusia menjadi lemah di jangka waktu yang
panjang. Dalam hal ini masih juga terdapat kesenjangan yang besar bagi krisis ekonomi Rusia,
seperti angkatan tentara Rusia yang mulai memburuk dan negara juga menjadi lemah dan juga
perekonomian Cina yang masih diarahkan oleh kelompok rezim6.
Kerjasama Rusia dan Cina Dalam Menguasai Energi di Asia Tengah
Meskipun tidak menjadi negara pengimpor dibidang energi hingga tahun 2003, namun
sekarang Cina telah menjadi konsumen kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Dalam
rangka menopang perekonomian Cina yang sedang berkembang hingga 9 persen per tahun sejak
tahun 1978, Cina semakin membutuhkan pasokan energi bagi perkembangan perekonomiannya.
Pada saat sekarang 30 persen dari konsumsi minyak Cina bergantung kepada impor dan ini terus
akan diperkirakan akan meningkat menjadi 70 persen pada tahun 2020. 7 Saat ini, hampir 60
persen impor energi Cina berasal dari negara-negara Timur Tengah. Jika hal ini terus berlanjut,
pada tahun 2010 Timur Tengah akan memasok lebih dari tiga per empat minyak mentah ke

Cina8. Dalam rangka untuk mengamankan pasokan energinya, Cina telah mulai mencari sumber
energi alternatif lainnya. Oleh karena itu Cina melihat negara tetangganya yaitu negara-negara
kawasan Asia Tengah sebagai cadangan energi yang paling nyaman bagi Cina. Namun Cina
bukanlah satu-satunya negara yang memiliki kepentingan ekonomi di sana, namun juga ada
6 For a discussion of the discrepancy between Russian and Chinese economies in this period, see
Dmitri Trenin Russia’s China Problem (Moscow: Carnegie Center 1999) hal. 28.
7 China's Mineral Resources Shortage Endangers Its National Security", Phoenix TV, 13 January 2003.
8 Fueling China's Growth", New York Times, 24 December 2000.

5

Amerika Serikat dan Rusia yang tentu masih memiliki pengaruh bagi negara-negara bekas Uni
Soviet tersebut.
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia dan Cina telah saling mengetahui
sejarah masing-masing dan budaya antara kedua negara dengan sangat baik, dan bahkan kedua
negara memiliki kemungkinan untuk tetap menjaga hubungan yang baik dan mencapai
keuntungan dari kerjasama yang telah mereka bentuk. 9 Pembentukan Organisasi Kerjasama
Shanghai (SCO) pada tahun 2001, dinilai sebagai pertanda yang baik bagi kerjasama keamanan
kedua negara. SCO adalah organisasi regional kemanan dunia yang tidak ikut melibatkan
partisipasi dari Amerika Serikat dan tentu hal ini membuat Amerika Serikat memiliki beberapa

sikap curiga dan pandangan negatif terhadap SCO. Dalam hal hubungan perdagangan, Cina dan
Rusia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, pada tingkat 30 persen per tahun. Dari sisi
Rusia, hubungan perdagangan dengan Cina jauh lebih besar dibandingkan dengan Amerika
Serikat. Karena masalah energi adalah masalah utama yang hampir dihadapi oleh setiap negara,
pada tahun 2001 Cina mencapai konsensus dengan Rusia untuk membangun pipa minyak
transmisi dari Angarsk yang berada di Siberia Timur ke Daqing yang berada di Laut Cina. Pada
KTT yang diadakan pada akhir Mei 2003, China National Petroleum Company (CNPC) dan
Rusia Yukos (Corporation) mulai membangun kesepakatan awal yang telah di proses selama
bertahun-tahun. Berdasarkan perjanjian ini, Rusia berjanji untuk mengirim 5 miliar barel minyak
ke Cina yang berada di Laut Timur Cina 10. Minyak tersebut akan diangkut melalui pipa
sepanjang 2.400 km yang menghubungkan antara Angarsk di Seberia Timur ke kompleks minyak
Cina di Daqing, Provinsi Heilongjiang.
Disamping itu, Rusia dan Cina juga memiliki kepentingan yang strategis dibawah SCO.
Tujuan dari kedua negara ini adalah untuk melawan pasukan teroris dan memperkenalkan ke
dunia internasional stabilitas kawasan tersebut, juga untuk memperkuat hubungan politik dan
ekonomi dengan negara-negara Asia Tengah. Tetapi pada saat yang sama, sementara Cina ingin
meningkatkan kerjasama energi dengan negara negara kawasan Asia Tengah, Rusia bersedia
untuk mendapatkan kembali pengaruhnya di Asia Tengah melalui bantuan dari Cina, karena
Rusia menilai bahwa Cina sebagai mitra yang mampu untuk membantu Rusia mempertahankan
pengaruhnya di Asia Tengah11. Meskipun hubungan Rusia dan Cina telah berada di tingkat yang

9 Ren Donfeng (2003), The Central Asia policies of China, Russia and the USA, and the Shanghai Cooperation
Organization process: a view from China, (Stockholm: International Peace Research Institute, 2003), hal.11
10 Ibid hal 12
11 Ibid

6

tinggi, namun ada beberapa unsur perbedaan kompetitif yang muncul dalam hubungan kerjasama
mereka. Jaringan pipa yang menghubungankan antara Kazakshtan dan Cina yang baru
beroperasional pada Mei 2004 tidak mendapat sambutan oleh Rusia, Kazakshtan dan Cina telah
menandatangani kesepakatan untuk membangun pipa minyak dari Kazakshtan ke Druzhba,
daerah perbatasan Cina pada Mei 2006 sepanjang 1.240 kilometer.
Persaingan Rusia dan Amerika Serikat di Asia Tengah
Persaingan yang sangat jelas terlihat antara Amerika Serikat dan Rusia, yang mana Rusia
berusaha untuk tetap mempertahankan pengaruhnya sebagai negara pelindung atau penyokong
dari negara-negara Asia Tengah. Amerika Serikat memandang Rusia yang pada awalnya sebelum
membangun aliran pipa BTC yang menguasai rute distribusi energi dari Laut Kapia merupakan
ambsi besar dari Rusia yang ingin mebguasai rute energi di Asia Tengah. Namun sebaliknya,
kehadiran Amerika Serikat di Asia Tengah, terutama waktu pembangunan pipa BTC dan juga
kehadiran pangkalan militer Amerika Serikat di negara-negara Asia Tengah selama perang

Afghanistan pada tahun 2001, membuat Rusia mengalami dilema terhadap perilaku Amerika
Serikat tersebut. Dalam hal ini Rusia memandang bahwa Amerika Serikat sedang memperkuat
pengaruh politik dan militer mereka di negara-negara bekas Uni Soviet tersebut. Pada bulan Mei
tahun 2000, Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Rusia tidak dapat membiarkan
kepentingan-kepentingan tertentu dari luar yang memperlemah posisi Rusia di Laut Kaspia, serta
seharusnya tidak ada yang terlukai jika Rusia berhasil membatasi usaha-usaha yang menganggu
kepentingan Rusia.12
Masuknya angkatan militer Amerika Serikat ke Asia Tengah dilihat oleh Rusia sebagai usaha
yang dilakukan oleh Amerika Serikat untuk menanamkan pengaruh politiknya di Asia Tengah
dan tentu hal ini membawa dilema tersendiri bagi Rusia. Rusia beranggapan bahwa Amerika
Serikat telah mengambil keuntungan dari kepercayaan negara-negara Asia Tengah untuk
mendukung geopolitik yang dilakukan oleh Amerika Serikiat di Kaut Kaspia. Kehadiran militer
Amerika Serikat di negara-negara Asia Tengah bermula pada perang Afghanistan yang terjadi
pada tahun 2001 dalam melaksanakan Operation Enduring Freedom (OEF). Terlebih lagi, ketika
Amerika Serikat mulai mengirim angkatan militer mereka ke negara Georgia pada bulan
Februari 2002, dimana alasan Amerika Serikat mengirimkan militer mereka adalah untuk
12 Andrei Y. Urnov, “Russian and Caspian Energy Export Prospects”, address given at the Central Asia-Caucasus
Institute of the Johns Hopkins University School of Advanced International Studies (SAIS), Washington, D.C., May
17, 2000, diakses dari http://www.cacianalyst.org pada 31 Oktober 2012

7

meningkatkan kemampuan Georgia dalam hal melindungi perbatasan wilayahnya dan juga
pembangunan infrastruktur mereka, termasuk didalamnya pipa minyak dan gas, dari ancaman
Abkhazia dan Ossetia dan militan-militan Islam Hal tersebut juga dipandang oleh Rusia sebagai
usaha Amerika Serikat untuk mengurangi dominasi pengaruh Rusia di kawasan13
Rusia tentu tidak ingin pengaruhnya akan menurun atau bahkan hilang di Asia Tengah. Oleh
karena itu, pada awal tahun 2003, Rusia mulai melalukan suatu kebijakan dengan cara
menempatkan sebuah skuadron pesawat tempur dan juga mengirimkan sebanyak 700 angkatan
militer di pangkalan Biskek, Kyrgyzhstan. Kebijakan Rusia dalam mengirimkan pasukan militer
tersebut adalah bentuk dukungan yang diberikan oleh Rusia terhadap tentara reaksi cepat
bersaama Rusia reaksi cepat bersama Rusia, Kazakshtan, Kyrgizstan dan Tajikistan dalam
kerangka Collective Security Organization (CSTO). Akan tetapi banyak para analisis yang
meilhat kebijakan Rusia tersebut merupakan upaya yang dilakukan oleh Rusia untuk
mengimbangi masuknya Amerika Serikat di Asia Tengah, terutama basis militer milik Amerika
Serikat yang sudah mulai didirikan di negara-negara Asia Tengah14.
Dalam mempertahankan pengaruh dan kekuasaan yang dimiliki oleh Rusia atas aliran energi
dari Kaspia, Rusia mengambil kebijakan untuk mendukung gerakan separatis yang terjadi di
Abkhazia dan Ossetia Selatan, dimana kedua wilayah ini merupakan wilayah yang berdekatan
dengan rute pipa BTC dan menolak untuk menarik pasukan Rusia dari Georgia. Melihat
kebijakan yang diambil oleh Rusia, Amerika Serikat mulai memperketat penjagaan bersama
dengan pasukan Georgia untuk menghalang serangan terhadap pipa BTC. Persaingan yang
paling terlihat antara Amerika Serikat dan Rusia adalah dalam konflik Nagorno-Karabakh,
dimana pada saat itu Armenia dibantu oleh Rusia dan Azrbaijan dibantu oleh Amerika Serikat.

Kepentingan Amerika Serikat di Asia Tengah
Kepentingan Amerika Serikat di Asia Tengah dapat disederhanakan dalam tiga kata yaitu :
keamanan, energi dan demokrasi. Amerika Serikat telah melancarkan perjuangan untuk menjaga
13 The Relationship of the United States with Russia , diakses dari
http://usforeignpolicy.about.com/od/countryprofile1/p/usrussia.htm pada 31 Oktober 2012
14 Steven Lee Myers, Threats And Responses: Central Asia; Russia To Deploy Air Squadron In Kyrgyzstan, Where
U.S. Has Base , diakses dari http://www.nytimes.com/2002/12/04/world/threats-responses-central-asia-russiadeploy-air-squadron-kyrgyzstan-where-us.html pada 31 Oktober 2012

8

negara Barat khususnya Amerika Serikat dari ancaman teroris yang berasal dari Afghanistan
maupun keamanan terhadap ketergantungan kestabilan pasokan energi dari Timur Tengah. Kunci
utama kepentingan nasional masalah keamanan Amerika Serikat adalah sumber energi dan Laut
Kaspia telah menjadi sumber bahan alternatif bahan bakar fosil bagi Amerika Serikat. Tingkat
produksi Laut Kaspia cukup besar dengan puncak produksi Laut Kaspia sebanding dengan
produksi minyak Iran dan Kuwait jika digabungkan, dan mereka jauh lebih kecil dari total
organisasi pengekspor minyak (OPEC).
Dalam hal memenuhi kebutuhan energi, pemerintah Amerika pada masa pemerintahan
Presiden Bush telah mengeluarkan salah satu strategi yang dikenal dengan National Energy
Policy Development Group yang langsung dipimpin oleh wakil presiden Amerika Serikat pada
waktu itu Dick Cheney atau yang lebih dikenal dengan nama Chiney Report.15 Dalam strategi
yang dibuat oleh Bush ini, ada beberapa strategi seperti : program mitigasi harga, kebijakan
efisensi energi, peningkatan pasokan energi domestik, pengembangan energi yang dapat
diperbaruhi dan memperkuat hubungan kerjasama dengan produsen energi luar negeri. Pada
tahun 2002, Amerika Serikat mencatat memproduksi minyak hingga 9 juta barel per hari, namun
produksi tersebut masih belum mencukupi untuk permintaan minyak domestik Amerika Serikat
yang mencapai 19.8 juta barel per hari, oleh karena itu untuk menutupi kekurangan tersebut,
Amerika Serikat harus mengimpor minyak dari luar sebanyak 10.8 juta barel per harinya 16.
Kekurangan akan produksi minyak telah membuat Amerika Serikat untuk terus memperoleh
kekuasaan dan otoritas yang lebih menekan kepada konsumen untuk mengurangi ketergantungan
mereka terhadap bahan bakar fosil dan berusaha untuk mendapatkan sumber-sumber energi
alternatif. Jika Amerika Serikat tidak mengedepankan keamanan energinya maka tentu akan
berdampak tidak baik kepada sustainibilitas perekonomian Amerika Serikat, terutama dalam
bidang industri, tingkat eskpor Amerika Serikat juga akan terus berkurang dan tentu GDP
Amerika Serikat juga mengalami penurunan.
Kepentingan Cina Bekerjasama Dengan Rusia di Asia Tengah
Cina tentu memiliki beberapa alasan dan kepentingan untuk melakukan kerjasama dengan
negara Rusia atau ini lebih dikenal dengan agenda Cina. Agenda Cina dalam hal ini berisikan
15 The Bush/Cheney Energy Strategy: Implications For U.S. Foreign And Military Policy, dalam
http://www.informationclearinghouse.info/article4458.htm diakses pada 13 Desember 2012
16 Energy Information Administration (EIA), World Production of Crude Oil, NGPL, Other Liquids, and Refinery
Processing Gain 1980-2002, (Washington, D.C.: U.S. Department of Energy, 2004)

9

kepentingan-kepentingan yang bersifat strategis yang ingin di capai oleh Cina dan berkaitan
dengan kerjasama yang dilakukan bersama dengan Rusia. Adapun kepentingan strategis Cina
dalam menjalin kerjasama dengan Rusia seperti menghilangkan pandangan bahwa munculnya
Cina akan menjadi ancaman bagi negara lain dengan cara menekankan konsep munculnya Cina
sebagai “peacul rising”, “harmonious world” atau “peaceful development”.
Hubungan kerjasama yang dilakukan oleh Cina dengan Rusia adalah salah satu bentuk
kemitraan strategis yang bisa semakin meyakinkan konsep kemunculan Cina sebagai negara
yang bersahabat dan menjalin kerjasama dengan negara-negara lainnya. Dalam hal ini, Cina
melihat Rusia adalah negara yang tepat untuk melakukan kerjasama strategis. Adapun alasan
mengapa Cina lebih memilih Rusia sebagai mitra kerjsama nya dikarenakan Rusia masih
mempunyai kejayaan pada masa lalu dalam artian Rusia masih memiliki pengaruh yang cukup
besar di dunia internasional. Akan tetapi Cina tidak menerima jika kerjasama yang dilakukannya
bersama Rusia adalah salah satu bentuk dari strategi untik mengimbangi pengaruh Amerika
Serikat di Asia Tengah yang mana Asia Tengah masih berada dibawah pengaruh dari Rusia.
Rusia bagi Cina adalah negara yang masih memiliki pengaruh internasional didukung dengan
Rusia juga memiliki hak veto di PBB. Bagi Cina, Rusia masih belum maksimal didalam
memainkan peranan sebagai strategic counterweight dan Rusia juga tidak setuju atau menolak
dengan kebijakan One Policy Cina yang mempertanyakan status Taiwan.17
Dalam kerjasama ini, Cina tidak mempunyai kepentingan dibidang “balancing games”
dikarenakan Cina memiliki hubungan kerjasama yang lebih banyak dengan negara lain
dibandingkan dengan Rusia. Sebagai contoh negara-negara Barat memandang bahwa Cina
adalah negara yang mempunyai potensi atau ingin menjadi negara hegemoni dan bagi Cina
perkembangan militer dalam negeri mereka adalah sebagai bentuk untuk menjamin keamanan
pertumbuhan ekonomi dalam negeri mereka. Cina memiliki hubungan kerjasama yang baik
dengan negara-negara anggota ASEAN, Afrika, Amerika Selatan, Eropa dan juga hubungan yang
baik dan juga yang buruk dengan Amerika Serikat.18

17 Felgenhauer, Pavel, “Putin in Stalin’s Footsteps”, Moscow Times, 31 Juli 2003. “Putin Says Russia Does Not
Want to be Superpower”, Novosti, 19 Desember 2007, dalam skripsi “Implikasi Strategic Partnership China-Rusia
Tahun 2001-2010 Terhadap Upaya Dalam Memenuhi Kebeutuhan Kepentingan Energy Security” Sri Rezeki,
Universitas Indonesia
18 Joshua Kurlantzick, “China’s Charm : Implications of Chinese Soft Power, “Carnegie Endowment for
International Peace, Washington DC, Policy Brief 47 (Juni 2006) hal 4

10

Cina memiliki pandangan yang berbeda dengan Rusia, Cina lebih melihat hubungan
kerjasamanya dengan Rusia adalah bentuk suplemen dari hubungan Cina dengan negara-negara
Barat bukan sebagai bentuk alternatif. Dalam menjalin kerjasama dengan Rusia, Cina tidak
menginginkan adanya pihak lain yang menganggap hubungan kerjasama mereka adalah sebagi
bentuk sebuah ancaman bagi negara-negara lain. Cina adalah negara yang mempunyai prisip
harmonious world China yang mana Cina ingin membuat lingkungan luar atau dunia
internasional yang leih bersifat ramah dan memberi dukungan terhadap Cina sehingga Cina bisa
memberikan fasilitas dalam modernisasi dalam negeri mereka19
Faktor utama yang menjadi alasan Cina menjalin kerjasama dengan Rusia adalah demi
kepentingan pasokan energi dalam negeri Cina. Cina melakukan kerjasama dengan Rusia
bertujuan untuk mengamankan sumber impor energinya dari kekurangan energi yang dialami
oleh negara Asia lainnya seperti negara Jepang. Dalam hal ini Cina begitu antusias dalam
membangun proyek ESPO (East Siberian-Pacific Ocean oil pipeline) bersama dengan Rusia.
Cina memandang bahwa energi adalah alat kebutuhan penting bagi pertumbuhan ekonominya,
sedangkan Rusia melihat bahwa energi merupakan kekuatan dalam mencapai tujuan geopolitik
mereka. Cina mendapatkan keuntungan dari hubungan Rusia yang tidak baik dengan negaranegara Barat seperti impor energi dari Rusia akan lebih banyak diberikan kepada Cina dan harga
yang Cina dapatkan juga jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan negara-negara
Barat.
Bagi Cina, Rusia bukanlah negara yang menjadi partner utama dalam mendapatkan pasokan
energinya, melainkan sebagai salah satu pemasok energi yang mempu dalam memenuhi
kebutuhan energi dalam negeri Cina. Alasan Cina menjalin hubungan kerjasama dengan Rusia
adalah Cina tidak ingin hanya bergantung terhadap satu sumber energi saja yaitu di Timur
Tengah. Selain itu Cina juga melihat bahwa negara-negara seperti Afrika dan Amerika Latin
adalah negara yang bisa dijadikan sebagai pemasok energi bagi Cina, namun terhalang oleh letak
geostrategis yang jauh dan prasarana untuk membawa energi ini ke Cina juga sangat beresiko
dan tidak efesien. Maka dari itu Cina melihat bahwa Rusia adalah hal yang paling
menguntungkan karena letak kedua negara yang secara geografis berdekatan yang akan

19 Zheng Bijian, :China’s New Road of Peaceful Rise and Chinese-US Relations,” address the Brooking
Institution, 16 Juni 2005, dalam “China’s Peaceful Rise : Speeches of Zheng Bijian, 1997-2005 hal 8

11

mempermudah transportasi energi dan bisa mengontrol dengan mudah tanpa mengeluarkan
modal atau biaya yang banyak. 20
Kepentingan Rusia Dalam Bekerjasama Dengan Cina di Asia Tengah
Tidak berbeda dengan Cina yang memiliki beberapa kepentingan dalam menjalin hubungan
kerjsama dengan negara Rusia, Rusia juga tentu memiliki kepentingan strategis yang ingin
dicapai didalam menjalin kerjasama dengan Cina. Dalam kerjasama ini, Rusia menekankan dua
hal yang menjadi point utamanya. Point pertama adalah dalam bidang strategi global atau
menyeimbangi pengaruh atau hegemoni Amerika Serikat yang mulai membuat Rusia resah
dikawasan Asia Tengah. Pada tahun 2008 keadaan dalam negeri Rusia jauh lebih stabil dan
sejahtera jika dibandingkan pada masa pemerintahan Gorbachev dan Yelstin, namun Rusia tidak
begitu memainkan peran yang penting didalam perpolitikan internasional.
Presiden Putin melihat bahwa Rusia membutuhkan strategi khusus seperti misalnya
berkerjasama dengan negara lain yang mempunyai kekuatan besar untuk menjadikan Rusia
sebagai negara yang mempunyai kekuatan penuh dalam hubungan internasional. Dalam
pandangan Rusia, Cina adalah negara yang mempunyai kekuatan ekonomi tanpa batas, politik
dan juga dalam bidang militer. Jika Cina terus mengalami perkembangan, maka kerjasama antara
Rusia dan Cina juga akan terus mengalami perkembangan dan membuat kekuatan Amerika
Serikat terus menurun. Untuk mengimbangi kekuatan Cina dan Amerika Serikat, maka putin
menggunakan kebijakan luar negeri yang dikenal dengan multi vectored yang dijalankan oleh
Rusia sesuai dengan kepentingan nasionalnya. Pada masa yang akan datang, Rusia akan menjadi
negara yang strategis dan menjadi jembatan antara negara timur dan barat dan bahkan Rusia bisa
menjadi pihak ketiga didalam dunia yang multipolar kedepannya, bersama dengan Cina dan
Amerika Serikat. Bagi Rusia, hubungan kerjasamanya dengan Cina merupakan dukungan
tersendiri bagi Rusia dalam menumbuhkan kepercayaan diri Rusia di dunia internasional.
Kerjasama yang dilakukan oleh Rusia dan Cina bisa dikatakan lebih dari sekedar bentuk
maneuver geopolitik bahkan menyangkut mengenai kepentingan keamanan negara Rusia.21 Rusia
juga telah menciptakan perbatasan yang stabil , membuat kemanan Russian Far East dan
intergritas teritorial wilayah Rusia. Pada saat sekarang bagi Rusia, Cina adalah bentuk jaminan
yang paling menjanjikan dari kebangkitan dan potensi perkembangan dalam negeri Cina. Oleh
20 William Tompson, Putin and the Oligarchs : A Two Sided Commitment Problem, dalam Leading Russia : Putin
in Perspective, Edited Alex Pravda, ( Oxford University Press, 2005) hal 192
21 Jeanne L. Wilson, Strategic Parteners : Russian-Chinese Relations in the Post Soviet Era (Armonk, New York ;
M.E Sharpe, 2004) hal 11-12

12

karena itulah Rusia memilih Cina sebagai partner kerjasamanya ditambah lagi dengan Rusia
yang telah banyak berpengalaman dalam menjalin hubungan kerjasama dengan wilayah Barat
yang menimbulkan kekecewaan dan tidak nyaman bagi Rusia.
Dengan menjalin kerjasama dengan Cina, maka Rusia mendapatkan keuntungan secara
politik, keamanan dan nasional. Sebagai bukti, Rusia dan Cina telah menyelesaikan kasus
migrasi ilegal Cina yang sempat menganggu stabilitas keamanan kedua negara. Selain itu Cina
juga menjadi pasar utama dalam perdagangan senjata dengan Rusia dimana perdagangan senjata
dengan Rusia telah berhasil membawa bisnis militer Rusia keluar dari kebangkrutan. Dalam
kerjasama ini, Cina juga telah berhasil memperkenalkan Rusia kepada komunitas Asia Pasifik
yang secara langsung tentu membawa keuntungan ekonomi bagi Rusia. Dalam hubungan
kerjasamanya dengan Cina, Rusia ingin sejajar dengan negara-negara yang mempunyai power
kuat termasuk Amerika Serikat dan memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan dengan
negara-negara biasa dalam sistem internasional.
Simpulan
Melihat kondisi Asia Tengah yang terus mulai mendapat pengaruh dari Amerika Serikat,
Rusia merasa perlu mengambil langkah agar Rusia tidak kehilangan pengaruh besarnya di
kawasan yang menjadi warisan dari Uni Soviet tersebut. Rusia menyadari bahwa mereka tidak
akan bisa untuk menghadapi Amerika Serikat sendiri dan berusaha untuk mencari partner agar
mengurangi dominasi Amerika Serikat dan juga mengusir Amerika Serikat keluar dari Asia
Tengah. Dalam hal ini Rusia memilih Cina sebagai rekan yang akan dijadikan mitra atau partner
kerjasama dalam menghadapi Amerika Serikat di Asia Tengah. Adapun alasan Rusia memilih
Cina sebagai rekan kerjasamanya adalah karena Rusia dan Cina sudah cukup lama memulai
hubungan kerjasama mereka yaitu pada pasca perang dingin dan mulai terbentuknya Treaty of
Good Neighborliness and Friendly Cooperation and Friendship yang menjadi penanda
hubungan kerjasama yang baik diantara kedua negara.
Rusia memandang bahwa kekuatan Cina akan terus mengalami perkembangan yang sangat
pesat dan ini tentu akan memberikan pengaruh yang besar bagi Rusia jika Rusia melakukan
hubungan kerjasama dengan negara Cina. Rusia menyadari bahwa kekuatan Cina semakin kuat,
begitu juga dengan Amerika. Oleh karena itu, Rusia mencoba menggunakan kebijakan luar
negerinya yang dikenal dengan nama multi vectored yang akan dijalankan oleh Rusia sebagai
bentuk implementasi kepentingan nasionalnya.
13

Untuk mengimbangi pengaruh Amerika Serikat di Asia Tengah, Rusia, Cina dan juga kelima
negara yang ada di Asia Tengah membentuk organisasi yang disamakan dengan Shanghai
Cooperation Organization (SCO). Tujuan utama dari pembentukan SCO ini adalah sebagai
konsep keamanan baru yang berlandaskan kepada rasa saling percaya, perlucutan senjata dan
keamanan koperasi, hubungan dengan negara-negara baru dengan kemitraan bukan kesejajaran
pada intinya, dan model baru kerjasama regional yang menampilkan upaya bersama negaranegara dari semua ukuran dan saling kerjasama yang menguntungkan. Melalui SCO, Rusia, Cina
dan negara-negara Asia Tengah telah melakukan beberapa latihan militer gabungan sebagai
bentuk tanda kepada Amerika Serikat bahwa Rusia mulai terusik dengan adanya kehadiran
pangkalan militer Amerika Serikat di Asia Tengah. Pada tahun 2005, Presiden Uzbekistan Islam
Karimov juga telah menyampaikan sikapnya terhadap Amerika Serikat dan meminta Amerika
Serikat segera meninggalkan dan membongkar pangkalan militer mereka dalam waktu 180 hari.
Cina sebagai negara yang menjadi mitra kerjasama Rusia tentu mempunyai kepentingan
nasional yang akan dicapainya dalam kerjasama tersebut. Seperti yang telah dijelaskan pada
sebelumnya, Cina merupakan negara konsumen energi kedua terbesar di dunia setelah Amerika
Serikat. Untuk tetap menjaga kestabilan energi dan perkembangan perekonomian dalam
negerinya, Cina harus bisa menjamin pasokan energi dalam negerinya yang didatangkan dari luar
tidak mengalami pemberhentian atau hambatan. Cina melihat Asia Tengah adalah sebagai
kawasan yang mempunyai cadangan energi yang kaya dan melalui kerjasama yang terjalin denga
Rusia, tentu akan semakin mudah bagi Cina untuk mendapatkan aksesbilitas energi yang terdapat
di Asia Tengah. Cina juga telah melalukan pendekatan kepada negara-negara Asia Tengah
dengan cara memberikan bantuan ekonomi dan mendirikan beberapa perusahaan investasi
minyak di Asia Tengah. Selain itu juga menjalin kerjasama dalam bentuk perdagangan dengan
negara-negara Asia Tengah dan juga mendirikan beberapa proyek pembangunan aliran pipa
minyak yang membawa minyak dari Asia Tengah ke Cina. Melalui kerjasama yang terjalin
bersama Rusia, maka Cina tentu akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar yaitu dapat
dengan mudah mendapatkan aksesbilitas energi yang ada di kawasan Asia Tengah.
Referensi
Buku :

14

Donfeng Ren , The Central Asia policies of China, Russia and the USA, and the Shanghai
Cooperation Organization process: a view from China, Stockholm: International Peace
Research Institute, 2003
John, Seaman. Energy Security, Transnational Pipelines and China’s Role in Asia, Paris, Institut
Français des Relations Internationales
Mazegga Marc Antoine Eyl and Olgu Okumus, “Turkey and Europe`s quest for gas: The
equilibrium of a bargaining position and its possible consequences for new gas transport
routes”. INGAS, 2009.
Morgan, Patrick. Theories and Approaches to International Politics: What are We Think? New
Brunswick: Transaction, 1982
Wilson, Jeanne L. Strategic Parteners : Russian-Chinese Relations in the Post Soviet Era
Armonk, New York ; M.E Sharpe, 2004
Jurnal :
Blank, Stephen J.: “China, Kazakh Energy and Russia: An Unlikely Ménage à Trois”, China and
Eurasia Forum Quarterly, vol. 3, no. 3
Haiyun, Wang. “The Security Situation In Central Asia”, International Strategic Studies, No.1,
January, 2001
Yana Leksyutina Russia-Chinese Relations :Repprachement or Rivalry? Chair Inbev – Baillet
Latour Working Papers, No 37, 2000
Website :
China

v
US
energy
consumption
dalam
http://www.guardian.co.uk/business/datablog/2010/aug/03/us-china-energy-consumptiondata (diakases pada 03 September 2012)

Energy Information Administration (EIA), Country Analysis Briefs: Russia, ( April 2007),
tersedia di : http://www.eia.doe.goviemeukabs/Russia/Oil.html . (diakses pada 13
November 2012)
Michael Lelyveld, Russia: Moscow Promoting CIS Integration Through Gas Alliance diakses
pada http://www.rferl.org/content/article/1100058.html , (diakses pada 01 November
2012)

15