Sejarah Pembangunan Kabah dan salib

PENDAHULUAN
Kiblat adalah tempat kaum muslimin menghadap dalam shalat, dalam hal ini Islam
sangat menekankan adanya shalat bersama untuk meneguhkan tali persaudaraan serta
kerjasama. Pada masa Rasullulah saw arah kiblat menuju ke arah Masjidil Aqsa atau sering
dikenal dengan Baitul Maqdis yang berada di Palestina selama 16—17 bulan lalu turun
firman Allah swt dalam Surat Al Baqarah ayat 142-144 tentang perintah untuk menghadap
kiblat dalam sholat dari Baitul Maqdis mengubah arahnya ke Masjidil Haram (Kabah).
Karena inilah kita dapat mengetahui kenapa adanya peralihan kiblat tersebut.
Dalam hal ini penulis berusaha untuk menelusuri tentang Surat al Baqarah ayat 142144. Melalui beberapa tafsir yang digunakan untuk menjelaskan peralihan Kiblat dari
Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram digunakan untuk memperjelas masalah tentang hal ini.
Adapun pembahasan dalam penulisan ini:
1. Sejarah pembangunan Kabah
2. Pengertian tentang Kiblat
3. Peristiwa pengalihan Kiblat
4. Sejarah Mesjid Qiblatain
5. Asbabun Nuzul pada surat Al Baqarah ayat 142-144

1

BAB 2
Pembahasan

2.1. Sejarah pembangunan Kabah oleh Nabi Ibrahim
Ka’bah pusat peribadatan kaum muslimin terletak di kota suci Mekah, Ka’bah telah
ada sebelum Islam sebagai pusat keagamaan. Nabi Ibrahim dan putranya Ismail diyakini
sebagai pendiri bangunan aslinya. Inti bangunan “segi empat” adalah batu hitam (al Hajar al
Aswad). Pada 630 (8 H) sebagai pusat peribadatan dan kiblat umat Islam, ia menjadi sentral
dalam berbagai aspek kehidupan umat termasuk keagamaan, sscial dan politik, keilmuan.
Harun ar Rasyid (w 809/193H) isi wasiat buat kedua anaknya Amin dan Makmum di dinding
Ka’bah. Di zaman modern berbagai penguasa muslim berupaya memanfaatkan kekuasaan
mereka atas Kabah guna memenangkan simpati umat Islam secara luas. Jadi Kabah sebagai
suatu tempat berkumpul beragam bangsa, Kabah dengan Mesjid Al Haramnya menjadi
temapat strategis dan popular bagi penyebaran ilmu dan pelajaran agama.1

Gambar Ka’bah 1.1
1 Prof. DR. Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan,1992. h.503-504.

2

Kabah bangunan suci berbentuk Kubus terbuat dari batu terletak di dalam Masjid
Mekah ditutup dengan kiswah Baitul Atiq (rumah bangunan kuno) Bait Allah Baitullah,
Baitul Haram panjang dinding sebelah utara dan selatan ± 10 m; dan panjang dinding timur

dan barat ± 12m, tinggi ± 15m. pintu pada dinding sebelah timur dan di sudut tenggara
terletak Hajar Aswad. Kabah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail, sebagai
tempat ibadat, ditetapkan sebagai kiblat shalat bagi seluruh umat Islam (Al Baqarah ayat 144)
juga orang yang telah meninggal hendaknya dihadapkan kearah kiblat di dalam kubur.2
Penjelasan tentang Ka’bah dalam surat Al baqarah ayat 127

‫سومإنذ ي سنرسفعع مإبنسرامهيعم ال نسقسوامعسد ممسن ال نبسي ن م‬
‫ت ال سسمميعع‬
‫ت سومإنسسمامعيعل سرب سسنا تسسقب سنل مم سنا مإن سسك أ سن ن س‬
‫ال نسعمليعم‬
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Pada ayat ini Allah swt. mengingatkan kepada orang-orang Arab bahwa yang
membangun Baitullah itu adalah nenek moyang mereka yang bernama Ibrahim dan putranya
Ismail, kedua beliau itu adalah cikal bakal orang-orang Arab dan Israil. Seluruh orang-orang
Arab mengikuti agamanya, yaitu Nabi Ibrahim dari ayat tersebut di atas dapat dipahami
bahwa yang membangun Baitullah itu ialah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Tujuan
mendirikan Baitullah itu adalah untuk beribadat kepada Allah swt.
Baitullah artinya rumah Allah yaitu Kabah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan

Nabi Ismail atas perintah Allah. Bukan berarti bahwa Allah bertempat tinggal di dalamnya
tetapi dibangun khusus untuk tempat menyembah Allah. Pada masa Qusay bin Kilab kakek
Nabi Muhammad yang kelima Kabah belum lagi pakai atap dan sekelilingnya merupakan
tanah lapang lepas tanpa dinding. Semenjak menjadi kepala pemerintahan di kota Mekah
beliau berjasa memberi atap Kabah dengan kayu dan membatasi tanah lapang dikeliling
Kabah. Pada tahun gajah 571 tahun kelahiran Nabi Muhammad datanglah Raja najasi
bernama Abrahah dari Habsyah bersama bala tentaranya untuk menghancurkan Kabah namun
merekalah yang hancur atas izin Allah. Pada masa Khalifah Yazid bi Muawiyah yang
berpusat di kota Damaskus melakukan penyerangan ke Mekah karena tidak mau mengakui
pemerintahannya.
Kota Mekah di serang dan akibatnya bangunan Kabah rusak berat dan diperbaiki
setelah wafatnya Khalifah Yazid bin Muawiyah dan tentaranya mundur oleh Abdullah bin
2 Hassan Shadily, , Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT Dai Nippon Printing Indonesia, t.t.,h. 1613.

3

Zubeir walikota mekah. Pada 62 H Abdullah bin Zubeir ditaklukkan oleh Hajjaj bin Yusuf
dan menguasai kota Mekah kabah mulai dirombak dan disetujui oleh Khalifah Abdul Malik
bin Marwan. Pemerintahan Turki Usmani masa Sultan Murad Khan 1039 H terjadi banjir
besar di Mekah yang mengakibatkan dinding-dinding Kabah rusak dan banyak batu

bangunan yang runtuh oleh Amir Mekah Syarif Masud bin Idris Kabah diperbaiki dan baru
dapat diselesaikan pada masa Amir Syarif Abdullah bin Hasan bin Namir (1040 H). Pada
masa Kerajaan Arab Saudi Pemerintah mengadakan perluasan Mesjid Al Haram setelah
diadakan penyelidikan atas bangunan Kabah ada keretakan dinding dan atapnya dan
perbaikannya baru dapat diselesaikan pada 1377 H. Kabah merupakan satu titik sebgai alat
untuk menyatukan arah umat Islam dalm mengerjakan shalat dan sebagai lambang persatuan
umat.3Baitullah rumah tuhan sebutan Kabah sebagai rumah yang pertama diperintahkan Allah
dibina tempat manusia beribadat. Dibangun oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun (untuk tempat) manusia ialah Baitullah di
Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (Ali Imran ayat 96)
disamping sebagai pusat sebagai ibadat haji, Baitullah (Kabah) juga sebagai pusat kiblat
dalam shalat.4
2.2 Kiblat
Kiblat Adalah arah menghadap pada waktu shalat. Kiblat umat Islam pada waktu
shalat adalah Ka’bah di Mekah. Orang yang langsung dapat melihat Kabah wajib menghadap
padanya.sedangkan orang yang tidak melihatnya langsung, hanya wajib menghadap
kearahnya saja. Dalam sejarah umat Islam salat menghadap Baitul Muqaddas di Palestina
sebagai kiblat setelah datang perintah Allah untuk mengalihkan kiblat dari Baitullah di
Mekah (Qs Al Baqarah ayat 144). Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) Mesjid Al Aqsa Baitul
Muqaddas menurut riwayat merupakan mesjid yang disucikan oleh umat Islam yang

didirikan oleh Nabi Sulaiman. Menurut keterangan tanah yang dipergunakan untuk
membangun mesjid Al Aqsa merupakan tanah waqaf dari seseorang yang bernama Nasuha.
Nasuha mewaqafkan kepada Nabi Daud untuk kepentingan pembangunan mesjid. Ada
perbedaan pemahaman mengenai Mesjid Al Aqsa dalam Al quran surat Bani Israil menurut
jumhur Ulama Mesjid Al Aqsa pada ayat itu adalah Mesjid yang terdapat di Palestina
merupakan tempat sujud terjauh yang disaksikan oleh Nabi Muhammad pada waktu ia miraj

3Ibid., h.160-161
4 Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT Dai Nippon Printing Indonesia, t.t.,h. 363.

4

ke Sidart al Muntaha. Dan yang kedua bukan saja penting bagi umat Islam tetapi juga penting
bagi umat Nasrani dan yahudi.5
Dalam keadaan tertentu dimana seseorang menemui kesulitan dalam menentukan arah
kiblat, maka sikap yanh telah digariskan oleh syariat. Di zaman sekarang, menentukan arah
kiblay bukanlah suatu hal yang sulit karena banyak alat penunjuk arah kiblat yang
diperjualbelikan. Pada dasarnya menghadap kiblat juga merupakan syarat sah dalam shalat
dan tidak dapat ditawar-tawar. Pertama bagi mereka yang dalam keadaan takut , terpaksa,
sakit berat, diperbolehkan tidak menghadap kiblatpada waktu shalat. (QS Al Baqarah ayat

239), Kedua mereka yang shalat sunah diatas kendaraan sesuai dengan hadis Nabi riwayat
Bukhari dari Jabir bin Abdullah dan menurut Imam Muslim, Ahmad Tirmizi, yang
mengatakan bahwa Nabi Muhammad mengerjakan shalat sunah di atas kendaraan ketika
dalam perjalanan dari Mekah menuju Madinah.6
Kiblat dalam Islam jurusan Arah ke Mekah khususnya Kabah (Al Baqarah ayat 144)
ynag diambil dalam melakukan ibadat shalat. Selain Kabah juga Masjid Aqsa pernah menjadi
Kiblat salat selama 16 bulan sesudah hijrah ke Madinah, kemudian berpaling kembali ke
Kabah sesuai dengan pemohonan Nabi Muhammad saw kepada Allah.7
Pengalihan Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah
Sahabat Al Barra meriwayatkan “ Kami Shalat bersama Rasulullah saw, menghadap
Baitul Maqdis (di Palestina) selama 16 bulan atau tujuh belas bulan. Kemudian setelah itu,
Kiblat dialihkan ke arah Kabah (di Mekah) HR Bukhari.8
2.3 Peristiwa Pengalihan Kiblat
Muhammad bin Habib Al Hasyimi menuturkan “ Rasullulah saw mengunjungi Ummu
Basyar bin Al Bara bin Ma’rur di daerah Bani Salamah. Peristiwa itu terjadi pada hari selasa
pertengahan bulan Syaban. Ketika waktu zhuhur tiba, beliau bersama para sahabatnya
melaksanakan shalat zhuhur (qashar) dua rakaat ke arah Syam (letak Baitul Maqdis).
Kemudian turun perintah untuk menghadap Kabah. Maka shaf (barisan dalam shalat) jamaah
yang berada dibelakang beliau berputar untuk berbalik arah. selanjutnya mereka meneruskan
ibadah shalat sampai selesai. Karena peristiwa tersebut dinamai dengan mesjid Al Qiblatain

(yaitu memiliki dua kiblah). Dalam riwayat Al waqidi, persitiwa itu terjadi pada hari Senin
5Ibid., h.639-640.
6Prof. DR. Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan,1992. H. 563.
7Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT Dai Nippon Printing Indonesia, t.t.,h. 1775.
8Imam Ibnul Jauzi, Al Wafa kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad SAW, penj. Mahfud Hidayat & Abdul
Muiz, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2006, h.236-237.

5

pertengahan bulan Rajab di awal bulan ke -17 setelah berkiblat ke Baitul Maqdis. Sedang
menurut riwayat As Suddiy, peralihan kiblat itu terjadi pada awal bulan ke-18 setelah
berkiblat ke Baitul Maqdis.9
Gambar Mesjid Al Aqsa dan Masjidil Haram 1.2

9 Ibid., h. 236-237.

6

2.4 Sejarah Mesjid Qiblatain
Masjid Qiblatain berada di Jalan Khalid bin Al Walid, barat laut Kota Madinah.

Letaknya di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja menuju ke
jurusan Wadi Aqiq. Masjid ini ada di atas bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah,
sekitar tujuh kilometer dari Masjib Nabawi. Masjid tersebut awalnya bernama Masjid Bani
Salamah karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Namun, karena ada peristiwa
yang sangat bersejarah, yaitu turunnya wahyu untuk shalat menghadap kiblat Masjidil
Haram, nama masjid ini diubah menjadi Qiblatain yang berarti dua kiblat. Masjid tersebut
menjadi saksi bisu pemindahan kiblat tersebut. Dulu, kiblat shalat untuk semua nabi adalah
Baitullah di Makkah. Seperti yang tercantum dalam Alquran surah Ali Imran ayat 96,
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah
Baitullah di Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” Kemudian,
ketika Rasulullah berada di Madinah, kiblat selanjutnya ditetapkan di Al Quds atau Masjidil
Aqsha yang ada di Palestina dengan mengarah ke utara. Saat penentuan kiblat di Al Quds ini,
umat Islam sama dengan umat dari kaum lainnya, yaitu Nasrani dan Yahudi yang
memusatkan ibadah di Palestina.
Gambar Mesjid Quba di Madinah1.3

7

Rasulullah SAW pun sering mendapatkan cemoohan dari kaum tersebut. Mereka
menyebut agama Islam yang dibawanya hanya mengekor dari ajaran nenek moyang kaum

mereka. Dengan kesabaran dan lapang hati, Rasulullah menanggapinya dengan diam namun
selalu berdoa agar diberikan petunjuk oleh Allah. Doa Sang Rasul pun terjawab. Saat
menunaikan shalat Zhuhur di Masjid Bani Salamah ini, turunlah wahyu untuk memindahkan
arah kiblat ke Masjidil Haram di Makkah.
Pada tahun ke-2 Hijriyah, tepatnya pada Senin bulan Rajab, Rasulullah berkunjung ke
perkampungan Harrah untuk sekadar bersilaturahim dengan warga Muslim di sana. Ketika
memasuki waktu Zhuhur, Rasulullah melaksanakan shalat di Masjid Salamah. Dalam buku
Ensiklopedi Haji dan Umrah dengan editor Abdul Halim dijelaskan bahwa saat itu Rasulullah
SAW mengimami shalat dengan menghadap ke Masjid Al Aqsha di Palestina. Namun, ketika
selesai rakaat kedua, turunlah wahyu yang memerintahkan untuk mengubah arah kiblat
melalui malaikat. Nabi beserta jamaahnya langsung memutar 180 derajat untuk mengikuti
kiblat baru tersebut, mengarah ke Masjidil Haram yang berada di selatan. “Shalat Zhuhur
ketika itu dilakukan dua rakaat menghadap Masjidil Aqsha dan dua rakaat menghadap
Masjidil Haram,” tulisnya. Wahyu yang turun pada peristiwa bersejarah itu adalah surah alBaqarah ayat 144. “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram.
Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Allahnya dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang mereka kerjakan.” Peristiwa penentuan pindahnya kiblat ini juga

8

diperkuat dengan hadis. Diriwayatkan dari Abdullah Ibn Umar Radiallahu anhuma, dia
berkata, “Ketika manusia sedang di Masjid Quba untuk melaksanakan shalat Subuh, tiba-tiba
datang seorang sahabat dan berkata bahwa malam ini telah di turunkan Alquran kepada Nabi
SAW dan sungguh telah diperintahkan untuk menghadap Qiblah, dan dulunya mereka
menghadap Syam (Baitul Maqdis), lalu mereka memutar untuk menghadap Ka’bah.” Setelah
peristiwa tersebut, otomatis semua kaum Muslim tidak diperbolehkan lagi shalat menghadap
Masjidil Aqsha karena hukum sudah Nusakh. Kiblat arah shalat telah diganti menghadap
Masjidil Haram. Jika ada kaum Muslim yang masih menghadap Masjidil Aqsha, shalatnya
tidak sah. Dan, bagi mereka yang sudah mengetahui hukumnya namun tetap menghadap
Masjidil Aqsha maka mereka tergolong orang-orang yang ingkar.10
Surat Al Baqarah ayat 142-144 :

‫عل سي نسها عقنل‬
‫عنن مقبنل سمتمهعم ال سمتي سكاعنوا س‬
‫سسيسعقوعل ال سعسسفسهاعء ممسن ال سنامس سما سولعهنم س‬
‫( سوك سسذلمسك‬١٤٢) ‫ب ي سنهمدي سمنن يسسشاعء مإسلى مصسرامط عمنستسمقيمم‬
‫لمل سمه ال نسمنشمرعق سوال نسمنغمر ع‬
‫عسلى ال سنامس سويس ع‬

‫سجسعل نسناك عنم أ ع سمطة سوسسططا لمتس ع‬
‫عل سينك عنم‬
‫كوسن ال سرعسوعل س‬
‫كوعنوا عشسهسداسء س‬
‫عل سي نسها مإل لمن سنعل سسم سمنن يست سمبعع ال سرعسوسل‬
‫ت س‬
‫سشمهيطدا سوسما سجسعل نسنا ال نمقبنل سسة ال سمتي ك عن ن س‬
‫عسلى ال سمذيسن سهسدى الل سعه‬
‫ت ل سك سمبيسرطة مإل س‬
‫عمقبسي نمه سومإنن سكان س ن‬
‫عسلى س‬
‫ب س‬
‫مم سمنن يسن نسقلم ع‬
‫( سقند‬١٤٣) ‫سوسما سكاسن الل سعه لميعمضيسع مإيسمان سك عنم مإ سن الل سسه مبال سنامس ل سسرعءومف سرمحيمم‬
‫ب سونجمهسك مفي ال سسسمامء سفل سن عسولم سيسن سسك مقبنل سطة تسنرسضاسها سفسو س مل سونجسهسك سشنطسر‬
‫ن سسرى تسسقل سع س‬
‫حسرامم سوسحي نثعسما ك عن نتعنم سفسو سعلوا عوعجوسهك عنم سشنطسرعه سومإ سن ال سمذيسن عأوعتوا‬
‫ال نسمنسمجمد ال ن س‬
) ‫ع سما ي سنعسمعلوسن‬
‫ح سعق ممنن سر مبسمهنم سوسما الل سعه مبسغامفمل س‬
‫ب ل سي سنعل سعموسن أ سن سعه ال ن س‬
‫ال نمكستا س‬
(١٤٤‫س‬
Artinya: 142. Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: apakah yang
memalingkan mereka (umat Islam) dari Kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah
berkiblat kepadanya? Katakanlah: kepunyaan Allah Timur dan Barat; Dia yang member
petunjuk kepada siapa yang ia kehendaki ke jalan yang lurus.143. Dan demikian (pula) Kami
telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi
atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang mengetahui nasib jadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
10 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/10/18/muu5l3-masjid-qiblatain-masjid-dengandua-kiblat. diunduh tgl 27 September 2014 pukul 14.28 WIB

9

membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. 144. Sungguh
Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
2.5 Asbabun Nuzul Surat Al Baqarah ayat 142-144
Penulis dalam menjelaskan mengungkapkan Asbabun Nuzul melalui tafsir
kontemporer yaitu Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Alquran
Surat Al baqarah-An nas, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis turunnya ayat-ayat Al quran , dan

Tafsir terdahulu dari tafsir Jalalain. Imam Al Wahidi berpendapat bahwa untuk mengetahui
tafsir suatu ayat Al Qur an , tidak mungkin tanpa mengetahui latar belakang peristiwanya dan
kejadian turunnya. Ibnu Daqiequl Ied berpendapat bahwa keterangan tentang kejadian
turunnya ayat merupakan jalan yang kuat untuk memahami makna Alquran. Ibnu Taimiyah
berpendapat bahwa mengetahui asbab nuzul ayat, menolong kita memahami makna ayat,
karena mengetahui kejadian turunnya itu memberikan dasar untuk mengetahui
penyebabnya.11
Di kala Rasulullah SAW melakukan shalat menghadap ke Baitul Maqdis, beliau
sering menengadahkan mukanya ke arah langit menunggu perintah dari Allah SWT
mengharapkan agar kiblat shalat dipindahkan kembali menghadap Ka’bah atau Masjidil
Haram sehingga turunlah ayat ke 144 yang memerinthakan agar kiblat dalam melaksanakan
shalat kembali menghadap ke Masjidil Haram sebagaimana semula. Sebagian kaum muslimin
ada yang berkata Inginlah rasanya kami mengetahui tentang nasib orang-orang yang
meninggal diantara kami sebelum pemindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis kembali ke
Masjidil Haram. Dan bagaimana pula tentang shalat kami sebelum pemindahan arah kiblat
ketika kami melakukan shalat menghadap Baitul Maqdis. Sehubungan dengan itu Allah SWT
menurunkan ayat ke 143 yang ditegaskan menjelaskan bahwa Allah SWT tidak akan menyiayiakan sedikitpun iman mereka, mereka yang telah melakukan peribadatan sesuai dengan
11 KH. Qamaruddin Shaleh, et.al, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis turunnya ayat-ayat Al quran,
Bandung: CV Diponegoro,1982. h.12.

10

ketentuan-ketentuan yang ada pada waktu itu. Sedangkan orang berpikir secara picik dan
tolol pada saat itu” Apakah yang memalingkan kaum muslimin dari kiblat mereka (Baitul
Maqdis) yang selama ini mereka menghadapnya sehingga mereka kembali menghadap
Masjidil Haram. Sehubungan dengan perkataan mereka yang berada pada ketololan Allah
SWT menurunkan ayat ke 142 sebagai jawaban atas perubahan arah kiblat dari Baitul
Maqdis ke Masjidil Haram. (HR ibnu Ishak dari Ismail bin Abi Khalid dari Abi Ishak dari
Barra).12
Diantara orang-orang Islam ada yang ingin mengetahui tentang nasib orang-orang
yang telah meninggal maupun gugur sebagai syuhada sebelum berpindahnya kembali arah
kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, sehubungan dengan keinginan kaum muslimin
itu Allah SWT menurunkan ayat 143 yang menegaskan tentang nasib mereka Allah sematamata tidak menyia-yiakan keimanan dan amal saleh mereka. HR Buhari dan Muslim dari
Barra.13
Rasulullah SAW melakukan shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis selama enam
belas atau tujuh belas bulan lamanya. Padahal dalam hati kecil beliau lebih cenderung
melakukan shalat menghadap ke Ka bah (Masjidil Haram). Pada waktu Rasulullah SAW
mendapat perintah untuk melakukan shalat menghadap ke Masjidil Haram kembali yang pada
saat itu shalat yang yang dilakukan pertama kali adalah shalat azhar sebagaimana yang
ditegaskan pada ayat 144, ada seorang sahabat yang pergi keluar kampong menemui
sekelompok kaum muslimin melakukan shalat di masjid dengan menghadap Baitul Maqdis
yang kala itu mereka sedang melakukan ruku. Sahabt berkata “Demi Allah, aku telah
melakukan shalat (Azhar) bersama Rasulullah SAW menghadap Masjidil Haram. Mereka pun
memutar arah kiblat menghadap ke Masjidil Haram dengan kejadian itu maka timbullah
pemikiran di kalangan umat Islam tentang nasib orang-orang Islam yang telah gugur dikala
diperintahkan shalat menghadap Baitul Maqdis. Sehubungan dengan itu maka Allah SWT
menurunkan ayat 143 sebagai ketegasan bahwa nasib mereka tetap berada di surga lantarab
iman mereka tidak disia-siakan oleh Allah HR Bukhari dari Abu Nuaim dari Zuhair dari Abi
Ishak dari Barra.14
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Barra bin Azib: Bahwa sesungguhnya Nabi
saw. Pertama kali tinggal di Madinah ia tinggal di (rumah) paman-pamannya (Barra) dari
sahabat Anshar dan bahwasanya ia shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama 16 bulan,
12 A Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Alquran Surat Al baqarah-An nas , Jakarta: PT
RajaGrafindo, 2002 h. 48.
13 Ibid., h. 48
14 Ibid., h. 49

11

sedang ia sangat menginginkan kiblat (menghadap) ke Baitullah, dan bahwasanya ia shalat
pertama kali menghadap ke Baitullah adalah shalat azhar bersama orang banyak, kemudian
keluarlah seorang laki-laki yang baru saja shalat bersamanya, lalu ia lewat dihadapan jamaah
masjid yang sedang ruku (shalat) , lalu laki-laki itu berkata: Aku bersaksi kepada Allah
sungguh aku baru saja selesai shalat bersama Nabi saw menghadap ke arah Mekah, lalu
mereka berputar menghadap ke Baitullah, sedang orang yang meninggal sebelum
dialihkannya ke kiblat ke Baitullah, yaitu orang-orang yang terbunuh (dalam pertempuran),
kami tidak tahu apa yang kami katakan terhadap mereka itu. Kemudian turunlah ayat dan
Allah tidak akan menyia-yiakan imanmu.(QS 2:143)15
Dan Barra bin Azib: Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. Pernah shalat menghadap
ke arah Baitul Maqdis dan ia sering menengadah ke langit menanti keputusan dari Allah swt,
kemudian turunlah ayat “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit (QS
2:144). Lalu berkatalah beberapa orang dari kaum muslimin: alangkah senangnya kalau
seandainya kita mengetahui tanda orang yang telah meninggal di antara kita sebelum
dipindahkannya kiblat, dan bagaimana gerangan shalat kami yang menghadap kearah Baitul
Maqdis? Kemudian turunlah ayat Dan tidaklah Allah akan menyia-nyiakan imanmu.16
Hubungan antara ayat-ayatnya dalam Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni Adalah Nabi saw
pada waktu di Mekah menghadap Baitul Maqdis dalam Shalatnya sebagaimana Nabi-nabi
bani israil tetapi sebenarnya ia menyukai menghadap Kabah, karena Ka’bah adalah kiblat
ayahandanya, Ibrahim as sedang ia (Muhammad saw) datang untuk menghidupkan agamanya
(Ibrahim) dan memperbaharui dakwahnya dan karena Ka’bah adalah kiblat yang tertua
dibanding dengan Baitul Maqdis Di samping itu, orang-orang Yahudi mengatakan:
Muhammad itu menyalahi agama kita tapi ia mengikuti Kiblat kita, maka seandainya tidak
ada agama kita tentu dia tidak tahu ke arah mana ia harus menghadap dalam shalatnya. Maka
Nabi saw, tidak menyukai menghadap Baitul Maqdis sehingga diriwayatkan, bahwa ia pernah
berkata kepada Jibril: Aku senang kalau seandainya Allah mengalihkan Kiblat kami dari
kiblatnya kaum Yahudi ke kiblat yang lain dan ia selalu saja menengadah ke langit
mengharap-harap turunnya wahyu tentang dialihkan Kiblat Ka’bah (lihat ad Durrul mantsur,
As Sayuthi, 1:147 dan Majmaul Bayan at-Thabrisi, 1:227). Dan Allah yang Maha Agung
benar-benar memberitakan kepada Rasul-Nya yang mulia tentang apa yang diucapkan oleh
orang-orang yang jahil dari kalangan kaum Yahudi dan Munafiqin sebelum dialihkannya
Kiblat dan memberikan tuntunan alasan yang bagus untuk membantah mereka dan
15 Mua’ammal Hamidy, et.al, Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni, Surabaya: PT Bina Ilmu,1983, h.70
16 Ibid., h. 71.

12

menggembleng jiwanya agar supaya tabah dalam menanggung penderitaan karena gangguan
mereka yang selalu dilancarkan sebagaimana peribahasa mengatakan“Sebelum
menembakkan panah, busur pun di isi terlebih dahulu dengan anak panah dan suatu
pemberitaan sebelum kasusnya terjadi adalah merupakan satu mujizat baginya.17
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasullulah saw, shalat menghadap Baitul
Maqdis dan sering melihat ke langit menunggu perintah Allah (mengharapkan qiblat
diarahkan ke Kabah atau Masjidil Haram) sehingga turunlah ayat tersebut diatas ayat 144
yang menunjukan kiblat ke Masjidil Haram. Sebagian Kaum Muslimin berkata : inginlah
kami ketahui tentang orang-orang yang meninggal sebelum pemindahan qiblat (dari Batul
Maqdis ke Kabah) dan bagaimana pula tentang shalat kami sebelum ini, ketika kami
menghadap Baitul Maqdis? Maka turunlah ayat 143 yang menegaskan bahwa Allah tidak
menyia-yiakan iman mereka yang beribadah menurut ketentuan pada waktu itu. Orang yang
berpikiran kerdil dimasa itu berkata: “Apa pula yang memalingkan mereka (Kaum Muslimin)
dari Qiblat yang mereka hadapi selama ini (dari Baitul Maqdis ke Kabah)? Maka turunlah
ayat lainnya lagi ayat142 sebagai penegasan bahwa Allah yang menetapkan arah kiblat
diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ismail bin Abi Khalid, dari Abi Ishaq yang bersumber dari
Al Barra. Disamping itu ada sumber lain yang serupa dengan riwayat ini.18
Dalam Tafsir Jalalain. Riwayat tentang Surat Al Baqarah ayat 142-144.

‫الجهال } ممسن الناس { اليهود والمشركين } سما ولهم { أي } سسي سعقوعل‬
‫عن مقبنل سمتمهعم التى سكاعنوا ن‬
‫شيء صرف النبي صلى الله عليه وسلم والمؤمنين } س‬
‫عل سي نسها { على استقبالها في الصلة وهي بيت المقدس؟ والتيان بالسين الدالة‬
‫س‬
‫على الستقبال من الخبار بالغيب } عقل ل سل سمه المشرق والمغرب { أي‬
‫الجهات كلها فيأمر بالتوجه إلى أي جهة شاء ل اعتراض عليه } ي سنهمدى سمن‬
‫ي سسشآء { هدايته } إلى صراط { طريق } سعمنستسمقيمم { دين السلم أي ومنهم أنتم‬
‫ دل على هذا‬.

{ ‫السفهاء‬

142. (Orang-orang yang bodoh, kurang akalnya, di antara manusia) yakni orang-orang Yahudi
dan kaum musyrikin akan mengatakan, (Apakah yang memalingkan mereka) yakni Nabi saw.
dan kaum mukminin (dari kiblat mereka yang mereka pakai selama ini) maksudnya yang
mereka tuju di waktu salat, yaitu Baitul Maqdis. Menggunakan 'sin' yang menunjukkan masa
17Ibid., h.72.
18KH. Qamaruddin Shaleh, et.al, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis turunnya ayat-ayat Al quran,
Bandung: CV Diponegoro,1982. H. 47.

13

depan, merupakan pemberitaan tentang peristiwa gaib. (Katakanlah, "Milik Allahlah timur
dan barat) maksudnya semua arah atau mata angin adalah milik Allah belaka, sehingga jika
Dia menyuruh kita menghadap ke arah mana saja, maka tak ada yang akan menentang-Nya.
(Dia memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya) sesuai dengan petunjuk-Nya
(ke jalan yang lurus") yakni agama Islam. Termasuk dalam golongan itu ialah kamu sendiri
dan sebagai buktinya ialah:

‫كما هديناكم إليه } جعلناكم { يا أسمة محمد } أ ع سمطة سوسسططا { خيارا ط‬
‫عسلى الناس { يوم القيامة أ سن رسلهم ب سلغتهم } سوي س ع‬
‫عدول ط } لم ستس ع‬
‫كوسن‬
‫كوعنوا ن عشسهسداسء س‬
‫عل سي نك عنم سشمهيطدا { أنه بلغكم } سوسما سجسعل نسنا { صيرنا } القبلة { لك الن‬
‫الرسول س‬
‫عل سي نسها { أول ط وهي الكعبة وكان صلى الله عليه وسلم يصلي‬
‫ت س‬
‫الجهة } التى عكن س‬
‫إليها فلما هاجر أ عممسر باستقبال بيت المقدس تأ سعلفا لليهود فصلى إليه ستة أو‬
{ ‫سبعة عشر شهرا ط ثم عحمسوسل } مإل س لمن سنعل سسم { علم ظهور } سمن ي ست سمبعع الرسول‬
‫عمقبسي نمه { أي يرجع إلى الكفر شكا في الدين وظنا‬
‫ب على س‬
‫فيصدقه } مم سمن سينسقلم ع‬
‫أن النبي صلى الله عليه وسلم في حيرة من أمره وقد ارتد لذلك جماعة } سومإن‬
‫ت { أي التولية إليها‬
‫ وإنها } سكان س ن‬: ‫{ مخففة من الثقيلة واسمها محذوف أي‬
‫عسلى الذين سهسدى الله { منهم } سوسما سكاسن‬
‫} ل سك سمبيسرطة { شاقة على الناس } مإل س س‬
‫الله لمي عمضيسع إيمانكم { أي صلتكم إلى بيت المقدس بل يثيبكم عليه لن‬
} ‫سبب نزولها السؤال عمن مات قبل التحويل } مإ سن الله بالناس { المؤمنين‬
‫ل سسرعؤومف سرمحيمم { في عدم إضاعة أعمالهم و ) الرأفة ( شسدة الرحمة وعقسدم البلغ‬
‫ للفاصلة‬.

{ ‫} وكذلك‬

143. (Demikian pula) sebagaimana Kami telah membimbing kamu padanya. (Kami jadikan
kamu) hai Muhammad (sebagai umat yang pertengahan) artinya sebagai umat yang adil dan
pilihan, (agar kamu sekalian menjadi saksi terhadap umat manusia) pada hari kiamat bahwa
rasul-rasul mereka telah menyampaikan risalah kepada mereka (dan agar rasul menjadi saksi
terhadap kamu sekalian) bahwa ia telah menyampaikan risalahnya kepadamu. (Dan tidaklah
Kami jadikan kiblat) kamu sekarang ini (menurut arah kiblatmu dulu) yaitu Kakbah yang
menjadi kiblatmu yang mula-mula. Di Mekah Nabi saw. ketika salat menghadap ke sana dan
tatkala ia hijrah ke Madinah disuruhnya menghadap ke Baitulmakdis guna mengambil hati

14

orang-orang Yahudi. Ada 16 atau 17 bulan lamanya Nabi menghadap ke Baitulmakdis, lalu
kembali menghadap ke Kakbah (melainkan agar Kami ketahui) menurut ilmu lahir (siapa
yang mengikuti rasul) lalu membenarkannya (di antara orang-orang yang membelot) artinya
murtad dan kembali pada kekafiran disebabkan keragu-raguan terhadap agama dan dugaan
bahwa Nabi saw. dalam kebimbangan menghadapi urusannya. Memang ada segolongan
orang yang murtad disebabkan ini. (Dan sungguh) 'in' berasal dari 'inna', sedangkan isimnya
dibuang dan pada mulanya berbunyi 'wa-innaha', artinya 'dan sesungguhnya ia' (adalah ia)
yakni pemindahan kiblat itu (amat berat) amat sulit diterima manusia, (kecuali bagi orangorang yang diberi petunjuk oleh Allah) di antara mereka (dan Allah tidak akan menyianyiakan keimanan mereka) maksudnya salat mereka yang dulu menghadap ke Baitul makdis,
tetapi akan tetap memberi pahala kepada mereka karenanya. Sebagaimana kita ketahui sebab
turun ayat ini adalah datangnya pertanyaan mengenai orang yang meninggal sebelum
pemindahan kiblat. (Sesungguhnya Allah terhadap manusia) yakni yang beriman (Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang) sehingga Dia tidak akan menyia-nyiakan amal perbuatan
mereka. 'Ra`fah', artinya amat pengasih dan didahulukan agar lebih tepat menemui sasaran.

} { ‫ب { تص سعرف } سونجمهسك مفي { جهة } السماء‬
‫للتحقيق } نرى تسسقل سع س‬
‫متطلعا إلى الوحي ومتشسوقا ط للمر باستقبال الكعبة وكان يوسد ذلك لنها قبلة‬
{ ‫حول سنك } مقبنل سطة ترضاها‬
‫إبراهيم ولنه أندسعى إلى إسلم العرب } سفل سن عسول سي سن سسك { ن م س‬
{ ‫تحبها } سفسوسل سونجسهسك { استقبل في الصلة } سشنطسر { نحو } المسجد الحرام‬
‫ث سما عكنتعنم { خطاب للمة } سفسو سعلوا ن عوعجوسهك عنم { في الصلة‬
‫أي الكعبة } سوسحي ن ع‬
‫} سشنطسرعه سومإ سن الذين عأوعتوا ن الكتاب ل سي سنعل سعموسن أ سن سعه { أي التولي إلى الكعبة } الحق‬
‫{ الثابت } مسمن سربسمهعم { لما في كتبهم من نعت النبي صلى الله عليه وسلم‬
‫ع سما ي سنعسمعلوسن { بالتاء أيها المؤمنون من‬
‫من أنه يتحول إليها } سوسما الله بغافل س‬
‫ امتثال أمره وبالياء أي اليهود من إنكار أمر القبلة‬.

{‫د‬
‫سق ن‬

144. (Sungguh) menyatakan kepastian (telah Kami lihat perpalingan) atau tengadah
(wajahmu ke) arah (langit) menunggu-nunggu kedatangan wahyu dan rindu menerima
perintah untuk menghadap Kabah. Sebabnya tidak lain karena ia merupakan kiblat Nabi
Ibrahim dan lebih menggugah untuk masuk Islamnya orang-orang Arab (maka sungguh akan
Kami palingkan kamu) pindahkan kiblatmu (ke kiblat yang kamu ridai) yang kamu sukai.
(Maka palingkanlah mukamu) artinya menghadaplah di waktu salat (ke arah Masjidilharam)
yakni Kakbah (dan di mana saja kamu berada) ditujukan kepada seluruh umat (palingkanlah
mukamu) dalam salat (ke arahnya! Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Alkitab sama
15

mengetahui bahwa itu) maksudnya pemindahan kiblat ke arah Kakbah (benar) tidak
disangsikan lagi (dari Tuhan mereka) karena di dalam kitab-kitab suci mereka dinyatakan
bahwa di antara ciri-ciri Nabi saw. ialah terjadinya pemindahan kiblat di masanya. (Dan Allah
sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan) jika dengan ta, maka ditujukan kepada
'kamu' hai orang-orang yang beriman, yang mematuhi segala perintah-Nya, sebaliknya bila
dengan ya, maka ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang menyangkal soal kiblat ini.19

BAB 3
Kesimpulan
Al-Manawi dalam kitabnya at-Tauqif ‘al-Muhimmat at-Ta‘rif menjelaskan bahwa
“kiblat” adalah segala sesuatu yang ditempatkan di muka, atau sesuatu yang kita menghadap
kepadanya. Jadi secara harfiah kiblat mempunyai pengertian arah ke mana orang menghadap.
Oleh karena itu Kakbah disebut sebagai kiblat karena ia menjadi arah yang kepadanya orang
harus menghadap dalam mengerjakan salat. Islam sangat menekankan adanya shalat bersama
guna meneguhkan tali persaudaraan serta kerjasama. Sehingga penentuan arah kiblat pada
hakikatnya adalah menentukan posisi Kabah dari suatu tempat di permukaan bumi, atau
sebaliknya. Dari penjelasan tersebut maka Kiblat umat Islam diseluruh dunia yaitu Kabah.
Menghadap Kiblat adalah merupakan syarat sahnya shalat, sehingga tidak sahnya
shalat seseorang tanpa menghadap kiblat, kecuali shalat dalam keadaan khauf, shalat sunah di
atas kendaraan atau perahu, yang diperkenankan menghadap ke arah mana saja kendaraan itu
menghadap menurut riwayat dari Ahmad, Muslim dan Tirmidzi:”Bahwa sesungguhnya Nabi
saw . pernah shalat diatas kendaraannya ( menghadap kearah ) di mana kendaraannya itu
menghadap.” Dan berkenaan dengan initurunlah ayat maka ke arah mana saja kamu
menghadap disitulah wajah Allah (QS Al Baqarah ayat 115

19 Imam jalaludin Al Mahalliy Imam Jalaluddin As Suyuthi Terjemah Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul,
pent. Mahyudin Syaf, et.al. Bandung: Sinar Baru, 1990. h.74-76.

16

Daftar Referensi
Prof. DR. Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan,1992.
Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT Dai Nippon Printing Indonesia, t.t.
Imam Ibnul Jauzi, Al Wafa kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad SAW, penj. Mahfud
Hidayat & Abdul Muiz, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2006.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/10/18/muu5l3-masjid-qiblatain-masjiddengan-dua-kiblat. diunduh tgl 27 September 2014 pukul 14.28 WIB.
Imam Jalaludin Al Mahalliy, et.al, Terjemah Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul, pent. Mahyudin
Syaf, et.al. Bandung: Sinar Baru, 1990.
KH. Qamaruddin Shaleh, et.al, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis turunnya ayat-ayat Al quran,
Bandung: CV Diponegoro,1982.
Mua’ammal Hamidy, et.al, Tafsir Ayat Ahkam Ash Shabuni, Surabaya: PT Bina Ilmu,1983.
A Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Alquran Surat Al baqarah-An nas , Jakarta: PT
RajaGrafindo, 2002.

17