Korupsi dan Tindakan Pencegahan Beserta

Korupsi dan Tindakan Pencegahan Beserta
Pemberantasan di Indonesia

Kelas 18
Oleh Kelompok 5
1. M. Himawan Luthfillah



2. Saputra Dyan Efendy



3.
4.
5.
6. Mochammad Iqbal A.
7.
8.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya

2016

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Korupsi dan Tindakan Pencegahan Korupsi di Indonesia“.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah kami ini. Untuk itu,
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat-kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Korupsi dan Tindakan
Pencegahan Korupsi di Indonesia“ dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.


Surabaya, 4 April 2016

Penyusun

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Sering kita mendengar kata yang satu ini, yaitu “KORUPSI”, korupsi ada
disekeliling kita, mungkin terkadang kita tidak menyadari itu. Korupsi biasa terjadi
dirumah, sekolah, masyarakat, maupun diinstansi tertinggi dan dalam pemerintahan.
Mereka yang melakukan korupsi terkadang mengangap remeh hal yang dilakukan itu.
Hal ini sangat mengkhawatirkan, sebab bagaimana pun, apabila suatu organisasi
dibangun

dari

korupsi,

maka


korupsi

akan

dapat

merusaknya.

Dari kenyataan diatas dapat ditarik dua kemungkinan melakukan korupsi, yaitu ;
Metode yang digunakan oleh pendidik belum sesuai dengan kenyataannya, sehingga
pelajaran yang diajarkan tidak dapat dicerna secara optimal oleh anak didik. Kita
sering menganggap remeh bahkan malas untuk mempelajari hal ini , karena
kurangnya motivasi pada diri sendiri, sehingga sering sekali berasumsi “untuk apa
mempelajari “ padahal itu sangat penting untuk diketahui agar tahu hak dan
kewajiban kita untuk Negara ini.

1.2 Rumusan Masalah
1.
2.

3.

Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi?
Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tindak pidana korupsi
Bagaimana cara menangani korupsi yang selama ini berlangsung dan solusi
nyata yang harus diterapkan di Indonesia

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas
korupsi

Bab II

Pembahasan

2.1 Deskripsi Korupsi di Indonesia

Korupsi ibarat virus yang telah menggerogoti tubuh bangsa Indonesia ini. Tidak
ada sedikit pun bagian dari tubuh negeri ini yang bebas dari aksi virus yang berbahaya
ini. Mulai dari kaki, tangan, sampai dengan kepala, dan semua bagian tubuh ini telah
terkena virus berbahaya ini. Perilaku korupsi tidak hanya dilakukan oleh para pencuri
tingkat tinggi, tetapi telah menyebar ke para pencuri tingkat awam. Sebagai contoh
pemulung berani mencuri kotak sampah di kawasan perumahan yang dijaga oleh seorang
satpam. Pencuri lain pun telah mencuri besi pembatas jalan raya. Virus korupi telah
menyebar ke kelompok masyarakat apa dan mana pun juga. Oleh karena itu, sekali
ditemukan virusnya di satu tempat, tempat yang lain pun telah terkena pula. Wajah-wajah
virus itu pun tidak sedikitpun yang merasa menyesali perbuatannya. Sekian banyak virus
yang dapat dideteksi, virus-virus yang lain muncul lagi, dan tidak kalah ganasnya..
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan
sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang
Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan
Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228
Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi
Tertib”yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih
dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya

dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup
banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat
negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada
akhirnya menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim
Orde Baru menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan
Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari KKN.

2.2 Pengertian Korupsi
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) atau rasuah adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan
publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak
Jika membicarakan tenatng korupsi memang akan menemukan kenyataan
semacam itu karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat keadaan yang busuk,
jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, sera penempatan kelurga atau
golongan kedalam kedinasan di bawah kekusaan jabatnnya. Menurut Undang-Undang

No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam
tindak pidana korupsi adalah: Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum,
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara. Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugastugas resmi suatu jabatan secara sengaja untuk memperoleh keuntungan berupa status,
kekayaan atau uang untuk perorangan, keluarga dekat atau kelompok sendiri. Adapun
Indonesia menempati peringkat ke 88 dengan skor CPI 36. Skor tersebut meningkat dua
poin dari tahun 2014 yang berada di peringkat ke 107 dari 174 negara yang diperiksa.

2.3 Ciri-ciri Korupsi
Suatu tindakan pasti memiliki ciri-ciri tertentu, khusunya korupsi. Berikut ini
terdapat beberapa ciri-ciri korupsi antara lain:
(a) suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan
(b) penipuan terhadap badan pemerintah
(c)dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus
(d) dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan di mana orang-orang yang berkuasa
atau bawahannya menganggapnya tidak perlu
(e) melibatkan lebih dari satu orang atau pihak


(f) adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang lain
(g) terpusatnya kegiatan (korupsi) pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti
dan mereka yang dapat mempengaruhinya
(h) adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan
hukum, dan
(i) menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi.

2.4 Dampak korupsi
Berkaitan dengan dampak yang diakibatkan dari tindak pidana korupsi,
setidaknya terdapat dua konsekuensi. Konsekuensi negatif dari korupsi sistemik terhadap
proses demokratisasi dan pembangunan yang berkelanjutan adalah :
a. Korupsi mendelegetimasikan proses demokrasi dengan mengurangi kepercayaan
publik terhadap proses politik melalui politik uang;
b. Korupsi mendistorsi pengambilan keputusan pada kebijakan publik, membuat tiadanya
akuntabilitas publik, dan menafikan the rule of law. Hukum dan birokrasi hanya melayani
kepada kekuasaan dan pemilik modal;
c. Korupsi meniadakan sistem promosi dan hukuman yang berdasarkan kinerja karena
hubungan patron-client dan nepotisme;
d. Korupsi mengakibatkan proyek-proyek pembangunan dan fasilitas umum bermutu
rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga menganggu

pembangunan yang berkelanjutan;
e. Korupsi mengakibatkan sistem ekonomi karena produk yang tidak kompetitif dan
penumpukan beban hutang luar negeri.
Korupsi yang sistematik dapat menyebabkan :
a. Biaya ekonomi tinggi oleh penyimpangan;
b. Biaya politik oleh penjarahan atau pengangsiran terhadap suatu lembaga publik, dan;
c. Biaya sosial oleh pembagian kesejahteraan dan pembagian kekuasaan yang tidak

2.5 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Upaya pencegahan (preventif).
2. Upaya penindakan (kuratif).
3. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
4. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
I. Upaya Pencegahan (Preventif)
Upaya pencegahan yaitu merupakan tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak untuk
berwajib sebelum terjadinya penyimpangan (korupsi) agar suatu tindak dapat diredam
atau dicegah. Berikut beberapa upaya pencegahan korupsi:

1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada
bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tanggung
jawab yang tinggi.
4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa
tua.
5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi
dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan melalui
penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

II. Upaya Penindakan (Kuratif)
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan
diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana.
Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :
1. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia
milik Pemda NAD (2004)

2. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.

3.

Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI

4.

Jakarta (2004).
Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan

5.

keuang-an negara Rp 10 milyar lebih (2004).
Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement

6.
7.
8.
9.

deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus
korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9

miliar (2004).
10. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).
III Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa
1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial
terkait dengan kepentingan publik.
2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.
4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif
dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.
IV Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

1. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang
meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan
terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas
korupsi melalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik
korupsi. ICW lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan
reformasi yang meng-hendaki pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
2. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba sekarang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang
demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi
Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia,

disusul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005,
In-donesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia
adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan
Usbekistan, serta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay,
Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah
negara terbebas dari korupsi.
» Peran Serta Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi:
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali
upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat
hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberantas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir”
bagi para pelaku tindak KKN.
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
2. Mendorong

pemerintah

melakukan

reformasipublic

sector dengan

mewujudkan good governance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

Kesimpulan dan Saran

1. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan)
dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu
mengandung unsur “penyelewengan” ataudishonest (ketidakjujuran).
2. Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan
sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Korupsi di Indonesia semakin
banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi.
3. Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi ditunjukkan dengan KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas
korupsi.
4. Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indonesia, antara lain: upaya pencegahan (preventif), upaya penindakan (kuratif),
upaya edukasi masyarakat/mahasiswa dan upaya edukasi LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat)
Korupsi harus di hapuskan mulai petinggi-petinggi di Negara ini
contohnya presiden menteri, gubernur agar tidak menjadi contoh dalam anggotaanggota bawahan di Negara kita seperti bupati, kepala desa, dll.
Peran KPK sebagai lembaga pemberantas korupsi harus di perkuat
melalui dipertegasnya undang-undang tindak pidana korupsi, memilih ketua KPK
yang netral dan tegas, serta menempatkan KPK di tiap kabupaten/kota agar
tindakan korupsi di tingkat daerah dapat diberantas secepatnya.