LEGAL OPINION Hak Asasi Manusia Mengenai

LEGAL OPINION
Hak Asasi Manusia Mengenai Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kepada Anak
“Bocah Korban Hantaman Palu Sang Ayah Jalani Operasi”
Zulfikar Dori Ad’ha 8111416264
zulfikardori@students.unnes.ac.id
1. PENDAHULUAN
Di negara Indonesia masih banyak dijumpai kekerasan dalam rumah
tangga atauyang lebih dikenal dengan KDRT, sudah tidak heran dengan
banyak nya kasus kekerasan yang dilakukan anggota keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya faktanya biasanya KDRT ini terjadi
karena adanya sikap tidak saling menghargai antara sesame keluarga,
karena masalah status dan perkataan serta cacian dari anggota
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Egoisme sering menjadi
penyebab dimana kekerasan dilakukan sebagai bentuk dari sikap
emosional para pelaku KDRT ini mungkin disebabkan karena inginnya
rasa dihormati oleh anggota keluarga lain atau hak anggota keluarga
yang tidak dipenuhi oleh antar sesama anggota keluarga berdampak
dan berujung tindakan kekerasan, pelaku KDRT di Indonesia dengan
alasan rasa jengkel atau tidak merasa dihargai antar sesama anggota
keluarga lain menjadi faktor utama terjadinya tindakan kekerasan,

namun pada posisinya bila seorang suami yang wajib mencari nafkah
sedangkan istri yang harus nya dinafkahi tidak terlaksana atau tidak
terwujud karena mungkin sang suami memang selalu kurang dalam
memberikan nafkah kepada keluarga sehingga terkadang mertua atau
sang istri mencaci bahkan menghina karena tidak terwujudnya suatu
kewajiban suami kepada keluarga dan akhirnya karena sang suami
mengalami tekanan diperlakukan seperti tidak layaknya seorang suami
hanya karena kurang mampu memberikan rezeki atau nafkah untuk
keluarga nya maka terkadang sang suami pun melakukan aksi fisik
terhadap anggota keluarga karena status sebagai seorang kepala
rumah tangga yang di injak-injak atau disepelekan karena kurang
mampu mewujudkan tugasnya dalam menafkahi keluarga.
Dan di Indonesia masih banyak terjadi dan korban nya terkadang
anak sendiri yang menjadi pelampiasan amarah dan rasa kesal seorang
ayah karena selau diperlakukan tidak sebagaimana mestinya suami
yaitu menjadi kepala rumah tangga. Anak yang dianiyaya disakiti dan
bahkan disiksa inilah yang menjadikan kekerasan dalam rumah tangga
juga ikut termasuk didalam pelanggaran HAM yang mana seorang
anggota keluarga baik ayah maupun ibu yang sering berlaku kasar
terhadap anak dan tidak sebagaimana mestinya anak mendapat kasih

sayang dan perlindungan dari kedua orang tuanya inilah yang
mengakibatkan banyaknya kasus kekerasan dalam rumah tangga dan
berujung pada pengadilan atau sudah masuk ke ranah hukum sebagai
pelanggaran HAM terhadap manusia, maupun pelanggaran kekerasan

terhadap anak. Sebagai seorang anak hendaklah mendapatkan kasih
sayang dan perlindungan dari kedua orang tua baik ayah maupun ibu
namun kenyataannya banyak anak yang disiksa, disia-siakan, dan
terkadang diperlakukan seperti bintang, mengenai hal ini tentu akan
berdampak pada psikis anak yang dimana anak akan mengalami
trauma, ketakutan dan mental yang tidak stabil. Hal ini tentu saja
mengerikan mengenai anak adalah generasi penerus bangsa namun
malah diperlakukan tidak sebagaimana mestinya. Banyak anak yang
menjadi gelandangan karena tersiksa dan kabur dari rumah atau anak
yang dipaksa orang tuanya untuk mengemis atau mengamen dan
bukan mendapatkan haknya yaitu bersekolah akan tetapi hal ini sudah
merupakan suatu kejahatan dan layaknya seorang orang tua seperti ini
dihukum atas nama keadilan dalam sudut pandang ham dan juga
perlindungan anak. Banyak kasus dimedia yang menceritakan
kekerasan terhadap anak dan kekerasan rumah tangga di Indonesia

anak yang harusnya menuntut ilmu dan belajar disekolah malah
disuruh mengamen bahkan menjadi pengemis ini sungguh
memprihatinkan mengapa anak diperlakukan seperti ini sedangkan
kekerasan juga berdampak pada anak seperti memar, berdarah dan
luka-luka akibat serangan dari orang tua yang menyiksa anaknya
sendiri. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab para aparat serta hukum
yang ditegakan guna melindungi anak serta melindungi hak asasi
manusia karena hak asasi adalah hak-hak dasar melekat sejak lahir.
Hak-hak tersebut dimiliki manusia, hak-hak tersebut berlaku bagi
setiap anggota umat manusia tanpa memperhatikan faktor pemisah
seperti ras, agama, warna kulit, kasta kepercayaan, jenis kelamin dan
kebangsaan.1 Dengan difinisi seorang yang melakukan pelanggaran
kekerasan dapat dijatuhi hukuman karena di dalam Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan pada pasal 1
ayat (1) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi negara, baik hukum serta pemerintahan, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 2
Dengan ini keadilan kekerasan dalam rumah tangga yang sering

membuat anak sebagai korban dalam kekerasan dapat ditegakan dan
menjadi pedoman bagi manusia untuk merasa aman karena negara
melindungi hak nya untuk hidup dan apabila ada yang merusak,
menghina dan melakukan kekerasan terhadap sesama manusia akan
mendapat hukuman sesuai dengan ketentuan yang sudah ada didalam
Undang-undang serta peraturan-peraturan hukum terkait dengan Hak
Asasi Manusia. Penyelesaian dan solusi nya adalah dengan mungkin
laporan kepada pihak yang berwenang atau aparat-aparat penegak
hukum di Indonesia bila terjadi kasus semacam ini dalam lingkungan
bermasyarakat maupun hingga lingkungan negara karena Hak Asasi
Manusia adalah masalah serius yang masih sering terjadi di Indonesia,
1 Djarot, Eros, dan Haas, Robert, Hak-Hak Asasi Manusia dan Media(Human Right and The
Media), (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), halm 13
2 Zainudin, Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), halm 90

penegakan nya harus juga serta merta tegas dan adil karena kekerasan
juga berpengaruh tidak hanya pada psikis dan mental juga berdampak
pada hilangnya nyawa manusia atau kematian.
2. ANALISIS ATURAN HUKUM
Pasal 1 UU RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

kekerasan dalam rumah tangga dijelaskan bahwa kekerasan dalam
rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang mengakibatkan timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan fisik, seksual, psikologis,dan atau penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan.
Serta anak yang menjadi korban kekerasan orang tua nya yang
terjadi di Indonesia menjadi suatu masalah untuk di tegakan keadilan
nya karena tidak sepantasnya anak mendapat perilaku kasar dan
penganiyayan baik dari orang tuanya sendiri. Dan dengan adanya
hukum atau aturan hukum mengenai Hak Asasi Manusia ini dapat di
kemukaka sebuah perilaku manipulatif dan mengontrol yang dilakukan
pasangan suami istri baik yang dilakukan suami maupun istri dan
maupun yang berdampak pada anak. Perilaku kekerasan tersebut
mencakup empat hal:
Kekerasan Psikis : Anda diisolasi atau dijauhkan dari keluarga dan
teman-teman, setiap aktivitas dipantau pasangan, pasangan terlalu
posesif atau kerap disakiti dengan kata-kata kasar. Jika iya, artinya
Anda atau anak anda sudah mengalami kekerasan psikis.
Kekerasan Fisik : Anda disebut mengalami kekerasan fisik jika
pasangan melakukan pemukulan, ditampar, menarik rambut, mencekik

atau melakukan sentuhan (secara kasar) yang tidak diinginkan. Dan
berakibat luka atau bekas tanda di bagian tubuh karena siksaan.
Kecemburuan : Pasangan suka mengancam dan mengintimidasi,
pasangan kerap membuat Anda tersakiti dengan merendahkan atau
mengucapkan kata-kata kasar, pasangan kerap membuat Anda merasa
tidak bisa hidup sendiri, adalah bagian dari kecemburuan. Mungkin
tidak berpengaruh banyak terhadap anak namun tetap masih
berdampak kepada anak apabila terjadi pelampiasan rasa emosi
kepadanya.
Kekerasan Seksual : Sentuhan secara seksual, hubungan seksual
yang tak diinginkan adalah bentuk dari kekerasan seksual.KDRT adalah
pelakuan kasar dalam bentuk fisik dan nonfisik yang dilakukan oleh
seorang atau lebih anggota keluarga kepada anggota lainnya. Seperti
misalnya seorang ayah yang memperkosa anaknya atau anak yang
memperkosa ibunya serta mertua yang memperkosa istri dari anaknya
sendiri. Hubungan terlarang ini juga berakibat hukum dan aturan
hukum sudah jelas menetapkan jika terjadi hal semacam ini maka akan
terpidananya pelaku yang melakukan perbuatan tersebut.
Aturan hukum yang berpengaruh besar adalah Undang-Undang
Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak.

Serta didalam Undang-Undang Dasar 1945 yakni dalam pasal 27
sampai 34 UUD 1945 yang mengatur tentang HAM. Unsure syarat dan
akibat hukum nya adalah terletak pada kasus kekerasan dalam rumah
tangga yang menakibatkan korban anak sebagai korban dari kekerasan
fisik maupun psikis ini tergolong atau masuk dalam beberapa pasal
dan undang-undang yang terkait dengan kdrt serta undang-undang
tentang anak dan juga berkenaan dengan Hak Asasi Manusia karena
merupakan tindakan pelanggaran hak asasi manusia yang di lakukan
dengan sengaja oleh pelaku, hal ini tegas didalam pasal 27 sampai 34
UUD 1945 tentang ham dan juga beberapa Undang-undang tentang
perlidungan anak yang dilanggar akibat hukum yang timbul adalah
hukuman dan pidana bagi pelaku karena melanggar ketentuan dari
undang-undang yang ada. Adapun hak-hak yang ada dalam UndangUndang No 39 Tahun 1999 tersebut antara lain sebagai berikut :
 Hak untuk hidup(Pasal 4)
 Hak untuk berkeluarga(Pasal 10)
 Hak untuk mengembangkan diri(Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)
 Hak untuk memperoleh keadilan(Pasal 17, 18, 19)

 Hak atas kebebasan pribadi(Pasal 20-27)
 Hak atas rasa aman(Pasal 28-35)
 Hak atas kesejahteraan(Pasal 36-42)
 Hak turut serta dalam pemerintahan(Pasal 43-44)
 Hak wanita(Pasal 45-51)
 Hak anak(Pasal 52-66)
Unsur syarat terpenuhinya sebuah tindakan atau perilaku hukum ini
adalah dimana seorang melakukan kekerasan secara fisik kepada
anggota keluarga lain seperti memukul, menyiksa dan merampas
keadilan yang seharusnya didapat didalam sebuah keluarga, selain
dampak fisik seperti memar dan luka-luka, kepribadian dan mental
seorang anak atau anggota keluarga yang lain yang mengalami
kekerasan dalam rumah tangga juga berakibat buruk pada psikis atau
mental korban kekerasan dalam rumah tangga. Karena unsur
kekerasaan ada maka Hak Asasi Manusia juga ikut ada dalam kasus
kekerasan dalam rumah tangga dan juga segala peraturan undangundang mengenai perlindungan terhadap anak juga ikut mengenai
dalam kasus pelanggaran kekerasan dalam rumah tangga. Segala
bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang
berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk
ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga

atau keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai
dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan emosional,
ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan
istri. Setelah membaca definisi di atas, tentu pembaca sadar bahwa
kekerasan pada istri bukan hanya terwujuddalam penyiksaan fisik,
namun juga penyiksaan verbal yang sering dianggap remeh namun
akan berakibat lebih fatal dimasa yang akan datang.
3. UJI SYARAT

Kemungkinan penyebabnya karena tidak adanya komunikasi yang
baik antara dua individu, baik istri maupun suami. Padahal dalam
berumah tangga, komunikasi menjadi salah satu hal yang penting.
Kurangnya komunikasi menyebabkan timbulnya kesalahpahaman. Jika
tidak disikapi dengan baik, kesalah pahaman tersebut bisa menjadi
KDRT seperti pada masalah ini. Dan dapat juga menjadikan anak
sebagai suatu pelampiasan atau anak adalah korban utama dari
kekejaman orang tua yang mungkin menjadikan kekerasan terhadap
anak atau anggota lain keluarga seperti ibu menjadi sering terjadi,
karena tindakan semena-mena suami atau pun orang tua yang
menjadikan pengaruh besar terhadap psikis anak, kasus yang ada

adalah misalnya anak yang terkena hantaman palu sang ayah hanya
karena tidur sang ayah terganggu maka tidak segan-segan ayah
mengambil palu dan merasa jengkel karena tidurnya dibangukan oleh
anaknya hal ini tentu menjadikan sebab kekerasan dalam rumah
tangga dan juga berkenaan dengan kekerasan terhadap anak sehingga
harus dioprasi dan dirawat dirumah sakit karena bagian kepala belakan
dan punggung mengalami luka serius serta pihak ayah atau pelaku
berurusan dengan polisi.
Dengan tindakan setega itu terhadap anaknya, pelaku mendapatkan
hukuman yang setara yang sudah dicantumkan dalam undang-undang
serta peraturan perundang-undangan perlindungan anak dan akan
menjalani hukuman sebagai mana mestinya yang ditetapkan dalam
peraturan hukum perundang-undangan di Indonesia. Selain mengalami
tindakan kasar dan luka anak ini juga mengalami gangguan dibagian
pendengaran serta mental dan psikis anak juga berdampak dari
perilaku ayahnya kepadanya, hal ini tentu tidak baik karena dimasa
pertumbuhan anak haruslah mendapat gizi dan pendidikan yang
selayaknya namun sekarang dia harus mengalami kesakitan yang
dilakukan oleh ayahnya kepadanya.


Berdasarkan fakta tersebut merupakan kategori dari syarat
kumulatif karena terdapat jelas pelanggaran yang dilakukan ayah
terhadap anaknya dan serta juga termasuk dalam tindakan kekerasan
terhadap anak dan menyalahi undang-undang perlindungan anak, dan
dalam arti luasnya juga termasuk didalam pelanggaran hak asasi
manusia karena memperlakukan manusia atau anaknya dengan tidak
baik bahkan sampai melukai anaknya dengan palu hanya karena akibat
tidur sang pelaku yang terganggu karena ulah si anak tersebut. Syarat
kumulatif digunakan berdasarkan unsur yang melengkapi dan bersifat
memenuhi sebuah perkara atau kasus dimana terpenuhinya unsur
tindakan sesuai dengan pasal atau menyalahi ketentuan peraturan dan
ditambahkan kata dan pada setelah rincian kedua dari terakhir. Dan
syarat alternatif hanya bersifat pilihan apabila terpenuhinya
ditambahkan kata atau setelah rincian kedua dan terakhir.
Termasuk kumulatif karena terpenuhinya tindakan pelaku kekerasan
dalam rumah tangga dan juga kekerasan kepada anak yang melanggar

undang-undang perlindungan anak, mengenai hal tersebut pelaku
dikenakan:
a. Pasal 1 UU RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga dijelaskan bahwa kekerasan
dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang mengakibatkan timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis,dan atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan pemaksaan.
b. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dijelaskan pada pasal 1 ayat (1) meliputi: Hak untuk hidup(Pasal
4), Hak untuk berkeluarga(Pasal 10), Hak untuk mengembangkan
diri(Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16), Hak untuk memperoleh
keadilan(Pasal 17, 18, 19), Hak atas kebebasan pribadi(Pasal 2027),
Hak
atas
rasa
aman(Pasal
28-35),
Hak
atas
kesejahteraan(Pasal
36-42),
Hak
turut
serta
dalam
pemerintahan(Pasal 43-44), Hak wanita(Pasal 45-51), Hak
anak(Pasal 52-66)
c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak
d. Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Anak.
e. Undang-Undang Dasar 1945 yakni dalam pasal 27 sampai 34
UUD 1945 yang mengatur tentang HAM.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan sumber serta kasus yang terjadi kepada
sang anak yang dipukul palu oleh ayahnya merupakan tindakan
yang menyalahi aturan hukum dan berakibat hukum diantaranya
melanggar Pasal 1 UU RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dijelaskan bahwa
kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang mengakibatkan timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis,dan atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan pemaksaan, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia dijelaskan pada pasal 1 ayat (1) meliputi: Hak
untuk hidup(Pasal 4), Hak untuk berkeluarga(Pasal 10), Hak untuk
mengembangkan diri(Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16), Hak untuk
memperoleh keadilan(Pasal 17, 18, 19), Hak atas kebebasan
pribadi(Pasal 20-27), Hak atas rasa aman(Pasal 28-35), Hak atas
kesejahteraan(Pasal
36-42),
Hak
turut
serta
dalam
pemerintahan(Pasal 43-44), Hak wanita(Pasal 45-51), Hak
anak(Pasal 52-66), Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2012

Tentang Sistem Peradilan Anak., Undang-Undang Dasar 1945 yakni
dalam pasal 27 sampai 34 UUD 1945 yang mengatur tentang HAM.
Semua yang dilanggar itu memenuhi syarat dari aturan hukum
dan jelas melanggar dan hukuman atau akibat hukum juga sudah
tertera didalam pasal dan juga undang-undang yang berlaku dan
atau bersangkutan maka akibat hukum jelas ada dan tindakan
seorang ayah tersebut benar-benar memenuhi syarat dari aturan
hukum yang dilanggar berakibat hukum dan sudah pasti terjerat
dan terpidananya ayah karena perbuatan kekerasan dalam rumah
tangga, melanggarnya undang-undang perlindungan anak serta
HAM yang dilanggar karena melakukan kekerasan kepada anak atau
manusia. A Gunawan Setiardjo memberikan pengertian yakni hak
yang melekat pada manusia berdasarkan kodrat dan hak yang
dimiliki sebagai manusia dipahami secara universal 3 jadi penting
bagi kita manusia saling menghargai dan menghormati hak asasi
sesama manusia. Dan juga memberikan rumusan HAM sebagai hak
yang melekat Tuhan Yang Maha Esa dengan memberikan
kemampuan manusia (akal budi) membedakan yang baik dan buruk
dan membimbing manusia menjalankan kehidupannya4

DAFTAR PUSTAKA
3 A.Gunawan Setiardjo, Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila,
(Yogyakarta: Kanisius, 1993), halm 71
4 Darwin Prinst, Sosialisasi dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia, (Bandung:
Citra Aditya Bhakti, 2001), halm 8

http://googleweblight.com/?
lite_url=http://m.liputan6.com/news/read/3103014/bocah-korbanhantaman-palu-sang-ayah-jalani-operasi&lc=idID&s=1&m=459&host=www.google.co.id&ts=1509287740&sig=ANTY_L2
TGDGGKSOO7zeMmlS2GzphBoH4pw
Djarot, Eros, dan Haas, Robert, 1998, Hak-Hak Asasi Manusia dan Media
(Human Right and The Media), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Zainudin, Ali, 2006, Sosiologi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.
A.Gunawan Setiardjo, 1993, Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi
Pancasila, Yogyakarta: Kanisius.
Darwin Prinst, 2001, Sosialisasi dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi
Manusia, Bandung: Citra Aditya Bhakti.