Sejarah Perkembangan Masjid Nabawi dan M

TUGAS INDIVIDU
MAKALAH

Sejarah Perkembang
Masjid Al-Haram Dan Masjid Nabawi

Kelas 5A SKI
Oleh :
Hikmatul Bilqis (1112022000020)

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014

1

Pendahuluan
I.

Masjidil Harām

Nama ini dipakai untuk empat hal1.
1. Ka’bah
Penyebutan ini sebagaimana Allah firmankan :
Sungguh
Kami
(sering)
melihatmukamumenengadahkelangit,
Makasungguh Kami akanmemalingkankamukekiblat yang kamusukai.
PalingkanlahmukamukearahMasjidilHarām.dandimanasajakamuberada,
Palingkanlahmukamukearahnya.
danSesungguhnya
orang-orang
(YahudidanNasrani)
yang
diberi
Al
kitab
(TauratdanInjil)
memangmengetahui,
bahwaberpalingkeMasjidil

Haram
ituadalahbenardariTuhannya; dan Allah sekali-kali tidaklengahdariapa
yang merekakerjakan.(Q.S. Al-Baqarah : 144)
Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Harām, Sesungguhnya ketentuan itu benarbenar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah
dari apa yang kamu kerjakan. Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka
Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Harām. dan dimana saja kamu
(sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada
hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara
mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu
mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Baqarah 149-150)
2. Ka’bah dan kawasan yang berada disekitar Ka’bah. Inilah yang sering dipakai
dalam penyebutan Masjidil Harām. Sebagaimana yang Allah firmankan,
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Al Masjidil Harāmke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya[847] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S Al-Isra: 1)
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan
usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan

fitnah[117] itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah
kamu memerangi mereka di Masjidil Harām, kecuali jika mereka
memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat
itu), Maka bunuhlah mereka. DemikanlahBalasanbagi orang-orang kafir.
(Q.S. Al-Baqarah : 191)
1Muhammad Ilyas Abdul Ghani. Sejarah Kota Mekah Klasik dan Modern, Terj,Samson
Rahman, Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2003 hal 1

2

Bagaimana bisa ada Perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya dengan orangorang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan
mereka) di dekat Masjidil Harām. Maka selama mereka Berlaku Lurus terhadapmu,
hendaklah kamu Berlaku Lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertakwa.(Q.S At-Taubah : 7)
3. Semua Mekah
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang
kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya
kamu pasti akan memasuki Masjidil Harām, insya Allah dalam Keadaan
aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang
kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahuiapa yang

tiadakamuketahuidanDiamemberikansebelumitukemenangan yang dekat.
(Q.S. Al-Fath : 27)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia
dari jalan Allah dan Masjidil Harāmyang telah Kami jadikan untuk semua
manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa
yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya
akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.(Q.S. Al-Hajj :
25)
4. Semua Al-Haram
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang
musyrik
itu
najis[634],
Maka
janganlah
mereka
mendekati
Masjidilharamsesudah tahun ini. dan jika kamu khawatir menjadi miskin,
Maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya,
jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana. (Q.S. At-Taubah : 28)
Al-Quran telah menyebutkan kata Masjidil Harām sebanyak 13 kali, begitu juga dalam
Hadist. Masjidil Harām terletak disebuah lembah Makkah, luasnya ±656.000 m², tediri dari
tiga lantai dan memiliki tujuh buah menara. Masjid ini dapat menampung 730.000 jamaah
setiap shalat berjamaah pada hari biasa dan lebih dari satu juta jamaah pada musim haji.
II.

Masjid Nabawi
Bangunan Masjid Nabawi berlokasi di tempat penambatan unta disebuah taah datar
milik Sahl dan Suhail. Keduanya adalah anak Rafi’ bin Umar bin Anid bin Tsa’labah bin
Ghanim bin Malik bin An-Najjar. Keduanya adalah anak yatin yang diasuh oleh As’ad bin
Zurarah. Menurut riwata lain, mereka diasuh oleh Abu Ayyub. 2 Menurut riwayat Rasulullah
membeli tanah itu. Menurut riwayat lain, Abu Ayyub meminta mereka untuk memberikan
tanak itu. Menurut riwayat lain lagi, kedua anak itu memberikan tanah itu kepada Rasulullah
SAW dan beliau membangun masjid di atasnya. Beliau mengerjakan pembangunan bersama
dengan para sahabat. Mereka membangun dinding masjid, tidak dilengkapi dengan atap dan
pilar.3Bangunan masjid berbentuk persegi empat, panjang dan lebarnya mencapai 100 dzira’.
Menurut riwayat, lebarnya lebih pendek daripada panjangnya. Tinggi dinding sekitar satu
qaamah (setinggi tubuh orang dewasa, kurang lebih 1,8 meter, penj penulis). Saat musim
panas semakin mencekik, para sahabat mengusulkan agar masjid dilengkapi dengan atap.

2Muhammad Bin Abdullah Bathuthah, Rihlah Ibnu Bathuthah, Terj. Muhammad Muchson
Anasy, Jakarta : Penerbit Pustaka Al-Kautsar 2012 hal 121
3Ibid: hal 121

3

Akhirnya dibangun pilar-pilar dengan batang pohon kurma dan atap masjid menggunakan
pelepahnya. Masjid memiliki tiga pintu, kemudian pintu disisi selatan ditutup setelah kiblat
berpindah (dari Majidil Aqsha ke Masjidil Harām).4
Masjid Nabawi adalah masjid ke-2 yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW,
setelah Masjid Quba yang didirikan oleh Rasulullah dalam perjalanan hijrah dari kota Mekkah
ke kota Madinah. Masjid Nabawi dibangun oleh Rasulullah SAW sejak pertama Rasulullah
SAW sejak pertama beliau menginjak kota Madinah, yaitu ditempat unta tundangan Nabi
Muhammad SAW menghentikan perjalanannya.5
Masjid Nabawi adalah sebuah masjid besar, keempat sisinya dikelilingi oleh menara
yang indah, di tengah-tengahnya terdapat tiang berhias batu dan krikil. Disekeliling masjid
dibangun jalan yang diperas dengan batu belah6.

PEMBAHASAN
Perluasan Masjidil Harām dari Masa ke Masa

III.

Masjidil Harām Sebelum Nabi Muhammad SAW
Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka
dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS. Ibrahim ayat : 37)
Wadin ghairi Dzi Zar’in (lembah yang tandus). Lembah Bakkah yang dikenal dengan
sebutan Batullah Ka’bah dan disekelilingnya adalah Masjidil Harām. Dimasa Nabi Ibrahim
As. lokasi ini baru berfungsi sebagai tempat ruku dan sujud serta tempat thawaf, sebagai mana
firman-Nya
Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah
(dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan aku dan
sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan
orang-orang yang ruku' dan sujud.(Q.S Al-Hajj [22] :26)
Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW Masjidil Harām pernah dilakukan renovasi
besar-besaran atas Masjidil Harām, karena terjadi kebakaran yang memporak-porandakan
masjid ini, tepatnya sebelum penyerangan “Pasukan Gajah” (aamul fil), dimana raja Abrahah

menyerbu Ka’bah. Masjidil Harām pada masa sebelum Islam merupakan tanah kosong yang
sangat luas. Adapun batas bangunan Ka’bah meliputi rumah-rumah penduduk sekitar yang
dikenal dengan rumah Al-Arqam inb Abi Al-Arqam, yang berlokasi dekat bukit Shafa. 7

IV.

Masjidil Harām pada Masa Nabi Muhammad SAW
Pada saat pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah), Rasulullah SAW. tidak
merenovasi masjid ini, beliau hanya menyingkirkan patung-patung yang berada di sekita
Ka’bah. Yang dimaksud dengan Masjidil Harām saat itu adalah hamparan yang luas, dibatasi
4Ibid : hal 121
5M. Irawan, Keajaiban Masjid Nabawi, Jakarta: Spasi Media 2014 hal 75
6Muhammad bin Abdullah Bathuthah, Rihlah ibnu Bathuthah, Terj. Muhammad Muchson
Anasy, Jakarta : Penerbit Pustaka Al-kautsar 2012 hal 119
7Muhammad SyafiiAntonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah (Masjidil Harām),
Jakarta: TAZKIA Publising, 2012 hal 16

4

dengan pemukiman penduduk Makkah, kira-kira luasnya sekita 1.490-2000 m².Saat itu,

Rasulullah SAW. melakukan thawaf dengan mengendarai unta. Hal ini, menunjukkan, bahwa
tempat Sa’i masih belum memakai ubin, dan unta ketika itu masih bisa masuk ke Masjidil
Harām.8
Dalam sabdanya
Nabi pernah berthawaf di Ka’bah pada Haji Wada dengan mengendarai unta. Setiap
beliau melewati satu sudut, beliau memberi isyarat ke arah sudut itu dengan apa saja yang
ada di tangan beliau sambil mengucapkan Allahu Akbar (Allah Maha Besar)”. (HR. AlBukhari No.52, 93, Kitab ath Talaw, Bab Al isyarati Fi Thalaq Wa Umu)9

V. Masjidil Haram pada Masa Khulafur-Rasyidin
Masa Khalifah Abu Bakas As-Shiddiq
Pada masa Khalifah Abu Bakas as-Shiddiq, Masjidil Harām tidak di renovasi.10
Masa Khalifah Umar bin Khatthab
Perluasan dimasa Umar biin Khaththab pada tahun ke-17 H. 11Pada masa Umar bin
Khatthab dilakukan perluasan lokasi masjid karena tuntutan kondisional, dimana jumlah
jamaah haji yang semakin meningkat. Pada tahun 17 H / 638 M, Umar membeli rumah-rumah
penduduk untuk memperluas area Masjidil Harām. Ini merupakan renovasi pertama pada
zaman Islam. Kemudian beliau berijtihad membuat dinding-dinding sekeliling Masjidil
Harām, membuat pintu-pintu masuk dan melapisi lantai tempat thawaf dengan batu-batu
kerikil. Renovasi tersebut diperluas skitar 840 m², sehingga luas Masjidil Harām mencapai
2.840 m².12

Masa Khalifah Utsman bin Affan
Pada tahun 26 H/ 646 M, pada zaman Khalifah Utsman bin Affan diadakan renovasi
kedua. Beliau berijtihad dengan menjadikan Masjidil Harām sebagai tempat berteduh karena
diberi atap. Saat itu perluasan Masjidil Harām sekitar 2.040 m², sehingga secara keseluruhan
luas Masjidil Harām menjadi 4.880 m².13
Masa Abdullah bin Zubair
Pada zaman Abdullah bin Zubair 65 H/684 M, Masjidil Harām kembali diperluas
sekitar 4.050 m². Sehingga luas Masjidil Harām mencapai 8.930 m².14
VI.

Masjidil Harām pada Masa Khilafah Umayyah
Pada tahun 91 H/709 M, dibawah Khalifah Walid bin Abdul Malik, Masjidil Harām
kembali di renovasi, di perindah dan dihiasi pada setiap pilar-pilarnya. Penambahan renovasi

8Ibid : hal 19
9Ibid :hal 19
10Ibid : hal 19
11Muhammad Ilyas Abdul Ghani. Sejarah Kota Mekah Klasik dan Modern, Terj,Samson
Rahman, Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2003 hal 1
12Muhammad SyafiiAntonio, EnsiklopediaPeradaban Islam Makkah (MasjidilHarām),

Jakarta: TAZKIA Publising, 2012 hal 19
13Ibid: hal 19-20
14Ibid : hal 20

5

sekitar 2.300 m², sehingga luas Masjidil Harām semakin lebar dan luasnya mencapai 11.230
m².15
VII.

Masjidil Harām pada Masa Khilafah Abbasiyah
Pada tahun 137 H/754 M dibawah Khalifah Ja’far Al-Mansur, Khalifah mempercantik
Masjidil Harām, berikut bangunan Ka’bah dan menghiasinya dengan lapisan emas. Luas
perluasan sekitar 4.700 m², sehingga jumlah luas Masjidil Harām menjadi 15. 930
m².16Khalifah Ja’far Al-Mashur berjasa besar dalam upaya memperluas Masjidil Harām dan
menyempurnakan bentuk fisiknya.17
Pada tahun 160 H/ 776 M, pada masa Khalifah Al-Mahdi, dilakukan kembali
perluasan Masjidil Harām disetiap arah mata angin yaitu mencapai 7.950 m². Sehingga luas
seluruhnya sekitar 23.880 m². Pada pelaksanaan ibadah haji tahun 164 H, Khalifah
memerintahkan untuk memperluas bagian selatan, sehingga bangunannya berpersegi empat,
perluasan saat itu kira-kira 2.360 m². Semakin banyaknya jamaah haji maka dilaksanakn
kembali renvasi secara besar-besaran, yang menurut catatan sejarah, pembangunan tersebut
dapat bertahan hingga 810 tahun, dari tahun 169-979 H/785-1571 M. Luas Masjidil Harām
saat itu adalah 26.240 m².18
Pada tahun 281 H/894 M, Khalifah Am-Mu’tadhid Billah memasukkan darunadwah
ke dalam Masjidil Harām, kemudian menjadikan tempat singgah para khalifah sebagai bagian
dari masjid dan diatasnya dibangun menara tinggi. Saat itu penambahan lokasi sekitar 1.250
m², luas seluruhnya mencapai 27.490 m²19
Pada tahun 306 H/918 M, Khalifah Muqtadir Billah Al-Abbasi memerintahkan agar
menambah pintu Ibrahim diarah barat masjid, yang dahulunya berupa halaman di antara
rumah Siti Zubaidah, luasnya diperkirakan 850 m².20

VIII.

Masjidil Harām pada Masa Khilafah Turki Utsmani
Tahun 979 H/1571 M, Sultan Salim Al-Utsmani merenovasi total Masjidil Harām
dengan karakter bangunan Ottoman. Mengingat saat ituterjadi keretakan bagian serambi timur
yang tertimpa reruntuhan Madrasah Qaitbay.21

IX.

Masjidil Harām di Masa Pemerintahan Arab Saudi
Masa Raja Abdul Aziz Alu Sa’ud (tahun 1368-1373 H)
Perluasan oleh Abdul Aziz bin Abdurrahman Ali Saud 1375-1396 H. 22Pada masa
pemerintahan Raja Abdul Aziz (tahun 1368 H) Masjidil Harām terus diperluas dan
dipercantik sampai fat beliau tahun 1373 H/1953 M.23
Masa Raja Su’ud bin Abdul Aziz
15Ibid : hal 20
16Ibid : hal 20
17Muhammad Bin Abdullah Bathuthah, Rihlah Ibnu Bathuthah, Terj. Muhammad Muchson
Anasy, Jakarta : Penerbit Pustaka Al-Kautsar 2012 hal 139
18Muhammad SyafiiAntonio, EnsiklopediaPeradaban Islam Makkah (MasjidilHarām),
Jakarta: TAZKIA Publising, 2012 hal 20
19Ibid : hal 20
20Ibid : hal 21
21Ibid : hal 21
22Abdul Ghani, Muhammad Ilyas. Sejarah Kota Mekah Klasik dan Modern, Terj,Samson
Rahman, Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2003 hal 1
23Antonio, Muhammad Syafii, EnsiklopediaPeradaban Islam Makkah (Masjid Nabawi),
Jakarta: TAZKIA Publising, 2012 hal 21

6

Pada tahun 1375 H/1955 M, di pimpin oleh Raja Su’ud bin Abdul Aziz, dilakukan
renovasi besar-besaran yang melibatkan 55 ribu pekerja. Selama 20 tahun akhirnya renovasi
dituntaskan danbiaya yang dikeluarkan sekitar 1 milyar (sekitar 2,3 triliyun rupiah). Adapun
yang direnovasi adalah tempat thawaf dengan memasang ubin marmer yang tidak
menimbulkan efek panas apabila terkena matahari. Renovasi ini dimaksudkan untuk
kenyamanan bagi para jamaah saat melakukan thawaf, sehingga saat terik matahari, kaki-kaki
mereka tidak akan merasakan panas. Pada tahun 1406 H. Kembali dilakukan renovasi dengan
membuat eskalator disetiap pojok Masjidil Harām, untuk memudahkan para jamaah turunnaik ke lantai dua. Juga dilengkapi dengan sistem penerangan dan pengeras suara, serta sistem
distribusi air zamzam.24

Masa Raja Fahd bin Abdul Aziz (tahun 1405-1414 H)
Tahun 1409 H/1993 M Raja Fahd bin Abdul Aziz merenovasi Masjidil Harām. Pada
saat itu dibangun pintu Bābul Umrah dan Bābul Malik Abdul Aziz dengan permukaan dasar
seluas 19.000 meter², mepiluti; lantai dasar, basement, lantai satu dan atap jumlah luas
seluruhnya adalah 76.000 m².25
Masa Raja Abdullah bin Abdul Aziz
Pada tahun 1428 H, Raja Abdullah bin Abdul Aziz merenovasi bangunan tempat Sa’i ke arah
timur hingga 20 meter, dengan tambahan tiga lantai. Sehingga lebarnya menjadi 40 m dan luasnya
keseluruhan 72.000 m². Dibangun juga empat eskalator diarah marwah dan dibuat jalur khusus bagi
jalur roda manula atau orang sakit.26

Pintu Masjidil Harām
Masjidil Harām memiliki 19 pintu. Sebagain besar diantaranya dilengkapi dengan
anak pintu yang selalu dalam kondisi terbuka. Pintu Shafa memiliki lima anak pintu. Dahulu,
pintu ini disebut sebagai pintu Bani Makhzum, pintu ini merupakan pintu yang terbesar. Dari
sana, para jama’ah haji menuju tempat sa’i. Disunnahkan bagi orang luar Mekkah yang
datang ke Masjidil Harām untuk memasuki pintu Bani Syaibah, dan setelah menyelesaikan
thawaf keluar melalui pintu Shafa. Hendaknya ia memilih jalan yang diapit dua pilar yang
dibanun oleh Khalifah Al-Mahdi, hal ini dilakukan karena jalan tersebut dilalui oleh
Rasulullah SAW saat menuju Shafa. Pintu lainnya adalah pintu Ajyad Al-Akhdhar, terdiri
dari dua anak pintu. Pintu Al-Khayyathin memiliki dua anak pintu. Pintu Al-Abbas
memiliki tiga anak pintu.Pintu Rasulullah SAW memiliki dua anak pintu. Pintu Bani
Syaibah berada di dinding bagian Timur dari sisi utara di depan Ka’bah dan memiliki tiga
anak pintu. Pintu Bani Abdu Syams. Pintu Nadwah memiliki tiga anak pintu, dua pintu
berdampingan sementara pintu yang satu berada di sudut komples Masjidil Harām, letaknya
berhadapan dengan tempat wudhu. Pintu Sidrah berjumlah satu. Pintu Umrah berjumlah
satu dan merupakan pintu terbaik di dalam Masjidil Harām. Pintu Hazwarah memiliki dua
anak pintu.27
X.

Pembangunan Masjid Nabawi
24Antonio, Muhammad Syafii, EnsiklopediaPeradaban Islam Makkah (MasjidilHarām),
Jakarta: TAZKIA Publising, 2012 hal 121
25Ibid : hal 21-22
26Ibid : 22
27Muhammad Bin Abdullah Bathuthah, Rihlah Ibnu Bathuthah, Terj. Muhammad Muchson
Anasy, Jakarta : Penerbit Pustaka Al-Kautsar 2012 hal 146-149

7

Di gambarkan bahwa Madinah adalah daerah paling makmur dari suburnya pulaupulau kecil yang menyebar sepanjang turunan pedalaman Pegunungan Hijaz. 28 Sebelum
Islam, kota itu hanya salah satu dari sekian banyak tempat perhentian pada alur jalur unta
yang menghubungkan Yaman dengan Timur Tengah. Tahun 622 M, Madinah dengan pasukan
mukmin, bergerak ke Madinah yang dalam 34 tahun berikutnya menikmati waktu singkat dari
kemenangan politik sebagai ibu kota imperium Arab yang cepat meluas.29
Sejak pusat kekuasaan muslim bergeser ke Kufah, kemudian ke Damaskus, kota
Madinah kehilangan kedudukan semula, kembali ke punggung sejarah yang saat itu menjadi
objek pemujaan agama kedua setelah Kabah.30
Pada awalnya, masjid tersebut hanya berukuran sekitar 50x50 meter. Dengan tinggi
atap sekitar 3,5 meter. Pada sisi tembok, ke empat sisi masjid ini terbuat dari pohon
kurma.Selama sembilan tahun, masjid ini tanpa penerangan dengan membakar jerami.
Kemudian dibagian sebelah salah satu sisi masjid dibangun kediaman Rasulullah SAW.
Masjid Nabawi di awal pembangunan, Kiblat menghadap Masjid Al-Aqsha. Sebelah utara
masjid adalah kamar Aisyah. Area yang akan dibangun Masjid Nabawi saat itu merupakan
bangunan yang dimiliki oleh Bani Najjar. Rasulullah SAW berkata kepada Bani Najjar,
“Wahai Bani Najjar, berilah harga bangunan kalian ini?” Orang-orang Bani Najjar
menjawab, “Tidak, demi Allah. Kami tidak akan meminta harga untuk bangunan ini kecuali
hanya kepada Allah.” Bani Najjar dengan suka rela mewakafkan bangunan dan tanah mereka
untuk pembangunan Masjid Nabawi dan mereka berharap pahala dari sisi Allah atas amalan
mereka tersebut. Pada tahun 7 H, jumlah umat Islam semakin banyak dan masjid menjadi
penuh, Nabi pun mengambil kebijakan memperluas Masjid Nabawi. Beliau tambahkan
masing-masing20 hasta untuk panjang dan lebar masjid. Biaya ditanggung oleh Ustman bin
Affan dalam perluasan masjid saat itu31
Keberadaan Masjid Nabawi tidak hanya dimanfaatkan untuk shalat, tetapi juga sebagai
tempat menimba ilmu keislaman bagi kaum muslimin. Masjid juga dijadikan pusat
pemerintahan dan aktivitas dakwah, sekaligus sebagai wadah permusyawaratan antara dewan
penasihat dan dewan pelksana. Masjid juga menjadi tempat berteduh kaum fakir dari kalangan
Muhajirin (Ahlush Shuffah) yang tidak memiliki rumah, harta, istri dan anak.32
XI.

Masjid Nabawi pada Masa Khulafur-Rasyidin
Masa Khalifah Umar bin Khathab (Tahun 17 H)
Umar bin Khathab memutuskan untuk melakukan perluasan Masjid Nabawi yang
dilakukan pada tigas sisi, yaitu sisi selatan sepanjang 5 m, sisi barat sepanjang 10 m, dan sisi
utara sepanjang 15 meter, sisi timur tidak mengalami perluasan karena terdapat rumah para
istri RasulullahSAW. Setelah perluasan yang dilakukan oleh Umar luas Masjid Nabawi
bertambah 1.100 m² sehingga luas keseluruhan menjadi 3.575 m². Tingginya pun bertambah
menjadi 5,5 m dan jumlah pintunya bertambah menjadi enam pintu. Bagian dalam Masjid
Nabawi direnovasi dengan dilapisipasir dan kerikil yang diambil dari Wadi al-‘Aqiq. Ada
perkembangan lain dalam perluasan ini, yakni penambahan bagian luar masjid yang biasa
disebut Buthaihâ, yaitu bagian yang cukup luas yang terletak disebelah utara masjid. Bagian
ini sengaja disiapkan bagi jemaah yang ingin duduk-duduk dan bercengkrama bersama temantemannya berkaitan dengan urusan dunia, termasuk beradu mendendangkan bait-bait syair.
28Ibid : hal 67
29Ibid :hal 68
30Ibid :hal 68
31M Irawan,Keajaiban Masjid Nabawi, Jakarta : Spasi Media 2014.hal 76-78
32Samin bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Haji dan Umrah (Masjid Nabawi) Terj,Syarifuffin,
Jakarta : penerbit almahira, 2010.hal 222

8

Hal ini dimaksudkan untuk menjaga, supaya MasjidNabawi tetap terjaga kesucian dan
kebiawaanannya dari urusan duniawi di hadapan kaum muslimin.33
Umar mengganti pilar-pilar kayu dengan pilar dari batu bata. Pondasi dibuat dari
bahan batu hingga setingga satu qaamah (1,8 m). Pintu masjid ditambah hingga menjadi
enam pintu yang berada disemua sisi. Sisi kiblat memiliki dua pintu. Satu pintu dikhususkan
untuk perempuan.34
Masa Khalifah Utsman bin Affan (Tahun 29-30 H)
Pada Masa Khalifah Ustman bin Affan pondasi masjid perkuat dengan batu. Ia
memperluas masjid ke arah timur. Ia membuat pilar-pilar batu dengan tiang-tiang besi dan
juga membuat mihrab.35
Pada masa Utsman pun hanya sisi utara, selatan dan barat yang diperluas kembali,
karena sisi timur dibiarkan karena ada rumah para istri Nabi Muhammad SAW. setelah
dilakukan perluasan, luas masjid menjadi 4071 m², bertambah 496 m² dari luas sebelumnya.
Tinggi masjid tetap 5,5 m, sedangkan serambinya bertambah satu menjadi tujuh. Pintu masjid
tetap ada enam sedangkan tiangnya berjumlah 55 buah. Untuk pertama kalinya dibagian
mihrab dibangun semcam mimbar untuk menaungi imam. Mimbar itu memiliki lubanglubang sehingga para jamaah tetap dapat melihat imam.36
XII.

Masjid Nabawi pada Masa Khilafah Umayyah
Masa Khalifah Walid bin Abdul Malik (Tahun 88-91 H)37
Menurut satu keterangan bahwa saat pemerintahan Al-Walid, Umar bin Abdul Aziz
memperluas bangunan masjid. Umar bin Abdul Aziz juga merancang bangunan dan perencaan
yang sempurna, diperindah dengan batu marmer dan kayu yang kuat. Panjang masjid setelah
diperluas oleh Al-Walid mencapai 200 dzira`.38
Saat itu Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah. Pembangunan kali ini
membawa perubahan yang signifikan. Terdapat banyak hal baru setelah pembangunan ini,
dianatarnya empat menara sebagai tempat adzan di empat sisi masjid. Ada pula mihrab yang
dihiasa sedemikian rupa, begitu juga dinding masjid bagian dalam yang dilapisi marmer,
emas, mozaik marmer warna-warni. Bagian atap diperindah termasuk ujung-ujung tiang dan
daun pintu. Pada masa ini, seluruh masjid sudah diperluas termasuk kamar-kamar yang
dahulu ditinggali para istri Rasulullah SAW. Hanya saja bagian inikemudian dilingkupi
pembatas khusus di lima sisi.39
Masa Khalifah al-Mahdi al-Abbasi (Tahun 161-165 H)
Perluasan yang dilakukan oleh Khalifah al-mahdi lebih dikonsentrasikan pada bagian
utara Masjid Nabawi. Pembangunan dilakukan hingga selesai pada tahun 165 H. Setelah
perluasan Masjid Nabawi menjadu 8890 m². Dinding masjid ditinggikan menjadi 12,5 m.
33Ibid : hal 236
34Muhammad Bin Abdullah Bathuthah, Rihlah Ibnu Bathuthah, Terj. Muhammad Muchson
Anasy, Jakarta : Penerbit Pustaka Al-Kautsar 2012 hal122
35Ibid :hal 122
36Samin bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Haji dan Umrah (Masjid Nabawi) Terj,Syarifuffin,
Jakarta : penerbit almahira, 2010 hal 236
37Ibid :hal 238
38Muhammad Bin Abdullah Bathuthah, Rihlah Ibnu Bathuthah, Terj. Muhammad Muchson
Anasy, Jakarta : Penerbit Pustaka Al-Kautsar 2012 hal 122-123
39al-Maghlouth, Samin bin Abdullah, Atlas Haji dan Umrah (Masjid Nabawi)
Terj,Syarifuffin,
Jakarta : penerbit almahira, 2010 hal 238

9

Serambinya mnejadi 19 bagian dan pintunya menjadi 24 pintu. Sementara itu, jendelanya
menjadi 60 jendela, 19 jendela menempel didinding barat, dan 19 lagi di dinding timur; 11
jendela berada di dinding utara, dan 11 lainnya disebelah selatan. Pengaturan pencahayaan
yang masuk ke dalam masjid dilakukan secara alami.40Al-Mahdi memperluas hingga
mencapai 300 dzira`41
XIII.

Masjid Nabawi pada Masa Khilafah Abbasiyah
Pada awal bulan Ramadhan tahun 654 H, terjadi kebakaran yang melanda Masjid
Nabawi. Peristiwa ini terjadi pada masa Daulah Abbasiyah. Saat mengetahui hal itu pada
tahun 655 H, Khalifah Mu’tashim yang tengah menjabat sebagai khalifah memerintahkan
untuk pembangunan ulang Masjid Nabawi. Kelanjutan pembangunan masjid dilanjutkan oleh
Dinasti Mamalik yang berkuasa di Mesir hal disebabkan karena kekhalifahan Islam runtuh di
Baghdad karena ada serangan dari bangsa Tartar pada tahun 656 H. Pembangunan oleh
Dinasti Mamalik diselesaikan pada tahun 661 H sehingga masjid Nabawi dapat terlihat seperti
bentuk semula sebelum terjadi kebakaran.42

XIV.

Dinasti Mamalik
Pada tahun 678 H, Sultan Manshur Qalawun ash-Shalihi memerintahkan
pembangunan kubah diatas kamar Rasulullah SAW. kubah itu berupa segi empat dibagian
bawah dan segi delapan dibagian atasnya. Kubah ini terbuat dari papan yang dilapisi
lempengan timah. Kemudian pada tahun 755-762 H, an-Nashir Hasan bin Muhammad bin
Qalawun memperbaharui lempengan-lempengah timah yang menghiasai luar bagian kubah.
Pada tahun 765 H, Sultan Sya’ban bin Husain melakukan beberapa perbaikan pada kubah
tersebut. Kemudian pada tahun 881 H, Sultan Qait Bay mengganti kubah yang terbuat dari
papan dengan sebuah kubah kecil yang indah yang diletakkan dibawah kubah utama.43
Masa Sultan Qait Bay al-Mamluki (Tahun 886-888 H)
Pada tahun 886 H, kubah tersebut terbakar seiring terjadinya kebakaran yang melanda
Masjid Nabawi maka Sultan Qait Bay lagi-lagi melakukan perbaikan dan pembangunan
sehingga tampak kuat dan kukuh kembali. Dalam perbaikan ini Masjid Nabawi diperluas
dengan penambahan lahan 120 m² sehinggam menjadi 9.010 m². Dinding masjid dibangun 11
m, serambi sebanyak 18 bagian, sedangkan pintu hanya dibuat empat buah. Namun menara
masjid ditambah menjadi lima menara.44

XV.

Masjid Nabawi pada Masa Khilafah Turki Utsmani
Sultan yang memerintah Daulah Utsmaniyah senantiasa memberikan perhatian kepada
Masjid Nabawi yang seringkali melakukan perbaikan dan renovasi apabila diperlukan.45
Masa Khalifah Abdul Majid al-Utsmani (Tahun 1265-1277 H)
Imam besar Masjid Nabawi Syekh Dawud Pasha menulis surat kepada Sultan Abdul
Majid Khan yang sedang menjadbat menjadi khalifah tentang kondisi beberapa dinding,
kubah dan atap Masjid Nabawi tampak rapuh seiring berjalannya waktu. Khalifah segea
40Samin bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Haji dan Umrah (Masjid Nabawi)
Terj,Syarifuffin,Jakarta : penerbit almahira, 2010 hal 238
41Muhammad Bin Abdullah Bathuthah, Rihlah Ibnu Bathuthah, Terj. Muhammad Muchson
Anasy, Jakarta Penerbit Pustaka Al-Kautsar 2012 hal 122-123
42Samin bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Haji dan Umrah (Masjid Nabawi)
Terj,Syarifuffin,Jakarta : penerbit almahira, 2010 hal 238-239
43Ibid : hal 239
44Ibid : hal 239-240
45Ibid : hal 240

10

merespon dan memerintahkan pembaruan Masjid Nabawi, pengerjaan ini selesai pada tahun
1227 H. Kali ini area Masjid Nabawi bertambah 1.293 m² sehingga luasnya menjadi 10.303
m². Dinding masjid tetap setinggi 11 m. Serambi ditambah menjadi 19 bagian, sedangkan
pintunya menjadi 5 buah. Jumlah menara tetpa lima, dengan ketinggian 47,5 sampai 60 meter.
Tiang penyangga bangunan Masjid berjumlah 327 buah, sedangkan jumlah kubahnya
mencapai 170 buah.46
XVI.

Masjid Nabawi di Masa Pemerintahan Arab Saudi
Masa Raja Abdul Aziz Alu Sa’ud (tahun 1370-1375 H)
Pembangun oleh Raja Abdul Aziz Alu Sa’ud ini merupakan pembangunan tahap
pertama yang dilakukan oleh kerajaan ArabSaudi. Pada perluasan ini Masjid Nabawi
bertambah 6.024 m², mencakup 128 m dari utara ke selatan dan 91 m dari tumur ke barat.
Membangun pintu menjadi 10 pintu, membangun 2 menara setinggi 72 m dibagian utara
masjid Nabawi. Perluasan ini dilakukan dengan menanam pondasi beron yang sangat kuat.
Dinding masjid dibangun 12,55 m, terdiri dari 706 pondasi. Didalam masjid terdapat 170
kubah dan 44 jendela. Saat itu pula penerangan masjid menggunakan listrik. Sebanyak 2.427
lampu dipasang didalam masjid.47
Masa Raja Faishal bin Abdul Aziz (sampai tahun 1393 H)
Pada masa ini terdapat penambahan area Masjid Nabawi seluas 40.550 m² dibagian
luar sebelah barat. Tahap pertama seluas 5.550 m². Area perluasan ini juga dilengkapi dengan
atap payung yang terbuat dari fiberglass. Atap payung ini dipasang dalam rangka
mengantisipasi jumlah jamaah shalat yang biasanya meningkat tajam ketika musimhaji dan
bulan Ramadhan. Pada tahun 1393 H Raja Faishal juga melakukan perluasan pada tahap
kedua yang dilakukan pada bagian barat masjid perluasan ini menambah area masjid menjadi
35.00 m².48
Masa Raja Khalid bin Abdul Aziz (Tahun 1398)
Pada tanggal 18 Rajab 1397 H, Raja Khalid bin Abdul Azizmenyiapkan lahan yang
terletak disebalah barat daya Masjid Nabawi untuk digunakan sebagai area perluasan masjid
lahan itu seluas 43.000 m².49
Masa Raja Fahd bin Abdul Aziz (tahun 1405-1414 H)
Pada masa Raja Fahd bin Abdul Aziz pembangunan masjid nabawi adalah
pembangunan yang paling besardalam sejarah masjid. Proyek ini dimulai pada bulan
mUharram 1406 H hingga 15 Dzul Qa’dah 1414 H. Luas area masjid menjadi 384.000 m²,
terdiri dari lantai dasar, lantai atas dan atap. Di empat sisi Masjid Nabawi disediakan lahan
seluas 235.000 m² yangterdiri dari bangunan-bangunan untuk tempat air wudhu dan tempat
parkir yang bisa menampung 4.500 kendaraan.50
Masa Raja Abdullah bin Abdul Aziz
Proyek untuk pembangunan Masjid Nabawi diawali dengan pemasangan 182 payung
raksasa yang dapat menutupi area Masjid Nabawi di sisi timur, barat dan selatan. Payung
raksasa dilengkapi dengan lampu-lampu penerangan sehingga tampak indah memikat pada
46Ibid
47Ibid
48Ibid
49Ibid
50Ibid

:
:
:
:
:

hal
hal
hal
hal
hal

240
240-241
241
243
243

11

malam hari. Selain ini, Raja Abdullah juga melakukan perluasan dibagian timur Masjid
Nabawi dengan penambahan lahan seluas 37.000 m².51

LAMPIRAN
Nama

Ibn Saud
‫ابن سعود‬

Saud
‫سعود‬

Masahidup

Naiktakht
Turuntakhta
a

26 November1876 – 9

22

November1953

September

(umur 76)

1932

12 Januari1902 – 23
Februari1969(umur 67
)

9 November
1953

Catatan

9 November

Saud

1953

2 November

Putra Ibn Saud

1964

danWadhahbint

(digulingkan)

Muhammad bin 'Aqab

Putra Ibn Saud
Faisal April 1906 – 25 March 2 November 25 Maret 1975 danTarfabintAbdualla
1975
1964
h bin Abdulateef al
(dibunuh)
‫فيصل‬
(aged 69)
Sheekh

Khalid

13 Februari1913 – 13

25 Maret

‫خالد‬

Juni 1982(umur 69)

1975

Fahd

16 Maret1921 – 1

‫فهد‬

Agustus2005(umur 84)

13 Juni 1982

51Atlas haji dan umarah hal 245

Keluarga

Saud

Saud

Putra Ibn Saud dan Al
13 Juni 1982

JawharabintMusaed

Saud

bin Jiluwi

1 Agustus
2005

12

Putra Ibn Saud
danHassabint Ahmed
Al Sudairi

Saud

Foto

Abdullah

1

‫ عبدالله‬Agustus1924(umur 90)

1 Agustus
2005

Putra Ibn Saud
Petahana

dan FahdabintAsi Al

Saud

Shuraim

Ilustrasi kota Madinah
pada tahun 1202 H/1790 M.

Ilustrasi kota Madinah

Pemasangan ubin marmer pada masa
Raja Su’ud bin Abdul Aziz, yang tidak
menimbulkan efek panas

13

Pemasangan payung dari fiberglassMasa Raja Faishal bin Abdul Aziz

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghani, Muhammad Ilyas. Sejarah Kota Mekah Klasik dan Modern,
Terj,Samson Rahman, Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2003.
Al-Maghlouth, Samin bin Abdullah,Atlas Haji dan Umrah (Masjid Nabawi) Terj,Syarifuffin,
Jakarta : penerbit almahira, 2010.
Antonio, Muhammad Syafii,Ensiklopedia Peradaban Islam Madinah (Masjidil Haram),Jakarta:
TAZKIA Publising, 2012
Antonio, Muhammad Syafii,Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah (Masjid Nabawi), Jakarta:
TAZKIA Publising, 2012

Bathuthah, Muhammad bin Abdullah, Rihlah Ibnu Bathuthah,
Terj, Muhammad Muchson Anasy, Jakarta : Penerbit Pustaka Al-kautsar 2012.
Ensiklopedi Mini Sejarah Dan Kebudayaan Islam (Masjidil Haram).Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
1996Donn,

Rose E, Petualangan Ibnu Battuta : Seorang Musafir Muslim Abad Ke- 14,
Terj, Amir Sutaarga, Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia : 2011.

Irawan, M, Keajaiban Masjid Nabawi, Jakarta : Spasi Media 2014.
.

14