Laporan Hasil Review Jurnal Ekonomi Kope
Laporan Hasil Review Jurnal Ekonomi Koperasi
"Social Policy and Co-operative System"
Mata Kuliah : Ekonomi Koperasi
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Maryunani, SE., Ms.
Disusun Oleh:
Mariyam Mustafa
175020107111019
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
Social Policy and Co-operatie System
Vesa Laakkonen / Juhani Laurinkari
KEBIJAKAN SOSIAL DAN SISTEM KOPERASI
1. Koperasi sebagai Kegiatan Sosial-Ekonomi
Koperasi merupakan gabungan beberapa anggota secara bersama-sama dalam satu
wadah melakukan aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan mereka baik dari sisi
produksi maupun konsumsi. Aktivitas koperasi adalah aktivitas kerjasama ekonomi yang
berasal dari aktivitas atau kegiatan sosial ekonomi masyarakat, dimana usaha koperasi
tersebut menggunakan konsep kerjasama.
Karakteristik utama koperasi adalah jumlah keanggotaan dan modalnya tidak
ditentukan diawal. Koperasi juga merupakan badan usaha dengan melaksanakan kegiatan
ekonomi secara bersama-sama berdasarkan prinsip dan partisipasi yang diinginkan oleh
anggota. Sistem koperasi sebagai perusahaan sosial mengarahkan pada setiap anggota
bahwa kerjasama tersebut merupakan cara atau metode untuk memenuhi kebutuhan pada
tataran masyarakat menengah ke bawah.
Pengertian koperasi berkembang sesuai dengan eranya masing-masing dimana setiap
zamannya didorong atau dikonsepkan oleh para pemikir pada saat itu.
2. Koperasi sebagai Penjamin Mata Pencaharian Ekonomi dan Penyedia
Kesejagteraan Anggota-anggotanya
Tujuan utama pembentukan koperasi adalah menyediakan kebutuhan seperti barang,
layanan, dan komoditas yang baik dan menguntungkan untuk dikonsumsi oleh anggota.
Dalam menyediakan kebutuhan agar memberikan kepuasaan yang maksimal, koperasi
mulai menawarkan pelayanan pada anggota dan pelanggan mereka, misalnya dengan
pengumpulan produk pertanian yang diproduksi oleh anggotanya itu sendiri. Dengan
demikian koperasi dibentuk dengan tujuan untuk kesejahteraan anggota atau masyarakat
hal ini sejalan dengan tujuan kebijakan sosial.
Hal ini juga terjadi di beberapa negara lain di dunia, salah satunya di Finlandia,
dimana koperasi dibentuk untuk mendorong atau memberikan kemudahan kepada
kelompok tertentu yang mengalami kesulitan dalam bidang ekonomi terutama kalangan
korban perang, mantan tentara ataupun anak yatim piatu dan janda. Koperasi memberikan
kemudahan kepada mereka dalam rangka akses pembiayaan untuk berusaha, dimana
pihak perbankan tidak dapat memberikan pembiayaan dimaksud karena terkait masalah
jaminan pinjaman.
3. Karakter Sosial-Politik dari Prinsip Sistem Koperasi
Pada zaman industrialisasi di abad ke-19, memberikan dampak pada pengrajin atau
pengusaha kecil menjadi lebih susah untuk berusaha. Perusahaan dengan skala modal
besar lebih berkembang dan menjanjikan hasil yang lebih menguntungkan. Koperasi
dituntut untuk lebih kuat menjaga pengaruh dari kekuatan eksternal (perusahaan besar)
dengan menggunakan modal mereka sendiri.
Pada awalnya, gerakan koperasi lebih mengutamakan pemerataan perolehan
keuntungan. Seperti contohnya, seseorang tidak boleh memiliki jumlah saham dalam
besaran tertentu sehingga orang tersebut tidak dapat menggangu solvabilitas koperasi jika
sahamnya ditarik. Kepentingan pemenuhan kebutuhan seluruh anggota menjadi hal utama
sehingga kekuatan modal harus dijaga dari pengaruh oleh sebagian kecil anggota.
Prinsip koperasi yaitu koperasi hanya dapat menjual barang asli dan menawarkan
pada pelanggan dengan jumlah dan berat yang benar. Hal itu nampak di berbagai negara
maju. Namun pada nyatanya, hal itu tidak selalu terjadi. Pada tahun pembentukan gerakan
koperasi apalagi mulai pada saat tahun 1990-an, di negara berkembang masih banyak
pemerintahannya tidak mengawasi kegiatan perdagangan dan tidak melakukan intervesi
terhadap berbagai pelanggan di bidang ini. Apalagi dengan koperasi, khususnya koperasi
konsumen, yang menekankan pentingnya barang yang benar dan asli sesuai dengan
prinsip menjual barang-barang yang tidak manipulasi. Dalam negara berkembang ini
juga, organisasi koperasi juga harus tetap melakukan peloporan dalam hal ini. Juga
dengan pejabat administratif dapat bertanggung jawab atau menindaklanjuti
penyalahgunaan tersebut.
Dengan upaya ini yang terus dilakukan dalam artian bahwa organisasi koperasi
menuntut dan menyadari analisis produk pertama, mekanisme kontrol kualitas, dan
pengenalan pada hasil komoditas. Karena dalam memenuhi kebutuhan anggota dan
pelanggan mereka sebaik mungkin, banyak organisasi koperasi menjamin kebijakan
pertukaran bebas atauu pengembalian pembeli bahkan untuk barang yang pada dasarnya
tidak cacat.
Pada awal tahun gerakan koperasi, pembelian kredit sangat umum meskipun tidak ada
pasar kredit riil pada saat itu, barang produksi yang diperlukan dibeli secara bahkan
barang pelanggan. Koperasi, khususnya koperasi pelangga, mencoba untuk meyakinkan
anggota mereka tentang bahaya perdagangan secara kredit. Banyak orang menjadi korban
kewajiban dan sekaligus mengembangkan hubungan ketergantungan dengan pedagang
atau majuka mereka. Utang-utang ini sering didasarkan hanya pada kesepakatan lisan,
kondisi tersebut sebagian besar ditentukan oleh kreditur, pembayaran bunga dapat
menjadi tidak proporsional tinggi, dan sebagian besar debitur mengabaikan hak-hak
mereka. Hasil dari skenario ini adalah bahwa, ketika sebuah kredit dipanggil, sejumlah
besar properti dapat dikirim ke kreditur karena hutang minimal. Bahkan pada saat ini,
situasi ini mencirikan salah satu masalah krusial di negara berkembang.
Persyaratan untuk menyelesaikan rekening dengan penjualan tunai dan penekanan
pada penghancuran perdagangan secara kredit bertujuan untuk meningkatkan tingkat
otonomi ekonomi dan wirausaha di antara para anggota, dengan tujuan untuk
memperbaiki taraf hidup mereka, terutama yang terakhir berkaitan dengan populasi
secara keseluruhan cukup rendah.
Dengan prinsip koperasi pengamatan terhadap harga pasar harian. Penderitaan dari
kekurangan modal, koperasi seringkali tidak pernah memiliki kesempatan untuk masuk
ke dalam persaingan harga, dan para pegawainya tidak dapat memanfaatkan prasyarat
yang tepat untuk mengejar harga mereka sendiri. Ketika koperasi menawarkan kepada
para anggotanya dan barang-barang konsumen pada harga pasar harian, atau dengan
harga yang sama, oerusahaan dagang lain menuntut, baik suplus maupun penghematan.
Melalui perilaku ini, koperasi konsumen dapat menunjukan kepada anggota dan
pelanggan mereka bahwa harga pasar harian itu tinggi. Dengan itu menujukkan bahwa
mereka mampu berada di satu negara dan pangsa pasar yang mereka dapatkan dengan
barang-barang tertentu, dengan begitu organisasi koperasi kemudian dapat menerapkan
kebijakan harga yang aktif. Dengan adanya kebijakan harga aktif organisasi dapat mulai
menawarkan barang dan jasa lebih baik daripada pesaing mereka. Hal ini juga sering
memaksa pesaing untuk mengikuti contoh organisasi koperasi, sehingga mencipatakan
situasi yang menguntungkan bagi semua pelanggan barang dan jasa yang bersangkutan.
Distirubusi surplus di antara anggota terkait erat dengan kebijakan penetapan harga
koperasi. Asas ini berlaku dengan dialokasikannya surplus ke anggota koperasi yang
harus didistribusikan dalam proporsi yang sama. Distribusi surplus sesuai dengan
pemanfaatan layanan koperasi merupakan bagian penting dari bentuk demokrasi ekonomi
yang dikembangkan oleh sistem koperasi.
Dalam sistem koperasi, masing-masing anggota memiliki hak suara dan kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi dalam referendum. Demokrasi ekonomi ini menawarkan
semua anggota koperasi kesempatan yang sama untuk mempengaruhi kepentingan
koperasi, misalnya pada layanan yang ditawarkan oleh koperasi. Dengan hal itu, anggota
dapat secara kolektif berkontribusi dalam konsultasi dan diskusi pertanyaan yang
mempengaruhi secara pribadi.
Konsistensi persamaan ekonomi juga menegaskan bahwa anggota koperasi dapat
berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi tanpa modal dalam jumlah besar. Jadi, pada
tingkat ideologis, modal tidak penting dalam sistem koperasi. Koperasi pada dasarnya
bukanlah perusahaan saham gabungan. Prinsip kesetaraan absolut dalam usaha koperasi
berlaku pada tingkat ideologis yang mana harus menggambarkan karakter sosial-politik
dari sistem koperasi. Kemakmuran para anggota bergantung pada motif sosial yang
terkait dengan pastisipasi koperasi serta pengetahuan dan kemampuan.
Koperasi dapat melibatkan kapasitas dan fasilitasnya terutama utnuk kepuasan yang
paling efektif terhadap kebutuhan anggotanya, sehingga meningkatkan taraf hidup
mereka. Koperasi dianggap sebagai bentuk berdasarkan "ekonomi yang diperlukan". Hal
ini karena karakter syarat ekonomi bahwa pentingnya koperasi dan keseluruhan sisterm
koperasi sebagai mekanisme pendukung bagi ekonomi anggotanya tidak dapat diukur
hanya dengan bantuan saldo dan angka keuangan penutupan di buku-buku koperasi.
Gerakan koperasi secara tradisional memiliki peran yang terlihat dalam kebijakan
pendidikan. Pada tahun-tahun pembentukan sistem koperasi modern, pemerintah Eropa
tidak menyediakan sekolah dasar secara umum. Pada koperasi pertama menetapkan
prinsip mereka bahwa sebagian tabungan harus digunakan untuk tujuan pendidikan.
Pekerjaan pada saat itu menawarkan pengajaran kepada anggota bagaimana membaca dan
menulis dan bagaimana melakukan matematika. Pada saat itu, keterampilan ini
memungkinkan mereka diajarkan untuk memecahkan masalah mereka dan memahami
aktivitasi koperasi dengan lebih baik. Apalagi di negara berkembang yang kurangnya
kemampuan membaca dan menulis diantara populasi menjadi hambatan bagi
pengembangan sistem koperasi. Dengan itu koperasi menjadikan dirinya bertanggung
jawab untuk memberikan pendidikan dasar bagi anggotanya.
Di negara maju, pengembangan karakter pekerjaan pendidikan yang dilakukan oleh
koperasi telah mengalami perkembangan yang pesat. Sekarang ini, faktor utama adalah
penyampaian pengetahuan khusus untuk karyawan, dimana propagasi dan instesifikasi
keterampilan khusus karyawan untuk meningkatkan efisiensi koperasi. Dengan alasan ini,
organisasi koperasi mendirikan sekolah secara khusus, menyelenggarakan banyak
ceramah dan kursus, dan mengembangkan program pelatihan.
Koperasi pendidkan dari organisasi koperasi juga ditujukan pada mereka yang duduk
dalam posisi tanggung jawab dalam organisasi. Dalam peringkat administratif organisasi
koperasi, banyak orang telah dilatih untuk mengambil alih posisi administratif yang
bertanggung jawab dan tugas rahasia di negara bagian dan masyarakat.
Sebelum kebijakan regional diciptakan, sistem koperasi secara tradisional memiliki
tugas legislatif-politik yang penting dan ada sampai sekarang. Sistem perbankan koperasi,
koperasi produsen, dan koperasi konsumen memikul tanggung jawab fungsi pusat yang
mempengaruhi pembangunan daerah pedesaan. Di banyak negara, organisasi pemasaran
koperasi adalah lembaga keuangan pertanian dan koperasi telah mendukung seluruh
penduduk pedesaan melalui usaha untuk mengembangkan cabang industri dan pekerjaan
mereka secara lanjut. Organisasi koperasi banyak memberikan bantuan pada petani agar
dapat dipekerjakan secara penuh waktu. Dengan menawarkan layanan juga kepada nonanggota, organisasi koperasi telah mempengaruhi standar hidup seluruh populasi dengan
berbagai cara.
4. Sistem Koperasi sebagai Faktor Kebijakan Sosial
Sistem koperasi berkaitan dengan kebijakan sosial di banyak ungkapan, baik dalam
aktivitas praktis maupun prinsipnya. Telah disebutkan sebelumnya bahwa di dalam sistem
koperasi hampir tidak mungkin untuk menentukan hasil sosialnya yang harus berfokus
pada prospek berikut: sejauh mana koperasi tersebut, dengan mempengaruhi tingkat
ekonomi anggotanya melalui penyediaan keamanan, telah memberi anggotanya
kesempatan untuk menerapkan pengaruh pada masalah masyarakat dan pada pemungutan
suara.
Sejak didirikan pada tahun 1920, koperasi telah menjadi mulik International Labour
Organization (ILO). Komite ILO secara permanen mencari peluang untuk menghilangkan
kemiskinan dan keluhan lainnya di negara-negara berkembang. Sistem koperasi telah
menyediakan saran untuk mengatasi hambatan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berbagai organisasi koperasi dan organisasi nasional dan internasional lainnya berusaha
membantu organisasi koperasi di negara-negara berkembang, dan pemerintahan di
negara-negara ini mencoba untuk membangun dan memperkuat sistem koperasi. Dengan
tujuan utamanya adalah untuk membantu kelompok masyarakat yang paling miskin
melalui self-help. Bantuan dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang
dalam menciptakan dan mengembangkan sistem koperasi, misalnya dalam bentuk nasehat
ahli, bantuan pendidikan, dan kerja kampanye banyak tokoh terkenal dari abad yang lalu
berkontribusi untuk memperbaiki kondisi masyarakat.
Setelah sistem koperasi di negara-negara maju secara ekonomi berkembang dari
gerakan rakyat untuk memuaskan kebutuhan manusia yang mendesak ke bentuk
perusahaan menjadi bagian dari ekonomi secara keseluruhan. Di negara-negara maju
banyak dari bentuk baru sistem koperasi ini terlah membawa kembali unsur sosial-politik
ke sistem koperasi yang baru. Contoh bentuk koperasi baru ini adalah koperasi
lingkungan, koperasi untuk perawatan pada orangtua, anak dan lingkungan, koperasi
santai, koperasi untuk pembelian bahan makanan kolektif, dan berbagai perawatan
lainnya dan layanan koperasi.
Jika apa yang disebut "sistem koperasi baru" terus menekankan kepuasan kebutuhan
manusia pribadi, elemen sosial-politik gerakan koperasi akan menjadi lebih kuat lagi.
Pada saat yang sama, anggota memiliki kesempatan untuk ambil bagian dalam
perencanaan dan bahan dalam realisasi aktivitas.
"Social Policy and Co-operative System"
Mata Kuliah : Ekonomi Koperasi
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Maryunani, SE., Ms.
Disusun Oleh:
Mariyam Mustafa
175020107111019
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
Social Policy and Co-operatie System
Vesa Laakkonen / Juhani Laurinkari
KEBIJAKAN SOSIAL DAN SISTEM KOPERASI
1. Koperasi sebagai Kegiatan Sosial-Ekonomi
Koperasi merupakan gabungan beberapa anggota secara bersama-sama dalam satu
wadah melakukan aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan mereka baik dari sisi
produksi maupun konsumsi. Aktivitas koperasi adalah aktivitas kerjasama ekonomi yang
berasal dari aktivitas atau kegiatan sosial ekonomi masyarakat, dimana usaha koperasi
tersebut menggunakan konsep kerjasama.
Karakteristik utama koperasi adalah jumlah keanggotaan dan modalnya tidak
ditentukan diawal. Koperasi juga merupakan badan usaha dengan melaksanakan kegiatan
ekonomi secara bersama-sama berdasarkan prinsip dan partisipasi yang diinginkan oleh
anggota. Sistem koperasi sebagai perusahaan sosial mengarahkan pada setiap anggota
bahwa kerjasama tersebut merupakan cara atau metode untuk memenuhi kebutuhan pada
tataran masyarakat menengah ke bawah.
Pengertian koperasi berkembang sesuai dengan eranya masing-masing dimana setiap
zamannya didorong atau dikonsepkan oleh para pemikir pada saat itu.
2. Koperasi sebagai Penjamin Mata Pencaharian Ekonomi dan Penyedia
Kesejagteraan Anggota-anggotanya
Tujuan utama pembentukan koperasi adalah menyediakan kebutuhan seperti barang,
layanan, dan komoditas yang baik dan menguntungkan untuk dikonsumsi oleh anggota.
Dalam menyediakan kebutuhan agar memberikan kepuasaan yang maksimal, koperasi
mulai menawarkan pelayanan pada anggota dan pelanggan mereka, misalnya dengan
pengumpulan produk pertanian yang diproduksi oleh anggotanya itu sendiri. Dengan
demikian koperasi dibentuk dengan tujuan untuk kesejahteraan anggota atau masyarakat
hal ini sejalan dengan tujuan kebijakan sosial.
Hal ini juga terjadi di beberapa negara lain di dunia, salah satunya di Finlandia,
dimana koperasi dibentuk untuk mendorong atau memberikan kemudahan kepada
kelompok tertentu yang mengalami kesulitan dalam bidang ekonomi terutama kalangan
korban perang, mantan tentara ataupun anak yatim piatu dan janda. Koperasi memberikan
kemudahan kepada mereka dalam rangka akses pembiayaan untuk berusaha, dimana
pihak perbankan tidak dapat memberikan pembiayaan dimaksud karena terkait masalah
jaminan pinjaman.
3. Karakter Sosial-Politik dari Prinsip Sistem Koperasi
Pada zaman industrialisasi di abad ke-19, memberikan dampak pada pengrajin atau
pengusaha kecil menjadi lebih susah untuk berusaha. Perusahaan dengan skala modal
besar lebih berkembang dan menjanjikan hasil yang lebih menguntungkan. Koperasi
dituntut untuk lebih kuat menjaga pengaruh dari kekuatan eksternal (perusahaan besar)
dengan menggunakan modal mereka sendiri.
Pada awalnya, gerakan koperasi lebih mengutamakan pemerataan perolehan
keuntungan. Seperti contohnya, seseorang tidak boleh memiliki jumlah saham dalam
besaran tertentu sehingga orang tersebut tidak dapat menggangu solvabilitas koperasi jika
sahamnya ditarik. Kepentingan pemenuhan kebutuhan seluruh anggota menjadi hal utama
sehingga kekuatan modal harus dijaga dari pengaruh oleh sebagian kecil anggota.
Prinsip koperasi yaitu koperasi hanya dapat menjual barang asli dan menawarkan
pada pelanggan dengan jumlah dan berat yang benar. Hal itu nampak di berbagai negara
maju. Namun pada nyatanya, hal itu tidak selalu terjadi. Pada tahun pembentukan gerakan
koperasi apalagi mulai pada saat tahun 1990-an, di negara berkembang masih banyak
pemerintahannya tidak mengawasi kegiatan perdagangan dan tidak melakukan intervesi
terhadap berbagai pelanggan di bidang ini. Apalagi dengan koperasi, khususnya koperasi
konsumen, yang menekankan pentingnya barang yang benar dan asli sesuai dengan
prinsip menjual barang-barang yang tidak manipulasi. Dalam negara berkembang ini
juga, organisasi koperasi juga harus tetap melakukan peloporan dalam hal ini. Juga
dengan pejabat administratif dapat bertanggung jawab atau menindaklanjuti
penyalahgunaan tersebut.
Dengan upaya ini yang terus dilakukan dalam artian bahwa organisasi koperasi
menuntut dan menyadari analisis produk pertama, mekanisme kontrol kualitas, dan
pengenalan pada hasil komoditas. Karena dalam memenuhi kebutuhan anggota dan
pelanggan mereka sebaik mungkin, banyak organisasi koperasi menjamin kebijakan
pertukaran bebas atauu pengembalian pembeli bahkan untuk barang yang pada dasarnya
tidak cacat.
Pada awal tahun gerakan koperasi, pembelian kredit sangat umum meskipun tidak ada
pasar kredit riil pada saat itu, barang produksi yang diperlukan dibeli secara bahkan
barang pelanggan. Koperasi, khususnya koperasi pelangga, mencoba untuk meyakinkan
anggota mereka tentang bahaya perdagangan secara kredit. Banyak orang menjadi korban
kewajiban dan sekaligus mengembangkan hubungan ketergantungan dengan pedagang
atau majuka mereka. Utang-utang ini sering didasarkan hanya pada kesepakatan lisan,
kondisi tersebut sebagian besar ditentukan oleh kreditur, pembayaran bunga dapat
menjadi tidak proporsional tinggi, dan sebagian besar debitur mengabaikan hak-hak
mereka. Hasil dari skenario ini adalah bahwa, ketika sebuah kredit dipanggil, sejumlah
besar properti dapat dikirim ke kreditur karena hutang minimal. Bahkan pada saat ini,
situasi ini mencirikan salah satu masalah krusial di negara berkembang.
Persyaratan untuk menyelesaikan rekening dengan penjualan tunai dan penekanan
pada penghancuran perdagangan secara kredit bertujuan untuk meningkatkan tingkat
otonomi ekonomi dan wirausaha di antara para anggota, dengan tujuan untuk
memperbaiki taraf hidup mereka, terutama yang terakhir berkaitan dengan populasi
secara keseluruhan cukup rendah.
Dengan prinsip koperasi pengamatan terhadap harga pasar harian. Penderitaan dari
kekurangan modal, koperasi seringkali tidak pernah memiliki kesempatan untuk masuk
ke dalam persaingan harga, dan para pegawainya tidak dapat memanfaatkan prasyarat
yang tepat untuk mengejar harga mereka sendiri. Ketika koperasi menawarkan kepada
para anggotanya dan barang-barang konsumen pada harga pasar harian, atau dengan
harga yang sama, oerusahaan dagang lain menuntut, baik suplus maupun penghematan.
Melalui perilaku ini, koperasi konsumen dapat menunjukan kepada anggota dan
pelanggan mereka bahwa harga pasar harian itu tinggi. Dengan itu menujukkan bahwa
mereka mampu berada di satu negara dan pangsa pasar yang mereka dapatkan dengan
barang-barang tertentu, dengan begitu organisasi koperasi kemudian dapat menerapkan
kebijakan harga yang aktif. Dengan adanya kebijakan harga aktif organisasi dapat mulai
menawarkan barang dan jasa lebih baik daripada pesaing mereka. Hal ini juga sering
memaksa pesaing untuk mengikuti contoh organisasi koperasi, sehingga mencipatakan
situasi yang menguntungkan bagi semua pelanggan barang dan jasa yang bersangkutan.
Distirubusi surplus di antara anggota terkait erat dengan kebijakan penetapan harga
koperasi. Asas ini berlaku dengan dialokasikannya surplus ke anggota koperasi yang
harus didistribusikan dalam proporsi yang sama. Distribusi surplus sesuai dengan
pemanfaatan layanan koperasi merupakan bagian penting dari bentuk demokrasi ekonomi
yang dikembangkan oleh sistem koperasi.
Dalam sistem koperasi, masing-masing anggota memiliki hak suara dan kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi dalam referendum. Demokrasi ekonomi ini menawarkan
semua anggota koperasi kesempatan yang sama untuk mempengaruhi kepentingan
koperasi, misalnya pada layanan yang ditawarkan oleh koperasi. Dengan hal itu, anggota
dapat secara kolektif berkontribusi dalam konsultasi dan diskusi pertanyaan yang
mempengaruhi secara pribadi.
Konsistensi persamaan ekonomi juga menegaskan bahwa anggota koperasi dapat
berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi tanpa modal dalam jumlah besar. Jadi, pada
tingkat ideologis, modal tidak penting dalam sistem koperasi. Koperasi pada dasarnya
bukanlah perusahaan saham gabungan. Prinsip kesetaraan absolut dalam usaha koperasi
berlaku pada tingkat ideologis yang mana harus menggambarkan karakter sosial-politik
dari sistem koperasi. Kemakmuran para anggota bergantung pada motif sosial yang
terkait dengan pastisipasi koperasi serta pengetahuan dan kemampuan.
Koperasi dapat melibatkan kapasitas dan fasilitasnya terutama utnuk kepuasan yang
paling efektif terhadap kebutuhan anggotanya, sehingga meningkatkan taraf hidup
mereka. Koperasi dianggap sebagai bentuk berdasarkan "ekonomi yang diperlukan". Hal
ini karena karakter syarat ekonomi bahwa pentingnya koperasi dan keseluruhan sisterm
koperasi sebagai mekanisme pendukung bagi ekonomi anggotanya tidak dapat diukur
hanya dengan bantuan saldo dan angka keuangan penutupan di buku-buku koperasi.
Gerakan koperasi secara tradisional memiliki peran yang terlihat dalam kebijakan
pendidikan. Pada tahun-tahun pembentukan sistem koperasi modern, pemerintah Eropa
tidak menyediakan sekolah dasar secara umum. Pada koperasi pertama menetapkan
prinsip mereka bahwa sebagian tabungan harus digunakan untuk tujuan pendidikan.
Pekerjaan pada saat itu menawarkan pengajaran kepada anggota bagaimana membaca dan
menulis dan bagaimana melakukan matematika. Pada saat itu, keterampilan ini
memungkinkan mereka diajarkan untuk memecahkan masalah mereka dan memahami
aktivitasi koperasi dengan lebih baik. Apalagi di negara berkembang yang kurangnya
kemampuan membaca dan menulis diantara populasi menjadi hambatan bagi
pengembangan sistem koperasi. Dengan itu koperasi menjadikan dirinya bertanggung
jawab untuk memberikan pendidikan dasar bagi anggotanya.
Di negara maju, pengembangan karakter pekerjaan pendidikan yang dilakukan oleh
koperasi telah mengalami perkembangan yang pesat. Sekarang ini, faktor utama adalah
penyampaian pengetahuan khusus untuk karyawan, dimana propagasi dan instesifikasi
keterampilan khusus karyawan untuk meningkatkan efisiensi koperasi. Dengan alasan ini,
organisasi koperasi mendirikan sekolah secara khusus, menyelenggarakan banyak
ceramah dan kursus, dan mengembangkan program pelatihan.
Koperasi pendidkan dari organisasi koperasi juga ditujukan pada mereka yang duduk
dalam posisi tanggung jawab dalam organisasi. Dalam peringkat administratif organisasi
koperasi, banyak orang telah dilatih untuk mengambil alih posisi administratif yang
bertanggung jawab dan tugas rahasia di negara bagian dan masyarakat.
Sebelum kebijakan regional diciptakan, sistem koperasi secara tradisional memiliki
tugas legislatif-politik yang penting dan ada sampai sekarang. Sistem perbankan koperasi,
koperasi produsen, dan koperasi konsumen memikul tanggung jawab fungsi pusat yang
mempengaruhi pembangunan daerah pedesaan. Di banyak negara, organisasi pemasaran
koperasi adalah lembaga keuangan pertanian dan koperasi telah mendukung seluruh
penduduk pedesaan melalui usaha untuk mengembangkan cabang industri dan pekerjaan
mereka secara lanjut. Organisasi koperasi banyak memberikan bantuan pada petani agar
dapat dipekerjakan secara penuh waktu. Dengan menawarkan layanan juga kepada nonanggota, organisasi koperasi telah mempengaruhi standar hidup seluruh populasi dengan
berbagai cara.
4. Sistem Koperasi sebagai Faktor Kebijakan Sosial
Sistem koperasi berkaitan dengan kebijakan sosial di banyak ungkapan, baik dalam
aktivitas praktis maupun prinsipnya. Telah disebutkan sebelumnya bahwa di dalam sistem
koperasi hampir tidak mungkin untuk menentukan hasil sosialnya yang harus berfokus
pada prospek berikut: sejauh mana koperasi tersebut, dengan mempengaruhi tingkat
ekonomi anggotanya melalui penyediaan keamanan, telah memberi anggotanya
kesempatan untuk menerapkan pengaruh pada masalah masyarakat dan pada pemungutan
suara.
Sejak didirikan pada tahun 1920, koperasi telah menjadi mulik International Labour
Organization (ILO). Komite ILO secara permanen mencari peluang untuk menghilangkan
kemiskinan dan keluhan lainnya di negara-negara berkembang. Sistem koperasi telah
menyediakan saran untuk mengatasi hambatan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berbagai organisasi koperasi dan organisasi nasional dan internasional lainnya berusaha
membantu organisasi koperasi di negara-negara berkembang, dan pemerintahan di
negara-negara ini mencoba untuk membangun dan memperkuat sistem koperasi. Dengan
tujuan utamanya adalah untuk membantu kelompok masyarakat yang paling miskin
melalui self-help. Bantuan dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang
dalam menciptakan dan mengembangkan sistem koperasi, misalnya dalam bentuk nasehat
ahli, bantuan pendidikan, dan kerja kampanye banyak tokoh terkenal dari abad yang lalu
berkontribusi untuk memperbaiki kondisi masyarakat.
Setelah sistem koperasi di negara-negara maju secara ekonomi berkembang dari
gerakan rakyat untuk memuaskan kebutuhan manusia yang mendesak ke bentuk
perusahaan menjadi bagian dari ekonomi secara keseluruhan. Di negara-negara maju
banyak dari bentuk baru sistem koperasi ini terlah membawa kembali unsur sosial-politik
ke sistem koperasi yang baru. Contoh bentuk koperasi baru ini adalah koperasi
lingkungan, koperasi untuk perawatan pada orangtua, anak dan lingkungan, koperasi
santai, koperasi untuk pembelian bahan makanan kolektif, dan berbagai perawatan
lainnya dan layanan koperasi.
Jika apa yang disebut "sistem koperasi baru" terus menekankan kepuasan kebutuhan
manusia pribadi, elemen sosial-politik gerakan koperasi akan menjadi lebih kuat lagi.
Pada saat yang sama, anggota memiliki kesempatan untuk ambil bagian dalam
perencanaan dan bahan dalam realisasi aktivitas.