Limapuluh tahun PERSETIA sebuah cerita negara-negara budaya

1

Limapuluh tahun PERSETIA – sebuah cerita perjalanan bersama
Yusak Soleiman, Ph.D.
Wakil sekretaris (2010-2014)
RAPAT ANGGOTA XIII PERSETIA, 9 – 13 JUNI 2013
Bagian I: Pengurus PERSETIA

PARA PENGURUS DAN DIRLAK
Tabel I

PERIODE

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Pada awal 1980an sudah mulai terasa
geliat dari para teolog perempuan di
lingkungan sekolah-sekolah teologi. Dan


1963-1969

2

0

1969-1973

6

0

1973-1975

6

0

1975-1978


6

0

1978-1982

8

0

1982-1986

8

0

upaya pemetaan historis teologi feminis di

1986-1990


8

0

Indonesia, kita membutuhkan database

1990-1994

8/7

0/1

1994-1998

7

1

1998-2002


5

5

2002-2006

5

5

2006-2010

4/5

6/5

2010-2014

8


2

pada tahun 1995terbentuklah PERWATI.
Komposisi pengurus dan dirlak
PERSETIA juga memperlihatkan
semangat zaman tersebut.
Seperti yang pernah saya usulkan dalam

yang dapat memperlihatkan, antara lain:
kapan dan di mana saja dosen-dosen
teologi perempuan pertama di Indonesia,
berapa banyak; bagaimana pergerakan
jenjang karir para teolog perempuan (di
dalam kepemimpinan gereja dan
perguruan tinggi); seberapa kuat dan luas
penyebaran pengaruh (kepemimpinan
maupun karya akademis) para teolog
perempuan.
Database tersebut pada waktunya dapat


Baiklah kita membaca Tabel I ini dengan
pemahaman berikut ini.

dipergunakan sebagai bahan dasar
berbagai penelitian,

2

LEMBAGA ASAL PARA
PENGURUS & DIRLAK
Tabel II

PERIODE

BARAT

TENGAH &
TIMUR

Tabel II dan Tabel III perlu dibaca

bersama. Komposisi pengurus dan Dirlak

1963-1969

2

0

1969-1973

3

3

1973-1975

5

1


1975-1978

3

3

berada di bagian barat Indonesia. Pada

1978-1982

3

5

saat PERSETIA dibentuk (1963) dari 13

1982-1986

6


2

sekolah pendiri, ternyata hanya 6 sekolah

1986-1990

8

0

yang berada di bagian barat Indonesia.

1990-1994

6

2

1994-1998


7

1

1998-2002

5

5

pengurus dari sekolah-sekolah anggota

2002-2006

4

6

yang berada di Jakarta tidak pernah


2006-2010

6/7

4/3

2010-2014

7

3

2014-2018

PERSETIA berdasarkan asal lokasi
perguruan tinggi teologinya ternyata
tidak selalu didominasi oleh PTT yang

Sekalipun sekretariat PERSETIA, sama
halnya dengan kehadiran DGI/PGI, selalu
berada di kota Jakarta, namun komposisi

mendominasi (kecuali pada periode 19631969, ketika kedua pengurus adalah
dosen-dosen STT Jakarta).

Juga penting untuk dicatat bahwa sejak awal pembentukannya PERSETIA tidak
membatasi keanggotaannya berdasarkan polarisasi teologis (ekumenikal dan evangelikal).
Kesadaran dan semangat yang sama masih berlaku hingga hari ini dalam hal penerimaan
calon anggota maupun saling berbagi pekerjaan dan tanggungjawab.1

Daftar nama lengkap para pengurus dan Dirlak PERSETIA lihat Soleiman, Ongirwalu dan Raintung (eds.),
Vivat Crescat Floreat – belajar dan bertumbuh bersama, refleksi atas setengah abad PERSETIA (Jakarta: BPK GM, 2014),
251-256.

1

3

Bagian II: Sekolah-sekolah anggota PERSETIA, partisipasi dan status akreditasi2
KEANGGOTAAN PERSETIA
Tabel III

DASARWARSA

NON-SARJANA

SEKOLAH TINGGI

FAKULTAS

1960an

Institut Pendidikan
Theologi Balewiyata,
Malang (1963)

STT Jakarta (1963)

FT UKI Tomohon
(1963)

Akademi Wiyata
Wacana Pati (1963)*

PERUBAHAN
STATUS *

STT Duta Wacana
Yogyakarta (1963)*
STT GPM Ambon
(1963)*
Akademi Theologia
Kupang (1963)*
STT INTIM Makassar
(1963)
STT HKBP
Pematangsiantar
(1963)
A.Th. GKE
Banjarmasin (1963)*
STT Tobelo (1963)*
A.Th./STT GKST Poso
(1963)
ITKI/ STT Bethel
Indonesia Jakarta
(1963)
STT I.S. Kijne
Abepura-Jayapura
(1968)

1970an

STT Cipanas (1970)

FT UK Satya Wacana
Salatiga (1970)

ITA / STT Aletheia
Lawang (1973)
STT Abdiel Ungaran
(1973)
1980an

UK Duta Wacana
Yogyakarta (1985)*
UKI Maluku Ambon
(1985)*

Untuk keakuratan data, mohon memberikan koreksi data sekolah anggota masing-masing kepada saya.
Daftar sekolah-sekolah anggota dan status terakreditasi program studi (prodi) teologinya lihat Vivat Crescat
Floreat, 261-268.

2

4
UK Artha Wacana
Kupang (1985)*
STAK Wiyata Wacana
Pati (1987)*
STT GKE Banjarmasin
(1987)*
1990an

Sekolah Pendeta HKBP/
Seminarium Sipoholon

STT GMI Bandar Baru
(1990)

Sekolah Teologi
Bibelvrouw, Laguboti

STT Sumatera Utara
Padang Bulan-Medan
(1990)
ITAS/ STT Abdi Sabda
Medan (1990)
Program Pascasarjana
Teologi UKI Tomohon
(1994)
Program Pascasarjana
UKSW Salatiga (1994)
STT Jaffray Makassar
(1998)
STT Bandung (1998)
STT-Reformed Injili
Indonesia Jakarta
(1998)
STT Rantepao (1998)*
SAAT Malang (1998)
STT Jaffray Jakarta
(1998)
STT Injili Arastamar
(SETIA) Jakarta (1998)

2000an

STT Sundermann
Gunung Sitoli-Nias
(2005)
STT Amanat Agung
Jakarta (2005)

2010an

STT GPI Fakfak (2010)
STT Sangkakala
Kopeng-Salatiga
(2010)
I-3 / STT I-3 BatuMalang (2010)
STT Rahmat Emanuel

FT UK Papua Sorong
(2005)

STAKN Toraja
(STAKN Rantepao)
(2004)
Universitas
Halmahera Tobelo
(2008)

5
Jakarta (2010)
STT Lintas Budaya
Jakarta (2010)
STAK Marturia
Yogyakarta (2010)
STT Nazarene
Indonesia Yogyakarta
(2010)
STT Bala Keselamatan
Palu (2010)
STAKN Kupang
(2010)
STT Mamasa (2010)

PARTISIPASI SEKOLAH-SEKOLAH ANGGOTA DALAM
PROGRAM PERSETIA PADA PERIODE 2010-2014
Tabel IV

KEGIATAN

HOST(s)

KEHADIRAN

Rapat Anggota, 2010

STT I.S. Kijne

Workshop on
Disability, 2011

FT UK Duta Wacana
& EDAN WCC

Undangan Khusus

Semiloka Pengisian
Borang, 2011

STT INTIM

9 sekolah anggota & 1 non-anggota - 6 sekolah
anggota & 2 non-anggota

Konsultasi Nasional
Mahasiswa Teologi di
Indonesia, 2011

STT HKBP

22 sekolah teologi

Kuliah Alih Tahun
2011

FT UKSW

9 sekolah anggota

Common research of
Dutch and Indonesian
scholars 2012

FT UK Duta Wacana

Undangan khusus, PThU, VU, NIM, ICCO-KiA

Konsultasi Pimpinan
Asosiasi Sekolah
Teologi di Asia –
pembentukan AFTE,
2012

STT Amanat Agung

Undangan khusus, ATESEA, ATA, APTA, FTESEA,
PTCA, ATEM, SSC, MATS, PATS, PERSETIA, ETEWCC

Studi Institut dan
Lokakarya
Kurikulum, 2012

FT UK Duta Wacana

24 sekolah anggota, BPK GM, Peruati, dan JPT
INTIM

Kuliah Alih Tahun
2012

FT UKI Maluku

STT Jakarta, STT Cipanas, PPS UKSW, FT UKDW,
PPS UKAW, STT INTIM, PPS UKIT, PPS UKIM

Studi Institut
Metodologi Riset
Ilmu Teologi, 2012

FT UKI Tomohon

22 sekolah anggota & 1 calon anggota

STT Aletheia

6
Konsultasi Nasional
Mahasiswa Teologi di
Indonesia, 2012

STT Bethel
Indonesia

28 sekolah anggota

Penerbitan Jurnal
Ilmiah Teologi SOLA
EXPERIENTIA, mulai
2013

STT Jakarta dan
kantor PERSETIA

Redaksi bersama tim PERSETIA dan tim STT Jakarta

Diskusi Terbatas
tentang UU no.
12/tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi,
Januari 2013

STT Jakarta

11 sekolah anggota dan calon anggota, KoLITI,
KIPTI, KWI, PGI, APTIK, dan APTISI

Semiloka Pustakawan
Teologi 2013

SAAT Malang &
ForPPTI

20 sekolah anggota dan calon anggota

Kuliah Alih Tahun
2013

STT Cipanas

STT Cipanas, STT Jakarta, STT HKBP, UKSW,
UKAW, UKIM, STT INTIM, UKIT, STT Abdi Sabda

Diskursus Difabilitas
2013

FT UKSW Salatiga

sekolah anggota, utusan gereja, dan LSM

Konsultasi Nasional
Pendidikan Teologi
2013

STT RII Jakarta

sekolah anggota dan calon sekolah anggota

Peluncuran & bedah
buku 2013

STT Jakarta

Umum

Semiloka Teologi
Feminis 2013

Kantor PERSETIA &
PERUATI

sekolah anggota, PERUATI, dan utusan gereja-gereja

Konsultasi Nasional
Mahasiswa Teologi di
Indonesia, 2013

STT INTIM & STT
Jaffray Makassar

25 sekolah anggota dan 1 calon anggota

Ibadah syukur dan
Penerbitan buku
peringatan 50 tahun
PERSETIA 2013

Kantor PERSETIA &
STT Jakarta

Symposium Asian
Liberation Theology
2014

STT Jakarta

Studi Institut
Arsitektur dan
Liturgi 2014

STT Abdi Sabda
Medan

Kuliah Alih Tahun
2014

FT UK AW Kupang

Rapat Anggota, 2014

STT I-3 Batu,
Malang

Konsultasi Nasional
Mahasiswa Teologi di
Indonesia 2014

FT UK Duta Wacana
Yogyakarta

Studi Institut Lay
leadership 2014

FT UK Satya
Wacana Salatiga

7

Temuan dari kantor PERSETIA dan Tabel IV:
Tidak pernah mengikuti kegiatan PERSETIA
Menunggak iuran 15 tahun: STT Sumatera

sepanjang tahun 2011-2014: STT Sumatera

Utara Medan, STT Setia Jakarta, Sekolah

Utara Medan, FT UKI Papua Sorong, STT

Pendeta HKBP Sipoholon

Setia, STAK Wiyata Wacana Pati, , STT
Nazarene Yogyakarta, STAKN Kupang,

Menunggak iuran 8 tahun: STT Abdiel

Sekolah Diakones Bibelvrouw Laguboti, dan

Ungaran, FT UKI Papua Sorong

STT Mamasa

Menunggak iuran 7 tahun: STT GMI Medan

Hanya mengikuti satu kali kegiatan
PERSETIA sepanjang tahun 2011-2014: IPTh

Menunggak iuran 6 tahun: STT Sundermann

Balewiyata Malang, STT Rahmat Emanuel
Jakarta, STT Lintas Budaya Jakarta, STT

Menunggak iuran 5 tahun: Sekolah Diakones

Bandung, STT Jaffray Jakarta, Sekolah Pendeta

Bibelvrouw Laguboti, STT GKST Tentena

HKBP Sipoholon.

Tabel IV disusun berdasarkan laporan pertanggungjawaban pengurus PERSETIA periode
2010-2014 saya menggarisbawahi keprihatinan pengurus atas partisipasi dan
tanggungjawab yang dilalaikan oleh beberapa sekolah anggota. Surat peringatan sudah
berulang kali dikirimkan, dan kepada rekan-rekan sekolah anggota yang lokasinya
berdekatan kami sudah menitipkan keprihatinan ini. Ini berarti langkah formal maupun
pendekatan informal sudah dilakukan untuk mengingatkan kelalaian tersebut.
Menurut AD/ART PERSETIA ada sanksi yang dapat diberlakukan kepada para
anggota yang melalaikan kewajibannya. Untuk itu saya ingin mengusulkan tahapan dan
rincian yang lebih jelas.
USUL:
1. Pembekuan keanggotaan setelah dua tahun berturut-turut tidak berpartisipasi dan
tidak memelihara komunikasi. Pembekuan keanggotaan bagi anggota yang
menunggak lebih dari dua tahun. Berdasarkan dua hal tersebut, pengurus akan
menerbitkan surat pembekuan keanggotaan.
2. Setelah setahun pembekuan bila tidak ada inisiatif untuk memperbaiki keadaan,
keanggotaan akan diakhiri, pengurus akan menerbitkan surat pengakhiran
keanggotaan . . .
Selain itu dalam rangka penyempurnaan AD/ART PERSETIA perlu juga ditegaskan kembali
syarat penerimaan menyangkut dua aspek, yaitu kualitas calon sekolah anggota dan
dukungan gereja. Aspek dukungan gereja adalah untuk memperlihatkan kedekatan antara
pendidikan tinggi teologi dengan gereja.
Secara nasional BAN-PT menilai kelayakan administratif baik prodi maupun
institusi, termasuk perguruan tinggi teologi. Oleh karena itu salah satu persyaratan yang

8

dipergunakan oleh pengurus ketika melakukan kunjungan kepada calon-calon sekolah
anggota adalah status terakreditasi oleh BAN-PT. Hal ini untuk memastikan bahwa calon
sekolah anggota diselenggarakan dengan standar kualitas yang memadai.
Terkait dengan penetapan standar kualitas ini, saya melihat masih ada yang perlu
disempurnakan dalam hal ini, yaitu mengenai keberlanjutan keanggotaan bagi sekolahsekolah anggota yang tidak lulus akreditasi atau sama-sekali tidak mengurus proses
akreditasinya. Secara hukum sekolah-sekolah tersebut harus menutup program studinya,
dan bila masih menyelenggarakan proses belajar-mengajar, maka mereka tidak bisa
memberikan kelulusan.
Oleh karena itu dalam rumusan penyempurnaan AD/ART PERSETIA harus
ditekankan agar sekolah-sekolah anggota senantiasa menjaga kualitas pendidikan yang
diselenggarakannya, agar layak mendapat pengakuan keabsahan dari negara dan
menghasilkan lulusan yang diakui secara hukum kesarjanaannya.
USUL:
1. Sekolah-sekolah anggota PERSETIA bertanggungjawab untuk menyelenggarakan
pendidikan tinggi teologi yang bermutu dan mendapat pengakuan dari negara,
terakreditasi BAN-PT.
2. Sekolah-sekolah anggota PERSETIA yang belum terakreditasi diwajibkan untuk
segera memproses akreditasinya.
3. Sekolah-sekolah anggota PERSETIA yang tidak terakreditasi (kecuali beberapa
lembaga pendidikan non-sarjana) dan oleh karena itu harus menutup program studi
dan/atau sekolahnya, dengan sendirinya keanggotaannya berakhir.

9

Bagian III: Lembaga-lembaga mitra di dalam dan di luar negeri

LEMBAGA MITRA DI LUAR NEGERI
Tabel V
ASIA-PASIFIK
GST-ATESEA  SEAGST
 ATU
EACC  CCA
UNITING CHURCH
AUSTRALIA
PTS, SEOUL
AFTE (2012)
WOCATI (1989)
ForATL

AMERIKA UTARA

EROPA

UPC-USA

WARC  WCRC

LCA

TEF  PTE-WCC

FTE

ETE-WCC

PSR

BASSEL MISSION  M21

GTU

EMW

PCC

UEM/VEM

NCCC USA

EUKUMINDO

UCC USA

NHK-GKN  Dept. GLOBAL
MINISTRIES PKN  ICCOKerkinActie

GLOBAL AIDS
VST

IRTI
UNIV HAMBURG
UNIV UTRECHT
VRIJEUNIVERSITEIT
AMSTERDAM
PThU

PERSETIA menjalin kerjasama yang luas pada lingkup regional maupun global. Para
pengurus dan dosen sekolah-sekolah anggota baik secara kolektif maupun sendiri-sendiri
terus memelihara jejaring yang sudah terbentuk dengan berbagai lembaga luar negeri ini.
Bentuk kerjasama mulai dari dukungan dana beasiswa FDP para dosen, dukungan
dana program-program PERSETIA, hingga pengiriman atau pertukaran dosen antar negara.
Ada juga kerjasama yang bersifat penguatan organisasi ekumenis dan pengembangan isi
maupun metode pendidikan teologi.

10

LEMBAGA MITRA DALAM NEGERI
Tabel VI
GEREJAWI

MELAYANI GEREJA

PENDIDIKAN DAN
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT

DGI  PGI

LAI

Wahana Visi Indonesia (WVI)

MAWI  KWI

BPK Gunung Mulia

PERWATI (1995)  PERUATI
YAYASAN BINA DARMA
Lingkaran Pendidikan Alternatif
Perempuan (KAPAL)
AKADEMI LEIMENA
MPPK
BKPTKI
Persekutuan PELKESI
UNIV SANATA DARMA
ForPPTI
UK PETRA
Persekutuan Literatur Kristen
Indonesia (PLKI)
Konsorsium Lembaga Ilmu
Teologi Indonesia (KoLITI, 2013)
Asosiasi Perguruan Tinggi
Swasta di Indonesia (APTISI)
Badan Koordinasi Lembagalembaga Pendidikan Kristen di
Indonesia (BAKOR LPKI)

PERSETIA menjalin kerjasama yang sangat luas dengan berbagai lembaga di Indonesia.
Sekalipun PERSETIA tidak berhubungan langsung dengan gereja-gereja, namun
komunikasi yang baik dengan lembaga gerejawi pada tingkat nasional (PGI dan juga KWI)
terus dilakukan, terutama menyangkut perkembangan kebijakan negara dalam hal
pendidikan tinggi.
Kerjasama dan hubungan dengan berbagai lembaga di Indonesia dijalin PERSETIA
khusus untuk lembaga yang bergerak di bidang pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat.

11

Bagian IV: Overview atas program-program PERSETIA (1978-2010)
Laporan tertulis dari periode 1963-1978 (limabelas tahun; empat periode kepengurusan)
tidak dapat ditemukan di kantor. Oleh karena itu overview ini hanya berdasarkan perjalanan
sejak 1978 hingga 2010 (delapan periode kepengurusan).
Berikut beberapa tabel yang disusun berdasarkan data-terpilih dari overview tersebut.

STUDI INSTITUT (SI)
Tabel VII
Waktu & Tempat
1977: Jakarta
1978: Jakarta
1979: Yogyakarta
1980: Makassar
1981: Salatiga
1982: Malang
Periode:
1977-1982

Tema
Sejarah Gereja
Teologi Praktika bidang Pembinaan
dan Pendidikan
Teologia Agama-agama
Contextual Exegesis
Etika Sosial
Islamologi

Peserta

Narasumber

Catatan

-

1983: STT INTIM
Makassar
1984: STT Duta
Wacana
Yogyakarta
1986: FT UKDW
Yogyakarta
Periode:
1982-1986
1987: STT Jakarta
1988: STT INTIM
Makassar
1989: UKDW
Yogyakarta
1990: UKSW
Salatiga
Periode:
1986-1990
1991, UKDW
Yogyakarta

Pembinaan Spiritual

Rata-rata 15
sekolah
menghadiri
SI.
8 sekolah

Pembinaan Spiritual

10 sekolah

Komunikasi dan Pendidikan
Theologia

35 orang

1992, UKAW
Kupang
1993, UKDW
Yogyakarta

Missiologia

39 orang

Sejarah Gereja

35 orang

Liturgi

Jumlah sekolah
anggota 18.

-

Jumlah sekolah
anggota 25.

Pendidikan Agama Kristen
Eklesiologi

43 orang
33 orang

Eli Tanja
I.P. Lambe

Dogmatik

39 orang

Budyanto

Penggembalaan

37 orang

Mesach
Krisetya
Jumlah sekolah
anggota 25.
Jakub Santoja,
Sukrisno
Jardjomartojo,
Tabita K.
Christiani

Koernia Atje,
Christ Hartono,
Peterus
Pamudji

12
Periode:
1990-1994
1995, UKDW
Yogyakarta

1996, IPTh
Balewiyata Malang

Jumlah sekolah
anggota 27.
Alkitab dan Teologi dalam konteks
kita dewasa ini

Pendidikan Agama Kristen

kurang dari
setengah
jumlah
dosen
Biblika
sekolahsekolah
anggota
57 orang

Hasil SI
dijadikan buku
Pendidikan
Kristiani dalam
konteks
masyarakat
Indonesia
majemuk
Hal ini
dilakukan
sehubungan
dengan
tebitnya SK
Mendikbud
no.
0359/U/1996
yang
menetapkan
status
keilmuan
Teologi di
Indonesia

1997, SI diganti
dengan Seminar
dan Lokakarya
Kurikulum
Nasional Ilmu
Teologi di Salatiga

1998, UKDW
Yogyakarta
1998

Etika Lingkungan
Teologi Feminis

SI
menghasilkan
buku ajar
teologi feminis:
Bentangkanlah
Sayapmu
Program SI
didukung oleh
GKN dan
NHK
Jumlah sekolah
anggota 33.

Periode:
1994-1998

1999, UKDW
Yogyakarta

Metodologi Penelitian Kualitatif

1999, Yogyakarta

Konsultasi PESETIA tentang gerakan
Ekumene: Persekutuan Gereja-gereja
di Indonesia memasuki abad XXI

4 dosen
perempuan,
29 dosen
laki-laki
(dari 13
sekolah)

Nico L Kana
dan E.G.
Singgih

Hasilnya
diterbitkan
dalam majalah

13
SETIA edisi
2000
2000, UKI
Tomohon

Metodologi Penelitian Kualitatif

50 orang

2000, Cipayung

Teologi dan Manajemen

2000, Cipayung
2000, Cipayung

Teologi dan Komunikasi
Pengantar Ilmu Teologi dan Teologi
Kontekstual

2001, UKDW
Yogyakarta
Periode 1998-2002

Filsafat Timur dan Filsafat Barat

17 dosen
dari 13
sekolah
idem
16 dosen
dari 11
sekolah
15 dosen

2002, UKDW
Yogyakarta

Teologi Sosial

27 dosen

2003, IPTh
Balewiyata Malang
2004, Cipayung
2005, STT Cipanas

Konflik Sosial dan Resolusi Konflik

20 dosen

Misi di abad XXI
Globalisasi

18 dosen

Nico L. Kana
dan E.G.
Singgih

Program SI
didukung oleh
UCN
Jumlah sekolah
anggota 33.
Bernhard
AdeneyRisakotta, Nico
Kana, John
Titaley, E.G.
Singgih,

Zakaria
Ngelow,
Arimbi
Heroeputri,
Haryatmoko,
Lutfia H., Piet
G. Manoppo,
John Titaley

Periode 2002-2006
2008, Jakarta

Teologi dan HIV/AIDS

23 dosen,
dari 14
sekolah

2009, IPTh
Balewiyata Malang

Dialog kreatif Islam – Kristen

15 dosen
dari 11
sekolah

Periode 2006-2010

Alphenus
Kambodji,
Zefanya
Kameeta,
Gomar Gultom,
Robert
Borrong,
Emmy
Sahertian
Bambang
Ruseno Utomo,
Suwignyo, Olaf
Schumaan

Jumlah sekolah
anggota 33.
Kerjasama
dengan PGI
dan UEM

Didukung oleh
UEM

Jumlah sekolah
anggota 45.

14

KULIAH ALIH TAHUN (KAT)
Tabel VIII
Waktu & Tempat
UKIM Ambon, 1996
UKSW Salatiga,
1997

Tema
Konsultasi Program
Pasca sarjana.3

Peserta

53 orang dari
sekolah-sekolah
anggota, sekolah
lain, dan para
pendeta setempat.

UKI Tomohon, 1998

UKI Tomohon, 1999

UKSW Salatiga,
2000

3

Narasumber

Catatan

Lothar Schreiner,
Clare Fischer, Dom
Compier, Thomas
Wilkens, Gary
Simpson, Harry
Wendt, Amien Rais,
Theo Syafei,
Christianto
Wibisono,
Baharuddin Lopa,
Rudini, J.E.
Sahetapy, A.A.
Yewangoe,
Barnabas Suebu
C.S. Song, Karel
Blei, Frances S.
Adeney, Alasdair
G. Hunter, P.R.
Renwarin, A.
Rainer, Virgil Cruz,
Henriette
Hutabarat-Lebang,
John CampbellNelson, Stephen
Suleeman, John
Titaley, E.G.
Singgih,
Margaretha M.
HendriksRirimasse, Richard
Siwu, Thom Therik.
Clare B. Fischer,
Kathryn Poethig, M.
Soards, Elizabeth
Collins, Jeffery
Kuan, Non JongSun, Marien van
den Boom, John
Titaley, Stephen
Suleeman.
Yielbonzie C.
Johnson, Marsha S.
Haney, Richard
Chauvel, A.A.

Dukungan dana dari
National Council of
Churches of Christ
USA dan donatur
dalam negeri

Konsultasi di Ambon ini menghasilkan kesepakatan untuk membuka Program Pascasarjana Teologi di

Indonesia (PPsTI). Enam sekolah anggota yang menyelenggarakan program ini: STT HKBP Pematang Siantar,
STT Jakarta, STTRII Jakarta, PPs-AM UKSW Salatiga, PPs UKDW Yogyakarta, dan PPs UKI Tomohon. Salah
satu kegiatan dari PPsTI adalah Kuliah Alih Tahun (KAT)

15

STT GKI I.S. Kijne,
Jayapura, 2001

STT HKBP
Pematangsiantar,
2002

61 orang dari 7
sekolah

STT INTIM
Makassar, 2003

Living Theology

UKDW Yogyakarta,
2004

Mistisisme dan
Kebudayaan

73 orang dari 8
sekolah

STT Jakarta, 2005

Postmodernisme –
tantangan dan
peluang berteologi

73 orang dari 9
sekolah

UKIM Ambon, 2006

Berteologi dalam
konteks Pluralisme

STT Abdi Sabda
Medan, 2007

Teologi dan Studi
Perdamaian

66 orang dari 6
sekolah

STT Jaffray
Makassar, 2008

102 orang dari 9
sekolah

STT HKBP
Pematangsiantar,
2009
UKI Tomohon, 2010

87 orang dari 9
sekolah
108 orang dari 7
sekolah

Yewangoe, Indriani
Bone
Riess Potterveld,
Spied Leas, J.
Salossa, F.
Wospakrik, H.
Awom, J. Boney, B.
Giay.
Robert Robinson,
Jerry
Schmalenberger,
Charlie Farhadian
Abraham van de
Beek, Bernhard
Adeney-Risakotta,
Clare Fischer,
Kautsar Ashari
Noer, Ricardo
Renwarin
C.S. Song, J.A.B.
Jongeneel, Boyung
Lee, Simon P. L.
Tjahjadi, Lucien van
Liere
Fumitaka
Matsuoka, Olaf
Schumaan, Zakaria
Ngelow, John
Ruhulessin, Abidin
Wakanno,
Margaretha
Hendriks, Dieter
Bartels, Yapy
Watloly
Andrea Bieler,
Nelly van Doom,
Tabita K. Christiani,
Paulus S. Widjaja,
Simon P.L. Tjahjadi,
Zainul Fuad
Peter Wyatt, Joan
Wyatt, Stanislaus
Sunardi, Yahya
Wijaya
Archie Smith, Hope
S. Antone, Simon
P.L. Tjahjadi
William McKinney,
Robert Robinson,
Hope S Antone,
Stephen Suleeman,
Simon P.L. Tjahjadi

16

KONSULTASI NASIONAL MAHASISWA TEOLOGI INDONESIA (KNMTI)
Tabel IX
Waktu & Tempat
1978-1982

1986, UKSW
Salatiga

1988, STT INTIM
Makassar

2004, UKSW
Salatiga

2005, Bina Darma
Salatiga
2007, STT GMIH
Tobelo

2008, UKDW
Yogyakarta

2009, UKI Tomohon

Tema

Panggilan dan
pergumulan
mahasiswa
theologia di
Indonesia
Keadilan,
Perdamaian, dan
Keutuhan Ciptaan

Pembentukan
Forum Komunikasi
Nasional
Mahasiswa Teologi
di Indonesia
Pelatihan Analisis
Sosial
Rekonstruksi atas
Kristologi dalam
konteks Indonesia

Kepelbagaian –
berteologi dalam
konteks bangsa
yang sedang menghadapi krisis dan
bencana
Konteks bangsa
yang sedang
mengalami
pergumulan

Peserta

Narasumber

69 mahasiswa (dari
23 sekolah teologi)

Catatan
Pengurus sudah
mulai melakukan
penjajakan dan
menghubungi PTEWCC dan LCA
untuk mendapatkan
dukungan dana.
KNMTI pertama

Mahasiswa diutus
menghadiri
Konsultasi
mahasiswa di
Singapura (1988)
dan Hongkong
(1989)

23 orang
98 mahasiswa

60 mahasiswa

72 mahasiswa

Julianus Mojau,
Pradjarta
Dirjosanjoto, Hein
Namotemo,
Septemmy Lakawa
Zakaria Ngelow,
Daniel Nuhamara,
Sentot, Mali, E.G.
Singgih.

Daniel Nuhamara,
Purnama, Richard
Siwu

KNMTI didukung
oleh ETE-WCC dan
UEM

17

PROGRAM FACULTY DEVELOPMENT (FDP)
Tabel X
Periode
1978-1982
1982-1986

1986-1990

15 dosen

Studi S2

Studi S3
Belum ada

12 dosen telah
menyelesaikan studinya

1 dosen mengikuti
program GST-ATESEA

5 masih menjalani
studinya

5 dosen studi di AS,
dalam kerjasama dengan
gereja-gereja

8 dosen telah
menyelesaikan studinya
3 dosen perempuan
sedang menjalani
studinya (program
Women’s Concern)

Catatan
Dibiayai ATESEA, FTE,
dan UPC USA

3 dosen studi lanjut
dalam rangka bilateral
sekolah anggota dengan
pihak LN, PERSETIA ikut
memberikan rekomendasi
saja
2 dosen telah
menyelesaikan studinya
4 sedang menjalani
studinya di Indonesia
3 sedang menjalani
studinya di luar negeri
6 sedang dalam persiapan
untuk memulai studinya

1990-1994

1 dosen telah
menyelesaikan studinya
4 dosen memulai
studinya
4 dosen masih menjalani
studinya
1 dosen masih berusaha
menyelesaikan studinya

1 dosen perempuan
sedang menjalani
studinya (program
Women’s Concern)
2 dosen telah
menyelesaikan studinya
3 dosen telah
menyelesaikan studinya
dari Amerika
6 dosen masih menjalani
studinya
4 dosen memulai
studinya
5 dosen perempuan
sedang menjalani studi S2
dan S3 dalam rangka
Women’s Concern
(didukung oleh NHK,
ETE-WCC, Bassel
Mission, dan Centrum
voor Zending en

Didukung ETE-WCC,
PTS Seoul, EMW, mitra di
Amerika Serikat, dan
mitra dalam negeri
Dukungan dari EMW
berkurang secara
bertahap, dan kemudian
dihentikan pada 1992.
Berdasarkan evaluasi,
maka terjadi perubahan
persyaratan studi-lanjut,
yaitu tuntutan
penguasaan bahasa asing
yang baik.
Pada periode ini
berdasarkan data anggota
(keculi sekolah yang lalai
mengirimkan data)

18
Werelddiakonaat)

jumlah dosen dari
seluruh sekolah anggota:
S1 104 dosen
S2 118 dosen
S3 54 dosen

1994-1998

1998-2002

9 dosen telah
menyelesaikan studinya

8 dosen telah
menyelesaikan studinya

6 dosen masih menjalani
studinya

3 dosen masih menjalani
studinya

1 orang gagal

1 dosen akan memulai
studinya

3 dosen akan memulai
studinya
8 dosen telah
menyelesaikan studinya.

3 dosen telah
menyelesaikan studinya

1 dosen masih menjalani
studinya

1 dosen masih menjalani
studinya

2 dosen akan memulai
studinya

2002-2006
2006-2010

Beasiswa diberikan
kepada 10 dosen

PERSETIA menargetkan
peningkatan jumlah
tenaga pengajar dengan
kualifikasi S2 bertambah
25 orang, dan S3
bertambah 10 orang.
Target ini masih belum
tercapai.

Sumber dana dari
Evangelische und
Missionwerk (EMW) dan
para donatur dalam
negeri.
Penyetaraan ijazah para
dosen. PPs UKSW yang
telah terakreditasi
membantu para dosen
untuk menyetarakan
ijazahnya dengan ijazah
negara. Selain itu ada IRI
dan PSR yang juga dapat
mendukung proses
promosi-ulang.

Beasiswa diberikan
kepada 1 dosen
Program Young
Theologians.4

Ada 5 pelamar untuk program S-2 dan 7 untuk S-3. Satu orang telah lolos saringan, dan melanjutkan studi S-3
di ThU Kampen. PERSETIA membantu dengan cara penggantian biaya kursus dan tes TOEFL sejumlah tertentu.

4

19

PENERBITAN PERSETIA
Tabel XI
Periode
1978-1982

Prosiding
-

Monograf
10
judul

Majalah
SETIA
Dihentikan
karena
kekurangan
tulisan.

Buku Ajar
2 judul

Lainlain
-

Catatan
Penerbitan dibiayai
EUKUMINDO.
Buku-buku yang sudah
pernah diterbitkan SERI A:
Gereja, Agama, dan
Kebudayaan di Indonesia –
delapan judul.
Judul kesembilan dan
kesepuluh sudah siap terbit.
SERI B: Gereja dan Theologia
– empat judul.

1982-1986

1986-1990

1990-1994

1994-1998

1998-2002

Hasil-hasil
SI, Penlok
PBM, dan
Konsultasi
Nasional
telah
dibukukan
dalam
bentuk
stensilan

4 judul

Hasil-hasil
SI, Penlok
PBM dan
Konsultasi
telah dibukukan dan
dibagikan
kepada sekolah anggota
Hasil-hasil
SI, Penlok
PBM, dan
Profil
PERSETIA
Hasil-hasil
SI, Deskripsi
Kurnas Teologi, Katalog
& brosur
PPsTI, dan
Profil
PERSETIA
Hasil-hasil
SI, Konsultasi, Seminar-Lokakarya, hasil

1 judul
dicetak
ulang

Empat edisi
dengan nama BERITA
PERSETIA,
1984-1985.
Empat edisi
berikutnya
dengan nama SETIA,
1985-1986.
Majalah
SETIA terbit
empat edisi

Sedang direncanakan
penerbitan
sejarah PI
oleh Van den
End dan
PWG oleh
Maitimoe.

Buku PWG
segera terbit

ATESEA membiayai proyek
BITES (Bahasa Indonesia
Theological Education Series)
yang sedang menerjemahkan
3 naskah

1 judul
siap
diterbit
kan
1 judul
baru,
1 cetak
ulang
4 judul

8 judul

Majalah
SETIA hanya
terbit satu
edisi

1 buku

Majalah
SETIA terbit
tiga edisi

1 buku

Majalah
SETIA terbit
empat edisi.

Cetak ulang
1 buku

3 buku
terjema
han
diterbit
kan
Beberapa buku adalah hasil
kerjasama PERSETIA, Biro
Wanita PGI, dan PERWATI

20

2002-2006

2006-2010

lomba karya
tulis dan esai
mahasiswa
Hasil-hasil
SI, Kurikulum Inti
PERSETIA,
kumpulan
tulisan lomba karya
tulis mahasiswa
Hasil-hasil SI
dan KAT

2 judul

Jurnal SETIA
mendapat
ISSN:
1829.5150.
Tiga edisi
sudah terbit,
dua edisi dalam proses
editing
Tidak terbit

21

KURIKULUM DAN AKREDITASI
Tabel XII
Periode
1978-1982

Kurikulum
RUA IV, 1978,
menugaskan Pengurus
PERSETIA mempersiapkan Kurikulum Minimal
bagi sekolah-sekolah
anggota.

Akreditasi

Catatan
SK MENDIKBUD no.
0124/U/1979: jenjang
program Pendidikan
Tinggi dan Program Akta
Mengajar

ATESEA mengadakan
Consultation on Curriculum
Construction, 1982.

1982-1986

Program ditunda ke
periode berikutnya.
Penataran-lokakarya
proses belajar-mengajar
(PBM) di:
UKAW, 1984, 17 dosen
UKIM, 1984, 28 dosen
UKSW, 1985, 23 dosen
STT HKBP, 1986
Para dosen berkenalan
antara lain dengan sistem
kredit semester (SKS)
Kurikulum Standar
Minimal (KSM)
dihasilkan dalam
konsultasi di UKI
Tomohon, 1983, diikuti
oleh 14 sekolah anggota.
KSM akan ditindaklanjuti
dengan Lokakarya
Kurikulum.5

5

SK MENDIKBUD no.
0174/0/1983: Penataan
Jurusan Fakultas/Institut
Negeri.
SK MENDIKBUD no.
0336/0/1984: Perubahan
Penataan Jurusan pada
Fakultas Perguruan
Tinggi Negeri
Dua SK ini menyebabkan
hilangnya ilmu teologi
dari daftar ilmu di
Indonesia. Pada saat itu
memang belum ada
aturan mengenai Sekolah
Tinggi dan Akademi.
Sempat ditawarkan agar
menjadi studi non-gelar
saja.6

Lokakarya untuk menyusun silabus belum berhasil dilaksanakan. Dan ada keberatan atas adanya

penyeragaman silabus.
6

KSM teologi yang disusun menjadi sangat penting untuk menegaskan status keilmuan teologi di Indonesia.
Dalam Peraturan Pemerintah no. 27 tahun 1981, Bab III, pasal 5 (1) a dan b, disebutkan adanya

Golongan Fakultas Ilmu Agama/Kerohanian dan Golongan Fakultas Ilmu Kebudayaan (termasuk di dalamnya
Fakultas Filsafat).
Surat-surat yang dikirimkan sekolah-sekolah anggota cenderung menempatkan teologi di dalam
golongan yang pertama, karena menganggap golongan Ilmu Kebudayaan tidak tepat untuk teologi.
Perlu dicatat bahwa perkembangan diskusi ini hanya melibatkan sekolah-sekolah di lingkungan DIKTI, karena itu
tidak ada urusan dengan kepentingan DBK DEPAG, yang kemudian hari merasa berhak mengklaim ’golongan’ (yang
dalam UU 12/th 2012 disebut rumpun) Ilmu Keagamaan.
Sikap PERSETIA (Laporan Pertanggungjawaban 1982-1986): ’... berpendapat dan untuk itu mengharapkan
agar bidang pendidikan Theologia dikelola secara profesional sesuai UU yang berlaku’.
Karena itu sewajarnya Pendidikan Teologi dipayungi oleh DIKBUD dengan pertimbangan bahwa
bidang studi ini perlu berinteraksi dan saling memupuk kerjasama yang saling menunjang dengan disiplin itu
hanya dalam rangka mengembangkan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya’.

22
1986-1990

PenLok PMB
dilaksanakan di
Makassar, 1990

Salah satu butir
pertimbangan dalam
penyusunan dan
pemberlakuan KSM
adalah pertimbangan
akreditasi yang berlaku.7

1990-1994

Konsultasi Kurikulum,
1994, bertugas menyusun
KSM.

Dalam (Laporan
Pertanggungjawaban 19901994): Pedoman Penerimaan
Anggota PERSETIA, salah
satu persyaratan penting
adalah Akreditasi ’...
Diakreditasi untuk
memenuhi persyaratan
program-program
akademis dalam
hubungan dengan gelargelar akademis yang
diberikan’.8
SK Menteri Agama no.
180/1997 menyangkut
Kurnas Teologi, Ujian
Negara dan Akreditasi
yang menyebutkan
bahwa pendidikan teologi
ditempatkan di bawah

PenLok PBM
di UKI Tomohon, 1990
di STT Jakarta, 1991
di STT HKBP, 1991
dan di ITA Bandar Baru,
1993

1994-1998

Hilangnya ilmu teologi
dalam Ensiklopedi Ilmu
Pengetahuan di
Indonesia.9
Seminar dan lokakarya
nasional Akreditasi di

Pengurus menuliskan
penjelasan mengenai
KSM (Laporan
Pertanggungjawaban 19861990): Kurikulum Standard
Minimal PERSETIA –
Latarbelakang pergumuluan
dan pembinaan

(Laporan Pertanggungjawaban 1986-1990): ‘… Kiblat Pengakuan pada DEPDIKBUD. Berdasarkan sikap yang
diambil… , maka akreditasi dari seluruh program gelarnya diarahkan kepada pemenuhan ketentuan-ketentuan
yang berlaku di DIKBUD. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sebagai aparatur pemerintah yang
memang ditugaskan untuk menangani pembinaan pendidikan secara nasional, maka DEPDIKBUD adalah
wadah yang tepat untuk itu.
8 Akreditasi dalam konteks ini (tahun 1994) adalah bahwa PERSETIA sendiri sebagai konsorsium yang harus
menilai berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya apakah calon sekolah anggota ini memenuhi standar
kelayakan sebagai sebuah pendidikan teologi yang berkualitas (atau minimal memiliki potensi pengembangan
ke arah itu).
Namun sesudah 1998, oleh karena perubahan konteks, dan dengan adanya BAN-PT dan juga akreditasi
sebagian sekolah-sekolah anggota oleh ATESEA, maka baseline untuk penentuan kelayakan itu menjadi semakin
jelas.
9 SK Mendikbud no. 036 tahun 1993 tidak menyebut ilmu teologi dalam Ensiklopedi. Akibat lanjutannya
sekolah-sekolah teologi diwajibkan memilih dari antara disiplin ilmu yang ada dan untuk masuk ke dalamnya.
Akibatnya gelar-gelar teologi yang selama ini ada tidak bisa dipergunakan lagi, dan diganti entah menjadi
Sarjana Filsafat, Sarjana Agama, atau Sarjana Sastra. PERSETIA mengajukan keberatan atas SK Menteri ini, dan
mengadakan pertemuan dengan Dirjen DIKTI dan Dir PTS DEPDIKBUD.
PERSETIA menyusun pernyataan tertulis untuk gagasan yang dikemukakannya agar pemerintah dapat
mengambil sikap. PERSETIA juga didorong untuk bersama pihak Katolik membuat rumusan yang disepakati
bersama. MPH PGI, KWI dan PERSETIA merumuskan suatu sikap bersama dan juga menyusun Kurikulum Inti
Nasional, Mata Ujian Negara, dan usulan gelar, yaitu S.Teol. Usaha PERSETIA ini didukung oleh Rapat
Konsorsium Teologi, 1995 yang dihadiri DBK DEPAG, PASTI, PESATPIN, PGI, PII, PBI, DPI, MAHK.
Hasil dari kerjasama dan kerjakeras tersebut adalah SK Mendikbud no 0359/U/1996 yang diserahkan di
kantor Dirjen DIKTI 3 Februari 1997, dihadiri oleh KWI, MPH PGI, Univ. Sanata Darma, dan Pengurus
PERSETIA.

7

23
Univ. Petra Surabaya,
1996.10
Kurikulum Nasional Ilmu
Teologi.11

1998-2002

2002-2006

Gelar S.Si diakui oleh Dir
PTS dalam surat no
816/D.4 II/T/1998, 19 Juni
1998.
Rapat Anggota IX
mendorong sekolah
anggota untuk
menggunakan Kurnas
DEPDIKNAS.13
SK Mendiknas no
232/U/2000 dan no
045/U/2002 dan Rapat
Anggota X menugaskan
pengurus menyusun
Kurikulum Inti sebagai
ganti Kurnas 1996.
Seminar lokakarya
Nasional Kurikulum Inti
Program Studi Teologi
diadakan April 2003.14

pengelolaan DB Katolik
(sedangkan DB Kristen
menyatakan pembinaan
ilmunya pada Ditjen
DIKTI, sedangkan
pembinaan sekolahsekolahnya pada DB
Kristen).12

Pengajuan izin
penyelenggaraan S2
beberapa sekolah anggota
kepada DIKTI mengalami
kesulitan, izin diperoleh
dari DBK Kemenag.
Beberapa program studi
(prodi) S1 sekolah
anggota yang berada
dalam binaan DIKTI
sudah dan sedang

Badan Akreditasi Nasional (BAN) menuntut persyaratan akademik yang bagi banyak perguruan tinggi Kristen
dan Teologi masih cukup berat. Untuk itu BAKOR PTKI bersama PERSETIA dan Badan kerjasama Perguruan
Tinggi Indonesia (BT PTKI) meminta diadakan lokakarya ini.
11 SK Mendikbud no. 0359/U/1996 menghadirkan Kurikulum Nasional (Kurnas) Ilmu Teologi. Keberadaan
Kurnas membuat KSM PERSETIA 1994 harus ditinjau-ulang. Dirjen DIKTI meminta PERSETIA mengajukan
proposal Kurnas untuk disahkan oleh pemerintah. Lokakarya Kurnas Ilmu Teologi, 1997, dilaksanakan untuk
menjawab kebutuhan mendesak ini. Deskripsi matakuliah, dan mata ujian negara jenjang S-1 telah rampung.
Sedangkan konsep untuk Kurnas S-2 dipersiapkan bersama dengan Univ Sanata Dharma.
12 PERSETIA sangat berkeberatan karena sekalipun sekolah-sekolah teologi dikelola oleh gereja-gereja, namun
sekolah-sekolah teologi bukanlah sekolah kedinasan gereja. Penempatan pendidikan teologi di dalam binaan
DBK mengerdilkan karakter akademis ilmu ini, dan menjadikannya semata-mata urusan ajaran dan moralitas.
Keberatan berikutnya adalah bahwa DBK tidak berhak melakukan akreditasi, sekalipun itu berbentuk
akreditasi lokal (yang kemudian terbukti sangat menyesatkan, baik masyarakat-gereja, maupun sekolah-sekolah
teologi dalam binaan DBK).
13 PERSETIA membentuk tim tiga untuk mempersiapkan 3 versi kurikulum inti (S-1) sebagai pegangan bagi

10

sekolah-sekolah anggota.
Kurikulum inti S-2 menurut DIKTI dapat dijadikan acuan kurikulum program studi sejenis dan tidak
membutuhkan ketetapan DIKTI.
DBK DEPAG memiliki kurikulum tersendiri yang dipergunakan oleh beberapa sekolah anggota. Hal ini
dapat menimbulkan kesulitan bagi sekolah-sekolah tersebut, karena proses akreditasi akan menggunakan
Kurnas yang turut dipersiapkan oleh PERSETIA.
14 Para utusan sekolah anggota sepakat bahwa Kurikulum Inti ini secara substansial tidak berbeda jauh dengan
Kurnas maupun draf yang dipersiapkan panitia kecil PERSETIA. Usul mengenai Kurikulum Inti ini adalah
hanya 40% saja dari ketentuan 144 SKS, sehingga ada ruang untuk Kurikulum Institusional (kekhasan masingmasing sekolah).

24

Konsultasi Kurikulum
PPsT, 2004.15

2006-2010

mengurus
akreditasinya.16
Di Cipanas, 2005, setelah
SI berlangsung, dilakukan
penyuluhan akreditasi
oleh Dirjen DIKTI dan
BAN-PT.
Sosialisasi Akreditasi
BAN-PT, Februari 2008.
Narasumber: Purnama,
S.B. Hakh, D. Nuhamara
(para asesor BAN-PT).
Hadir 15 sekolah
anggota.17

Pendekatan yang dipergunakan kurang lebih sama dengan kurikulum S-1, yaitu 40% Kurikulum Inti,
sedangkan 60% adalah Kurikulum Institusional/lokal.
16 Sementara itu yang prodinya berada dalam binaan DBK Kemenag diharapkan mempersiapkan diri untuk
menjalani proses akreditasi.
17 Tahun 2012 adalah batas akhir semua prodi harus sudah mendapatkan status akreditasinya. DBK berjanji akan
memfasilitasi persiapan menghadapi proses akreditasi ini. Dari 45 sekolah anggota PERSETIA, 85% berada
dalam binaan DBK Kemenag.

15

25

Bagian V: Pengembangan kurikulum Pendidikan Tinggi Teologi
Mainstreaming Pendidikan Tinggi Teologi dalam dunia
Pendidikan Tinggi di Indonesia dan Akreditasi

Hingga awal 1980an sekolah-sekolah teologi (tercermin juga pada jumlah sekolah anggota
PERSETIA) tidaklah terlalu banyak. Dan untuk kurun waktu yang panjang, sekolah-sekolah teologi
merasa cukup nyaman hidup di dalam dunianya sendiri yang tidak terlalu intensif bersentuhan
dengan perkembangan disiplin ilmu lainnya (hal ini bisa terlihat dengan memperhatikan tema-tema
skripsi dan karya tulis akhir mahasiswa hingga akhir tahun 1970an).
Memasuki tahun 1980an banyak sekolah yang mulai mengadakan penataan untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Semakin banyak
sekolah teologi yang menyadari kepentingan untuk berada dalam arus utama (mainstream) dunia
akademis di Indonesia. Perubahan dan perkembangan kurikulum yang semakin memperhatikan
perkembangan ilmu-ilmu lain, dan juga perkembangan struktur penyelenggaraan pendidikan tinggi
mulai secara sangat serius dilakukan. Sekolah-sekolah semakin menyadari bahwa tidak cukup hanya
memperhatikan kebutuhan gereja yang memang masih menjadi tempat berkarya sebagian besar
lulusannya. Sekolah-sekolah mengakui bahwa semakin penting juga mempersiapkan mahasiswa dan
lulusan sekolah teologi untuk dapat masuk ke dalam dunia akademis yang lebih luas, khususnya di
tanah air. Karena itulah pada era 1980an banyak sekolah yang mulai menggunakan sistem kredit
semester (SKS) dan perangkat pendidikan lainnya yang lazim di perguruan tinggi di Indonesia.
Bersamaan dengan munculnya kesadaran ini, terjadi juga penataan pada dunia pendidikan tinggi
nasional oleh pemerintah. Entah karena kelalaian dunia pendidikan teologi – yang cenderung berada
di bawah radar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan – entah karena kecenderungan
Kementerian DIKBUD yang mengabaikan perkembangan pendidikan swasta (terlebih lagi swasta
Kristen), maka ilmu teologi tidak ada dalam daftar ilmu di Indonesia.
Sejak saat itu, mulailah upaya tanpa henti dari beberapa generasi pengurus PERSETIA untuk
memperjuangkan dan menegaskan posisi dan keberadaan teologi dalam peta dunia keilmuan di
Indonesia. Penyusunan berbagai kurikulum PERSETIA adalah usaha serius untuk
mempertanggungjawabkan posisi teologi sebagai sebuah kiprah akademis. Oleh karena itu
kecenderungan DBK untuk mereduksi pendidikan tinggi teologi hanya sebagai sekolah kedinasan,
sebagai wadah pendidikan moral dan ajaran keagamaan, memperlihatkan betapa sempitnya
wawasan kementerian mitra gereja-gereja ini. Pendidikan moral dan keagamaan adalah tugas gereja,
bukan tugas lembaga pendidikan tinggi teologi. Juga tidak ada kewajiban gereja untuk selalu
mengikuti perkembangan terkini dan temuan-temuan terbaru dari dunia pendidikan teologi.
Meskipun gereja dan pendidikan teologi berhubungan, namun tetap ada perbedaannya.
Secara konsisten para pengurus PERSETIA menegaskan bahwa tempat pembinaan lembagalembaga pendidikan tinggi teologi adalah Kementerian Pendidikan. Hal ini selain memiliki akar
sejarah yang panjang, juga merupakan hal yang tetap relevan untuk kiprah masa kini dan jangkauan
ke masa depan dari pendidikan teologi. Pendidikan tinggi teologi semakin membutuhkan diskusi
dan kerjasama dengan berbagai disiplin ilmu yang lain. Pendidikan tinggi teologi juga pada saat
yang sama memberikan wawasan dari berbagai pertanyaan mendalam yang berkembang dalam

26

sejumlah ilmu yang lain, mengenai kemanusiaan dan misteri kehidupan. Bahkan juga tema-tema
yang sehari-hari sekalipun, seperti tema kekerasan, tema merawat bumi, dan sebagainya.
Tema-tema SI, KAT, bahkan KNMTI sudah memperlihatkan bagaimana kesadaran akan hal
ini sudah terinternalisasi di lingkungan para dosen dan mahasiswa. Dan saya percaya dalam tahuntahun yang akan datang kita akan melihat perkembangan teologi di tanah air yang akan terusmenerus berdiskusi dan berkarya bersama-sama dengan berbagai disiplin ilmu lainnya.
Saya juga sadar bahwa di lingkungan sekolah-sekolah anggota masih ada yang merasa
nyaman berada di dalam binaan DBK Kementerian Agama, oleh karena berbagai alasan dan
kepentingan. Tentu hal ini sepenuhnya merupakan pilihan dari masing-masing sekolah untuk
menentukan sendiri berada dalam binaan DBK Kemenag atau DIKTI Kemendikbud.
Hal yang mendasar dan perlu dijadikan acuan adalah apakah ada cukup perangkat dari
kementerian tersebut untuk menopang pengembangan dosen dalam melaksanakan tugasnya,
dukungan bagi mahasiswa, arah jenjang karir yang jelas bagi para dosen (mulai dari pengakuan
ijazah dosen hingga menjadi Guru Besar). Dukungan bagi para mahasiswa, dosen, bahkan juga untuk
tenaga pendukung non-akademis sangat menentukan bagi kemajuan dan perkembangan lembaga
pendidikan kita.

Alat ukur yang bisa dipergunakan adalah akreditasi yang mulai diberlakukan sejak awal abad ini,
dan menjadi persyaratan mutlak sekarang ini. Temuan dari para asesor BAN-PT menunjukkan
bahwa semua sekolah anggota PERSETIA yang berada dalam binaan DIKTI, telah lulus dengan
peringkat A, B, dan C. Sementara ada puluhan sekolah yang dibina oleh DBK yang tidak berhasil
lolos bahkan dalam asesmen kecukupan.
Dalam pertemuan antara BAN-PT, Dirjen DBK bersama stafnya, para asesor BAN-PT, dan
beberapa pimpinan sekolah teologi, serta pengurus asosiasi sekolah-sekolah teologi, (Hotel Grand
Whiz, Jakarta 26 Mei 2014), keprihatinan ini dibicarakan. Masih terbatasnya jumlah asesor BAN-PT
yang memeriksa dan menilai borang memang adalah sebuah persoalan, karena jumlah prodi teologi
dan PAK mencapai jumlah yang besar. DBK berjanji akan mengalokasikan dana untuk persiapan
menambah jumlah asesor yang dibutuhkan.
Saya melihat persoalan yang lebih serius adalah keberadaan dan kesiapan sekolah-sekolah
itu sendiri untuk menyelenggarakan pendidikan teologi dengan baik. Kritik yang disampaikan oleh
para asesor BAN-PT dalam pertemuan itu adalah DBK terlalu mudah memberikan izin
penyelenggaraan kepada sekolah-sekolah baru. Padahal izin penyelenggaraan itu kini bernilai
sebagai terakreditasi-sementara dengan peringkat C yang berlaku a) jika dikirimkan sebelum tenggat
pengajuan borang dan b) sampai dengan ada keputusan akreditasi dari BAN-PT.
Saya sendiri sebagai seorang asesor BAN-PT sudah memeriksa dan melihat sendiri proses
akreditasi tersebut. Sebagai Puket I di STT Jakarta, saya juga mengalami sendiri bagaimana
menyusun, mempersiapkan proses akreditasi (ulang) di sekolah kami. Jadi saya tahu betul bahwa
bila hal-hal minimal tertentu tidak dimiliki atau tidak sungguh-sungguh dipikirkan oleh sekolah,
maka prodi dan sekolah tersebut memang tidak layak menyelenggarakan pendidikan, apalagi
memberikan gelar.

27

Penutup: Arah PERSETIA menjalani paruh pertama abad XXI
Kualitas program PERSETIA dan kualitas pendidikan sekolah –sekolah anggota adalah ciri yang
menonjol dari perhimpunan kita ini. Limapuluh tahun pertama telah kita lewati bersama dan rekanrekan senior telah menolong kita melalui kerjasama dan kerjakeras mereka. Beberapa rintisan dan
temuan yang dikembangkan oleh sekolah anggota maupun bersama-sama telah memberikan
sumbangan penting pada perkembangan teologi di tanah air: tema teologi kontekstual, tema teologi
feminis, berbagai tema teologis lain yang akrab dengan kita dan sejumlah besar karya-karya
individual para dosen sekolah-sekolah anggota.
PERSETIA ikut bangga dengan sejumlah rekan kita yang telah menerima pengakuan
pemerintah sebagai Guru Besar Teologi. Kami tetap mendorong rekan-rekan yang lebih muda untuk
terus berkarya dan pada gilirannya dapat mencapai jenjang karir akademis tertinggi tersebut. Hal ini
bukan lagi karena soal kebanggaan dan pengakuan negara, melainkan juga sebuah pengakuan atas
kualitas pendidikan tinggi yang kita selenggarakan.

Kerjasama dan kemitraan merupakan pekerjaan penting dari perhimpunan kita. Oleh karena itu
PERSETIA selalu berusaha memelihara hubungan yang telah ada, sambil terus terbuka untuk
membangun kemitraan baru yang sesuai dengan core-bussiness PERSETIA: pendidikan tinggi,
pemberdayaan dosen dan mahasiswa, teologi kontekstual, pembaruan gereja dan masyarakat melalui
pendidikan.
Kemitraan dengan rekan-rekan di luar negeri selama beberapa tahun terakhir ini tidak lagi
semata-mata bersifat satu arah, yaitu sebagai penerima bantuan program atau bantuan dana
program. Pengurus PERSETIA dan sejumlah dosen sekolah anggota terlibat aktif dalam kegiatan
kerjasama penelitian dan penulisan. Kerjasama antara global-north dengan global-south, bahkan antar
global-south bisa dirancang sedemikian rupa, sehingga terciptalah keseimbangan-keseimbangan baru.

Partisipasi anggota dan kerjasama antar anggota merupakan syarat penting dari kehidupan
perhimpunan kita. Saya prihatin dengan sejumlah anggota yang non-aktif. PERSETIA tidak dapat
mengikuti perkembangan sekolah anggota tersebut. Dan mereka sendiri tidak menerima manfaat
apapun dari keanggotaannya. Situasi ini harus diperbaiki.
Hubungan kerjasama antar anggota pernah dirintis dalam rangka pertukaran dosen tamu.
Dan kini dengan komposisi dosen yang semakin seimbang di antara sekolah-sekolah anggota
pertukaran dosen tamu menjadi lebih sehat. Selain pertukaran dosen tamu, tentu masih ada banyak
hal lain yang bisa dikembangkan secara kreatif oleh sesama anggota, bahkan juga dengan sekolahsekolah lain non-PERSETIA.
PERSETIA tidak membutuhkan jumlah anggota yang besar. Kita membutuhkan anggota
yang aktif dan bersedia berkembang bersama. Sekalipun beberapa sekolah anggota kita terbukti
mampu mengembangkan sendiri lembaganya, namun adanya berbagai kerjasama di antara kita
terbukti akan memberikan hasil-hasil yang lebih luas dan besar.