Ekonomi Polotik Global dan krisis
Gramsci adalah pemikir Italia yang bertitik tolak dari Marxisme tetapi mengambil
jalan yang agak berbeda dengan Karl Marx. Thesis Marx yang mendewakan struktur ekonomi
sebagai basis penentu struktur apapun diatasnya seperti politik dan kebudayaan, ditolak oleh
Gramsci. Dia juga menolak materialisme yang tergantung pada humanisme.Dalam banyak
hal, pendapat Gramsci mirip pendapat Marx. Perbedaannya terletak pada memposisikan
masyarakat sipil bukan pada basic material tetapi pada tataran suprastruktur, sebagai wadah
kompetisi untuk memperebutkan hegemoni kekuasaan. Peran masyarakat sipil pada konsep
yang demikian oleh Gramsci ditempatkan sebagai kekuatan pengimbang diluar kekuatan
negara. Pandangan Gramsci ini lebih bernuansa ideologis ketimbang pragmatic.
Gramsci lahir di Sardinia, Italia, pada tanggal 22 januari 1891 sebagai anak keempat
dari tujuh bersaudara yang sejak lahir berpunggung bungkuk yang membuatnya rapuh
menghadapi kemiskinan dan penderitaan. Ia tumbuh dengan tekanan psikologis, introvert dan
paranoid pada penyangga tubuhnya. Keluarganya tergolong kelas bawah, meskipun tidak
miskin. Ayahnya pada tahun 1897 dihukum atas tuduhan kecurangan ‘administratif’. Ketika
bebas ia tak punya kerja lagi sehingga keluarga itu hidup dalam kemiskinan. Tahun 1903
Gramsci harus meninggalkan sekolah dan bekerja membantu ekonomi keluarganya. Dengan
segala susah payah, Gramsci bisa melanjutkan pendidikannya kemudian, bahkan sampai
masuk kuliah dan berkenalan dengan bacaan dan aktivitas politik kelompok sosialisme.
Ketika situasi Cagliari - kota tempat ia sekolah - memburuk, Gramsci mulai menyadari
sejarah masyarakatnya. Ia mulai rajin membaca buku yang berhubungan sosialis dan buku
sejarah untuk mendapat perspektif situasi saat itu.
Tonggak perubahan hidupnya bermula di Universitas Turin tempat ia kuliah dari
beasiswa yang pas-pasan. Di sana ia berkenalan dengan tokoh-tokoh penting, baik akademisi
maupun politisi. Terutama dari Benedetto Croce, intelektual Italia masa itu, Gramsci sangat
terpengaruh dan terbuka matanya terhadap dunia.
Konflik ‘Utara’ dan ‘Selatan’ – yang melahirkan “Selatanisme” dari kemelut
kebijakan ekonomi di Turin seusai ia kuliah - menjadi semangat Gramsci dalam ekspresi
politiknya. Di tahun 1913 pertama kalinya ia berhubungan dengan gerakan sosialis di Turin.
Setelahnya, ia juga aktif di jurnalistik (di mingguan Partai Sosialis “Jerit Tangis Rakyat” dan
Avanti), sebagai editor, kolumnis dan analis. Di tahun 1917 setelah pemberontakan tiba-tiba
di Turin oleh para pekerja dan ditahannya sebagian besar pemimpin sosialis, Gramsci terpilih
sebagai Komite Sementara Partai Sosialis. Gerakan perlawanan ini berlanjut, dikenal dengan
gerakan Dewan Pabrik di Turin. Ini membawa Gramsci untuk mempertimbangkan kembali
pandangannya terhadap Lenin dan Revolusi Rusia.
Pada bulan Mei 1919 mendirikan jurnal L’Ordine Nuovo , di mana ide-ide politik
Gramsci diluncurkan dan berperan penting dalam persiapan revolusi. Januari 1921 Partai
Sosialis pecah, dan kemudian berdiri Partai Komunis Italia. Gramsci terpilih sebagai
pengurus pusat. Di situ ia berseberangan dengan sekretaris umumnya, Bordiga, seputar
konsep tentang Fasisme yang bagi Gramsci bukan cuma sangat berbahaya, namun juga
cenderung untuk berkuasa. Fasisme adalah gerakan politik yang didirikan mantan pemimpin
Sosialis Benito Mussolini (Mussolini pada oktober 1922 ditunjuk sebagai perdana menteri,
dan Fasismepun ikut menenggak kekuasaan).
Fasis Italia ini pada tahun 1926 memberangus semua publikasi kekuatan politik kiri,
dan Gramsci-pun, yang saat itu baru dua tahun menjabat sekretaris jendral PCI (Partai
Komunis Italia), ditangkap dan dipenjara, tepatnya 8 November 1926. Meskipun ia diisolasi
dari kegitan luar, namun temannya di Inggris mengirim buku-buku kepadanya .
Gramsci pernah mengatakan kepada adik iparnya melalui surat bahwa ia ingin
membuat karya intelektual yang akan menjadi fur ewig, maksudnya kehendak tanpa pamrih
yang itu berarti historis, ilmiah (dua kata yang selalu sinonim baginya sejak ilmu dipahami
sebagai analisis historis-materialis). Beberapa kali pindah penjara, baru pada Januari 1929 ia
memperoleh ijin menulis. 8 Februari 1929 adalah hari pertama Prison Notebooks: suatu
ekspresi intelektual yang menyumbang besar bagi debat Marxisme, dan meletakkan kerangka
dasar dan perspektif baru dalam memahami masalah dan menciptakan revolusi sosialis di
Italia dan dunia modern lain.
Gramsci meninggal pada 27 April 1937 setelah lama menderita sakit (terakhir
mengalami pendarahan otak). Sepuluh tahun kemudian kumpulan surat-surat Gramsci dari
penjara diterbitkan dan berlanjut dengan terbitnya karya-karya monumental Gramsci.
PEMIKIRAN GRAMSCI
Dari latar belakang kehidupan Gramsci di atas, bisa dilacak dasar epistemologi
pemikirannya dari sisi lain. Dunia – situasi sosial politik dan konsepsi dari pemikir
pendahulunya - dipahami dalam kerangka “cara berada” Gramsci. Maksudnya, kondisi umum
kehidupannya yang berangkat dari strata kelas menengah ke bawah yang didukung riwayat
pendidikan dan aktivitas politiknya, membentuk konstruksi epistemologis yang kental dengan
paduan kecerdasan teoritik dan kecerdasan keterlibatan dalam membaca realitas dan
merekonstruksi paham tentang itu.
Kebesaran namanya tidak didapat dari melulu tafsir akademis atau sebaliknya, tragedi
kehidupan dan politiknya, namun hubungan yang penuh dari keduanya. Alhasil, sosialisme
yang diperjuangkannya berbasiskan pada kesadaran kritis, di mana pada titik akhirnya selalu
terbaca tawaran-tawaran solutifnya, baik dalam membangun kerangka kerja revolusi
sosialisme di Italia pada khususnya, maupun interpretasi rekonstruksional atas tradisi
Marxisme. Sekalipun pada 20 tahun 4 bulan 15 hari sisa hidupnya di penjara dia terpisah
secara fisik dengan realitas politik di luar, namun justru di masa itu pulalah terbangun
kreativitas dan eksplorasi wacana yang jernih dan monumental.
Antonio Gramsci atau lebih dikenal Gramsci adalah seorang Marxis Italia. Gramsci
awalnya adalah seorang wartawan. Kemudian pada awalnya ia adalah anggota partai sosialis
Italia dan kemudian menjadi ketua dari Partai Komunis Italia (PCI). Pemikiran Gramsci
sangat dipengaruhi oleh filosof besar Italia Benedetto Croce. Dari Croce Gramsci belajar
menghargai ilmu sejarah sebagai usaha Intelektual untuk mencakup moralitas, politik, dan
seni. Croce membuatnya memahami keterbatasan yang ada pada positivisme yang hanya
mengakui “fakta objektif”. Namun kemudian Gramsci mengkritik bahwa Croce berhenti pada
pengertian
teoritis
demokrat-liberal
yang
tidak
berani
menarik
konsekuensi
untuk praxis revolusioner. Bagi Gramsci Marxisme selalu akan merupakan ”filsafat praxis”.
Gramsci yang berpijak pada tradisi Marxis, dijatuhi hukuman penjara oleh rezim fasis
Mussolini. Di dalam penjaralah ia mencatat dan mengahsilkan tulisan-tilsan yang kemudian
dibukukan Selection from the Prison Notebooks. Banyak hal yang ditulis oleh Gramsci ketika
ia di penjara, salah satunya adalah analisanya mengenai kelemahan dari masyarakat Italia dan
kenapa sampai muncul fasisme.
Gramsci memerankan peran kunci dalam transisi
determinisme ekonomi menuju Marxian yang lebih modern. Gramsci bersikap kritis terhadap
Marxis yang “determinis, fatalistis, dan mekanistis”. Jika Marx meyakini bahwa ideologi dan
kesadaran palsu dari para buruh diakibatkan, dikreasikan dan dijaga oleh mereka yang
mengontrol dan menguasai material dalam hal ini ekonomi atau determinisme ekonomi. Marx
berargumentasi bahwa siapa saja yang menguasai “means of productions & modes of
production” maka merekalah yang mengontrol negara dan pada akhirnya mengerakannya
dalam suatu ideologi. Kemudian kaum proletariat atau kaum yang tidak memiliki modal akan
diam sampai pertentangan-pertentangan dalam masyarakat kapitalis semakin nampak,
sehingga pada akhirnya mereka melakukan dan menuntut revolusi kepada para opresornya.
Gramsci juga mengkritik para Marxis yang berusaha untuk menerapkan analisa Marx dan
Engels sebagai kepastian ilmiah untuk menjelaskan hukum masyarakat. Gramsci kemudian
mengkritik buku karangan Nikolai Bukharin seorang anggota Politbiro Uni Soviet yang
berjudul Historical Materialism: A System of Sociology. Buku yang dimaksudkan sebagai
buku teks tentang Marxisme Leninisme untuk partai komunis yang lebih tinggi. Selain
menjelaskan ajaran Marxisme-Leninisme sebagai pandangan dunia proletariat, Bukharin juga
banyak memakai faham sosiologi kontemporer untuk menunjukan bahwa materilisme historis
merupakan sosiologi tentang proletariat dengan kepastian ilmiah.
Oleh karena itu kita dapat memahami mengapa Marxisme menurut Gramsci harus
bertolak dari apa yang hidup dari hati dan pemikiran masyarakat. pemikiran tersebut yang
akan mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan yang terbuka untuk mengubah strukturstruktur lama masyarakat ke arah sosialisme. Kesadaran merupakan faktor kunci bukan hanya
sekunder.
Ketika membaca karya Gramsci maka kita akan memfokuskan diri pada konsep
hegemoni. Gramsci memiliki fokus untuk mengkombinasikan analisis dari ekonomi Marxis
dan penekanannya pada proses politik dan kultur. Gramsci membangun konsep yang dapat
menjelaskan kenapa beberapa kelompok mampu memiliki kekuasaan dan bagaimana
kelompok yang berkuasa tersebut kemudian membangun dan menjaga kepemimpinan moral
dan kepemimpinan budaya. Berbeda pendapat dengan dengan determinisme ekonomi,
Gramsci berpendapat bahwa hegemoni tidak otomatis berasal dari mereka yang memiliki
dominasi ekonomi dari kelas yang berkuasa, tetapi adalah sesuatu yang harus dibangun dan
diperjuangkan. Gagasan politik Gramsci bisa dicari akar historisnya dalam perdebatan
panjang tentang kekuasaaan negara sejak zaman Yunani Kuno, dan meruncing pada
konstruksi Karl Marx tentang masyarakat dan sejarah dengan materialisme historisnya. Tentu
saja, keberadaan Gramsci sebagai politisi juga mempengaruhi teori-teorinya dalam
interaksinya dengan realitas sosial.
Bagi Gramsci, semua orang punya potensi intelektual. Ada dua macam
intelektual: intelektual tradisional dan intelektual organik. Intelektual tradisional
berkutat pada persoalan yang bersifat otonom dan digerakkan oleh proses produksi.
Intelektual oraganik memiliki kemampuan sebagai organisator politik yang
menyadari identitas dari yang diwakili dan mewakili.20 Intelektual tradisional
melakukan aktivitas intelektual kurang lebih karena faktor ekonomi. Sementara
intelektual organik mempunyai kemampuan sebagai organisator, meskipun pada saat
yang sama bisa jadi seorang borjuis. Setiap anggota partai harus dianggap sebagai
seorang intelektual, meskipun tingkat kependidikannya bukanlah syarat pokok. Yang
penting adalah fungsi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu fungsi pendidikan dan
intelektual.
Gramsci berpendapat, bahwa jika kelas pekerja ingin beranjak dari kelas
rendah untuk mengambil alih kepantingan bangsa, dan membangun kesadaran politik
melalui reformasi moral dan intelektual yang menyeluruh, mereka harus menciptakan
kelas intelektual organiknya sendiri. Namun proses penciptaan intelektual ini
berlangsung lama, sulit, penuh dengan pertentangan, di mana kesetiaan masyarakat
benar-benar diuji.
Titik tekan deskripsi Gramsci tentang intelektual organik itu tak terdapat pada
kefasihan bicara, penampilan dan semacamnya, tetapi dalam partisipasi aktif dalam
kehidupan praktis, sebagai pembangun, organisator, penasihat tetap, namun juga
unggul dalam semangat matematis yang abstrak.
Reformasi moral dan intelektual adalah bagaimana organisator tersebut
mampu untuk konsisten dengan jalan sosialisme yang diharapkan Gramsci, dan untuk
mencapainya maka harus dilakukan hegemoni. Inilah kiranya cerminan konsepsi
epistemologis Gramsci yang berorientasi pada tujuan penyadaran, yang menggunakan
pendidikan sebagai sarana utamanya.
Namun demikian, logika Gramsci untuk mewujudkan masyarakat sosialis
dengan merubah tatanan masyarakat kapitalis, dengan melakukan hegemoni, justru
akan menjadi jebakan. Doktrinasi seperti apa, yang bisa dilakukan untuk mewujudkan
tatanan masyarakat dari berbagai kelompok kepentingan yang menyetujui serta
memberi dukungan tanpa syarat. Apalagi proses pembentukan kesadaran tersebut
adalah untuk membebaskan dari penindasan melalui pendidikan partisipatoris.
Radikalisme yang terbentuk bisa terkristal menjadi ideologi ketika tak ada jalan lain
dalam melakukan perubahan seperti yang dicita-citakan.
Secara konseptual, Gramsci merasa terpanggil untuk terlibat dalam mengkritisi dan
menawarkan solusi-solusi dari kebuntuan realitas praktis materialisme historis Marx yang
deterministik-mekanistik dalam merumuskan hukum perkembangan masyarakat. Sangat sulit
untuk langsung menyimpulkan penafsiran Gramsci melalui karya-karyanya dalam Notebooks
yang terpisah-pisah. Gramsci merekonstruksi pemikiran Marx dan penerus-penerusnya
terutama dalam dua titik utama: paham ekonomisme dan paham kenegaraan.
Marxisme klasik yang dikembangkan Marx dan Eangels, tidak berhasil merumuskan
sebuah teori politik yang mamadai. Dalam prakteknya, pendekatan terhadap politik di mana
institusi-institusi politik cenderung dilihat sebagai cerminan dari struktur ekonomi, jauh lebih
berpengaruh dari pada pendekatan kedua, di mana ekonomi tidak menjadi panglima penentu
dalam independensi negara. Inilah cacat utama Marxisme klasik, yang menghalangi
pemahaman memadai akan watak dominasi kapitalis.
Salah satu bentuk ekonomisme ini (sebagai tafsiran terhadap Marxisme bahwa
perkembangan politik merupakan wujud dari perkembangan ekonomi) adalah bahwa sejarah
memiliki gerakan tersendiri, terlepas dari kehendak manusia, yang berasal dari pertumbuhan
kekuatan-kekuatan produksi yang terus berlangsung. Ini merupakan konsekuensi dari inti
pandangan yang mengatakan bahwa perkembangan masyarakat ditentukan oleh bidang
produksi, yang berangkat dari materialisme historis Marx dan Engels tentang hukum
perkembangan masyarakat yang mengikuti hukum materialisme dialektis sebagai dasar
ontologisnya.4 Pendekatan ekonomisme ini tercermin dalam penggunaan yang luas metafor
‘struktur dasar dan struktur atas’. Perkembangan yang berarti signifikan dipahami sebagai
perkembangan yang berlangsung dalam struktur dasar ekonomi tersebut, sementara
perjuangan politik hanya dianggap sebagai bagian dari struktur atas yang dibangun di atas
struktur dasar. Basis struktur pada formasi sosial menentukan sekali bangunan atasnya.
Dengan kata lain, bangunan atas adalah cermin dari keadaan struktur bawah.
Karya Gramsci yang paling terkenal adalah tulisan-tulisannya semasa ia dipenjara
oleh rezim fasis Mussolini. Seperti yang telah disampaikan di atas Gramsci adalah ketua
partai komunis Italia sebelum ia dipenjarakan. Ia mengamati kekhasan situasi yang ada di
Italia ketika itu. Gramsci menyatakan bahwa sekonomi bukanlah faktor utama dari perjalanan
sejarah manusia, akan tetapi hubungan seseorang di dalam masyarakat, posisi seseorang
dalam masyarakat, bagaimana seseorang kemudian mencari kesepakatan diantara sesamanya,
dan kemudian membangun masyarakat berdasarkan kesepatakan tersebut. Gramsci menolak
bahwa ekonomi adalah satu-satunya faktor yang memainkan peran yang signifikan dalam
masyarakat. Ia meyatakan harus dicapai keseimbangan antara kondisi ekonomi dan
pembangunan kekuatan ekonomi, kebudayaan dan ide.
Gramsci mengakui bahwa ada sebuah keteraturan sejarah di dalam suatu masyarakat,
tetapi ia menolak bahwa perkembang sejarah masyarakat adalah sesuatu yang otomatis dan
tak terhindarkan. Ia menyatakan agar revolusi terwujud maka masyarakat seharusnya
bertindak, dan sebelum mereka bertindak mereka harus mampu memahami hakikat dan
situasi keberadaan mereka dalam suatu sistem yang sedang mereka jalani. Gramsci mengakui
arti penting faktor struktural, khususnya ekonomi akan tetapi ia tidak percaya hanya faktorfaktor inilah yang mengakibatkan masyarakat melakukan perlawanan. Gramsci mengatakan
perlu ada ide revolusioner yang mampu menggerakan massa. Ide revolusioner ini tidak hanya
muncul dari masyarakat, tetapi harus ada yang mengembangkan dan menyebarkannya.
Kemudian Gramsci menyatakan harus ada gagasan yang dibangun oleh para intelektual yang
kemudian disebarluaskan ke masyarakat dan dipraktekan oleh mereka sendiri. menurutnya
massa tidak dapat membangun gagasan-gagasan semacam itu. Kalaupun mampu dan ada,
mereka hanya dapat mengalami pada level keyakinan. Masyarakat tidak dapat sadar dengan
sendirinya, mereka harus dibantu oleh para elit sosial yang mempengaruhi mereka agar
melakukan aksi yang mengarah kepada revolusi sosial. Gramsci memokuskan pada gagasan
kolektif dibanding pada struktur sosial seperti ekonomi yang menjadi basis dari kaum
Marxian. Gramsci menghubungkan konstruksi hegemoni dengan perjuangan ideologi untuk
memenangkan hati masyarakat. Peran krusial untuk memantapkan ideologi tersebut ada di
intelektual. Para intelektual tersebut harus mengakar di masyarakat.
Gramsci adalah seorang Hegelian. Konsep besar Gramsci yang mencerminkan
Hegelianismenya adalah konsep hegemoni. Ia percaya bahwa mereka yang ada di kelas
kontrol itu hegemonik, yang bukan hanya mengontrol harta benda dan kekuasaan, tetapi juga
ideologi masyarakat. Gramsci mendefinisikan Hegemoni sebagai kepemimpinan budaya
yang dijalankan oleh pihak yang berkuasa. Hegemoni berbeda dengan koersi yang dijalankan
oleh pemilik kekuasaan baik eksekutif maupun legislatif.
Selain itu yang membedakan Gramsci dengan pemikiran Marxian awal adalah jika
Marxian awal memokuskan pada determisme ekonomi dan aspek koersif dari dominasi
negara, maka Gramsci memokuskan pada hegemoni kepemimpinan budaya. Konsep
hegemoni membantu kita untuk memahami dominasi yang terjadi di masyarakat kapitalis.
Dalam analisis kapitalismenya, Gramsci ingin mengetahui peranan para intelektual yang
bekerja atas nama kapitalisme memperoleh kepemimpinan budaya serta sikap patuh dari
massa. Hegemoni dominan dari nilai dan norma kaum borjuis yang menguasai kelas
subordinat. Kemudian Gramsci melihat peranan kunci intelektual komunitas dan partai
komunis untuk mampu meraih kepemimpinan budaya terhadap seluruh masyarakat.
Dominasi dari kelompok sosial yang berkuasa tidak hanya diakibatkan oleh kondisi ekonomi
mereka yang mendominasi, tetapi juga harus dikonstruksi dari kepemimpinan moral dan
kepemimpinan budaya.
Hegemoni digunakan untuk menunjukan kekuasaan dari suatu kelas sosial atas kelas
sosial lainnya dalam hal ini penguasaan dari kelas borjuis terhadap kelas proletar. Hegemoni
seperti yang telah dinyatakan diatas bukan saja dalam masalah ekonomi dan politik saja. akan
tetapi menunjukan kemampuan suatu kelas sosial yang dominan untuk memproyeksikan dan
mempertunjukan bagaimana mereka memandang dunia, cara pandang mereka terhadap
sesuatu. Sehingga pada akhirnya kelas yang terhegemoni akan mengikuti cara pandang yang
dilakukan oleh kelas yang berkuasa sebagai sesuatu yang biasa. Kemudian bagaimana kelas
yang berkuasa tersebut menjaga hegemoninya? Hal ini dapat dilakukan melalui masyarakat
sipil. Misalnya dengan memciptakan suatu konsensus kultural dan politik melalui serikat
pekerja, partai politik, sekolah media, tempat ibadah dan berbagai organisasi sukarela.
Salah satu konsep pendidikan yang menarik dari Gramsci adalah pemikirannya
mengenai pendidikan. Gramsci menyatakan agar kelas pekerja dapat melakukan counter
hegemonydan mendapatkan kepemimpinan hegemoninya, maka mereka harus mendapatkan
pendidikan agar kelak dapat menciptakan para cendikiawan yang mampu menciptkan
ideologi baru yang mampu membawa perbaikan kehidupan kelas pekerja. Counter
hegemony harus dilakukan oleh kaum intelektual organik yang muncul dari kelas pekerja
yang kemudian membuat perubahan politik melalui partai yang revolusioner. Para intelektual
organik ini kemudian mematahkan dominasi dari kaum borjuis dan menciptakan konsep baru
mengenai masyarakat berdasarkan konsepsi kaum proletar bukan kaum borjuis. Kaum
intelektual organik ini muncul dari kalangan kelas pekerja itu sendiri. seperti yang dinyatakan
Gramsci bahwa setiap kelas sosial melahirkan lapisan kaum intelektualnya sendiri.
Menurutnya kaum intelektual organik berbeda dengan kaum intelektual tradisional yang
cenderung mengisolasikan diri dalam masyarakat dan membentuk sebuah lapisan tersendiri
yang mengambang di atas masyarakat. kaum intelektual organik tidak terpisah dari
masyarakat, mereka menyadari posisinya secara organic terhubung dengan masyarakat.
Kaum intelektual organic mengungkapkan kecenderungan-kecenderungan objektif dalam
masyarakat dan berpihak kepada kaum pekerja. Mereka ikut merasakan apa yang dirasakan
oleh para pekerja dan memiliki emosi dan semangat yang sama dengan apa yang dirasakan
oleh para pekerja, mengungkapkan apa yang dialamu mereka.
Seperti Lenin, Gramsci menyatakan bahwa revolusi sosialis dan keberhasilannya
tidaklah terjadi secara otomatis. Revolusi akan terjadi jika benar kaum pekerja memiliki
keinginan yang kuat untuk melaksanakannya. Hal ini terjadi jika kaum pekerja mendapatkan
agitasi politik dan pendidikan yang baik, yang tentu saja dilakukan oleh para intelektual
organik. Oleh karena itu kaum pekerja membutuhkan partai yang revolusioner, partai modern
yang harus mendidik dan melatih kaum pekerja untuk membebaskan diri dari kaum borjuis.
Berbeda dengan konsepsi Lenin mengenai partai politik -walaupun Leninlah yang
menyadarkan peran kunci dari partai politik- yang menyatakan bahwa partai politik harus
dipimpin oleh sekelompok orang yang merupakan sekelompok kecil orang-orang yang
menguasai teori revolusioner dan seakan-akan berasal dari luar kalangan kaum pekerja yang
memberikan penyadaran kepada kaum pekerja, dan kaum pekerja akan mengikuti partai
tersebut. Gramsci berpendapat bahwa partai politik tidak berada di atas kaum pekerja tetapi
berada di dalam kaum pekerja tersebut dan mengangkat dan membuat sadar tujuan dan misi
kelas buruh itu sendiri. Partai diperlukan untuk pendidikan buruh dan untuk
mengorganisasikan perjuangan mereka.
Kemudian Gramsci menyatakan bahwa tugas awal dari partai revolusioner adalah
merebut hegemoni sipil. Sehingga kemudian muncul istilah “perang posisi” dan “revolusi
pasif”. Melalui perang posisi dan revolusi pasiflah partai mengusahakan perubahan kesadaran
masyarakat dan membuat kelas-kelas sosial lain mau menerima nilai-nilai moral dan cultural
kaum pekerja. Apabila kaum pekerja sudah memapankan kepemimpinan intelektual dan
moralnya maka sesungguhnya mereka sudah memiliki hegemoni dan memiliki kuasa. Hal ini
karena kaum buruh sudah didukung oleh kelas-kelas sosial lainnya. Gramsci mengemukakan
bahwa tidak perlu mengandalkan kekerasan fisik dan unsur paksaan untuk merebut
kekuasaan seperti yang dilakukan oleh kaum komunis di Rusia. Hegemoni yang disampaikan
oleh Gramsci bukan sekedar memastikan bahwa kaum pekerja lebih berkuasa dibandingkan
kelas lain yang menjadi sekutunya, melainkan suatu kekuasaan berdasarkan suatu konsensus
sungguh-sungguh. Perebutan kekuasaan tidak berarti dengan melakukan penindasan para
musuh yang kontra revolusi, melainkan perebutan hati dan pikiran masyarakat oleh
pandangan dunia, nilai-nilai dan keyakinan kaum buruh
STUDI KASUS
Perusahaan McDonald’s merupakan suatu bisnis restoran fast food yang sangat
sukses. Diciptakan pertama kali oleh Ray Kroc, dan dikembangkan pertama kali di Amerika.
Konsep pengembangannya sangat luar biasa, dilihat dari keberadaan McDonald’s yang tidak
hanya dijual di wilayah Amerika saja, namun mencakup ke seluruh dunia dan sangat dikenal
oleh masyarakat.
Dengan mempertahankan prinsipnya, maka McDonald’s mulai mendominasi berbagai
sektor masyarakat di seluruh dunia, mulai dari bisnis restoran, agama, seks, pendidikan, dunia
kerja, biro periklanan, politik, program diet, keluarga, dsb. Dominasi berbagai sektor ini
dikenal dengan istilah McDonaldisasi.
Dijelaskan 4 prinsip McDonald’s dalam McDonaldisasi, diantaranya: Pertama, system
McDonald’s menawarkan kepada kita sebuah metode yang optimal untuk mendapatkan satu
hal ke hal yang lain (efisiensi). Secara umum, McDonald’s menawarkan cara-cara terbaik
untuk mengubah rasa lapar menjadi kenyang. Kedua, calculability, McDonald’s menawarkan
kepada kita makanan dan layanan yang terkuantifikasi dan terkalkulasi. Ketiga, kemampuan
memprediksi, yakni kapan produk dan pelayanan akan selalu siap disajikan setiap saat.
Keempat, kontrol, Mcdonald’s mengutamakan konsistensi pekerja dalam menjalankan
tugasnya.
Profesionalisme McDonald’s memang tidak dapat diragukan lagi. Dipandang dari
Gramsci, McDonald’s merupakan suatu bisnis yang siap bersaing dan memenangkan
posisinya. Banyak bisnis fast food yang lain yang memiliki metode yang sama dengan
McDonlad’s seperti Wendys (dalam hamburger), namun ideology McDonald’s berhasil
menunjukkan kekuasaannya sebagai restoran fast food yang menjadi pilihan utama
masyarakat di dunia. Masyarakat baik yang sadar maupun tak sadar telah terhegemoni.
Dalam hal ini, posisi McDonald’s memang telah memenangkan persaingan, akan tetapi apa
yang menjadi fokus utama kerja mereka adalah mempertahankan kepercayaan masyarakat
dan menempatkan profesionalisme diatas ekonomi. Namun satu hal yang pasti, keberadaan
McDonald’s telah memasuki jalur kultural dan dirasakan menjadi bagian dari ekonomi
negara.
Kapitalisme dan globalisasi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sekarang
ini. Banyak sekali contoh yang dapat kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari yang
berkaitan dengan kapitalisme dan globalisasi. Dalam konteks kali ini, kita akan mengambil
contoh kasus yang berkaitan dengan McDonald’s.
McDonald’s dengan kekuasaan kapitalisme yang mereka miliki, telah mengendalikan
media massa di berbagai negara yang telah dijangkau dan dirambah oleh McDonald’s.
Sebagai bukti, seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa McDonald’s sering
mempekerjakan anak-anak dibawah umur. Namun dalam kenyataannya, hal ini tidak pernah
sekalipun atau jarang sekali diulas dan dibahas oleh media massa. Hal ini sebenarnya
sangatlah bertolak belakang dengan etika dan moral media massa yang seharusnya mengulas
fakta dengan tuntas, yang sekiranya dapat membantu menyadarkan masyarakat akan aturanaturan dan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban
yang mereka miliki.
Selain itu, media massa seolah-olah telah menutup mata dengan kenyataan bahwa
penyebaran McDonald’s di berbagai negara khususnya negara-negara berkembang ( atau
yang seringkali dikatakan sebagai negara dunia ketiga oleh negara-negara maju ) merupakan
manivestasi dari bentuk penjajahan atas ekonomi dan budaya dari negara-negara maju
khususnya Amerika Serikat, terhadap negara-negara lain khususnya negara-negara
berkembang.
Sejalan dengan contoh nyata yang telah disampaikan diatas, selama ini, kita hanya
dapat melihat pemberitaan tentang McDonald di berbagai media massa yang hanya mengulas
segi positif dari McDonald saja, seperti pembukaan cabang baru McDonald’s, produk baru
dari McDonald, even-even yang diadakan oleh McDonald’s, sampai dengan kegiatan amal
yang dilakukan oleh McDonald’s. Tentunya pemberitaan semacam ini, akan semakin
memberikan keuntungan bagi McDonald’s, dikarenakan image dan nama baik yang dimiliki
oleh McDonald telah menyatu dengan pemahaman dalam benak masyarakat karena
pemberitaan media massa.
Melihat kenyataan diatas, dapat kita pahami bahwa McDonald’s telah mengendalikan
media massa. Hal ini sejalan dengan pedoman yang selalu dipegang oleh kaum kapitalis yang
selalu berusaha menguasai dan mengendalikan media massa demi kepentingan dan
keuntungan mereka.
Jadi bagi Gramsci, McDonald’s dianggap sebagai ‘agen penyebar’ kapitalisme yang
berusaha untuk menguasai pasar dunia melalui produknya, sehingga masyarakat terhegemoni
dan dapat dengan mudah ‘digerakkan’ oleh agen-agen kapitalisme tersebut demi penguasaan
pasar dan perolehan laba perusahaan yang tinggi.
Daftar Pustaka
Gramsci, "Selection from the Prison Notebooks
Magnis Suseno, Frans. 2003. Dalam Bayangan Lenin, Enam Pemikir Marxisme dari Lenin
sampai Tan Malaka. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Muhadi Sugiono, 1999, Kritik Antonio Gramsci terhadap Pembangunan Dunia Ketiga,
Pustaka Pelajar,Yogyakarta.
jalan yang agak berbeda dengan Karl Marx. Thesis Marx yang mendewakan struktur ekonomi
sebagai basis penentu struktur apapun diatasnya seperti politik dan kebudayaan, ditolak oleh
Gramsci. Dia juga menolak materialisme yang tergantung pada humanisme.Dalam banyak
hal, pendapat Gramsci mirip pendapat Marx. Perbedaannya terletak pada memposisikan
masyarakat sipil bukan pada basic material tetapi pada tataran suprastruktur, sebagai wadah
kompetisi untuk memperebutkan hegemoni kekuasaan. Peran masyarakat sipil pada konsep
yang demikian oleh Gramsci ditempatkan sebagai kekuatan pengimbang diluar kekuatan
negara. Pandangan Gramsci ini lebih bernuansa ideologis ketimbang pragmatic.
Gramsci lahir di Sardinia, Italia, pada tanggal 22 januari 1891 sebagai anak keempat
dari tujuh bersaudara yang sejak lahir berpunggung bungkuk yang membuatnya rapuh
menghadapi kemiskinan dan penderitaan. Ia tumbuh dengan tekanan psikologis, introvert dan
paranoid pada penyangga tubuhnya. Keluarganya tergolong kelas bawah, meskipun tidak
miskin. Ayahnya pada tahun 1897 dihukum atas tuduhan kecurangan ‘administratif’. Ketika
bebas ia tak punya kerja lagi sehingga keluarga itu hidup dalam kemiskinan. Tahun 1903
Gramsci harus meninggalkan sekolah dan bekerja membantu ekonomi keluarganya. Dengan
segala susah payah, Gramsci bisa melanjutkan pendidikannya kemudian, bahkan sampai
masuk kuliah dan berkenalan dengan bacaan dan aktivitas politik kelompok sosialisme.
Ketika situasi Cagliari - kota tempat ia sekolah - memburuk, Gramsci mulai menyadari
sejarah masyarakatnya. Ia mulai rajin membaca buku yang berhubungan sosialis dan buku
sejarah untuk mendapat perspektif situasi saat itu.
Tonggak perubahan hidupnya bermula di Universitas Turin tempat ia kuliah dari
beasiswa yang pas-pasan. Di sana ia berkenalan dengan tokoh-tokoh penting, baik akademisi
maupun politisi. Terutama dari Benedetto Croce, intelektual Italia masa itu, Gramsci sangat
terpengaruh dan terbuka matanya terhadap dunia.
Konflik ‘Utara’ dan ‘Selatan’ – yang melahirkan “Selatanisme” dari kemelut
kebijakan ekonomi di Turin seusai ia kuliah - menjadi semangat Gramsci dalam ekspresi
politiknya. Di tahun 1913 pertama kalinya ia berhubungan dengan gerakan sosialis di Turin.
Setelahnya, ia juga aktif di jurnalistik (di mingguan Partai Sosialis “Jerit Tangis Rakyat” dan
Avanti), sebagai editor, kolumnis dan analis. Di tahun 1917 setelah pemberontakan tiba-tiba
di Turin oleh para pekerja dan ditahannya sebagian besar pemimpin sosialis, Gramsci terpilih
sebagai Komite Sementara Partai Sosialis. Gerakan perlawanan ini berlanjut, dikenal dengan
gerakan Dewan Pabrik di Turin. Ini membawa Gramsci untuk mempertimbangkan kembali
pandangannya terhadap Lenin dan Revolusi Rusia.
Pada bulan Mei 1919 mendirikan jurnal L’Ordine Nuovo , di mana ide-ide politik
Gramsci diluncurkan dan berperan penting dalam persiapan revolusi. Januari 1921 Partai
Sosialis pecah, dan kemudian berdiri Partai Komunis Italia. Gramsci terpilih sebagai
pengurus pusat. Di situ ia berseberangan dengan sekretaris umumnya, Bordiga, seputar
konsep tentang Fasisme yang bagi Gramsci bukan cuma sangat berbahaya, namun juga
cenderung untuk berkuasa. Fasisme adalah gerakan politik yang didirikan mantan pemimpin
Sosialis Benito Mussolini (Mussolini pada oktober 1922 ditunjuk sebagai perdana menteri,
dan Fasismepun ikut menenggak kekuasaan).
Fasis Italia ini pada tahun 1926 memberangus semua publikasi kekuatan politik kiri,
dan Gramsci-pun, yang saat itu baru dua tahun menjabat sekretaris jendral PCI (Partai
Komunis Italia), ditangkap dan dipenjara, tepatnya 8 November 1926. Meskipun ia diisolasi
dari kegitan luar, namun temannya di Inggris mengirim buku-buku kepadanya .
Gramsci pernah mengatakan kepada adik iparnya melalui surat bahwa ia ingin
membuat karya intelektual yang akan menjadi fur ewig, maksudnya kehendak tanpa pamrih
yang itu berarti historis, ilmiah (dua kata yang selalu sinonim baginya sejak ilmu dipahami
sebagai analisis historis-materialis). Beberapa kali pindah penjara, baru pada Januari 1929 ia
memperoleh ijin menulis. 8 Februari 1929 adalah hari pertama Prison Notebooks: suatu
ekspresi intelektual yang menyumbang besar bagi debat Marxisme, dan meletakkan kerangka
dasar dan perspektif baru dalam memahami masalah dan menciptakan revolusi sosialis di
Italia dan dunia modern lain.
Gramsci meninggal pada 27 April 1937 setelah lama menderita sakit (terakhir
mengalami pendarahan otak). Sepuluh tahun kemudian kumpulan surat-surat Gramsci dari
penjara diterbitkan dan berlanjut dengan terbitnya karya-karya monumental Gramsci.
PEMIKIRAN GRAMSCI
Dari latar belakang kehidupan Gramsci di atas, bisa dilacak dasar epistemologi
pemikirannya dari sisi lain. Dunia – situasi sosial politik dan konsepsi dari pemikir
pendahulunya - dipahami dalam kerangka “cara berada” Gramsci. Maksudnya, kondisi umum
kehidupannya yang berangkat dari strata kelas menengah ke bawah yang didukung riwayat
pendidikan dan aktivitas politiknya, membentuk konstruksi epistemologis yang kental dengan
paduan kecerdasan teoritik dan kecerdasan keterlibatan dalam membaca realitas dan
merekonstruksi paham tentang itu.
Kebesaran namanya tidak didapat dari melulu tafsir akademis atau sebaliknya, tragedi
kehidupan dan politiknya, namun hubungan yang penuh dari keduanya. Alhasil, sosialisme
yang diperjuangkannya berbasiskan pada kesadaran kritis, di mana pada titik akhirnya selalu
terbaca tawaran-tawaran solutifnya, baik dalam membangun kerangka kerja revolusi
sosialisme di Italia pada khususnya, maupun interpretasi rekonstruksional atas tradisi
Marxisme. Sekalipun pada 20 tahun 4 bulan 15 hari sisa hidupnya di penjara dia terpisah
secara fisik dengan realitas politik di luar, namun justru di masa itu pulalah terbangun
kreativitas dan eksplorasi wacana yang jernih dan monumental.
Antonio Gramsci atau lebih dikenal Gramsci adalah seorang Marxis Italia. Gramsci
awalnya adalah seorang wartawan. Kemudian pada awalnya ia adalah anggota partai sosialis
Italia dan kemudian menjadi ketua dari Partai Komunis Italia (PCI). Pemikiran Gramsci
sangat dipengaruhi oleh filosof besar Italia Benedetto Croce. Dari Croce Gramsci belajar
menghargai ilmu sejarah sebagai usaha Intelektual untuk mencakup moralitas, politik, dan
seni. Croce membuatnya memahami keterbatasan yang ada pada positivisme yang hanya
mengakui “fakta objektif”. Namun kemudian Gramsci mengkritik bahwa Croce berhenti pada
pengertian
teoritis
demokrat-liberal
yang
tidak
berani
menarik
konsekuensi
untuk praxis revolusioner. Bagi Gramsci Marxisme selalu akan merupakan ”filsafat praxis”.
Gramsci yang berpijak pada tradisi Marxis, dijatuhi hukuman penjara oleh rezim fasis
Mussolini. Di dalam penjaralah ia mencatat dan mengahsilkan tulisan-tilsan yang kemudian
dibukukan Selection from the Prison Notebooks. Banyak hal yang ditulis oleh Gramsci ketika
ia di penjara, salah satunya adalah analisanya mengenai kelemahan dari masyarakat Italia dan
kenapa sampai muncul fasisme.
Gramsci memerankan peran kunci dalam transisi
determinisme ekonomi menuju Marxian yang lebih modern. Gramsci bersikap kritis terhadap
Marxis yang “determinis, fatalistis, dan mekanistis”. Jika Marx meyakini bahwa ideologi dan
kesadaran palsu dari para buruh diakibatkan, dikreasikan dan dijaga oleh mereka yang
mengontrol dan menguasai material dalam hal ini ekonomi atau determinisme ekonomi. Marx
berargumentasi bahwa siapa saja yang menguasai “means of productions & modes of
production” maka merekalah yang mengontrol negara dan pada akhirnya mengerakannya
dalam suatu ideologi. Kemudian kaum proletariat atau kaum yang tidak memiliki modal akan
diam sampai pertentangan-pertentangan dalam masyarakat kapitalis semakin nampak,
sehingga pada akhirnya mereka melakukan dan menuntut revolusi kepada para opresornya.
Gramsci juga mengkritik para Marxis yang berusaha untuk menerapkan analisa Marx dan
Engels sebagai kepastian ilmiah untuk menjelaskan hukum masyarakat. Gramsci kemudian
mengkritik buku karangan Nikolai Bukharin seorang anggota Politbiro Uni Soviet yang
berjudul Historical Materialism: A System of Sociology. Buku yang dimaksudkan sebagai
buku teks tentang Marxisme Leninisme untuk partai komunis yang lebih tinggi. Selain
menjelaskan ajaran Marxisme-Leninisme sebagai pandangan dunia proletariat, Bukharin juga
banyak memakai faham sosiologi kontemporer untuk menunjukan bahwa materilisme historis
merupakan sosiologi tentang proletariat dengan kepastian ilmiah.
Oleh karena itu kita dapat memahami mengapa Marxisme menurut Gramsci harus
bertolak dari apa yang hidup dari hati dan pemikiran masyarakat. pemikiran tersebut yang
akan mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan yang terbuka untuk mengubah strukturstruktur lama masyarakat ke arah sosialisme. Kesadaran merupakan faktor kunci bukan hanya
sekunder.
Ketika membaca karya Gramsci maka kita akan memfokuskan diri pada konsep
hegemoni. Gramsci memiliki fokus untuk mengkombinasikan analisis dari ekonomi Marxis
dan penekanannya pada proses politik dan kultur. Gramsci membangun konsep yang dapat
menjelaskan kenapa beberapa kelompok mampu memiliki kekuasaan dan bagaimana
kelompok yang berkuasa tersebut kemudian membangun dan menjaga kepemimpinan moral
dan kepemimpinan budaya. Berbeda pendapat dengan dengan determinisme ekonomi,
Gramsci berpendapat bahwa hegemoni tidak otomatis berasal dari mereka yang memiliki
dominasi ekonomi dari kelas yang berkuasa, tetapi adalah sesuatu yang harus dibangun dan
diperjuangkan. Gagasan politik Gramsci bisa dicari akar historisnya dalam perdebatan
panjang tentang kekuasaaan negara sejak zaman Yunani Kuno, dan meruncing pada
konstruksi Karl Marx tentang masyarakat dan sejarah dengan materialisme historisnya. Tentu
saja, keberadaan Gramsci sebagai politisi juga mempengaruhi teori-teorinya dalam
interaksinya dengan realitas sosial.
Bagi Gramsci, semua orang punya potensi intelektual. Ada dua macam
intelektual: intelektual tradisional dan intelektual organik. Intelektual tradisional
berkutat pada persoalan yang bersifat otonom dan digerakkan oleh proses produksi.
Intelektual oraganik memiliki kemampuan sebagai organisator politik yang
menyadari identitas dari yang diwakili dan mewakili.20 Intelektual tradisional
melakukan aktivitas intelektual kurang lebih karena faktor ekonomi. Sementara
intelektual organik mempunyai kemampuan sebagai organisator, meskipun pada saat
yang sama bisa jadi seorang borjuis. Setiap anggota partai harus dianggap sebagai
seorang intelektual, meskipun tingkat kependidikannya bukanlah syarat pokok. Yang
penting adalah fungsi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu fungsi pendidikan dan
intelektual.
Gramsci berpendapat, bahwa jika kelas pekerja ingin beranjak dari kelas
rendah untuk mengambil alih kepantingan bangsa, dan membangun kesadaran politik
melalui reformasi moral dan intelektual yang menyeluruh, mereka harus menciptakan
kelas intelektual organiknya sendiri. Namun proses penciptaan intelektual ini
berlangsung lama, sulit, penuh dengan pertentangan, di mana kesetiaan masyarakat
benar-benar diuji.
Titik tekan deskripsi Gramsci tentang intelektual organik itu tak terdapat pada
kefasihan bicara, penampilan dan semacamnya, tetapi dalam partisipasi aktif dalam
kehidupan praktis, sebagai pembangun, organisator, penasihat tetap, namun juga
unggul dalam semangat matematis yang abstrak.
Reformasi moral dan intelektual adalah bagaimana organisator tersebut
mampu untuk konsisten dengan jalan sosialisme yang diharapkan Gramsci, dan untuk
mencapainya maka harus dilakukan hegemoni. Inilah kiranya cerminan konsepsi
epistemologis Gramsci yang berorientasi pada tujuan penyadaran, yang menggunakan
pendidikan sebagai sarana utamanya.
Namun demikian, logika Gramsci untuk mewujudkan masyarakat sosialis
dengan merubah tatanan masyarakat kapitalis, dengan melakukan hegemoni, justru
akan menjadi jebakan. Doktrinasi seperti apa, yang bisa dilakukan untuk mewujudkan
tatanan masyarakat dari berbagai kelompok kepentingan yang menyetujui serta
memberi dukungan tanpa syarat. Apalagi proses pembentukan kesadaran tersebut
adalah untuk membebaskan dari penindasan melalui pendidikan partisipatoris.
Radikalisme yang terbentuk bisa terkristal menjadi ideologi ketika tak ada jalan lain
dalam melakukan perubahan seperti yang dicita-citakan.
Secara konseptual, Gramsci merasa terpanggil untuk terlibat dalam mengkritisi dan
menawarkan solusi-solusi dari kebuntuan realitas praktis materialisme historis Marx yang
deterministik-mekanistik dalam merumuskan hukum perkembangan masyarakat. Sangat sulit
untuk langsung menyimpulkan penafsiran Gramsci melalui karya-karyanya dalam Notebooks
yang terpisah-pisah. Gramsci merekonstruksi pemikiran Marx dan penerus-penerusnya
terutama dalam dua titik utama: paham ekonomisme dan paham kenegaraan.
Marxisme klasik yang dikembangkan Marx dan Eangels, tidak berhasil merumuskan
sebuah teori politik yang mamadai. Dalam prakteknya, pendekatan terhadap politik di mana
institusi-institusi politik cenderung dilihat sebagai cerminan dari struktur ekonomi, jauh lebih
berpengaruh dari pada pendekatan kedua, di mana ekonomi tidak menjadi panglima penentu
dalam independensi negara. Inilah cacat utama Marxisme klasik, yang menghalangi
pemahaman memadai akan watak dominasi kapitalis.
Salah satu bentuk ekonomisme ini (sebagai tafsiran terhadap Marxisme bahwa
perkembangan politik merupakan wujud dari perkembangan ekonomi) adalah bahwa sejarah
memiliki gerakan tersendiri, terlepas dari kehendak manusia, yang berasal dari pertumbuhan
kekuatan-kekuatan produksi yang terus berlangsung. Ini merupakan konsekuensi dari inti
pandangan yang mengatakan bahwa perkembangan masyarakat ditentukan oleh bidang
produksi, yang berangkat dari materialisme historis Marx dan Engels tentang hukum
perkembangan masyarakat yang mengikuti hukum materialisme dialektis sebagai dasar
ontologisnya.4 Pendekatan ekonomisme ini tercermin dalam penggunaan yang luas metafor
‘struktur dasar dan struktur atas’. Perkembangan yang berarti signifikan dipahami sebagai
perkembangan yang berlangsung dalam struktur dasar ekonomi tersebut, sementara
perjuangan politik hanya dianggap sebagai bagian dari struktur atas yang dibangun di atas
struktur dasar. Basis struktur pada formasi sosial menentukan sekali bangunan atasnya.
Dengan kata lain, bangunan atas adalah cermin dari keadaan struktur bawah.
Karya Gramsci yang paling terkenal adalah tulisan-tulisannya semasa ia dipenjara
oleh rezim fasis Mussolini. Seperti yang telah disampaikan di atas Gramsci adalah ketua
partai komunis Italia sebelum ia dipenjarakan. Ia mengamati kekhasan situasi yang ada di
Italia ketika itu. Gramsci menyatakan bahwa sekonomi bukanlah faktor utama dari perjalanan
sejarah manusia, akan tetapi hubungan seseorang di dalam masyarakat, posisi seseorang
dalam masyarakat, bagaimana seseorang kemudian mencari kesepakatan diantara sesamanya,
dan kemudian membangun masyarakat berdasarkan kesepatakan tersebut. Gramsci menolak
bahwa ekonomi adalah satu-satunya faktor yang memainkan peran yang signifikan dalam
masyarakat. Ia meyatakan harus dicapai keseimbangan antara kondisi ekonomi dan
pembangunan kekuatan ekonomi, kebudayaan dan ide.
Gramsci mengakui bahwa ada sebuah keteraturan sejarah di dalam suatu masyarakat,
tetapi ia menolak bahwa perkembang sejarah masyarakat adalah sesuatu yang otomatis dan
tak terhindarkan. Ia menyatakan agar revolusi terwujud maka masyarakat seharusnya
bertindak, dan sebelum mereka bertindak mereka harus mampu memahami hakikat dan
situasi keberadaan mereka dalam suatu sistem yang sedang mereka jalani. Gramsci mengakui
arti penting faktor struktural, khususnya ekonomi akan tetapi ia tidak percaya hanya faktorfaktor inilah yang mengakibatkan masyarakat melakukan perlawanan. Gramsci mengatakan
perlu ada ide revolusioner yang mampu menggerakan massa. Ide revolusioner ini tidak hanya
muncul dari masyarakat, tetapi harus ada yang mengembangkan dan menyebarkannya.
Kemudian Gramsci menyatakan harus ada gagasan yang dibangun oleh para intelektual yang
kemudian disebarluaskan ke masyarakat dan dipraktekan oleh mereka sendiri. menurutnya
massa tidak dapat membangun gagasan-gagasan semacam itu. Kalaupun mampu dan ada,
mereka hanya dapat mengalami pada level keyakinan. Masyarakat tidak dapat sadar dengan
sendirinya, mereka harus dibantu oleh para elit sosial yang mempengaruhi mereka agar
melakukan aksi yang mengarah kepada revolusi sosial. Gramsci memokuskan pada gagasan
kolektif dibanding pada struktur sosial seperti ekonomi yang menjadi basis dari kaum
Marxian. Gramsci menghubungkan konstruksi hegemoni dengan perjuangan ideologi untuk
memenangkan hati masyarakat. Peran krusial untuk memantapkan ideologi tersebut ada di
intelektual. Para intelektual tersebut harus mengakar di masyarakat.
Gramsci adalah seorang Hegelian. Konsep besar Gramsci yang mencerminkan
Hegelianismenya adalah konsep hegemoni. Ia percaya bahwa mereka yang ada di kelas
kontrol itu hegemonik, yang bukan hanya mengontrol harta benda dan kekuasaan, tetapi juga
ideologi masyarakat. Gramsci mendefinisikan Hegemoni sebagai kepemimpinan budaya
yang dijalankan oleh pihak yang berkuasa. Hegemoni berbeda dengan koersi yang dijalankan
oleh pemilik kekuasaan baik eksekutif maupun legislatif.
Selain itu yang membedakan Gramsci dengan pemikiran Marxian awal adalah jika
Marxian awal memokuskan pada determisme ekonomi dan aspek koersif dari dominasi
negara, maka Gramsci memokuskan pada hegemoni kepemimpinan budaya. Konsep
hegemoni membantu kita untuk memahami dominasi yang terjadi di masyarakat kapitalis.
Dalam analisis kapitalismenya, Gramsci ingin mengetahui peranan para intelektual yang
bekerja atas nama kapitalisme memperoleh kepemimpinan budaya serta sikap patuh dari
massa. Hegemoni dominan dari nilai dan norma kaum borjuis yang menguasai kelas
subordinat. Kemudian Gramsci melihat peranan kunci intelektual komunitas dan partai
komunis untuk mampu meraih kepemimpinan budaya terhadap seluruh masyarakat.
Dominasi dari kelompok sosial yang berkuasa tidak hanya diakibatkan oleh kondisi ekonomi
mereka yang mendominasi, tetapi juga harus dikonstruksi dari kepemimpinan moral dan
kepemimpinan budaya.
Hegemoni digunakan untuk menunjukan kekuasaan dari suatu kelas sosial atas kelas
sosial lainnya dalam hal ini penguasaan dari kelas borjuis terhadap kelas proletar. Hegemoni
seperti yang telah dinyatakan diatas bukan saja dalam masalah ekonomi dan politik saja. akan
tetapi menunjukan kemampuan suatu kelas sosial yang dominan untuk memproyeksikan dan
mempertunjukan bagaimana mereka memandang dunia, cara pandang mereka terhadap
sesuatu. Sehingga pada akhirnya kelas yang terhegemoni akan mengikuti cara pandang yang
dilakukan oleh kelas yang berkuasa sebagai sesuatu yang biasa. Kemudian bagaimana kelas
yang berkuasa tersebut menjaga hegemoninya? Hal ini dapat dilakukan melalui masyarakat
sipil. Misalnya dengan memciptakan suatu konsensus kultural dan politik melalui serikat
pekerja, partai politik, sekolah media, tempat ibadah dan berbagai organisasi sukarela.
Salah satu konsep pendidikan yang menarik dari Gramsci adalah pemikirannya
mengenai pendidikan. Gramsci menyatakan agar kelas pekerja dapat melakukan counter
hegemonydan mendapatkan kepemimpinan hegemoninya, maka mereka harus mendapatkan
pendidikan agar kelak dapat menciptakan para cendikiawan yang mampu menciptkan
ideologi baru yang mampu membawa perbaikan kehidupan kelas pekerja. Counter
hegemony harus dilakukan oleh kaum intelektual organik yang muncul dari kelas pekerja
yang kemudian membuat perubahan politik melalui partai yang revolusioner. Para intelektual
organik ini kemudian mematahkan dominasi dari kaum borjuis dan menciptakan konsep baru
mengenai masyarakat berdasarkan konsepsi kaum proletar bukan kaum borjuis. Kaum
intelektual organik ini muncul dari kalangan kelas pekerja itu sendiri. seperti yang dinyatakan
Gramsci bahwa setiap kelas sosial melahirkan lapisan kaum intelektualnya sendiri.
Menurutnya kaum intelektual organik berbeda dengan kaum intelektual tradisional yang
cenderung mengisolasikan diri dalam masyarakat dan membentuk sebuah lapisan tersendiri
yang mengambang di atas masyarakat. kaum intelektual organik tidak terpisah dari
masyarakat, mereka menyadari posisinya secara organic terhubung dengan masyarakat.
Kaum intelektual organic mengungkapkan kecenderungan-kecenderungan objektif dalam
masyarakat dan berpihak kepada kaum pekerja. Mereka ikut merasakan apa yang dirasakan
oleh para pekerja dan memiliki emosi dan semangat yang sama dengan apa yang dirasakan
oleh para pekerja, mengungkapkan apa yang dialamu mereka.
Seperti Lenin, Gramsci menyatakan bahwa revolusi sosialis dan keberhasilannya
tidaklah terjadi secara otomatis. Revolusi akan terjadi jika benar kaum pekerja memiliki
keinginan yang kuat untuk melaksanakannya. Hal ini terjadi jika kaum pekerja mendapatkan
agitasi politik dan pendidikan yang baik, yang tentu saja dilakukan oleh para intelektual
organik. Oleh karena itu kaum pekerja membutuhkan partai yang revolusioner, partai modern
yang harus mendidik dan melatih kaum pekerja untuk membebaskan diri dari kaum borjuis.
Berbeda dengan konsepsi Lenin mengenai partai politik -walaupun Leninlah yang
menyadarkan peran kunci dari partai politik- yang menyatakan bahwa partai politik harus
dipimpin oleh sekelompok orang yang merupakan sekelompok kecil orang-orang yang
menguasai teori revolusioner dan seakan-akan berasal dari luar kalangan kaum pekerja yang
memberikan penyadaran kepada kaum pekerja, dan kaum pekerja akan mengikuti partai
tersebut. Gramsci berpendapat bahwa partai politik tidak berada di atas kaum pekerja tetapi
berada di dalam kaum pekerja tersebut dan mengangkat dan membuat sadar tujuan dan misi
kelas buruh itu sendiri. Partai diperlukan untuk pendidikan buruh dan untuk
mengorganisasikan perjuangan mereka.
Kemudian Gramsci menyatakan bahwa tugas awal dari partai revolusioner adalah
merebut hegemoni sipil. Sehingga kemudian muncul istilah “perang posisi” dan “revolusi
pasif”. Melalui perang posisi dan revolusi pasiflah partai mengusahakan perubahan kesadaran
masyarakat dan membuat kelas-kelas sosial lain mau menerima nilai-nilai moral dan cultural
kaum pekerja. Apabila kaum pekerja sudah memapankan kepemimpinan intelektual dan
moralnya maka sesungguhnya mereka sudah memiliki hegemoni dan memiliki kuasa. Hal ini
karena kaum buruh sudah didukung oleh kelas-kelas sosial lainnya. Gramsci mengemukakan
bahwa tidak perlu mengandalkan kekerasan fisik dan unsur paksaan untuk merebut
kekuasaan seperti yang dilakukan oleh kaum komunis di Rusia. Hegemoni yang disampaikan
oleh Gramsci bukan sekedar memastikan bahwa kaum pekerja lebih berkuasa dibandingkan
kelas lain yang menjadi sekutunya, melainkan suatu kekuasaan berdasarkan suatu konsensus
sungguh-sungguh. Perebutan kekuasaan tidak berarti dengan melakukan penindasan para
musuh yang kontra revolusi, melainkan perebutan hati dan pikiran masyarakat oleh
pandangan dunia, nilai-nilai dan keyakinan kaum buruh
STUDI KASUS
Perusahaan McDonald’s merupakan suatu bisnis restoran fast food yang sangat
sukses. Diciptakan pertama kali oleh Ray Kroc, dan dikembangkan pertama kali di Amerika.
Konsep pengembangannya sangat luar biasa, dilihat dari keberadaan McDonald’s yang tidak
hanya dijual di wilayah Amerika saja, namun mencakup ke seluruh dunia dan sangat dikenal
oleh masyarakat.
Dengan mempertahankan prinsipnya, maka McDonald’s mulai mendominasi berbagai
sektor masyarakat di seluruh dunia, mulai dari bisnis restoran, agama, seks, pendidikan, dunia
kerja, biro periklanan, politik, program diet, keluarga, dsb. Dominasi berbagai sektor ini
dikenal dengan istilah McDonaldisasi.
Dijelaskan 4 prinsip McDonald’s dalam McDonaldisasi, diantaranya: Pertama, system
McDonald’s menawarkan kepada kita sebuah metode yang optimal untuk mendapatkan satu
hal ke hal yang lain (efisiensi). Secara umum, McDonald’s menawarkan cara-cara terbaik
untuk mengubah rasa lapar menjadi kenyang. Kedua, calculability, McDonald’s menawarkan
kepada kita makanan dan layanan yang terkuantifikasi dan terkalkulasi. Ketiga, kemampuan
memprediksi, yakni kapan produk dan pelayanan akan selalu siap disajikan setiap saat.
Keempat, kontrol, Mcdonald’s mengutamakan konsistensi pekerja dalam menjalankan
tugasnya.
Profesionalisme McDonald’s memang tidak dapat diragukan lagi. Dipandang dari
Gramsci, McDonald’s merupakan suatu bisnis yang siap bersaing dan memenangkan
posisinya. Banyak bisnis fast food yang lain yang memiliki metode yang sama dengan
McDonlad’s seperti Wendys (dalam hamburger), namun ideology McDonald’s berhasil
menunjukkan kekuasaannya sebagai restoran fast food yang menjadi pilihan utama
masyarakat di dunia. Masyarakat baik yang sadar maupun tak sadar telah terhegemoni.
Dalam hal ini, posisi McDonald’s memang telah memenangkan persaingan, akan tetapi apa
yang menjadi fokus utama kerja mereka adalah mempertahankan kepercayaan masyarakat
dan menempatkan profesionalisme diatas ekonomi. Namun satu hal yang pasti, keberadaan
McDonald’s telah memasuki jalur kultural dan dirasakan menjadi bagian dari ekonomi
negara.
Kapitalisme dan globalisasi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sekarang
ini. Banyak sekali contoh yang dapat kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari yang
berkaitan dengan kapitalisme dan globalisasi. Dalam konteks kali ini, kita akan mengambil
contoh kasus yang berkaitan dengan McDonald’s.
McDonald’s dengan kekuasaan kapitalisme yang mereka miliki, telah mengendalikan
media massa di berbagai negara yang telah dijangkau dan dirambah oleh McDonald’s.
Sebagai bukti, seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa McDonald’s sering
mempekerjakan anak-anak dibawah umur. Namun dalam kenyataannya, hal ini tidak pernah
sekalipun atau jarang sekali diulas dan dibahas oleh media massa. Hal ini sebenarnya
sangatlah bertolak belakang dengan etika dan moral media massa yang seharusnya mengulas
fakta dengan tuntas, yang sekiranya dapat membantu menyadarkan masyarakat akan aturanaturan dan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban
yang mereka miliki.
Selain itu, media massa seolah-olah telah menutup mata dengan kenyataan bahwa
penyebaran McDonald’s di berbagai negara khususnya negara-negara berkembang ( atau
yang seringkali dikatakan sebagai negara dunia ketiga oleh negara-negara maju ) merupakan
manivestasi dari bentuk penjajahan atas ekonomi dan budaya dari negara-negara maju
khususnya Amerika Serikat, terhadap negara-negara lain khususnya negara-negara
berkembang.
Sejalan dengan contoh nyata yang telah disampaikan diatas, selama ini, kita hanya
dapat melihat pemberitaan tentang McDonald di berbagai media massa yang hanya mengulas
segi positif dari McDonald saja, seperti pembukaan cabang baru McDonald’s, produk baru
dari McDonald, even-even yang diadakan oleh McDonald’s, sampai dengan kegiatan amal
yang dilakukan oleh McDonald’s. Tentunya pemberitaan semacam ini, akan semakin
memberikan keuntungan bagi McDonald’s, dikarenakan image dan nama baik yang dimiliki
oleh McDonald telah menyatu dengan pemahaman dalam benak masyarakat karena
pemberitaan media massa.
Melihat kenyataan diatas, dapat kita pahami bahwa McDonald’s telah mengendalikan
media massa. Hal ini sejalan dengan pedoman yang selalu dipegang oleh kaum kapitalis yang
selalu berusaha menguasai dan mengendalikan media massa demi kepentingan dan
keuntungan mereka.
Jadi bagi Gramsci, McDonald’s dianggap sebagai ‘agen penyebar’ kapitalisme yang
berusaha untuk menguasai pasar dunia melalui produknya, sehingga masyarakat terhegemoni
dan dapat dengan mudah ‘digerakkan’ oleh agen-agen kapitalisme tersebut demi penguasaan
pasar dan perolehan laba perusahaan yang tinggi.
Daftar Pustaka
Gramsci, "Selection from the Prison Notebooks
Magnis Suseno, Frans. 2003. Dalam Bayangan Lenin, Enam Pemikir Marxisme dari Lenin
sampai Tan Malaka. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Muhadi Sugiono, 1999, Kritik Antonio Gramsci terhadap Pembangunan Dunia Ketiga,
Pustaka Pelajar,Yogyakarta.