INOVASI DAN PENGEMBANGAN PRODUK UKM HANDIKRAF UNTUK PASAR PARIWISATA DI BALI

INOVASI DAN PENGEMBANGAN PRODUK UKM HANDIKRAF UNTUK PASAR PARIWISATA DI BALI

Yusri Abdillah Program Studi Pariwisata, Jurusan Administrasi Bisnis FIA UB

Email: YusriAbdillah@ub.ac.id

ABSTRACT

Tourism is a sector that has a comprehensive multiplayer effect and provide opportunities for a variety of industries to develop through service to the needs of tourists. This study discusses the role of tourism to the development of the handicraft industry as a supplier of souvenir at the tourist market. More specifically the study was conducted to examine the process of innovation in product development of small businesses producing crafts in Malang which sells its products to market tourism in Bali. The results showed that innovation in product development and behavior is dominated by the design desired by intermediaries compared to designs offered by the company. This indicates that the intermediaries had more accurate information about the preferences of the market compared with craft souvenir producers. Thus, the manufacturers producing handicrafts for souvenirs is more to position themselves as "peasant" in order to ensure the economic viability of production and yet have sufficient orientation towards market developments directly.

Keywords: Tourism, Innovation, Marketing, souvenir industry, SMEs, Bali.

ABSTRAK

Pariwisata merupakan sektor yang memiliki multiplayer effect luas dan memberikan peluang bagi berbagai industri untuk berkembang melalui pelayanan terhadap kebutuhan wisatawan. Studi ini membahas tentang peranan pariwisata terhadap perkembangan industri kerajinan sebagai pemasok suvenir pada pasar pariwisata. Secara lebih khusus studi dilakukan untuk menelaah proses inovasi dalam pengembangan produk usaha kecil penghasil kerajinan di Kota Malang yang menjual produk-produknya untuk pasar pariwisata di Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi dan perilaku dalam mengembangkan produk lebih didominasi oleh desain yang diinginkan oleh intermediaries dibandingkan dengan desain yang ditawarkan oleh perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa intermediaries memiliki informasi yang lebih akurat mengenai preferensi pasar dibandingkan dengan produsen suvenir kerajinan. Dengan demikian, para produsen penghasil kerajinan untuk suvenir ini lebih memposisikan diri sebagai “petani penghasil” guna memastikan kelangsungan ekonomi produksinya dan belum memiliki orientasi yang cukup terhadap perkembangan pasar secara langsung.

Kata Kunci: Pariwisata, Inovasi, Pemasaran, Industri suvenir, UKM, Bali.

PENDAHULUAN

kehidupan dan kematian yang terjadi secara terus Perkembangan sektor pariwisata dalam tiga

menerus di pasar-produk di seluruh dunia (Jaworski dasawarsa terakhir telah berdampak pada

et. al, 2000). Inovasi-inovasi yang berkelanjutan meningkatnya permintaan pada produk-produk seni

seperti ini membuktikan bahwa produk, pasar, dan lokal baik yang bersifat tangible maupun intangible

persaingan berubah tanpa henti. Kondisi pasar- sebagai suvenir dan pengalaman bagi wisatawan

produk yang seperti ini akan terus berlanjut, yang yang mengunjungi sebuah destinasi. Meningkatnya

setidaknya terdapat tiga hal mendasar yang menjadi permintaan ini seringkali membawa perubahan

penyebabnya yaitu (1) Sifat kebutuhan manusia tatanan perekonomian pada daerah tujuan wisata.

yang tidak terbatas mendorong terciptanya produk- Tidak jarang bahwa produk-produk budaya lokal

produk baru yang inovatif melalui penerapan yang sebelumnya dibuat untuk memenuhi

teknologi. (2) Struktur pasar yang telah beralih kebutuhan upacara-upacara keagamaan, saat ini

pada pasar yang dikuasai pembeli menyebabkan telah dimodifikasi dan beralih fungsi sebagai

perusahaan harus menyesuaikan kebutuhan dan produk untuk melayani pasar pariwisata. Hal seperti

keinginan konsumen. (3) Persaingan yang datang ini tampak sangat jelas di destinasi pariwisata

dari perusahaan-perusahaan pesaing untuk produk seperti Bali dan daerah-daerah tujuan wisata baru

sejenis maupun produsen barang substitusi. lainnya. Melalui sentuhan dengan dunia pariwisata,

LATAR

BELAKANG

TEORI DAN

produk-produk budaya lokal berkembang lebih

HIPOTESIS

pesat secara sekuler dengan inovasi-inovasi kreatif

Pengumpulan dan Analisis Data

untuk memenuhi kepuasan pasar wisatawan. Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian Inovasi ini diperlukan untuk menyesuaikan produk

sebelumnya tentang cara pengamatan yang lokal yang dibuat dengan persepsi wisatawan

dilakukan melalui observasi secara langsung pada tentang daerah yang dikunjunginya. Pada tahapan

UKM-UKM yang ditelaah, peneliti akan awal perkembangan ini, berbagai resistensi dari

mengumpulan data penelitian dengan melakukan masyarakat lokal akan bermunculan karena produk-

interview baik secara terbuka maupun secara semi produk baru yang ditawarkan kepada para

struktur terhadap pemilik dan pelaksana produksi wisatawan dianggap mencemari budaya lokal.

UKM. Dalam hal terdapat kemungkinan, para Namun demikian, dengan semakin berkembangnya

perantara bisnis akan diwawancarai untuk ekonomi dan teknologi pada sebuah masyarakat

mendapatkan perspektif yang berbeda tentang maka inovasi-inovasi terhadap berbagai produk

proses inovasi pada UKM yang diamati. Disamping budaya beserta pemanfaatannya secara modern

wawancara dengan pihak yang terkait langsung akan semakin dapat diterima oleh masyarakat

dengan proses inovasi pengembangan produk, tersebut.

wawancara juga dilakukan dengan pihak lain yang Tidak berbeda dengan siklus produk yang

tidak terlibat langsung dalam proses inovasi, tetapi sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi,

memiliki pemahaman tentang perkembangan seperti (r)evolusi pita audio video menjadi cd-dvd

usaha-usaha kecil di Kota Malang, yakni sampai dengan diperkenalkannya blue ray disc pada

responden-responden dari Dinas Perindustrian dan saat ini, produk-produk seni dan budaya juga

Kadin Kota Malang.

berkembang, tumbuh dan mati secara cepat akibat Dalam penelitian ini, peneliti akan berperan pengaruh teknologi. Sebagai gambaran, sampai

sebagai observer melalui pengamatan langsung non dengan tiga puluh tahun yang lalu pagelaran

partisipan. Peneliti akan melakukan pengamatan wayang kulit di Bali masih banyak menggunaan

tentang bagaimana proses inovasi dalam perangkat-perangkat tradisional yang selanjutnya

pengembangan produk ini berlangsung pada usaha berkembang dengan menggunakan perangkat sound

kecil yang sedang diamati. Proses ini mencakup system yang lebih canggih. Saat ini pagelaran

bagaimana ide-ide inovatif dibangkitkan, dianalisis wayang kulit telah banyak melibatkan berbagai

kelayakan pasarnya, diorganisasi, dan selanjutnya teknologi digital dan aplikasi komputer untuk

dieksekusi. Dalam observasi ini juga akan diamati menghasilkan tayangan yang lebih spektakuler.

seberapa besar peran dan intervensi dari pihak luar Demikian halnya dengan produk-produk budaya di

dalam proses inovasi di UKM yang sedang diamati. Bali yang bersifat tangible seperti ukiran yang telah

Teknik obervasi non partisipan memiliki sisi banyak beralih ke produksi handicraf sederhana dan

keunggulan dalam penelitian ini untuk melihat bersifat massal. Produk kerajinan dan handicraf ini

proses inovasi yang berlangsung pada kegiatan secara terus menerus melalui siklus hidup yang

pengembangan produk dari perspektif internal semakin pendek sebagai akibat dari cepatnya

organisasi. Disisi yang lain interaksi dengan pihak perubahan selera konsumen.

di luar struktur UKM akan memberikan gambaran Gambaran di atas menunjukkan adanya siklus

dari pihak eksternal yang memiliki kepantingan dari pihak eksternal yang memiliki kepantingan

Inovasi reguler.

seharusnya proses inovasi berlangsung. Inovasi dalam tipologi pertama merupakan Teknik wawancara dilakukan secara terbuka

inovasi yang mengarahkan perusahaan untuk dan semi terstruktur. Wawancara secara terbuka

bergerak kedalam ceruk pasar yang baru. (open-ended) akan memastikan bahwa responden

Perusahaan yang mengadopsi tipe inovasi ini akan menyampaikan segala sesuatunya dari

menggunakan teknologi dan kompetensi yang telah perspektif mereka tanpa ada batasan-batasan

dimiliki untuk memasuki ceruk pasar yang selama terhadap penjelasan yang mereka sampaikan. Pada

ini belum dilayani oleh perusahaan. Adopsi bagian yang lain wawancara semi struktur akan

terhadap tipe inivasi ini umumnya dilakukan pada diaplikasikan untuk menggiring responden

pasar yang stabil dengan tujuan untuk berbicara sesuai dengan koridor penelitian yang

memaksimalkan pertumbuhan penjualan. Dengan telah ditentukan.

kata lain, inovasi jenis ini sesuai untuk diterapkan Penelitian ini didesain dengan menggunakan

oleh perusahaan yang bermaksud untuk melakukan pendekatan kualitatif sedemikian semua tahapan

ekspansi pasar denga risiko yang rendah. dalam penelitian merupakan bagian dari langkah-

Inovasi arsitektural adalah tipologi inovasi langkah analisis terhadap data yang dikumpulkan.

yang menggunakan teknologi baru untuk Analisis terhadap data juga telah dilaksanakan pada

menciptakan ceruk pasar baru. Dengan demikian saat pra studi lapangan (Alwasilah, 2002).

tipe inovasi ini memiliki risiko yang lebih tinggi Keseluruah data primer yang didapatkan dalam

dibandingkan dengan inovasi tipe pertama. penelitian ini adalah berupa catatan-catatan saat

Perusahaan yang berhasil mengimplementasikan observasi,

tipe inovasi kedua ini memungkinkan untuk wawancara, dan transripsi teks hasil wawancara

menghasilkan perubahan terhadap industri secara yang direkam dengan menggunakan media digital.

Hal ini disebabkan karena Secara simultan, analisis data dilakukan terhadap

menyeluruh.

keberhasilan inovasi pada pasar yang baru dapat data yang dikumpulkan bersamaan dengan analisis

berdampak positif terhadap pasar-pasar yang terhadap literatur-literatur yang relevan. Dengan

selama ini telah dilayani untuk menerima inovasi demikian, data dihimpun dan direkonstruksi untuk

sebagaimana ditawarkan kepada ceruk pasar yang menghasilkan makna dan menghasilkan teori-teori

baru.

terkait dengan objek yang sedang diteliti. Pada tipe inovasi ketiga, atau inovasi revolusioner,

perusahaan memperkenalkan

Inovasi

teknologi baru kepada pasar yang selama ini telah Dalam konteks ini inovasi dipandang sebagai

dilayani dengan tujuan untuk memelihara kemampuan yang dimiliki oleh usaha kecil dan

eksistensinya pada pasar yang dimaksud. Dengan menengah untuk beradaptasi dengan perubahan-

berfokus pada pasar-pasar yang telah dilayani, perubahan lingkungan, termasuk dalam hal ini

perusahaan dapat berhadap untuk menghasilkan adalah, salah satunya, lingkungan pasar periwisata

dampak perubahan pada sebuah industri dengan tempat ia mengoperasikan bisnisnya (Gallouj &

tingkat risiko yang tidak terlalu besar. Windrum, 2009). Pada garis besarnya inovasi dalam

Tipe inovasi keempat merupakan bentuk industri pariwisata ini dikendalikan oleh dua faktor

inovasi yang mengandalkan teknologi dan atau utama. Faktor yang pertama dikategorikan sebagai

kompetensi yang telah dimiliki untuk meningkatkan faktor internal dapat meliputi human capital,

pelayanan yang lebih baik terhadap pasar-pasar kreativitas, keterbukaan (open mindedness), dan

yang telah dilayani. Dengan demikian tujuan utama kewirausahaan, yang merupakan faktor dominan

dari tipe inovasi ini adalah meningkatkan kepuasan dalam persaingan bisnis kontemporer. Disamping

konsumen, sedemikian akan berdampak pada faktor-faktor internal ini faktor eksternal seperti isu-

tingkat pembelanjaan dan loyalitas konsumen isu global dalam bidang ekonomi, lingkungan,

terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh politik, demografi sosial, dan teknologi, juga

perusahaan.

menjadi faktor makro penentu keberhasilan proses inovasi bagi UKM, disamping faktor mikro seperti

Kreativitas Inovasi Produk

selera konsumen, persaingan, dan tekanan Dalam mendiskusikan kreativitas dalam pemerintah.

proses inovasi, akan terdapat setidaknya tiga isu Abernathy & Clark (1985) mengemukakan

penting yang mencakup isu-su tentang kreativitas empat tipologi inovasi yang dapat diadaptasikan

individu, kreativitas proses, dan kreativitas ide terhadap inovasi pada UKM yang melayani pasar

(Goldenberg & Mazursky, 2002). Beberapa pariwisata. Keempat tipologi ini mencakup: (1)

perusahaan berfokus pada masing-masing isu ini Inovasi penciptaan ceruk baru, (2) Inovasi

secara terpisah, sementara beberapa perusahaan arsitektural, (3) Inovasi revolusioner, dan (4)

yang lain mencoba untuk mengintegrasikan yang lain mencoba untuk mengintegrasikan

dengan berdasarkan desain yang telah diajukan oleh personal akan memelihara dan mempertahankan

para perantara ini akan menghambat pengembangan individu-individu yang mampu membaca dan

sistem bisnis dan pemasaran perusahaan. Disisi lain, menciptakan perubahan-perubahan lingkungan

model ini membantu perusahaan untuk menjamin dengan cara yang non-mainstream. Seorang yang

kepastian penjualan produknya. Penelitian ini akan kreatif adalah ia yang memiliki aliran ide-de besar

melihat secara lebih dekat proses inovasi yang sepanjang waktu yang dijalaninya. Oleh karena

sedang berlangsung di UKM-KM di Kota Malang tidak semua ide baru dapat dengan mudah dan

yang menghasilkan barang kerajinan seni dan segera diterima oleh sebuah masyarakat, maka

suvenir untuk pasar pariwisata di Bali. menjadi tugas entrepreneur, dalam hal ini adalah

Penelitian ini berupaya untuk memberikan perusahaan, untuk menahan ide-ide yang dihasilkan

gambaran tentang faktor-faktor yang mendorong ini dan memperkenalkannya kepada masyarakat

dan menghambat inovasi dalam program saat mereka sudah siap dengan inovasi yang

pengembangan produk pada UKM-UKM penghasil ditawarkan.

produk kerajinan seni dan cenderamata di Kota Kedua, inovasi adalah rangkaian proses

Malang untuk pasar pariwisata di Pulau Bali. kreativitas untuk menciptakan kebaruan atas suatu

Pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian nilai ekonomi (Marceau, 2011). Berdasarkan pada

ini adalah pendekatan kualitatif dengan penggunaan konsep ini maka yang dimaksud inovasi mencakup

metode yang dijelaskan pada bagian-bagian tidak hanya penciptaan produ atau layanan baru

selanjutnya.

tetapi mencakup pula proses-proses perubahan Tahapan awal yang akan dilakukan dalam organbisasi termasuk didalamnya implementasi

penelitian ini adalah membangun akses dengan metode-metode kerja yang baru untuk tujuan

usaha-usaha kecil di Kota Malang yang efisiensi dan mendorong kreativitas.

memproduksi barang kerajinan untuk suvenir Ketiga, inovasi menyangkut pula isu tentang

wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali (Munck kreativitas ide. Inovasi harus memunculkan ide-ide

& Korotayev, 2000). Akses dibangun dengan bersumber dari kebutuhan atau masalah-msalah

pendekatan melalui Dinas Perindustrian Kota yang muncul di masyarakat. Ide yang muncul

Malang yang menaungi para pengusaha kecil di berbasis masalah yang dihadapi masyarakat ini

Kota Malang dan melalui pendekatan dengan Kadin seringkali muncul sebagai sebuah fenomena yang

Kota Malang sebagai wadah bagi pengusaha di Kota kompleks dan berkaitan dengan banyak faktor

Malang untuk menyalurkan segala aspirasinya. termasuk mungkin di dalamnya adalah persepsi

Selanjutnya peneliti berkunjung, berinteraksi, dan entrepreneur atau ilmuan pencipta inovasi terhadap

melihat lebih dekat tentang proses inovasi pada kebutuhan-kebutuhan ekonomi (Gans, 2011). Hal

indsutri ini. Dengan telah terbangunnya kedekatan ini menyangkut pula bagaimana para innovator

dengan kedua institusi tersebut diharapkan akan mendapatkan imbal balik atas waktu dan

kepercayaan dari pihak UKM sebagai fokus kajian tenaga yang ia curahkan untu memecahkan

dalam penelitian ini dapat dikembangkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dan

sedemikian interaksi dan komunikasi dengan pihak menemukan solusi inovatif yang bernilai ekonomi.

UKM akan menjadi lebih mudah.

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini difokuskan pada upaya untuk

Pengembangan Produk

menelaah faktor-faktor apa saja yang menjadi Ide-ide yang kreatif dan menarik perlu untuk pendorong dan penghambat pengembangan produk

dituangkan dalam bentuk yang lebih konkret berupa pada usaha-usaha kecil penghasil kerajinan seni dan

produk baru. Pengembangan produk baru suvenir di Kota Malang untuk melayani pasar

merupakan aktivitas yang dilaksanakan oleh wistawan di Bali. Dari survey pendahuluan

produsen untuk memperbaiki produk yang telah didapatkan gambaran bahwa inovasi yang

dihasilkan dengan cara menambah variasi, ragam, dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil ini

atau tingkat mutu produk sesuai dengan keinginan sangat bergantung kepada pasar. Dengan kata lain,

konsumen (Converse, 1986). Opsi yang dapat bisnis yang dijalankan adalah murni market driven.

perusahaan terkait dengan Artinya, usaha-usaha kecil ini hanya berperan

dipilih

oleh

pengembangan produk ini adalah opsi membuat sebagai bagian produksi, dengan desain-desain

sendiri atau membeli dari pabrikan lain untuk produk yang telah ditetapkan oleh para

ditawarkan kepada pasar yang selama ini telah intermediaries yang menghubungkan produk

dilayani (Kotler & Keller, 2012). Kebijakan mereka dengan pasar wisatawan di Pulau Bali

mengenai produk menjadi pedoman untuk (Jaworski et. al, 2000). Selanjutnya didapatkan

menentukan golongan produk yang akan dibuat atau menentukan golongan produk yang akan dibuat atau

g) Manajemen harus mempunyai waktu dan disyaratkan.

kemampuan yang memadai untuk menangani perkembangan yang hidup dan selera yang sedang

pembuatan dan penjualan produk tersebut. disenangi di masyarakat agar dapat menentukan dan

h) Produk tersebut harus sesuai dengan cita-cita membuat produk yang digemari konsumen secara

dan tujuan perusahaan. (Swastha, 1984). terus menerus.

Dewasa ini kebutuhan-kebutuhan konsumen Dalam rangka pengembangan produk ini

telah dapat dipenuhi secara cukup di pasar bahkan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan

dapat dikatakan sudah berlebih karena semakin adalah keputusan untuk membuat atau membeli dan

banyaknya produk yang ditawarkan dalam pasar. kriteria produsen untuk produk baru. Untuk

Keadaan ini menyebabkan pasar bergeser menjadi memproduksi sendiri memerlukan komponen, maka

buyers market . Dengan keadaan yang demikian ini perlu dipikirkan apakah membuat sendiri ataukah

maka salah satu hal yang harus dimiliki oleh membeli komponen tersebut. Untuk mengambil

pengetahuan mengenai keputusan ini tidaklah mudah. Ada beberapa faktor

perusahaan

adalah

perkembangan, keinginan dan kebutuhan konsumen yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi

yang selalu berubah-ubah.

pengambilan keputusan antara lain : Apabila produsen berkeinginan produknya berhasil di pasaran maka ia harus selalu

a) Biaya untuk membuat atau membeli komponen

menyesuaikan

produk-produknya dengan

b) Kemampuan khusus untuk mesin-mesin, kebutuhan dan selera konsumen. Dalam hal ini kemampuan teknik dan luasnya sumber produk pengembangan terhadap produk-produk yang telah yang dibutuhkan . dihasilkan mempunyai peranan yang sangat penting

c) Kemampuan menggunakan kapasitas produksi. karena pengembangan produk ini akan dapat

d) Waktu serta kecakapan yang dimiliki oleh memenuhi tujuan perusahaan serta dalam rangka manajemen. mengikuti perkembangan kebutuhan dan selera

e) Kerahasiaan desain, corak, bahan-bahan dan konsumen yang berubah dan berbeda-beda. metode proses produksinya. Terdapat setidaknya tiga macam bentuk

f) Menarik tidaknya investasi yang diperlukan pengembangan produk yaitu Initial Development, untuk membuat suatu produk. Improvement Development , dan New Use

g) Kesediaan untuk menanggung resiko pasar. Application (Hermawan, 1983). Bentuk yang

h) Resiko ketergantungan pada sumber-sumber pertama mengacu pada usaha untuk memanfaatkan lain. produk-produk untuk penggunaan yang lebih tinggi

i) Besarnya balas jasa yang ada, apakah penyedia nilainya, sebagai contoh bambu yang semula dibuat juga sebagai langganan perusahaan. sebagai alat-alat kerajinan dan alat-alat kebutuhan Faktor-faktor ini selanjutnya harus sesuai dengan rumah tangga sekarang digunakan sebagai bahan kriteria produsen untuk produk baru, ada beberapa baku pembuat kertas. Improvement development pedoman yang yang dapat dipakai antara lain : adalah suatu perencanaan produk yang menekankan

a) Permintaan pasar harus sesuai pada perubahan produk atau perubahan isi dengan

b) Produk tersebut harus disesuaikan dengan tujuan agar mempunyai sifat baru. Dengan faktor-faktor lingkungan dan sosial yang ada. perubahan ini diharapkan mempunyai hasil yang Penekanan faktor lingkungan ini mengarah lebih menekankan pada keinginan dan kebutuhan pada dampak yang akan diakibatkan oleh konsumen. Kegiatan improvement development ini produk terhadap lingkungan.

meliputi kegiatan-kegiatan :

c) Produk baru harus sesuai dengan struktur pemasaran yang ada pada perusahaan. Hal ini

1) Analisis pasar, yaitu memperoleh fakta berarti produk baru harus sesuai dengan

mengenai kegemaran konsumen dalam pengalaman perusahaan

hubungannya dengan suatu barang. pemasaran yang mencakup wiraniaganya,

dalam bidang

2) Analisis objektif, yaitu untuk menentukan saluran distribusi dan hal-hal lain yang

manfaat apa saja yang dimiliki suatu barang. berkaitan.

3) Mengubah barang-barang sesuai dengan fakta

d) Produk baru akan lebih menguntungkan jika yang telah dikumpulkan. menggunakan fasilitas produksi, tenaga kerja

development dijalankan dan manajemen yang ada.

Improvement

terhadap barang-barang seperti mode pakaian

e) Produk tersebut harus sesuai dengan wanita, barang tahan lama seperti televisi dan kemampuan keuangan untuk menghasilkannya.

barang tidak tahan lama seperti makanan dalam

f) Tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan kaleng. Bentuk pengembangan produk yang manajemen, seperti label, merek, paten dan

terakhir yakni new use application adalah sebagainya.

menggunakan suatu barang yang semula terbatas menggunakan suatu barang yang semula terbatas

terhadap produk yang dengan variasi, karena pembeli dapat memperoleh

penyempurnaan

dihasilkannya atau mencari peluang baru dari kegunaan atau manfaat yang lebih banyak daripada

produk yang telah dihasilkannya sehingga tidak sebelumnya. Sebagai contoh adalah plastik yang

kehilangan pangsa pasarnya

semula hanya dibuat pembungkus sekarang dapat digunakan sebagai bahan alat-alat dapur, alat

Program Pengembangan Produk.

bangunan dan sebagainya. Untuk keberhasilan program pengembangan Karena begitu beragam dan banyaknya produk yang

produk maka sasaran dari kegiatan ini harus dilempar ke pasar, maka terjadilah persaingan

ditetapkan dengan jelas. Sasaran pengembangan antara satu produk dengan produk yang lain guna

adalah sasaran pemasaran strategis dan harus mendapatkan tempat di pasar dengan mana keadaan

menjangkau program pemasaran dalam jangka ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak

pendek sehingga memudahkan untuk meramalkan stabil. Disisi lain keinginan, kebutuhan dan daya

kekuatan pasar yang realistis. beli konsumen selalu berubah-ubah. Dengan adanya

Program pengembangan produk dapat keadaan yang seperti ini perusahaan yang tidak

dirancang guna melaksanakan strategi pemasaran ingin produknya tersisih di pasar harus selalu

untuk suatu produk atau lini produk tertentu. memperbaiki produknya untuk menyesuaikan

Menurut Guiltinan dan Paul (1994) terdapat empat dengan selera dan kebutuhan konsumen dalam hal

jenis pokok dari pengembangan produk yang bentuk, kualitas dan lain sebagainya. Selanjutnya,

masing-masing dirancang untuk memenuhi sasaran- beberapa faktor berikut perlu dipertimbangkan

sasaran spesifik yang meliputi program modifikasi dalam keputusan pengembangan produk. Pertama,

lini produk, program perluasan lini produk, program tidak stabilnya kedudukan perusahaan dalam

produk komplementer, dan program diversifikasi. persaingan. Agar perusahaan tidak ketinggalan dari

Modifikasi lini produk yang telah ada ini perusahaan lain yang sudah terlebih dahulu

mungkin merupakan pendekatan yang paling mengadakan perbaikan terhadap produknya, maka

sederhana. Modifikasi dari produk lama pada dengan mengadakan perbaikan terhadap produknya

umumnya dipilih dengan sasaran meningkatkan perusahaan akan dapat semakin bersaing bahkan

penjualan dari lini yang ada saat ini. Jenis program bila perbaikan produknya dapat lebih baik dalam

ini mungkin diperlukan untuk mengharapkan arti lebih dapat memenuhi kebutuhan dan selera

strategi pemasaran mempertahankan pelanggan konsumen dibandingkan dengan konsep produk

guna memenuhi kebutuhan pembeli yang sedang yang dihasilkan perusahaan pesaing maka bukan

berubah, untuk mengimbangi penawaran baru dari tidak mungkin akan menempati bagian yang lebih

pesaing, atau sekedar untuk meningkatkan besar dalam pasar yang bersaing. Kedua, makin

kepuasan terhadap produk. Sasaran ini dapat banyaknya variasi penggunaan suatu barang. Makin

dicapai dengan merancang ulang atau merumuskan banyaknya variasi penggunaan suatu barang.

kembali produk untuk menambahkan manfaat baru Dengan makin banyaknya variasi penggunaan suatu

atau menyempurnakan mutu produk dengan hasil produksi yang mempunyai bermacam-macam

mempergunakan banyak macam kemasan untuk penggunaan maka hal ini akan mendorong

mengurangi peluang pesaing. Perubahan susunan perusahaan untuk menambah variasi produknya.

fasilitas yang ada tidak begitu besar, demikian pula Misalnya perusahaan kain batik yang semula

dalam hal penggunaan teknologi serta kemungkinan memproduksi kain batik untuk wanita, sekarang

untuk menambah investasi relatif sangat kecil. kain batik dapat digunakan untuk pakaian pria,

Modifikasi produk juga dapat meningkatkan seragam sekolah dan lainnya. Ketiga, pemanfaatan

penjualan hanya dengan merangsang kebutuhan kapasitas produksi. Pada umumnya perusahaan

primer lewat peningkatan angka pembelian. beroperasi tidak pada kapasitas penuh dimana rata-

Dengan demikian pendekatan ini dapat dipandang rata produksi suatu perusahaan biasanya hanya

sebagai pendekatan yang mempunyai resiko kecil berkisar antara 75 sampai 85% saja sehingga sisa

dan bersifat defensif.

kapasitas produksi yang belum terpakai dapat Perluasan lini produk memiliki sasaran untuk dimanfaatkan. Keempat, munculnya persaingan.

menjangkau segmen baru di pasar. Artinya program Apabila suatu hasil produksi yang ditawarkan oleh

seperti ini dapat diterapkan untuk menjaring suatu perusahaan banyak diminati oleh konsumen

pelanggan pesaing dalam segmen dimana pada saat dan berhasil di pasar, maka hal ini cenderung untuk

ini perusahaan tidak mempunyai produk untuk menarik perusahaan lain untuk ikut memproduksi

ditawarkan, atau untuk merangsang permintaan produk yang sejenis yang berakibat siklus hidup

diantara bukan para pemakai bentuk produk. Pada produk yang bersangkutan menjadi lebih pendek.

situasi tersebut produk yang sama sekali baru harus Untuk mengatasi keadaan yang seperti ini

diciptakan dengan karakteristik produk yang perusahaan

membedakannya dari produk-produk yang ada membedakannya dari produk-produk yang ada

penelitian dan mencari kemungkinan-kemungkinan parsial untuk produk lama di lini tersebut karena

perbaikan serta pengembangan pada produk yang produk-produk pada lini ini mempunyai fungsi yang

sudah ada.

sama. Untuk pendekatan terhadap strategi ini Perusahaan juga bisa memperoleh gagasan perusahaan dapat memanfaatkan salesman yang ada

produk baru dengan jalan memantau barang-barang dan metode promosi serta mengaktifkan secara

pesaing. Informasi tentang produk pesaing ini dapat lebih efektif saluran distrbusinya.

diperoleh dari para distributor, pemasok dan agen Produk-produk komplementer adalah produk

penjualan mereka. Misalnya siapa saja yang yang pada umumnya digunakan bersama-sama

membeli produk pesaing dan apa motivasi yang dengan produk yang sudah ada. Produk-produk ini

mendorong mereka untuk membeli. dapat dikembangkan baik untuk meningkatkan

Selanjutnya, agen dan penyalur produk penjualan produk yang sudah ada ataupun untuk

merupakan sumber yang efektif dalam hal gagasan memantapkan pertumbuhan penjualan di pasar yang

produk baru. Agen dan penyalur produk ini bersangkutan. Produk komplementer meningkatkan

merupakan kelompok pertama yang menampung penjualan produk yang sudah ada sampai batas

keluhan-keluhan dan ketidakpuasan dari konsumen. dimana produk tersebut dapat meningkatkan

Disamping itu merekalah yang pertama kali kepuasan atau pemanfaatan dari produk lama.

mengetahui tentang perkembangan persaingan. Diversifikasi adalah suatu kebijaksanaan

Manajemen puncak mungkin memberi penambahan produk-produk baru guna melayani

gagasan atas terciptanya produk baru. Misalnya pasar yang baru pula. Program diversifikasi pada

adalah bekas pimpinan perusahaan Polaroid, Edwin umumnya dirancang untuk mendirikan perusahaan

H. Land yang memegang tanggung jawab secara baru di pasar baru guna mencapai sasaran-sasaran

pribadi atas inovasi teknologi yang dilakukan di seperti peluang pertumbuhan baru atas stabilitas

perusahaannya.

penjualan. Program diversifikasi ini memerlukan biaya yang mahal karena akan memerlukan sarana-

Kerajinan Rotan Dalam Konteks Pariwisata

sarana pendukung yang baru pula seperti fasilitas Indonesia sebagai sebuah negara yang secara untuk promosi dan jalur distribusi.

geografis terletak di daerah tropis memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan hasil pertanian,

Sumber Ide Pengembangan Produk.

perikanan, dan kehutanan. Salah satu hasil hutan Proses pengembangan produk baru diawali

yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia dengan penggalian gagasan mengenai produk apa

adalah rotan. Dari keseluruhan populasi rotan di yang hendak diluncurkan. Untuk itu terdapat

dunia, 70% berada di Indonesia. Disamping sebagai beberapa sumber yang dapat dijadikan sasaran

sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, rotan penggalian ide produk baru. Kotler (1995)

dipandang sebagai produk yang ramah lingkungan berpandangan bahwa gagasan mengenai produk

dan pemanfaatannya tidak berdampak besar baru dapat digali dari berbagai sumber diantaranya

terhadap pemanasan global karena sifatnya berbeda pelanggan, ilmuwan, pesaing, agen dan penyalur

dengan hasil hutan lain yang pemanfaatannya produk, dan manajemen puncak perusahaan.

dianggap sebagai bentuk deboisasi. Hal ini karena Konsep pemasaran secara sederhana

rotan sangat mudah tumbuh di Indonesia dan hanya mengatakan bahwa keinginan dan kebutuhan

memerlukan manajemen air yang memadai agar ia konsumen merupakan sumber yang paling masuk

tumbuh dengan cepat dan baik. akal dalam tahap penggalian gagasan produk baru.

Saat ini pemerintah Indonesia mencanangkan Identifikasi atas keinginan dan kebutuhan

program hilirisasi industri dimana harus diupayakan konsumen ini bisa dijalankan dengan mengadakan

seminimal mungkin untuk menjual atau penelitian langsung, tes proyeksi, diskusi dengan

mengekspor komoditi mentah. Dalam hal ini kelompok tertentu, saran maupun klaim pembeli.

pemerintah berupaya untuk mendorong kreatifitas Sebagian besar pencari gagasan sampai pada

dunia industri sehingga produk-produk yang kesimpulan bahwa gagasan-gagasan gemilang lebih

dihasilkan Indonesia adalah produk jadi atau sering dijumpai dalam persoalan konsumen yang

setidaknya produk setengah jadi untuk bahan baku. timbul karena barang yang sedang beredar daripada

Rotan memiliki potensi yang besar untuk jika ditanyakan langsung mengenai gagasan produk

dipasarkan sebagai barang jadi mengingat baru.

masyrarakat Indonesia memiliki keterampilan dan Sumber lain dalam proses penggalian ide

pengalaman sejarah yang cukup lama untuk pengembangan produk baru adalah universitas dan

menghasilkan barang-barang kerajinan. lembaga-lembaga riset. Banyak perusahaan yang

Disamping sumberdaya, pasar merupakan mencari gagasan produk baru melalui ilmuwan

aspek yang tidak kalah penting dalam sebuah bisnis.

Pasar yang semakin mengglobal memberikan peluang bagi sebuah produk untuk dikonsumsi secara lebih luas. Demikian pula dengan produk kerajinan seperti kerajinan rotan yang dengan berbagai keunggulan dan keunikannya memiliki peluang untuk dipasarkan secara luas di pasar internasional. Salah satu saluran yang dapat digunakan untuk memasarkan produk ini adalah melalui sektor pariwisata.

Pariwisata merupakan sebuah industri dengan kapitalisasi terbesar dibandingkan dengan industri-industri yang lain. Sebagai perbandingan, pendapatan

internasional pada tahun 2007 adalah yang tertinggi diantara industri yang lain yaitu sebesar USD 2.118 miliar, dibandingkan industri otomotif dengan besaran pendapatan senilai USD 1.183 miliar yang pada tahun yang sama menempati posisi kedua. Disamping nilai ekonomi yang besar, industri pariwisata memiliki optimisme untuk tumbuh 4% sampai dengan tahun 2020. Dengan potensi ekonomi ini, adalah sebuah kewajaran jika banyak negara berupaya

mendorong pertumbuhan

ekonominya melalui industri pariwisata. Di Indonesia, Bali menjadi salah satu hub utama bagi pengembangan industri pariwisata. Dengan mengangkat tema Bali sebagai Destinasi wisata budaya, hal ini berimplikasi positif dan menjadikannya sebagai pasar potensial bagi industri kerajinan tidak terkecuali kerajinan rotan. Saat ini Bali telah menjadi pintu utama bagi ekspor kerajinan rotan Indonesia. Pada triwulan pertama tahun 2014 Bali mampu mengekspor kerajinan berbahan baku rotan senilai USD 2,71 juta, sebuah angka yang mengalami peningakatan sebesar tidak kurang dari 700% dibandingkan periode yang sama tahun 2013 sebesar USD 335 ribu. Jika dahulu produk kerajinan murni dihasilkan oleh perajin- perajin Bali, dengan meningkatnya permintaan pasar maka saat ini kebutuhan kerajinan rotan Bali untuk pasar pariwisata diimpor dari daerah-daerah lain di Indonesia terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi. Dengan demikian, Bali saat ini lebih memiliki kecenderungan sebagai brand bagi produk-produk kerajinan dan seni di pasar pariwisata internasional, sementara fabrikasi dijalankan oleh kawasan lain termasuk Kota Malang yang memiliki reputasi sebagai penghasil kerajinan dan furnitur berbahan baku rotan.

Gambaran Umum Kerajinan Rotan di Kota Malang

Di era 90-an Kota Malang dikenal luas sebagai pusat kerajinan berbahan baku rotan nasional yang terpusat di Kelurahan Balearjosari. Masyarakat di kawasan ini pada era pemerintahan Belanda telah memproduksi furnitur termasuk anyaman berbahan

dasar bamboo. Selanjutnya pada awal tahun 1960an masyarakat perajin bambu mulai beralih ke produksi kerajinan berbahan baku rotan. Perkembangan industri rotan di Balearjosari berkembang pesat pada era 1990an dimana industri ini mampu untuk menyerap sejumlah besar tenaga kerja dan melakukan ekspor secara mandiri ke berbagai negara tujuan terutama negara-negara di Eropa dan Timur Tengah.

Krisis ekonomi tahun 1997 telah berdampak sangat signifikan terhadap perkembangan industri rotan di Balearjosari. Badai krisis telah mengakibatkan banyak usaha kecil penghasil kerajinan rotan gulung tikar bahkan hingga saat ini yang masih dapat bertahan hanya sekitar 23 perusahaan yang terdaftar dalam asosiasi dibawah binaan Pemerintah Kota malang. Selebihnya adalah uasaha kecil rumahan dengan jumlah sekitar 50 usaha. Jumlah ini menurun sangat drastis mengingat pada saat sebelum krisi jumlah perusahaan mencpai lebih dari 300 perusahaan. kemampuan untuk ekspor secara mandiri pada akhirnya juga menurun sangat tajam karena krisis ekonomi telah tidak saja berdampak pada kesulitan keuangan, tetapi juga berdampak pada pergeseran pola permintaan dan selera akan produk-produk rotan yang dihasilkan perajin-perajin di Balearjosari. Bunga bank yang melambung menyebabkan banyak usaha kecil mengalami gagal bayar. Pada gilirannya pemenuhan akan kebutuhan bahan baku untuk produksi kerajinan rotan dan melemahnya daya beli pasar domestik sebagai pasar utama menjadi permasalahan utama dan krusial yang dihadapi oleh indutri kerajinan rotan di Kelurahan Balearjosari.

Pada sisi yang lain, krisis ekonomi yang berdampak luar biasa terhadap penurunan nilai tukar mata uang rupiah, ternyata berdampak positif bagi industri pariwisata nasional terutama di Bali. Sebagai destinasi wisata bereputasi internasional, pelemahan nilai tukar rupiah menjadi peluang bagi wisatawan mancanegara untuk mendapatkan paket wisata ke Bali dengan harga yang lebih murah. Pertumbuhan kunjungan wisatawan yang pesat di Bali telah menjadikannya tidak saja sebagai pasar pariwisata, tetapi menjadi pasar bagi berbagai produk seni dan kerajinan dari seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan Bali sebagai merek. Dengan demikian saat ini Bali muncul sebagai brand bagi produk-produk Indonesia terutama yang berkaitan dengan produk industri seni, kerajinan dan fesyen. Wisatawan yang mengunjungi Bali akan memiliki kebanggaan ketika membeli produk “made in” Bali karena keyakinan wisatawan terutama mancanegara tentang keahlian masyarakat Bali dalam urusan seni dan kerajinan.

Orientasi bisnis pada perusahaan-perusahaan industri rotan di Balearjosari masih sebatas pada Orientasi bisnis pada perusahaan-perusahaan industri rotan di Balearjosari masih sebatas pada

kerajinan adalah konsumen yang dinamis dan berdasarkan pada pesanan dan jika terdapat

mengikuti tren fesyen desain dan arsitektur (cf. kelebihan produksi akan dipajang di “showroom”

Moutinho, Ballantyne, & Rate, 2011). Sebagai dalam rangka untuk dijual kepada calon pembeli

contoh, produk-produk furniture rotan saat ini harus yang berkunjung ke toko-toko para perajin tersebut.

lebih banyak diproduksi dengan desain minimalis Disamping toko yang dimiliki oleh perajin, terdapat

karena tren arsitektur perumahan saat ini condong juga showroom yang dimiliki oleh pedagang

ke gaya minimalis. Kedua, pengembangan produk perantara. Dengan demikian, maka yang menjadi

kerajinan rotan dapat pula dilakukan dengan sasaran dari bisnis yang dijalankan adalah

mengubah ragam produk yang ada dengan cara melakukan efisiensi produksi dengan tujuan untuk

menambah atau membuat produk yang berbeda meningkatkan laba.

dengan produk-produk yang saat ini telah Dengan orientasi seperti ini maka yang dapat

diproduksi oleh perusahaan. Masalah yang muncul dilakukan oleh perajin rotan adalah melakukan

dalam konteks industri kerajinan rotan di sentra inovasi-inovasi pada proses produksi yang sebagian

kerajinan Balearjosari adalah sebagian besar besar terbatas pada efisiensi terhadap bahan baku

adalah produk-produk dan tenaga kerja, meskipun pada beberapa tahapan

produkyang

dibuat

berdasarkan pesanan. Dengan demikian yang dapat mereka telah menggunakan teknologi masinal dan

dilakukan oleh para perajin adalah menjadikan elektrikal. Keterbatasan pada inovasi produksi

desain-desain pesanan sebagai model bagi seperti ini (Berghman et. al, 2006) pada gilirannya

konsumen yang lain.

akan berdampak pada sulitnya sebuah bisnis untuk Dalam rangka mengambil keputusan berkembang. Secara rasional, seorang pengusaha

mengenai strategi pengembangan produk seperti tidak akan meningkatkan kapasitas produksinya jika

apa yang seharusnya diambil oleh perajin rotan, tidak ada perluasan atau peningkatan daya serap

maka beberapa pertimbangan berikut menjadi pasar. Dalam konteks ini, efisiensi produksi yang

krusial. Pertimbangan pertama adalah biaya untuk dapat dicapai hanya akan meningkatkan laba

membuat atau membeli produk atau komponen prusahaan tetapi tidak mampu untuk meningkatkan

untuk pengembangan produk. Produk-produk baru penjualan. Dengan demikian, secara operasional

yang sesuai dengan permintaan atau selera pasar inovasi produksi yang dapat dilakukan oleh

belum tentu sama dengan sumberdaya yang dimiliki produsen kerajinan rotan ini adalah (1) efisensi

oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus secara teknis, yaitu faktor-faktor produksi yang

jeli untuk menelaah, apakah harus memproduksi dimiliki diupayakn seoptimal mungkin untuk

sendiri atau harus melakukan outsource dalam menghasilkan output yang maksimal, dan (2)

rangka untuk memenuhi keinginan pasar yang efisiensi alokatif melalui penyesuaian harga

dinamis tersebut. Kedua, pertimbangan mengenai terhadap biaya produksi marjinal.

kemampuan untuk menggunakan kapasitas produksi. Ketiga, waktu dan kecakapan manajemen

Inovasi dan Pengembangan Produk Kerajinan

dalam menangani pengembangan produk baru Sebelum strategi dalam pengembangan

untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar, produk ditentukan, perlu untuk terlebih dahulu

dalam hal ini termasuk bagaimana pengelolaan menelaah karakterikstik produk yang dihasilkan.

terhadap kemampuan sumberdaya keuangan. Produk kerajinan merupakan kategori produk

Keempat adalah pertimbangan yang terkait dengan manufaktur yang memiliki sifat tahan lama secara

kerahasiaan desain, bahan, dan proses produksinya. fisik dengan intensitas pemakaian yang banyak dan

Produk kerajinan rotan adalah produk tangible yang berulang. Namun demikian, produk-produk

akan dengan mudah ditiru oleh pesaing. Dengan kerajinan termasuk kerajinan rotan juga sangat

demikian perlu dipertimbangkan seberapa lama dipengaruhi oleh tren atau fesyen sedemikian desain

kemampuan pesaing untuk kemudian menduplikasi untuk produk-produk seperti ini memungkinkan

produk baru yang dihasilkan oleh perusahaan. untuk memiliki perputaran yang tinggi. Artinya,

Pertimbangan kelima adalah menyangkut kesediaan sebuah desain produk kerajinan mungkin akan

untuk menanggung risiko atas kegagalan produk di segera menjadi usang manakala model atau

pasar.

permintaan berdasarkan fesyen terbaru muncul. Dengan melihat pada karakteristik produk

Sumber Ide Pengembangan Produk Kerajinan

kerajinan rotan ini maka strategi pengembangan Berdasarkan pada pengamatan yang dilakukan produk dapat dilakukan melalui dua strategi.

di sentra kerajinan rotan Balearjosari, produk yang Pertama, pengembangan produk kerajinan rotan

dihasilkan oleh masing-masing unit usaha kerajinan dapat dilakukan dengan cara memperbaiki produk

rotan relatif memiliki desain yang sama anatar satu sehubungan dengan adanya fakta tentang faktor

perajin ke perajin lainnya. Hal ini menunjukkan perajin ke perajin lainnya. Hal ini menunjukkan

Dengan demikian sumber ide pengembangan produk yang berkaitan dengan desain didominasi oleh para perantara yang mengetahui secara persis kebutuhan dan keinginan pasar akan produk-produk kerajinan dan furniture berbahan baku rotan.

Sementara itu, desain yang disediakan oleh perajin adalah desain yang sudah dikerjakan secara turun temurun dan kebanyakan untuk melayani pasar lokal. Keahlian untuk menganyam rotan dapat dikatakan telah menjadi bagian dari budaya setempat karena telah dilihat, dipelajari, dan dipraktikkan sejak masa kecil dengan bimbingan orang tua secara turun-temurun. Pada gilirannya, perajin-perajin muda akan memiliki kecenderungan untuk mempertahankan desain-desain yang telah mereka pelajari secara turun-temurun sebagai bentuk apresiasi terhadap pelastarian budaya. Dalam kondisi seperti ini maka ide pengembangan produk yang bersumber dari perajin lokal adalah ide-ide tentang perbaikan produk melalui upaya- upaya kreatif untuk efisiensi dan teknik-teknik yang lebih mutakhir untuk memproduksi dengan biaya yang lebih murah.

Dengan inovasi untuk pengembangan produk yang dilakukan dengan pola ini, diyakini bahwa meskipun saat ini usaha kerajinan dan furnitur rotan di Balearjosari belum bangkit kembali sebagaimana kejayaan di era 90an, namun bisnis rotan di kawasan ini akan terus hidup dan berkembang kembali setahap-demi setahap. Dua hal utama yang menjadikan kondisi ini akan berlangsung adalah, pertama, para pembeli, terutama perantara dari Bali yang menjual produk rotan ke pasar ekspor, telah meyakini keahlian masyarakat Balearjosari dalam hal kreativitasnya mengolah produk-produk rotan dengan efisien. Yang kedua adalah semangat masyarakat untuk mewarisi dan melestarikan industri anyaman rotan sebagai bagian dari sistem budaya dan mata pencaharian mereka, disamping optimisme bahwa industri ini akan mampu untuk berkembang

dan

menjadi

modal bagi keberlangsungan budaya yang sudah dibentuk.

Proses Pengembangan Produk

Proses pngembangan produk di sentra kerajinan anyaman rotan Balearjosari dapat dibedakan menjadi dua proses utama. Proses yang pertama adalah pengembangan produk dilakukan oleh perajin yang memang memiliki keahlian untuk membuat anyaman rotan. Secara terus menerus melalui rutinitas pekerjaan yang digelutinya seorang perajin belajar untuk menciptakan produk- produk yang lebih baik baik dari segi kualitas maupun harga yang bersaing. Proses yang kedua dapat melalui orang yang tidak memiliki keahlian secara teknis dalam kerajinan anyaman rotan, namun memiliki ide-ide kreatif tentang bagaimana menjadikan kerajinan rotan ini menjadi lebih berkualitas, lebih murah, dan berdaya saing. Yang disebut kedua biasanya adalah entrepreneur pendatang-pendatang baru di industri kerajinan anyaman rotan yang memiliki ide-ide untuk melayani pasar dengan cara yang lebih baik. Kelompok kedua ini umumnya lebih fleksibel dan lebih dinamis dalam mengembangkan proses pengembangan produk.

Menarik untuk dicermati dalam kasus ini adalah kebanyakan pengusaha dalam kelompok kedua lebih berhasil dalam mengembangkan bisnis mereka meskipun mereka tidak memiliki keahlian menganyam rota (cf. Fyall & Garrod, 2005). Dalam hal ini peneliti berteori bahwa kunci keberhasilan dalam mengembangkan bisnis kerajinan dan furnitur rotan di kawasan Balearjosari bukan terletak pada keahlian untuk menganyam dan keahlian untuk berinovasi membuat proses produksi menjadi lebih efisien, namun kreativitas dalam penciptaan ide akan desain-desain yang diminati pasar

merupakan

kunci

utama dalam mengembangkan bisnis kerajinan rotan (Bieger & Weinert, 2006). Dengan demikian pemahaman terhadap riset pasar saja tidak cukup, tetapi perlu memiliki keahlian dalam riset pemasaran untuk mencapai kreatyivitas ini. Pada contoh kasus di sentra kerajinan rotan Balearjosari, keahlian riset pemasar tidak diperoleh secara khusus melalui pendidikan pemasaran, tetapi diperoleh secara natural melalui kecermatan membaca peluang pasar, kemampuan untuk mencari informasi tren desain dan arsitektural, serta kemauan yang tinggi untuk berinovasi dan mengembangkan produk dengan menanggung segala risiko kegagalannya. Seringkali apabila para pengusaha ini berhasil menembus pasar dengan menjual desain dari idenya sendiri, maka ia akan lebih mudah untuk mengikuti perkembangan pasar dan menciptakan desian- desain baru secara lebih cepat sedemikian ia menjadi first mover dalam industri.

Proses pengembangan produk dengan menggunakan ide sendiri pada gilirannya mampu Proses pengembangan produk dengan menggunakan ide sendiri pada gilirannya mampu

seringkali kurang cepat dikenal oleh pengusaha kerajinan rotan di Balearjosari yang