View of HUBUNGAN KEPEMIMPINAN VISIONER DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH

  

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN VISIONER DAN KECERDASAN

EMOSIONAL DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA

SEKOLAH

(Survei Pada Kepala SD Swasta se-Kecamatan Rawalumbu)

1) 2) 3) 1)

Voullin Hamzah ,Yayat Suharyat ,dan Abd. Jabbar Madjid

  

Alumni Program Studi S2 Manajemen Pendidikan, UnismaBekasi

2) 3)

Pembimbing I, Dosen Program Pascasarjana UnismaBekasi

Pembimbing II, Dosen Program Pascasarjana UnismaBekasi

ABSTRACTThe objective of this research to find out of the relationship visioner leadership

and emotional quotient with decision making og principle’s school. This research is

classified into a correlation research with consist of two independent variable namely

visioner leadership and emotional quotient and one independenttt variable namely decision

making. This research was conducted in Elementery School in Distric of Rawalumbu Bekasi,

in 2014 amount of 26 people. The applied research methods are survey method and data

analysis technical using the correlation and simple linier regressions as well as correlation

and double linier regression test. The research produces three main conclusions namely:

First, there is significant correlation betweenvisioner leadership (X 1 ) with decision making

(Y) Second, there is significant correlation between emotional quotient (X ) with decision

. 2 making (Y). Third, there is significant correlation between visioner leadership (X 1 ) and emotional quotient (X 2 ) with decision making (Y) Based on the result above, it could be

concluded that decision making could be improved through the visioner leadership and

emotional quotient.

  Keywords : Visioner Leadership, Emotional Quotient, Decision Making

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepemimpinan relasional relasi dan

kecerdasan emosional dengan sekolah pengambilan keputusan. Penelitian ini tergolong

penelitian korelasi dengan terdiri dari dua variabel bebas yaitu kepemimpinan visioner

dan kecerdasan emosi dan satu variabel independen yaitu pengambilan keputusan.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar di Kecamatan Rawalumbu Bekasi, tahun

2014 sejumlah 26 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan

teknik analisis data menggunakan korelasi dan regresi linier sederhana serta uji

korelasi dan regresi linier berganda. Penelitian menghasilkan tiga kesimpulan utama

yaitu: Pertama, ada hubungan yang signifikan antara kepemimpian kepemimpinan (X1)

dengan pengambilan keputusan (Y). Kedua, ada hubungan yang signifikan antara

emotional quotient (X2) dengan pengambilan keputusan (Y). Ketiga, ada hubungan

yang signifikan antara kepemimpinan visioner (X1) dan emotional quotient (X2) dengan

pengambilan keputusan (Y) Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengambilan keputusan dapat ditingkatkan melalui kepemimpinan visioner dan

kecerdasan emosional.

  Kata kunci: Kepemimpinan Visioner, Emotional Quotient, Pengambilan Keputusan

  PENDAHULUAN

  Dalam era desentralisasi, kepala sekolah yang dibutuhkan adalah kepala sekolah yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan berbagai permasalahan yang perwujudannya adalah ketepatan dalam mengambil keputusan. Karena salah satu tolak ukur untuk mengukur efektifitas kepemimpinan sesorang yang menduduki jabatan pimpinan dalam suatu organisasi adalah kemampuan dan kemahirannya mengambil keputusan.

  Meningkatkan kemampuan membuat keputusan juga akan menambah efektifitas kerja kepala sekolah. Karena membuat keputusan banyak sekali memakan waktu, maka hal ini mendorong mereka berusaha meningkatkan kemampuan agar bisa membuat keputusan yang lebih baik dan dalam waktu yang singkat.

  Tetapi dalam kenyataanya banyak kepala sekolah yang belum mengerti dan memahami cara melakukan pemgambilan keputusan yang efektif dan efesien sesuai dengan informasi yang tersedia dan saran yang hendak dicapai. Tanpa disadari banyak keputusan dalam arti yang luas adalah ketepatan memilih alternatif dari semua alternatif keputusan dengan menggunkan model dan teknik yang mungkin dipakai serta ketepatan waktu penetapannya.

  Ketidaktahuan kepala sekolah dalam pengambilan keputusan yang bermutu di antaranya karena tidak pernah mendapat latihan tentang teori dan teknik pembuatan keputusan, tidak pernah bekerja sama dengan seseorang yang ahli dan berpengalaman dengan metode-metode pembuatan keputusan dan kesibukkan kerja yang tidak memungkinkan untuk belajar meningkatkan keterampilan dalam membuat keputusan yang bermutu.

  Selanjutnya dominasi peran kepala sekolah yang mendominasi dalam pengambilan keputusan masih sangat kuat, secara empirik hal ini dapat diketahui dari visi dan misi sekolah yang disusun oleh kepala sekolah atau guru tertentu yang ditunjuk atau pada proses penyusunan program tahunan sekolah yang belum melalui pengkajian yang melibatkan banyak pihak. Sehingga visi dan misi yang dimiliki sekolah tidak dapat mengarahkan langkah- langkah kebijakan kepala sekolah pada arah dan tujuan yang benar.

  Belum efektifnya pengambilan keputusan kepala sekolah juga dapat dilihat dari lemahnya pengelolaan data atau informasi di sekolah sehingga informasi yang dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan sangat terbatas dan ini juga berdampak pada terbatasnya alternatif yang dipilih dalam langakah pengambilan keputusan karena data-data yang dikelola belum digunakan secara optimal sebagai informasi penunjang pengambilan keputusan. Jika tidak terorganisirnya akses informasi akan menjadi kendala dalam pengambilan keputusan.

  Dari latar belakang di atas perlu kiranya dilakukan suatu penelitian secara akurat untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berhubungan dengan pengambilan keputusan kepala sekolah.

  Deskripsi Teoritis 1. Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah

  Pengambilan keputusan menurut Siagian (1985: 196) adalah suatu pendekatan yang istimatis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang di hadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan memerlukan tindakan yang paling tepat. Dari definisi ini terlihat bahwa dalam pengambilan keputusan ini terdapat kerangka dasar dalam pemecahan masalah yang dihadapi sebagai tujuan bersama memilih dan melakukannya.

  Pengambilan keputusan merupakan tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu di antara alternatif-alternatif yang mungkin.Sebagaimana yang dikatakan oleh

  Salusu (1996: 45) bahwa pengambilan keputusan merupakan proses cara bertindak dalam memilih alternatif memalui metode yang efisien sesuai dengan situasi.”

  Stoner dan Freeman (1991: 248) juga mendefinisikan pengambilan keputusan dengan mengindentifikasikan dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalah tertentu atau mengambil keuntungan dari suatu keputusan (…the

  process of identitying and selecting a course of action to solve a specificproblem or take advantage of an opportunity). Pengambilan

  keputusan dirancang menyangkut keseimbangan biaya dan keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu diperlukan tingkat kecerdasan yang tinggi dalam membuat analisis sehingga diperoleh pengambilan keputusan yang lebih cepat.

  Hal senada dikatakan pula oleh Syamsi (1995: 6) pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu di antara alternatif-alternatif yang memungkinkan.

  Pada hakekatnya keputusan itu diambil jika pimpinan menghadapi masalah atau untuk mencegah timbulnya masalah dalam organisasi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan kepala sekolah adalah cara kepala sekolah dalam memutuskan suatu masalah dengan memilih alternatif terbaik dari beberapa alternatif dengan melalui tahapan-tahapan tertentu berdasarkan fakta/informasi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dengan indikator: menetapkan tujuan dan sasaran, identifikasi masalah, mengumpulkan informasi, memilih alternatif terbaik, melaksanakan keputusan, kualitas hasil keputusan dan evaluasi hasil keputusan.

  Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Kartanegara, 2003: 268).

  Kepemimpinan visioner adalah suatu konsep yang dapat diuraikan terperinci dan dipahami melalui literatur dan teori. Namun arti yang lebih besar dari kepemimpinan adalah tindakan nyata, cara bekerja, dan serangkaian peristiwa. Pada bagian ini, kepemimpinan visioner dapat dilihat kerangka pergerakan, perubahan, dan waktu.

  Jelasnya, tindakan kepemimpinan visioner berbeda dari talking atau analyzing hal tersebut, media yang dipergunakan di sini akan menjadi sesuatu yang penting untuk ditulis. Hal ini menjadi penting bagi para pembaca bahwa memadukan apa yang terjadi dalam kenyataan dengan teori haruslah menjadi keharusan, karena kepemimpinan visioner tidak dinilai dari sudut pendekatan teoretis atau ideologi semata.

  Harper menyatakan bahwa kepemimpinan menghadapi suatu era perubahan pesat atau "accelerating" perubahan. Karenanya, waktu merupakan faktor penting untuk menjadikan seorang pemimpin visioner. Guna menghadapi perubahan pesat ini dengan baik, pemimpin harus memiliki serangkaian kompetensi yang pokok seperti kemampuan antisipasi, kecepatan, agility dan persepsi.

2. Kepemimpinan Visioner

  Antisipasi berarti bahwa kepemimpinan visioner harus secara pro aktif mengamati lingkungan guna menemukan perubahan yang secara negatif maupun positif mempengaruhi organisasi. Pemimimpin harus secara aktif mendukung pekerja untuk bersiap setiap saat menghadapi perubahan pesat lingkungan, dan untuk mempertahankan pemimpin dan para manajer selalu menaruh perhatian atas hal tersebut. Menjadi “perceptive, nimble dan

  innovative

  kunci di luar organisasi, namun ” dalam lingkungan yang berubah pesat akan memberikan manfaat bagi memainkan peran penting terhadap organisasi. Sebagai tambahan, praktek organisasi (investor, dan pelanggan). menggunakan skenario 3)

  “what if”

  Seorang pemimpin harus memegang menguntungkan bagi para pemimpin. Secara peran penting dalam membentuk dan rutin, mempertimbangkan dan mempengaruhi praktek organisasi, mendiskusikan kemungkinan seluruh prosedur, produk dan jasa. Seorang skenario yang mungkin dapat terjadi pada pemimpin dalam hal ini harus terlibat masa depan,menjaga pemimpin visioner dalam organisasi untuk menghasilkan untuk memfokuskan dan menyiapkan dan mempertahankan kesempurnaan beragam kemungkinan. Penciptaan rencana- pelayanan, sejalan dengan rencana darurat dapat berguna untuk mempersiapkan dan memandu jalan beberapa skenario. organisasi ke masa depan (successfully

  Kepemimpinan visioner memerlukan achieved vision). kompetensi tertentu. Pemimipin visioner 4)

  Seorang pemimpin visioner harus setidaknya harus memiliki empat memiliki atau mengembangkan kompetensi kunci sebagaimana "ceruk" untuk mengantisipasi masa dikemukakan oleh Burt Nanus, yaitu: depan. Ceruk ini merupakan ssebuah 1) bentuk imajinatif, yang berdasarkan

  Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk atas kemampuan data untuk berkomunikasi secara efektif dengan mengakses kebutuhan masa depan manajer dan karyawan lainnya dalam konsumen, teknologi, dan lain organisasi. Hal ini membutuhkan sebagainya. Ini termasuk kemampuan pemimpin untuk menghasilkan untuk mengatur sumber daya

  encouragement, and organisasi guna memperiapkan diri

  “guidance,

  motivation

  .” menghadapi kemunculan kebutuhan 2) dan perubahan ini.

  Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan Dengan demikian dapat disimpulkan memiliki kemampuan bereaksi secara bahwa kepemimpinan visioner adalah pola tepat atas segala ancaman dan peluang. kepemimpinan yang ditujukan untuk Ini termasuk, yang plaing penting, dapat memberi arti pada kerja dan usaha yang

  "relate skillfully" dengan orang-orang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas. Dalam tindakannya seorang pemimpin visioner haruslah menjalankan perannya sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih agar visi organisasi atau institusi dapat dicapai.

  Istilah “kecerdasan emosional” berasal dari Emotional Intelligence. Secara umum Intelensi berarti kemampuan untuk berfikir abstrak, menangkap hubungan-hubungan dan menyesuaikan diri terhadap situasi- situasi yang situasi baru. (Munandar, 1992: 19)

  Sedangkan emosi mempunyai akar kata movere dalam bahasa latin yang artinya “menggerakkan” Secara harfiyah berarti yang menggerakkan manusia meraih sasaran, emosi menandai bahan bakar untuk motivasi kita, motivasi kita pada gilirannya menggerakkan persepsi dan membentuk tindakan-tindakan kita. (Goleman, 1999: 170)

  Kecerdasan emosional diartikan oleh Goleman (1999: 34) sebagai kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri dan tahan menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, mengatur keadaan jiwa dari area kemampuan berfikir, empati dan harapan-harapan.

  Dari uraian ini terlihat bahwa emosiitu sangat dekat berhubungan dengan motif kehidupan manusia karena tingkat kepuasan atau ketidakpuasan manusia akan

  membutuhkan suatu hal tertentu menghasilkan reaksi emosi.

  Menurut Cooper dan Sawafkecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi dan pengaruh yang manusiawi.

3. Kecerdasan Emosional

  Kecerdasan emosional menurut pemilikan perasaan, untuk belajar mengikuti, menghargai perasaan pada diri dan orang lain, serta menerapkan energy emosi tersebut dengan efektif dalam kehidupan sehari-hari. Kepala sekolah sebagai pemimpin perlu mempelajari secara teoritis tentang kecerdasan emosional, agar memahami dan diharapkan mampu mengimplementasikannya dalam berperilaku.

  Lebih lanjut dikemukakan oleh Cooper (2002: xii) bahwa ada beberapa manfaat yang dihasilkan oleh kecerdasan emosional yang merupakan faktor sukses dalam karir dan organisasi, yaitu: a) pembuatan keputusan, b) kepemimpinan, c) terobosan teknis dan strategis, d) komunikasi yang terbuka dan jujur, e) kerja sama dan hubungan saling mempercayai, f) loyalitas konsumen dan g) kreativitas dan inovasi.

METODE PENELITIAN

  Sedangkan kecerdasan emosional menurut Shapiro (2001: 8) adalah sebagai himpunan bagian dari kecerdasan social yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi yang baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, untuk membedakan antara mereka, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.

  Stein dan Book (1999: 31) menambahkan bahwa:“kecerdasan emosional biasanya kita sebut sebagai “street smarts (pintar)”, atau kemampuan khusus yang kita sebut “akal sehat” terkait dengan kemampuan membaca linngkungan politik dan social dan menatanya kembali, kemampuan memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain, kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan; dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang kehad irannya didambakan orang lain”.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kepekaan emosi sebagai sumber energy dan sebagai kemampuan intelektual yang mendorong dalam kehidupan.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan- keterangan secara faktual. Survei pada umumnya dilakukan untuk mencari informasi yang jelas secara empirik dan akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah.

  Kerangka Berpikir 1. Hubungan antara Peran Kepemmpinan Visioner dengan Kemampuan Pengambilan Keputusan

  Penetahuan diperlukan manuasia untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Berkembangnya kebutuhan, masalah dan hal-hal lain yang dihadapi setiap hari oleh seseorang, menyebabkan terus berkembangnya pengetahuan yang diperlukan seseorang. Seorang kepala sekolah dengan segala kemampuan yang dimilikinya akan mampu melakukan dan memberikan segalanya tersebut kepada sekolah yang dipimpinnya. Selanjutnya agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka salah satu kemampuan yang harus dimilikinya adalah memjadi pemimpin yang visioner. Kememimpinan yang visioner dari seorang kepala sekolah sangat membantu sekali dalam proses pengelolaan sekolah, baik yang bersifat admistrasi maupun pengelolaan yang bersifat operasional dalam pendidikan. Pola kepemimpinan visioner yang ditunjukan seorang kepala sekolah memberi arti pada kerja dan usaha yang diperlukan bersama-sama oleh para guru dan karyawan dengan cara memberikan arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas.

  Mampu atau tidaknya seorang kepala sekolah dalam memajukan sekolahnya serta melaksanakan program yang baik, tergantung pada sejauh mana kepala sekolah memahami visi dan mencari terobosan baru dalam mencapai visi tersebut secara efisien dan efektif serta mengkombinasikannya dengan sumberdaya-sumberdaya yang tersedia untuk mencapai keberhasilan sekolah. Lebih lanjut sekolah adalah suatu organisasi (lembaga) yang melibatkan sekelompok orang dalam mencapai tujuan bersama.Oleh karena itu untuk menata lembaga tersebut secara maksimal, perlu mengadakan suatu perencanaan yang baik, penyedian sarana dan prasarana yang memadai, pengorganisasian yang rapi, dan pengawasan yang efektif.

  Apabila diperhatikan secara mendalam hal tersebut diatas, maka akan terlihat letak pentingnya posisi dan peranan seorang pemimpin. Jadi kepemimpinan dan pelaksanaan tugas kepala sekolah akan sangat menentukan kualitas lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

  Dalam perannya kepala sekolah sebagai pemimpin organiasasi dan sebagai titik sentral penggerak kehidupan sekolah dituntut agar memiliki kepedulian kepada guru, staf dan siswa serta memahami benar fungsi dan tugasnya untuk keberhasilan organisasi sekolah yang dikelolanya. Dari sudut kepemimpinan tersebut, tolok ukur keberhasilan sekolah terletak pada bagaimana kepala sekolah mengambil keputusan dalam menentukan titik pusat kebijakan dan irama organisasi sekolah yang dipimpinnya.

  Ketepatan pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan dalam menjalankan kepemimpinan dan mengelola organisasi sekolah sehingga kebijakan-kebijakan program sekolah dapat terlaksana secara efektif dan mencapai sasaran yang diharapkan. Sehubungan dengan pentingnya kedudukan kepala sekolah dalam membuat kebijaksanaan yang dimanifestasikan dalam pengambilan keputusan tersebut, maka ia harus memahami benar untuk berkonsentrasi secara mendalam tentang bagaimana mencapai visi yang telah ditentukan dengan langkah-langkah yang efektif dan efisien.

  Berdasarkan analisa diatas, diduga terdapat hubungan positif antara kepemimpinan visioner dengan pengambilan keputusan kepala sekolah.Dengan perkataan lain makin tinggi kemampuan kepala sekolah dalam menjabarkan visi dalam bentuk kerja, maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah.

2. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Pengambilan Keputusan

  Kecerdasan emosional menggambarkan tingkat kematangan dan perasaan yang mempengaruhi emosi seseorangdalam mewujudkan perilaku. Kecerdasan emosional terwujud dalam kemampuan dalam mengendalikan diri untuk mencapai keberhasilan, mengendalikan emosi, menunda kepuasan, dan mengatur keadaan jiwa. Kecerdasan emosional memiliki daya adaptasi dalam semua aspek kegiatan. Kecerdasan emosional yang dimiliki, seorang kepala sekolah dapt memahami kemampuan akan dirinya sehingga dapat diandalkan untuk menuntun dalam pengambilan keputusan yang baik.

  Selain itu pentingnya kepala sekolah memiliki kecerdasan emosional berdampak baik bagi seluruh personil sekolah yang dipimpinnya. Karena dengan demikian seorang kepala sekolah dapat menyadari perasaan diri sendiri ketika bertindak, menyadari dan empati dengan perasaan guru, pegawai dan siswa, tetap optimis dalam menghadapi rintangan, tidak takut gagal dalam mengambil keputusan serta dapat berinteraksi dengan rekan sesame kepala sekolah.

  Berdasarkan uraian diatas dapat diduga terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan. Dengan kata lain makin tinggi kecerdasan emosional maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah.

  3. Hubungan antara Kepemimpinan Visioner dan Kecerdasan Eemosional Secara Bersama-sama dengan Kemampuan Pengambilan Keputusan

  Peran pemimpin visioner yang meliputi penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatihdiharapkan dapat menentukan sasaran dan merumuskannya, mengatur struktur organisasi, melatih dan memberi memotivasi bawahannya serta memantau atau mengoreksi kegiatan yang menyimpang. Dengan demikian peran kepemimpin visioner yang dimiliki kepala sekolah, akan mempermudah proses identifikasi, menganalisis dan merumuskan pengambilan keputusan serta untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan pengambilan keputusan kepala sekolah.

  Selanjutnya kegagalan dalam pengambilan keputusan bisa juga disebabkan oleh ketidakmampuannya kemampuan pengambilan keputusan. memahami diri sendiri, kurang perhatian Dengan kata lain makin tinggi terhadap orang lain dan kurang control diri. kecerdasan emosional maka makin tepat Dengan kecerdasan emosional yang pengambilan keputusan kepala sekolah. dimilikinya, diyakini kepala sekolah dapat 3.

  Terdapat hubungan positif antara merasakan, memahami, mengendalikan dan kepemimpinan visioner dan kecerdasan secara efektif mengaplikasikannya dalam emosional secara bersama-sama dengan lingkungan organisasi sekolah secara lebih pengambilan keputusan. Dengan kata mendalam dan utuh. Jadi bila dua hal ini, lain makin tinggi kepemimpinan yaitu kepemimpinan visioner dan visioner dan makin tinggi kecerdasan kecerdasan emosional telah dimiliki maka emosional maka makin tepat dimungkinkan kepala sekolah akan mudah pengambilan keputusan kepala sekolah. dalam pengambilan keputusan dengan tepat. Tempat Penelitian

  Dengan demikian diduga terdapat Penelitian dilaksanakan di Sekolah hubungan positif antara kepemimpinan Dasar Swasta se-Kecamatan Rawalumbu visioner dan kecerdasan emosional secara Kota Bekasi. Penelitian dilaksanakan bulan bersama-sama dengan pengambilan April sampai dengan bulan Juni 2014. keputusan. Dengan kata lain makin tinggi Populasi dan Sampel Penelitian kepemimpinan visioner dan makin tingginya Populasi target dalam penelitian ini kecerdasan emosional yang dimiliki oleh adalah Kepala Sekolah Dasar Swasta di kepala sekolah maka makin tepat wilayah Kecamatan Rawalumbu Kota pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Bekasi. Jumlah Kepala Sekolah Dasar kepala sekolah. Swasta se-Kecamatan Rawalumbu

  

Hipotesis Penelitian berjumlah 26 orang. Inilah yang menjadi

1.

  kerangka sampling. Dalam penelitian ini Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan visioner dengan sampel sampel yang diambil adalah seluruh pengambilan keputusan. Dengan kata dari populasi penelitian yaitu sebanyak 26 lain peran pemimpin yang visioner kepala sekolah dasar swata di Kecamatan sangat berpengaruh dalam pengambilan Rawalumbu, Kota Bekasi. keputusan kepala sekolah.

  2. Terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan

  HASIL PENELITIAN instrumen penelitian yang terdiri dari 27 1.

  butir pernyataan. Masing-masing pernyataan

   Pengambilan Keputusan

  Variabel pengambilan keputusan memiliki skor 1 sampai dengan 4. Dengan dalam penelitian ini diukur dengan demikian rentang skor teoretis kepemimpinan visioner berkisar antara 27

  Statistik Pengujian sampai 108. No Variabel Kesimpulan L hitung L tabel (=0,05)

  Tabel 2

  1 Y 0,110 0,174 Normal Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan

  2 X 0,096 0,174 Normal 1 Visioner (X 1 )

  3 X 2 0,135 0,174 Normal

  menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk angket yang terdiri dari 34 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan Frekuensi

  Nomor Kelas Kumulatif Kelas Interval Absolut Relatif (%)

  memiliki skala skor (rating scale) 1

  (%)

  1

  80 4 15,38 15,38

  • – 82

  2

  83 6 23,08 38,46

  • – 85

  sampai 4. Dengan demikian, rentang skor

  3

  86 7 26,92 65,38

  • – 88

  4

  89 5 19,23 84,62

  • – 91

  teoretis pengambilan keputusan berkisar

  5

  92 3 11,54 96,15

  • – 94

  6

  95 1 3,85 100,00

  • – 97 Total

  26 100,00 Nom Frekuensi Kelas or

  3. Kecerdasan Emosional Kumulatif Interval

  Absolut Relatif (%) Kelas (%)

  Variabel kecerdasan emosional dalam

  1

  91 2 7,69 7,69

  • – 96

  2

  97 4 15,38 23,0

  • – 102 3 103

  8 30,77

  8

  • – 108

  penelitian ini diukur dengan menggunakan

  4 109 4 15,38 53,8

  • – 114 5 115

  5 19,23

  5

  • – 120

  instrumen penelitian yang terdiri dari 31

  6 121 3 11,54 69,2

  • – 126

  3

  butir pernyataan. Masing-masing pernyataan

  88,4

  6

  memiliki skor 1 sampai 4. Dengan demikian

  100,

  00

  rentang skor teoritis untuk variabel tersebut

  Total 26 100,00 antara 34 sampai 136.

  berkisar antara 31 sampai 124

  Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Tabel 1 Emosional (X 2 ) Distribusi Frekuensi Skor Pengambilan Pengujian Persyaratan Analisis Keputusan (Y) Tabel 4 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data

  Frekuensi Nom Kelas or

  Absolu Kumulatif Interval Relatif (%) Kelas

  t (%)

2. Kepemimpinan Visioner

  1

  81 2 7,69 7,69

  • – 86

  Variabel kepemimpinan visioner dalam

  2

  87 3 11,54 19,23

  • – 92

  3

  93 4 15,38 34,62

  • – 98

  4

  99 8 30,77 65,38

  • – 104

  penelitian ini diukur dengan menggunakan

  5 105 6 23,08 88,46

  • – 110
  • – 116 3 11,54 100,0 Total

  

  Berdasarkan pengujian signifikansi regresi pada tabel ANAVA dapat diketahui

  2

  hasil perhitungan untuk varians skor Y atas X

  2

  adalah 10,512 lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai statistik 

  2 tabel =

  12,592 pada  = 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk kedua pengujian homogenitas tersebut, hipotesis yang menyatakan kelompok skor variabel Y memiliki varians yang homogen (H ) diterima, artinya skor variabel Y yang dikelompokkan berdasarkan nilai X yang sama memiliki varians yang homogen.

  2. PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan antara Kepemimpinan Visioner dengan Pengambilan Keputusan Tabel 6 Tabel ANAVA untuk Pengujian Signifikansi dan Linearitas Regresi Yˆ = 4,901 + 1,203X 1 Keterangan :

  7,77) pada  = 0,01 ns ): Regresi berbentuk linear (F hitung 2,072 < F tabel 2,76) pada  = 0,05 dk : derajat kebebasan RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat JK : Jumlah Kuadrat

  Sumber Varians Dk JK RJK Uji F

  2 tabel = 12,592 pada  = 0,05. Nilai statistik

  F hitung F tabel =0,05 =0,01 Total

  26 314644 Koefisien a Regresi (b|a) Sisa

  1

  1

  24 312403,85 672,98 1567,17

  312403,85 672,98 65,30 10,306 4,26 7,77

  Tuna Cocok Galat

  13

  11 1112,754 454,417 85,596

  • ): Regresi sangat signifikan (F hitung 10,306 > F tabel

  kecil bila dibandingkan dengan nilai statistik 

  6 111

  hitung

  26 100,00

  Berdasarkan hasil perhitungan seperti tercantum dalam tabel di atas, diperoleh L

  hitung

  untuk pengambilan keputusan (Y) sebesar 0,110, L hitung untuk kepemimpinan visioner (X

  1 ) sebesar 0,096, dan L hitung untuk

  kecerdasan emosional (X

  2 ) sebesar 0,135.

  Ketiga nilai L

  tersebut dinyatakan lebih kecil dibandingkan L tabel = 0,174 pada  = 0,05. Dengan demikian, H yang dinyatakan bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal diterima dan H

  1 adalah 12,159 lebih

  1

  menyatakan bahwa data diambil dari populasi yang tidak berdistribusi normal ditolak.

  Tabel 5 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas Varians Kelompok Skor Y atas X i No Varians Nilai Pengujian

  Kesimpulan  2 hit  2 tab (=0,05)

  1 Y atas X 1 12,159 12,592 Homogen

  2 Y atas X 2 10,512 12,592 Homogen

  Berdasarkan hasil perhitungan yang diperlihatkan dalam tabel di atas, diperoleh nilai statistik 

  2

  hasil perhitungan untuk varians skor Y atas X

  41,311 2,072 ns 2,76 4,35

  • ) : Koefisien korelasi sangat signifikan (t hitung 3,210 > t tabel 2,49) pada  = 0,01

  perubahan skor kepemimpinan visioner sebesar satu unit, pengambilan keputusan akan meningkat sebesar 1,203 unit pada arah yang sama dengan konstanta 4,901. Sebagai contoh, apabila skor kepemimpinan visioner X = 50 maka skor pengambilan keputusan dapat diprediksikan dengan menggunakan model persamaan regresi linear yaitu sebesar

  dinyatakan dalam persen. Koefisien determinasi 0,300 menunjukkan bahwa 30,0% variasi yang terjadi dalam pengambilan keputusan dapat dijelaskan oleh kepemimpinan visioner.

  2

  Hasil perhitungan yang dirangkum dalam tabel di atas memperlihatkan kadar hubungan antara kepemimpinan visioner dengan pengambilan keputusan sebesar 0,548. Hasil pengujian signifikansi (uji-t) terhadap nilai r menunjukkan bahwa koefisien korelasi sangat signifikan pada  = 0,01. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kepemimpinan visioner dengan pengambilan keputusan “diterima”. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemimpinan visioner maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah. Tafsiran lain dari nilai r dapat dijelaskan dengan nilai koefisien determinasi yang besarnya sama dengan r

  Keterangan :

  Tabel 7 Koefisien Korelasi antara Kepemimpinan Visioner dan Pengambilan Keputusan

  = 4,901 + 1,203 (50) = 65,051.

  Yˆ

  1 adalah setiap

  F

  = 4,901 + 1,203X

  Yˆ

  Interpretasi dari model persamaan regresi

  pada baris tuna cocok sebesar 2,072 yang lebih kecil daripada F tabel = 2,76 pada  = 0,05. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa persamaan regresi tersebut linear.

  hitung

  sebesar 10,306 yang lebih besar daripada F tabel 7,77 pada  = 0,01. Hal ini berarti regresi sangat signifikan. Hasil pengujian linearitas regresi memperlihatkan F

  hitung

  2. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Pengambilan Keputusan Tabel 8 Tabel ANAVA untuk Pengujian Signifikansi dan Linearitas N Koefisien Uji Signifikansi r y1 r y1 2 t hitung t (=0,05) tabel t tabel (=0,01) 26 0,548 0,300 3,210* 1,71 2,49 emosional (X ) dan pengambilan keputusan

  2 Regresi Yˆ = 56,947 + 0,523X 2 Keterangan : Uji F Sumber

  F dk JK RJK F tabel Varians

  • ): Regresi sangat signifikan (F 8,458> hitung hitung

  =0,05 =0,01 Total 26 314644

  F 7,77) pada  = 0,01 tabel Koefisie 1 312403,85 312403,85 ns n a 1 583,72 583,72 8,45 4,26 7,77

  ): Regresi berbentuk linear (F hitung 1,349< Regresi 24 1656,43 69,02 8* (b|a)

  F 2,76) pada  = 0,05 tabel Sisa Tuna

  13 1018,016 78,309 1,34 2,76 4,35 ns dk : derajat kebebasan cocok 11 638,417 58,038

  9 Galat RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat

  (Y) diukur dengan instrumen yang

  JK : Jumlah Kuadrat

  digunakan dalam penelitian ini maka setiap Berdasarkan hasil pengujian yang perubahan skor kecerdasan emosional diperlihatkan dengan menggunakan tabel sebesar satu unit, pengambilan keputusan ANAVA diperoleh F pada baris regresi

  hitung

  yang akan meningkat sebesar 0,523 unit sebesar 8,458 yang lebih besar daripada pada arah yang sama dengan konstanta

  F tabel = 7,77 pada  = 0,01. Berdasarkan 56,947. Sebagai contoh jika skor kecerdasan kriteria pengujian dapat dinyatakan bahwa emosional X = model persamaan regresi yang menunjukkan

  Uji F Sumber

  hubungan antara kecerdasan emosional tabel

  Dk JK RJK F Varians F hitung  = 0,05  = 0,01

  dengan pengambilan keputusan yang

  Total

  25

  signifikan. Hasil pengujian linearitas regresi

  Dikoreksi

  dengan menggunakan F pada baris tuna

  hitung Regresi 2 871,274 435,637 7,320* 3,42 5,66 Sisa 23 1368,880 59,517

  cocok diperoleh sebesar 1,349 yang lebih 50 maka skor pengambilan keputusan kecil daripada F tabel yaitu 2,76 pada  = dapat diprediksikan dengan menggunakan 0,05. Sesuai dengan kriteria pengujian dapat model persamaan regresi linear yaitu sebesar dinyatakan bahwa persamaan regresi

  Yˆ = 56,947 + 0,523(50)= 83,097.

  tersebut linear.

  Berdasarkan hasil pengujian

  Tabel 9

  signifikansi dan linearitas di atas, maka

  Koefisien Korelasi antara Kecerdasan

  persamaan regresi dapat digunakan sebagai Emosional

  dan Pengambilan Keputusan

  model yang memperlihatkan bentuk

  Koefisien Uji Signifikansi n t tabel 2 r y2 r y2 t hitung t tabel (=0,01)

  hubungan antara kecerdasan emosional (=0,05)

  0,51 0,26

  26 2,908* 1,71 2,49

  dengan pengambilan keputusan. Interpretasi

  1 Yˆ

  dari model persamaan regresi = 56,947 + 0,523X

  2 adalah apabila variabel kecerdasan

  • ) : Koefisien korelasi sangat signifikan (t hitung 2,908> t tabel 2,49) pada  = 0,01
  • ) : Regresi sangat signifikan (F hitung = 7,320 > F
    • 0,341X

  1

  Tabel 11 Uji-Signifikansi Koefisien Korelasi antara

  = -1,114 + 0,878(50) + 0,341(50) = 59,836

  Yˆ

  pengambilan keputusan dengan menggunakan persamaan tersebut di atas adalah

  2 = 50, maka prediksi skor

  = 50, kecerdasan emosional X

  1

  (Y) diukur dengan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini maka pengambilan keputusan dapat diprediksikan dengan menggunakan persamaan regresi tersebut. Sebagai contoh jika skor kepemimpinan visioner X

  2 ), dan pengambilan keputusan

  ), kecerdasan emosional (X

  adalah apabila kepemimpinan visioner (X

  Keterangan :

  2

  1

  = -1,114 + 0,878X

  Yˆ

  Pengujian signifikansi model regresi ganda berdasarkan tabel Anava diperoleh nilai statistik F hitung sebesar 7,320 lebih besar dibandingkan dengan nilai F tabel 5,66 pada  = 0,01. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa model regresi sangat signifikan. Interpretasi dari model persamaan dan regresi

  = 5,66) pada  = 0,01 dk : derajat kebebasan RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat JK : Jumlah Kuadrat

  tabel

  3. Hubungan antara Kepemimpinan Visioner dan Kecerdasan Emosionalsecara Bersama-sama dengan Pengambilan Keputusan Tabel 10 Tabel ANAVA untuk Pengujian Signifikansi Regresi Ganda Yˆ = -1,114 + 0,878X 1 + 0,341X 2 Keterangan :

  Koefisien determinasi 0,261 menunjukkan bahwa 26,1% variasi yang terjadi dalam pengambilan keputusan dapat dijelaskan oleh kecerdasan emosional.

  2 dinyatakan dalam persen.

  Berdasarkan hasil perhitungan yang dirangkum dalam tabel di atas koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan sebesar 0,510. Hasil pengujian signifikansi (uji-t) menunjukkan bahwa koefisien korelasi signifikan pada  = 0,01. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusanditerima. Makin tinggi kecerdasan emosionalyang dimiliki oleh kepala sekolah maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah. Tafsiran lain dari nilai r dapat dijelaskan dengan koefisien determinasi yang besarnya sama dengan r

  X 1 dan X 2

  Secara Bersama-sama dengan Y N Koefisien Uji Signifikansi

  R y.12 R y.12 2 F hit (0,05) F tab (=0,05) F tab (=0,01 )

  26 0,62 4 0,389 7,320* 3,42 5,66

DAFTAR PUSTAKA

  Keterangan :

  Cook, Steve dan Nigel Slack, (1991),

  1 + 0,341X 2.

  = -1,114 + 0,878X

  Yˆ

  • ) : Koefisien korelasi ganda sangat signifikan (F hitung 7,320>F tabel 5,66 ) pada  = 0,01

  1

  Cooper, Robert K. Dan Ayman Sawaf, (2002), Kecerdasan Emosional dalam

  http://www.pln.co.id/fokus/ArtikelTu nggal.asp?Artikel=268

  Eksekutif (online : 2003).

  Kartanegara, Dian, Strategi Membangun

  Stratejik untuk Organisasi Nonprofit , Jakarta: Garsindo.

  J. Salusu, (1996), Pengambil Keputusan

  , Terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

  Emosional Untuk Mencapai Puncak Prestasi

  Goleman, Daniel, (1999), Kecerdasan

  Terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

  Kepemimpinan dan Organisasi ,

  Cooper, Robert K. Dan Ayman Sawaf, (2002), Kecerdasan Emosional dalam

  Terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

  Kepemimpinan dan Organisasi ,

  Making Management Decision , New York: Prentice Hall.

  ) dan kecerdasan emosional (X

  Berdasarkan hasil perhitungan yang dirangkum dalam tabel di atas dapat dinyatakan bahwa kadar hubungan antara variabel X

  1

  dan X

  2

  secara bersama-sama dengan Y adalah sebesar 7,320. Hasil pengujian signifikansi (uji-F) terhadap nilai R menunjukkan bahwa koefisien korelasi sangat signifikan pada  = 0,01. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kepemimpinan visioner (X

  2

  dan kecerdasan emosional (X

  1 )

  = 0,389 menunjukkan bahwa 38,9% variasi yang terjadi dalam pengambilan keputusan dapat dijelaskan oleh kepemimpinan visioner (X

  2

  Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi R = 0,624. Koefisien determinasi R

  bersama-sama dengan pengambilan keputusan (Y) diterima. Makin baik kepemimpinan visioner dan tingginya kecerdasan emosional maka makin tepat pengambilan keputusan kepala sekolah.

  2 ) secara

  ) secara bersama-sama melalui persamaan regresi Munandar, S.C Utami, (1992),

  Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah , Jakarta: PT

  Gramedia Widiasarana Indonesia. Siagian, S.P., (1997), Teori dan Praktek

  Pengambilan Keputusan , Jakrta: PT Toko Gunung Agung.

  Stoner, James A.F., (1982), Management, New York: Practice Hall International, Inc.

  Syamsi, Ibnu, (1995), Pengambilan

  Keputusan dan Sistem Informasi

  , Jakarta: Bumi Aksara.