PROSES and LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
PERILAKU ORGANISASI
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
A.
PENDAHULUAN
Dalam suatu organisasi pengambilan keputusan menjadi hal yang sangat
penting untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan organisasi, maka
dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan menjadi landasan dasar,
kemana akan dibawa organisasi dalam menghadapi setiap tantangan, baik dari
dalam maupun luar lingkungan organisasi. pentingnya pengambilan keputusan
akan keberlangsungan kehidupan suatu organisasi juga dipengaruhi budaya
organisasi. budaya organisasi dalam hal ini memegang pengaruh dalam
penyesuaian model pengambilan keputusan yang akan diambil oleh suatu
organisasi. Sehingga memungkinkan untuk terciptanya model pengambilan
keputusan yang berbeda dari keadaan yang sekarang terjadi sangat
dimungkinkan.
Budaya dalam suatu organisasi tercipta pada saat terjadinya organisasi itu
sendiri pertama kali berdiri. Budaya organisasi menjadi suatu hal yang penting
untuk dimiliki oleh setiap organisasi karena budaya menjadi kepribadian bagi
organisasi sama dengan individu.
Jika kita hubungkan pengambilan keputusan dengan budaya organisasi,
kedua hal tersebut saling berkesinambungan. Dalam pengambilan keputusan
terlebih dahulu mengkaji apakan keputusan yang telah diambil bertentangan
Ravri Wahyu Ade Putra |1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
tidak dengan budaya organisasi yang bersangkutan. Jika keputusan yang
diambil bertentangan, maka manajer wajib untuk mencari alternatif lain.
Manajer yang berfungsi menjadi pengambil keputusan dalam organisasi,
diharapkan menjadi orang yang tahu benar mengenai organisasi dan masalah
yang menghinggapi organisasi yang dikelolanya. Terkadang dalam mengambil
keputusan manajer berhadapan dengan berbagai hal seperti tidak sempurna
dan ketidaklengkapan informasi, masalah yang terlalu kompleks, waktu yang
terbatas dalam proses pengambiln keputusan, preferensi yang bertentangan
dengan pengambilan keputusan untuk tujuan organisasi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah: Bagaimana
proses pengambilan keputusan yang baik dalam organisasi ?
C.
KERANGKA ANALISIS
Pengambilan keputusan dalam organisasi terkait mengenai proses
pengambilan keputusan yang terjadi pada semua tingkatan dan dalam semua
unit dalam organisasi. ada dua macam proses pengambilan keputusan dalam
pengertian ini, dapat kita lihat bahwa sebuah organsasi menjadi suatu fokus
kegiatan dalam proses pengambilan keputusan.
1. Pengambilan keputusan pada Organisasi Hierarki.
Di dalam struktur hierarki, manajer tertinggi berfungsi menjadi
pusat dari pengambilan keputusan strategis yang menyangkut dengan
Ravri Wahyu Ade Putra |2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
keputusan
pelembagaan,
manajer
tingkat
tengah
mengepalai
pengambilan keputusan.
2. Pengambilan keputusan pada Organisasi Fungsional.
Pengambilan keputusan dalam struktur fungsional dikelola oleh
tiap-tiap bidang dengan departemen yang memimpinnya. Sementara
itu, model struktur per divisi masing-masing memegang dan
menjalankan kepentingannya.
Berikut ini akan dibahas mengenai analisis proses pengambilan keputusan
yang didominasi oleh teori Mary Jo Hatch.
C.1.
BOUNDED RATIONALITY
Herbert Simon mengidentifikasi dan mempertanyakan asumsi model
rasional. Model rasional memiliki asumsi bahwa para pengambil keputusan
memiliki pengetahuan alternatif dan konsekuensi pelaksanaan alternatif dan
juga hal ini mengasumsikan bahwa ada preferensi yang konsisten diantara
para pengambil keputusan dan aturan-aturan keputusan yang dapat dikenal dan
diterima oleh semua orang yang memiliki kaitan.
C.2.
PROCES BOUNDED RATIONALITY
Ketika terdapat kesepakatan mengenai tujuan dan kesepakatan bagaimana
cara pencapaian tujuan atau mengenai penanganan masalah, kemudian
ketidakpastian dan keambiguan berada pada kondisi minimum dan benar
untuk menggunakan model rasional. Hal ini tidak berarti seorang manajer
akan berhenti menggunakan proses pengambilan keputusan ini. Bahkan ketika
adanya peningkatan ketidakpastian dan ambiguitas, manajer dimungkinkan
Ravri Wahyu Ade Putra |3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
untuk menemukan bahwa penggunaan metode model rasional mempunyai
insentif yang lebuh besar untuk dapat memberikan rasa aman secara simbolis
dari proses keputusan yang kurang.
C.3.
PROCES BOUNDED TRIAL & ERROR
Pada proses pengambilan keputusan
trial-and-error,
keputusan yang
besarnya cukup berpengaruh biasanya berhati-hati dalam mengatur kondisi
yang kerap kali tidak statis. Pembuat keputusan yang tidak setuju dengan
tujuan kegiatan seringkali menemukan informasi untuk membandingkan
diantara sedikitnya alternatif, dan kebanyakan hanya tambahan untuk
keputusan terakhir.
C.4.
MODEL KOALISI
Biasanya pembentukan suatu koalisi didasarkan pada perundingan yang
berlangsung dibalik layar yang berusaha untuk memberikan pertimbangan
kepada semua kepentingan dalam posisi bersama di dalam koalisi. Dengan
kondisi tersebut, para pembuat keputusan menjadi tidak fokus pada pencarian
informasi pemecahan masalah, akan tetapi lebih menekankan menampung
minat alternatif.
C.5.
MODEL TONG SAMPAH
Dalam kondisi kesepakatan mengenai pencapaian tujuan dan pen-saranaan untuk mencapai hal tersebut menemui jalan buntu, model tong sampah
dapat menjadi gambaran terbaik bagi organisasi dalam proses pengambilan
keputusan yang terjadi seperti dalam organisasi. Model ini sesuai untuk situasi
yang hanya mempunyai lingkungan atau teknologi yang kurang mencukupi,
Ravri Wahyu Ade Putra |4
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
atau saat dimana aktor utama bergerak keluar masuk dari proses keputusan
karena kegiatan lain bersaing dalam waktu dan perhatian yang sama. Model
ini diberi nama “tong sampah” untuk menekan ketidakteraturan dalam
pengambilan keputusan. Meskipun tidak terdapat organisasi yang beroperasi
dalam modus ini sepanjang waktu, namun setiap organisai akan menemui
situasi seperti ini dari waktu-kewaktu.
C.6.
IRASIONALITAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Nils Brunsson berpendapat bahwa keputusan rasional tidak selalu
memberikan dasar yang baik untuk tindakan yang tepat dan sukses, dan
bukannya panggilan untuk bertindak rasionalis. Brunsson berpendapat bahwa
tindakan organisasi yang efektif tergantung pada pelaksanaan keputusan.
Pelaksanaan mensyaratkan bahwa tindakan harus memiliki harapan positif
agar dapat mengalami motivasi untuk mengambil tindakan dan komitmen
untuk melibatkan diri dalam melihat melalui kesimpulan yang sukses.
D.
PEMBAHASAN
Dalam dataran teoritis, terdapat empat metode pengambilan keputusan,
yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat
ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after
discussion), dan kesepakatan (consensus).
D.1.
KEWENANGAN TANPA DISKUSI
Ravri Wahyu Ade Putra |5
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para
pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki
beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika kelompok tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan.
Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan
keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang
tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para
anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering
digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya
ketidak percayaan para anggota kelompok terhadap keputusan yang ditentukan
pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan
seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
D.2.
KENDAPAT AHLI
Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi
predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan
dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini
akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota kelompok yang dianggap
ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam
hal tertentu oleh anggota kelompok lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut
bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator
Ravri Wahyu Ade Putra |6
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang
berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas
terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang
yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah
seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
D.3.
KEWENANGAN SETELAH DISKUSI
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule
after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota
kelompok dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan
yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung
jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan
(quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha
menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain,
pendapat anggota kelompok sangat diperhatikan dalam proses pembuatan
keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih
berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu
pada anggota kelompok akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau
pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota kelompok yang
mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha
mempengaruhi
pimpinan
kelompok
bahwa
pendapatnya
yang
perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan.
Ravri Wahyu Ade Putra |7
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
D.4.
KESEPAKATAN
Kesepakatan atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari suatu
kelompok mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan
keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh
anggota kelompok akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil,
sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan
tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang
berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui
kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling
menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih
lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan
mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan
Rodman, dikutip dari Riend’s blog, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada
ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul
dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling
efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktorfaktor:
jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok,
dan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok
dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
Ravri Wahyu Ade Putra |8
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
Dalam hal genting atau terdesak seorang pimpinan dapat saja mengambil
keputusan dengan metode kewenangan didasarkan oleh keadaan yang terdesak
dan telah memikirkan dan mempertimbangkan keputusannya tersebut
sehingga memperkecil kekacauan yang disebabkannya.
Namun apabila dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan yang
rumit dan besar seperti perancangan rencana kerja dsb. Sebaiknya di gunakan
metode kesepakan dengan koordinasi yang tepat agar hasilnya tepat, cepat,
dan akurat sehingga pekerjaan atau yang lainnya dapat diselesaikan dengan
baik dan tanpa masalah dan tidak mengundang kesalahpahaman di dalam
organisasi.
E.
PENUTUP
Pengambilan keputusan akan keberlangsungan kehidupan suatu organisasi
dipengaruhi oleh budaya organisasi. Budaya organisasi dalam hal ini
memegang pengaruh dalam penyesuaian model pengambilan keputusan yang
akan diambil oleh suatu organisasi. Budaya Sosial adalah suatu hubungan
konstruksi sosial yang anggota budayanya secara rutin mengarahkan
pengalaman dan aktivitasnya ke dalam organisasi.
Mary Jo Hatch mengemukakan teori mengenai proses pengambilan
keputusan organisasi, yaitu:
1. Bounded Rationality (Pembatasan Rasionalitas)
2. Proses Pengambilan Keputusan Rasional
3. Proses Pengambilan Keputusan Trial-and-Error
4. Model Koalisi
5. Model Tong Sampah
6. Irasionalitas dalam Pembuatan Keputusan Organisasi
Ravri Wahyu Ade Putra |9
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
Sementara itu, ada beberapa metode yang secara umum dilakukan dalam
pengambilan keputusan:
1. Kewenangan tanpa diskusi,
2. Pendapat ahli,
3. Kewenangan setelah diskusi, dan
4. Kesepakatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ravri Wahyu Ade Putra |10
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
Robbins, Stephen P and Barnwell, Neil. 2002. “Organisational Theory:
Concept and Cases 4th Ed”, Australia : Pearson education Australia.
Robbins, Stephen P. 2004 Organisation Theory: Structure,Design and It’s
Application Englewood Cliffs,N.J: Prentice Hall,Inc.
Hatch, Mary Jo. 1997. “Organisation Theory : Modern, Symbolic, Design and
Post Modern Perspective” New York : Oxford University Press.
Robbins, Stephen P and Sanghi, Seema 2005. “Organisational Behavior 11th
Ed” NJ : Prentice Hall Inc
http://riend’s.blogspot.com
.2010.
Metode
Pengambilan
Keputusan
Dalam Organisasi. Retrieved on May 1,2015, 05.58 p.m.
Ravri Wahyu Ade Putra |11
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
PERILAKU ORGANISASI
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
A.
PENDAHULUAN
Dalam suatu organisasi pengambilan keputusan menjadi hal yang sangat
penting untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan organisasi, maka
dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan menjadi landasan dasar,
kemana akan dibawa organisasi dalam menghadapi setiap tantangan, baik dari
dalam maupun luar lingkungan organisasi. pentingnya pengambilan keputusan
akan keberlangsungan kehidupan suatu organisasi juga dipengaruhi budaya
organisasi. budaya organisasi dalam hal ini memegang pengaruh dalam
penyesuaian model pengambilan keputusan yang akan diambil oleh suatu
organisasi. Sehingga memungkinkan untuk terciptanya model pengambilan
keputusan yang berbeda dari keadaan yang sekarang terjadi sangat
dimungkinkan.
Budaya dalam suatu organisasi tercipta pada saat terjadinya organisasi itu
sendiri pertama kali berdiri. Budaya organisasi menjadi suatu hal yang penting
untuk dimiliki oleh setiap organisasi karena budaya menjadi kepribadian bagi
organisasi sama dengan individu.
Jika kita hubungkan pengambilan keputusan dengan budaya organisasi,
kedua hal tersebut saling berkesinambungan. Dalam pengambilan keputusan
terlebih dahulu mengkaji apakan keputusan yang telah diambil bertentangan
Ravri Wahyu Ade Putra |1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
tidak dengan budaya organisasi yang bersangkutan. Jika keputusan yang
diambil bertentangan, maka manajer wajib untuk mencari alternatif lain.
Manajer yang berfungsi menjadi pengambil keputusan dalam organisasi,
diharapkan menjadi orang yang tahu benar mengenai organisasi dan masalah
yang menghinggapi organisasi yang dikelolanya. Terkadang dalam mengambil
keputusan manajer berhadapan dengan berbagai hal seperti tidak sempurna
dan ketidaklengkapan informasi, masalah yang terlalu kompleks, waktu yang
terbatas dalam proses pengambiln keputusan, preferensi yang bertentangan
dengan pengambilan keputusan untuk tujuan organisasi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah: Bagaimana
proses pengambilan keputusan yang baik dalam organisasi ?
C.
KERANGKA ANALISIS
Pengambilan keputusan dalam organisasi terkait mengenai proses
pengambilan keputusan yang terjadi pada semua tingkatan dan dalam semua
unit dalam organisasi. ada dua macam proses pengambilan keputusan dalam
pengertian ini, dapat kita lihat bahwa sebuah organsasi menjadi suatu fokus
kegiatan dalam proses pengambilan keputusan.
1. Pengambilan keputusan pada Organisasi Hierarki.
Di dalam struktur hierarki, manajer tertinggi berfungsi menjadi
pusat dari pengambilan keputusan strategis yang menyangkut dengan
Ravri Wahyu Ade Putra |2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
keputusan
pelembagaan,
manajer
tingkat
tengah
mengepalai
pengambilan keputusan.
2. Pengambilan keputusan pada Organisasi Fungsional.
Pengambilan keputusan dalam struktur fungsional dikelola oleh
tiap-tiap bidang dengan departemen yang memimpinnya. Sementara
itu, model struktur per divisi masing-masing memegang dan
menjalankan kepentingannya.
Berikut ini akan dibahas mengenai analisis proses pengambilan keputusan
yang didominasi oleh teori Mary Jo Hatch.
C.1.
BOUNDED RATIONALITY
Herbert Simon mengidentifikasi dan mempertanyakan asumsi model
rasional. Model rasional memiliki asumsi bahwa para pengambil keputusan
memiliki pengetahuan alternatif dan konsekuensi pelaksanaan alternatif dan
juga hal ini mengasumsikan bahwa ada preferensi yang konsisten diantara
para pengambil keputusan dan aturan-aturan keputusan yang dapat dikenal dan
diterima oleh semua orang yang memiliki kaitan.
C.2.
PROCES BOUNDED RATIONALITY
Ketika terdapat kesepakatan mengenai tujuan dan kesepakatan bagaimana
cara pencapaian tujuan atau mengenai penanganan masalah, kemudian
ketidakpastian dan keambiguan berada pada kondisi minimum dan benar
untuk menggunakan model rasional. Hal ini tidak berarti seorang manajer
akan berhenti menggunakan proses pengambilan keputusan ini. Bahkan ketika
adanya peningkatan ketidakpastian dan ambiguitas, manajer dimungkinkan
Ravri Wahyu Ade Putra |3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
untuk menemukan bahwa penggunaan metode model rasional mempunyai
insentif yang lebuh besar untuk dapat memberikan rasa aman secara simbolis
dari proses keputusan yang kurang.
C.3.
PROCES BOUNDED TRIAL & ERROR
Pada proses pengambilan keputusan
trial-and-error,
keputusan yang
besarnya cukup berpengaruh biasanya berhati-hati dalam mengatur kondisi
yang kerap kali tidak statis. Pembuat keputusan yang tidak setuju dengan
tujuan kegiatan seringkali menemukan informasi untuk membandingkan
diantara sedikitnya alternatif, dan kebanyakan hanya tambahan untuk
keputusan terakhir.
C.4.
MODEL KOALISI
Biasanya pembentukan suatu koalisi didasarkan pada perundingan yang
berlangsung dibalik layar yang berusaha untuk memberikan pertimbangan
kepada semua kepentingan dalam posisi bersama di dalam koalisi. Dengan
kondisi tersebut, para pembuat keputusan menjadi tidak fokus pada pencarian
informasi pemecahan masalah, akan tetapi lebih menekankan menampung
minat alternatif.
C.5.
MODEL TONG SAMPAH
Dalam kondisi kesepakatan mengenai pencapaian tujuan dan pen-saranaan untuk mencapai hal tersebut menemui jalan buntu, model tong sampah
dapat menjadi gambaran terbaik bagi organisasi dalam proses pengambilan
keputusan yang terjadi seperti dalam organisasi. Model ini sesuai untuk situasi
yang hanya mempunyai lingkungan atau teknologi yang kurang mencukupi,
Ravri Wahyu Ade Putra |4
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
atau saat dimana aktor utama bergerak keluar masuk dari proses keputusan
karena kegiatan lain bersaing dalam waktu dan perhatian yang sama. Model
ini diberi nama “tong sampah” untuk menekan ketidakteraturan dalam
pengambilan keputusan. Meskipun tidak terdapat organisasi yang beroperasi
dalam modus ini sepanjang waktu, namun setiap organisai akan menemui
situasi seperti ini dari waktu-kewaktu.
C.6.
IRASIONALITAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Nils Brunsson berpendapat bahwa keputusan rasional tidak selalu
memberikan dasar yang baik untuk tindakan yang tepat dan sukses, dan
bukannya panggilan untuk bertindak rasionalis. Brunsson berpendapat bahwa
tindakan organisasi yang efektif tergantung pada pelaksanaan keputusan.
Pelaksanaan mensyaratkan bahwa tindakan harus memiliki harapan positif
agar dapat mengalami motivasi untuk mengambil tindakan dan komitmen
untuk melibatkan diri dalam melihat melalui kesimpulan yang sukses.
D.
PEMBAHASAN
Dalam dataran teoritis, terdapat empat metode pengambilan keputusan,
yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat
ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after
discussion), dan kesepakatan (consensus).
D.1.
KEWENANGAN TANPA DISKUSI
Ravri Wahyu Ade Putra |5
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para
pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki
beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika kelompok tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan.
Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan
keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang
tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para
anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering
digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya
ketidak percayaan para anggota kelompok terhadap keputusan yang ditentukan
pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan
seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
D.2.
KENDAPAT AHLI
Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi
predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan
dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini
akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota kelompok yang dianggap
ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam
hal tertentu oleh anggota kelompok lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut
bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator
Ravri Wahyu Ade Putra |6
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang
berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas
terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang
yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah
seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
D.3.
KEWENANGAN SETELAH DISKUSI
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule
after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota
kelompok dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan
yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung
jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan
(quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha
menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain,
pendapat anggota kelompok sangat diperhatikan dalam proses pembuatan
keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih
berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu
pada anggota kelompok akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau
pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota kelompok yang
mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha
mempengaruhi
pimpinan
kelompok
bahwa
pendapatnya
yang
perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan.
Ravri Wahyu Ade Putra |7
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
D.4.
KESEPAKATAN
Kesepakatan atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari suatu
kelompok mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan
keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh
anggota kelompok akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil,
sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan
tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang
berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui
kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling
menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih
lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan
mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan
Rodman, dikutip dari Riend’s blog, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada
ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul
dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling
efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktorfaktor:
jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok,
dan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok
dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
Ravri Wahyu Ade Putra |8
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
Dalam hal genting atau terdesak seorang pimpinan dapat saja mengambil
keputusan dengan metode kewenangan didasarkan oleh keadaan yang terdesak
dan telah memikirkan dan mempertimbangkan keputusannya tersebut
sehingga memperkecil kekacauan yang disebabkannya.
Namun apabila dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan yang
rumit dan besar seperti perancangan rencana kerja dsb. Sebaiknya di gunakan
metode kesepakan dengan koordinasi yang tepat agar hasilnya tepat, cepat,
dan akurat sehingga pekerjaan atau yang lainnya dapat diselesaikan dengan
baik dan tanpa masalah dan tidak mengundang kesalahpahaman di dalam
organisasi.
E.
PENUTUP
Pengambilan keputusan akan keberlangsungan kehidupan suatu organisasi
dipengaruhi oleh budaya organisasi. Budaya organisasi dalam hal ini
memegang pengaruh dalam penyesuaian model pengambilan keputusan yang
akan diambil oleh suatu organisasi. Budaya Sosial adalah suatu hubungan
konstruksi sosial yang anggota budayanya secara rutin mengarahkan
pengalaman dan aktivitasnya ke dalam organisasi.
Mary Jo Hatch mengemukakan teori mengenai proses pengambilan
keputusan organisasi, yaitu:
1. Bounded Rationality (Pembatasan Rasionalitas)
2. Proses Pengambilan Keputusan Rasional
3. Proses Pengambilan Keputusan Trial-and-Error
4. Model Koalisi
5. Model Tong Sampah
6. Irasionalitas dalam Pembuatan Keputusan Organisasi
Ravri Wahyu Ade Putra |9
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
Sementara itu, ada beberapa metode yang secara umum dilakukan dalam
pengambilan keputusan:
1. Kewenangan tanpa diskusi,
2. Pendapat ahli,
3. Kewenangan setelah diskusi, dan
4. Kesepakatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ravri Wahyu Ade Putra |10
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
Robbins, Stephen P and Barnwell, Neil. 2002. “Organisational Theory:
Concept and Cases 4th Ed”, Australia : Pearson education Australia.
Robbins, Stephen P. 2004 Organisation Theory: Structure,Design and It’s
Application Englewood Cliffs,N.J: Prentice Hall,Inc.
Hatch, Mary Jo. 1997. “Organisation Theory : Modern, Symbolic, Design and
Post Modern Perspective” New York : Oxford University Press.
Robbins, Stephen P and Sanghi, Seema 2005. “Organisational Behavior 11th
Ed” NJ : Prentice Hall Inc
http://riend’s.blogspot.com
.2010.
Metode
Pengambilan
Keputusan
Dalam Organisasi. Retrieved on May 1,2015, 05.58 p.m.
Ravri Wahyu Ade Putra |11