Sikap Profesional Independensi dan Penge

TUGAS AUDITING II
“Sikap Profesional, Independensi, dan Pengendalian Kualitas”
KELOMPOK 4

Disusun oleh:
Siti Musrifah

120810301064

Alvionardo A R

120810301071

Putri Pratiwi

120810301104

Ratih Tri Puspitasari 120810301133
Ridho Alamsyah

120810301138


Reni Wulan M

130810301162

Siti Fitriyani A

130810301163

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2014

Statement of Authorship

“Saya/kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk

makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa
saya/kami menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme”
Nama

NIM

Tanda Tangan

Siti Musrifah

120810301064

1

Alvinardo A R

120810301071


2

Putri Pratiwi

120810301104

3

Ratih Tri Puspitasari

120810301133

4

Ridho Alamsyah

120810301138

5


Reni Wulan M

130810301162

6

Siti Fitriyani A

130810301163

7

Mata Kuliah

: Auditing II (A)

Judul Makalah/Tugas

: Sikap Profesional, Independensi, dan Pengendalian
Kualitas


Tanggal

: 27 November 2014

Dosen

: Siti Maria Wardayati

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang
kiranya patut penulis ucapkan, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
Auditing II dengan dosen pengampu Siti Maria Wardayati.
Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami pada khusunya dan pembaca pada umumnya.


Jember, 21 November 2014

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................
Statement of Authorship.................................................................................
Kata Pengantar ...............................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah ...................................................
1.4 Manfaat Pembahasan Masalah .................................................
BAB 2. PEMBAHASAN

i
ii
iii
iv

1
1
2
3

2.1 Etika dan Profesionalisme .........................................................

4

2.2 Konsep Teori Dasar Perilaku Etis ............................................

5

2.3 Tantangan Etis ...........................................................................

8

2.4 Gambaran Umum Etika dan Profesionalisme
dalam Akuntansi Publik............................................................


9

2.5 Code of Profesional Conduct AICPA ......................................

11

2.6 Principles of Professional Conduct ...........................................

12

2.7 Rule of Conduct ..........................................................................

13

2.8 Rules of Conduct terkait Independensi,
Integritas, dan Objektivitas ....................................................

14

2.9 Persyaratan Independensi SEC dan PCAOB

untuk Audit Perusahaan Publik ..............................................

18

2.10 Rules of Conduct terkait Standar Umum
dan Prinsip Akuntansi...............................................................

19

2.11 Rules of Conduct terkait Tanggung Jawab
Terhadap Klien ..........................................................................

21

2.12 Rules of Conduct terkait Tanggung Jawab
dan Praktik Lain .......................................................................

22

2.13 Tindakan Disipliner .................................................................


23

2.14 Sistem Pengendalian Kualitas ................................................

24

2.15 Inspeksi KAP terdaftar PCAOB ............................................

28

Daftar Pustaka ...............................................................................................

30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era modern kali ini beberapa orang salah


mempresepsikan mengenai

profesi auditor. Profesi auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi
auditor, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Profesi auditor bertanggung
jawab untuk meningkatkan keandalan dalam laporan keuangan. Sehingga masyarakat
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dalam

menunjang

profesionalismenya

sebagai

auditor

maka

auditor

dalam

melaksanakan tugasnya harus berpedoman pada standar audit yang telah ditentukan
dimana standar tersebut merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki
auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Namun selain standar audit , auditor juga
harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku auditor dalam manjalankan
praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum.
Dari penjelasan diatas, terlihat adanya kepentingan yang berbeda antara
manajemen perusahaan dan pemakai laporan keuangan. Dari perbedaan itu pada
akhirnya akan menuntut auditor untuk memperhatikan kualitas audit yang dihasilkan.
Adapun pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor
semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan auditor baik dalam negeri
maupun luar negeri. Semua itu kembali pada sikap professional, indenpendensi dan
pengendalian kualitas yang dimiliki oleh auditor.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, timbul rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah :
1.2.1

Apa definisi dan kepentingan secara umum terkait etika dan profesionalisme ?

1.2.2

Bagaimana konsep tiga teori dasar perilaku etis ?

1.2.3

Bagaimana menangani tantangan etis melalui suatu contoh situasi ?

1.2.4

Bagaimana standar etis professional untuk auditor telah berkembang dari
waktu ke waktu dan entitas yang terlibat ?

1.2.5

Bagaimana kerangka Code of Profesional Conduct ?

1.2.6

Bagaimana prinsip Priciples of Profesional Conduct ?

1.2.7

Bagaimana kerangka Rules of Conduct ?

1.2.8

Bagaimana praktiknya terkait Rules of Conduct yang bagi independensi,
integritas, dan objektivitas ?

1.2.9

Apa perbedaan dasar antara aturan independensi SEC bagi auditor perusahaan
publik dan standar AICPA untuk audit entitas nonpublic ?

1.2.10

Apa pengaruh Rules of Conduct bagi standar umum dan prinsip akuntansi?

1.2.11

Apa pengaruh Rules of Conduct bagi pertanggungjawaban pada klien ?

1.2.12

Apa pengaruh Rules of conduct atas tanggung jawab dan praktik lain ?

1.2.13

Apa definisi sistem pengendalian kualitas dan program tinjauan partner
AICPA ?

1.2.14

Bagaimana elemen pengendalian kualitas dan bagaimana suatu perusahaan
memonitor sistem pengendalian kualitasnya ?

1.2.15

Bagaimana hubungan program pemeriksaan PCAOB untuk KAP yang
melakukan audit untuk perusahaan publik ?

1.3 Tujuan Pembahasan Makalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah diatas adalah
sebagai berikut :
1.3.1

Mengetahui definisi dan kepentingan secara umum terkait etika dan
profesionalisme.

1.3.2

Mampu menjelaskan konsep tiga teori dasar perilaku etis.

1.3.3

Memahami bagaimana menangani tantangan etis melalui suatu contoh situasi.

1.3.4

Mengetahui bagaimana standar etis professional untuk auditor telah
berkembang dari waktu ke waktu dan entitas yang terlibat.

1.3.5

Memahami kerangka Code of Profesional Conduct.

1.3.6

Mengetahui prinsip Priciples of Profesional Conduct.

1.3.7

Memahami kerangka Rules of Conduct.

1.3.8

Memiliki pengetahuan praktiknya terkait Rules of Conduct yang bagi
independensi, integritas, dan objektivitas.

1.3.9

Mengetahui perbedaan dasar antara aturan independensi SEC bagi auditor
perusahaan publik dan standar AICPA untuk audit entitas nonpublik.

1.3.10

Mengetahui pengaruh Rules of Conduct bagi standar umum dan prinsip
akuntansi.

1.3.11

Mengetahui pengaruh Rules of Conduct bagi pertanggungjawaban pada klien.

1.3.12

Mengetahui pengaruh Rules of conduct atas tanggung jawab dan praktik lain.

1.3.13

Mampu menjelaskan definisi sistem pengendalian kualitas dan program
tinjauan partner AICPA.

1.3.14

Mampu mendeskripsikan elemen pengendalian kualitas dan bagaimana suatu
perusahaan memonitor sistem pengendalian kualitasnya.

1.3.15

Familiar dengan program pemeriksaan PCAOB untuk KAP yang melakukan
audit untuk perusahaan publik.

1.4 Manfaat Pembahasan Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
pengetahuan mengenai auditing khususnya tentang sikap professional, independensi dan
pengendalian kualitas.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Etika dan Profesionalisme
Sikap etis merupakan dasar peradaban modern. Suatu sikap etis mendukung
kesuksesan fungsional yang hampir selalu ada dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat, seperti kehidupan keluarga sehari-hari hingga hukum, kesehatan, bisnis,
sampai pemerintahan. Etika sendiri merupakan seperangkat prinsip moral dan nilai.
Etika (praksis) juga memiliki pengertian sebagai nilai-nilai atau norma-norma moral
yang mendasari perilaku manusia.1 Etika merujuk pada suatu sistem atau Rule of
Conduct yang didasarkan pada tugas dan kewajiban moral yang mengindikasikan
bagaimana seorang individu seharusnya berinteraksi dengan yang lainnya dalam
masyarakat. Suatu kesadaran untuk beretika memandu suatu individu untuk menilai
lebih dari sekedar kepentingan pribadi dan untuk mengakui serta menghargai
kepentingan orang lain. Apabila sikap untuk beretika ini hilang atau tidak dimiliki suatu
individu, tentu masyarakat akan jatuh pada kekisruhan. Misalnya saja jika setiap orang
sudah tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, standar moral, kewajiban, dan hak serta
kepentingan orang lain. Kehidupan masyarakat akan seperti yang dipaparkan oleh
Hobbes, yaitu “sendirian, miskin, tidak menyenangkan, kasar, dan pendek”.
Sikap etis merupakan dasar profesionalisme modern. Profesionalisme merujuk
pada sikap,tujuan, atau kualitas yang menjadi karakter atau menandai suatu profesi atau
orang profesional. Dalam hal profesional, satu pembeda esensial suatu profesi adalah ia
mengakui tanggung jawabnya untuk menempatkan kepentingan publik di atas
kepentingannya sendiri ketika keduanya berkonflik. Semua profesi menetapkan aturan
atau Rule of Conduct yang mendefinisikan sikap etis untuk anggota profesi. Aturan ini
ditetapkan agar:
1.

Pengguna jasa profesional mengetahui apa yang diekspektasi ketika mereka
membeli jasa semacam itu

2.

Anggota profesi tahu apa sikap yang dapat diterima

1 Yanti. Etika dan Profesionalisme Seorang Auditor
[yanti91.blogspot.com/2013/04/etika-dan-profesionalisme-seorang.html?m=1] [07
November 2014]

3.

Profesi dapat menggunakan aturan tersebut untuk memonitor tindakan
anggotanya dan mengaplikasi disiplin ketika perlu
Konsep sikap etis dan profesional ini sangat penting bagi kesuksesan profesi

akuntansi. Bahkan, mereka yang memasuki profesi akuntansi dan terlibat dalam sikap
tidak etis akan mencederai diri mereka sendiri, orang lain, dan profesi akuntan. Konsep
paling penting adalah mengenai tanggung jawab dan integritas personal. Sebagai
seorang akuntan, auditor, manajer, atau orang bisnis, akan ditemui banyak sekali isu etis
yang sulit, tekanan dan godaan. Sebagai seorang profesional, sikap yang harus
ditunjukkan adalah integritas dan reputasi yang solid. Mengingat pentingnya reputasi,
sikap etis, dan profesionalisme, profesi akuntan mengembangkan Code of Professional
Conduct yang memandu sikap profesional akuntansi.
2.2 Konsep Teori Dasar Perilaku Etis
Beberapa pilihan etis sulit diambil karena godaan atau tekanan untuk mengejar
kepentingan diri sendiri, yang dapat mengaburkan pertimbangan mengenai salah dan
benar. Pilihan lainnya rumit karena kesulitan untuk memilah isu terkait dan memaknai
apa tindakan yang mungkin tepat atau tidak tepat untuk dilakukan.
SM Mintz mengusulkan bahwa ada tiga metode atau teori yang saling tumpang
tindih dari sikap etis yang dapat memandu analisis isu etis dalam akuntansi. Teori ini
adalah utilitariasme, pendekatan berbasis-hak, dan pendekatan berbasis-keadilan.
Berikut penjelasan terkait ketiga teori tersebut:
1.

Teori utilitariasme
Teori ini mengakui bahwa pembuatan keputusan melibatkan trade-off
antara manfaat dan beban tindakan alternatif, dan dia berfokus pada konsekuensi
suatu tindakan tertentu pada individual yang terpengaruh. Teori ini mengajukan
bahwa kepentingan semua pihak terpengaruh, tidak hanya kepentingan sendiri
yang harus dipertimbangkan.
Berdasarkan perspektif ini, suatu tindakan sesuai prinsip utilitas hanya
jika tindakan tersebut menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang banyak
(atau menghindarkan lebih banyak penderitaan atau ketidakbahagiaan) daripada
tindakan yang mungkin lainnya. Nilai suatu tindakan ditentukan hanya oleh
konsekuensi tindakan pada kesejahteraan individu. Hal ini menunjukkan

mengapa

utilitarianisme

sering

juga

digambarkan

sebagai

teori

“konsekuensialis”. Satu bentuk utilitariasnisme menyebutkan bahwa aturan
memiliki posisi sentral dalam pertimbangan moral karena konsekuensi buruk
yang mungkin akan timbul jika semua orang memilih untuk melanggarnya.
Pendekatan ini memiliki signifikansi bagi auditor, yang diekspektasi
untuk mengikuti Code of Professional Conduct dalam melaksanakan tanggung
jawabnya. Namun kelemahan dalam penggunaan teori ini adalah seringkali sulit
untuk mengukur biaya dan manfaat potensial tindakan yang dilakukan. Selain
itu, juga sulit untuk menyeimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat
2.

ketika kepentingan tersebut berkonflik satu sama lain.
Pendekatan berbasis-hak
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa individu memiliki hak-hak
tertentu dan individu lainnya memiliki tugas untuk menghargai hak tersebut.
Oleh karena itu, seorang pembuat keputusan yang mengikuti teori ini seharusnya
mengambil suatu tindakan hanya bila tidak melanggar hak individu lain.
Kerugian yang jelas dari teori ini adalah mungkin sulit atau bahkan tidak
mungkin untuk memenuhi semua hak dari semua pihak yang terpengaruh,
khususnya bila hak-hak tersebut berkonflik.
Bagi seorang auditor, teori ini penting karena tanggung jawab
kepentingan publiknya. Hak publik untuk memperoleh informasi yang objektif
dan jelas dari auditor lebih utama dari hak apa pun yang mungkin menjadi
tanggungan auditor untuk masuk dalam hubungan dengan klien yang mungkin
mengaburkan pertimbangan auditor. Auditor harus bersedia melihat isu melalui
perspektif pihak lain dan menempatkan kepentingan pemangku kepentingan
seperti investor dan kreditor, di atas kepentingan mereka sendiri atau KAP-nya.
Contohnya, jika ada perbedaan pendapat dengan manajer puncak mngenai isu
akuntansi atau pelaporan, auditor harus menekankan kepentingan investor dan
kreditur dalam memutuskan tindakan yang akan dilakukan, bahkan jika itu
berarti kehilangan klien.

3.

Pendekatan berbasis-keadilan

Pendekatan ini mengulas tentang isu mengenai kesetaraan, kelayakan
(fairness), dan ketidakberpihakan. Teori ini melibatkan dua prinsip dasar. Prinsip
tersebut yaitu:
a.

Setiap orang memiliki hak untuk kebebasan personal pada derajat
tertinggi yang masih harmonis dengan kebebasan orang lain

b.

Tindakan sosial dan ekonomik seharusnya menjadi keuntungan bagi
semua orang dan manfaat tersebut tersedia bagi semuanya.

Contohnya, seseorang dalam posisi untuk mengumpulkan kekayaan memiliki
kewajiban moral untuk memastikan bahwa orang lain tidak diperlakukan
tidak adil sebagai akibat kekayaannya. Mintz berargumen bahwa
keputusan yang dibuat dalam teori ini seharusnya mendistribusikan
secara layak dan setara sumber daya antar individu atau grup yang
terpengaruh. Mungkin akan sulit mengaplikasikan teori ini karena hak
satu atau lebih individu atau kelompok bisa jadi terpengaruh ketika ada
distribusi yang lebih atas manfaat yang disediakan bagi lainnya. Di
bawah pendekatan ini, auditor mempertimbangkan apa keputusan yang
paling adil dalam konteks alokasi sumber daya antar pihak yang
berkepentingan.
Pada dasarnya, tidak ada teori yang dengan sendirinya menyediakan satu
rerangka etis yang sempurna. Masing-masing dari teori tersebut diatas menekankan
perlunya mempertimbangkan lebih dari sekedar kepentingan pribadi, dan masingmasingnya dapat berguna dalam membantu auditor memecahkan dilema dengan
menyediakan suatu perspektif etis.
2.3

Tantangan Etis

Kasus halm.218-2192
Dalam situasi dalam kasus tersebut, auditor diharapkan untuk memikirkan isu
etis secara hati-hati dari beberapa perspektif yang berbeda. Menurut perspektif
utilitarian, Johnson seharusnya mempertimbangkan konsekuensi tindakannya pada
semua pihak yang terlibat dan apakah ada aturan yang mensyaratkan tindakan tertentu.
2 William F. Messier, Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt. Jasa Audit dan Assurance:
Pendekatan Sistematis (Jakarta: Salemba Empat), halm 218-219.

Menurut pendekatan berbasis hak, Johnson seharusnya memepertimbangkan hak pihakpihak yang terlibat. Jika menggunakan pendekatan ini jelas tampak bahwa hak
pemegang saham atas informasi wajar dan akurat untuk tujuan pembuatan keputusan
akan jelas-jelas dilanggar jika dia tidak mensyaratkan peningkatan dalam cadangan
kerugian-piutang.
Sedangkan dari perspektif berbasis keadilan, Johnson seharusnya memikirkan
mengenai apakah keputusannya akan menghasilkan keuntungan untuk sejumlah pihak
dengan merugikan pihak lainnnya, menfokuskan dengan proteksi bagi pihak yang
sebaliknya akan mengalami kerugian. Johnson seharusnya menghindari mendukung
kepentingan individu ataupun kelompok dan seharusnya tidak memilih suatu tindakan
yang akan memberi keuntungan tidak adil bagi sejumlah pihak dengan merugikan pihak
lain
Auditor seringkali mengalami tekanan etis, dan isunya seringkali tidak sejelas
kasus tersebut di atas adalah penting bahwa auditor mengembangkan karakter moral
yang baik, sehingga mereka dapat merespon secara layak dalam situasi semacam itu.
Mint menyebutkan bahwa auditor yang memiliki karakter tertentu lebih mampu
mengikuti sudut pandang moral. Contoh nilai tersebut adalah kejujuran,integritas,
ketidakberpihakan, kemampuan mengetahui yang sebenarnya, dan dapat dipercaya.
Karakter tersebut dimuat dalam Principle of Profesional Conduct.
2.4 Gambaran Umum Etika dan Profesionalisme dalam Akuntansi Publik
Standar untuk Profesionalisme Auditor
Pada bagian ini dijelaskan mengenai gambaran umum tentang prinsip, aturan,
dan regulasi yang mengatur etika dan profesionalisme dalam akuntansi publik. Faktanya
aturan dan regulasi ditetapkan sepanjang waktu oleh badan profesional dan regulator
yang berbeda dan dalam sejumlah kasus oleh dewan legislasi. Secara khusus AICPA
menetapkan standar auditing dan Code oof Profesional Conduct, memetakan bidang
utama saat sikap etis diekspektasi dari akuntan publik. AICPA, sebagai asosiasi swasta
non pemerintah hanya memiliki wewenang untuk mensyaratkan anggotanya untuk
menaati aturan tersebut. Namun, pengadilan negara bagian dan federal telah secara
konsisten memutuskan bahwa semua CPA berpraktik, baik praktik publik atau swasta,
ataupun merupakan anggota AICPA atau tidak harus mengikuti standar etis profesional

sebagaimana ditetapkan dalam Code of Profesional Conduct. Selanjutnya, sebagian
besar dewan akuntansi negara bagian telah mengadopsi Aturan tersebut, oleh karenanya
mengintegrasinkannya ke dalam regulasi praktik akuntansi level negara bagian.
SEC memiliki kewenangan legal untuk mengawasi profesi akuntan publik.
Melalui banyak sejarahnya, SEC telah memperbolehkan entitas sektor swasta untuk
menetapkan standar akuntansi dan auditing, masing-masing. Namun, SEC telah
menggunakan banyak pengaruhnya dalam proses penyusunan standar dan telah
menetapkan standarnya sendiri dari waktu ke waktu.
PCAOB mengadopsi standar profesional yang ditetapkan oleh AICPA untuk
sementara pada tahun 2003, termasuk Code of Profesional Conduct. Namun, PCAOB
dan SEC memiliki standar profesional tambahan yang lebih ketat. Karena Code of
Profesional Conduct AICPA, menyediakan peta paling luas dalam area saat
profesionalisme yang diharapkan dari auditor.
Dalam mengaudit suatu entitas swasta, seorang CPA harus mengikuti standar
CPA

auditing yang ditetapkan oleh ASB,(auditor)
standar independensi, dan standar sikap profesional
lain yang ditetapkan oleh Code of Profesional Conduct. Sebagai tambahan, ketiga
standar dan ketiga interpretasi yang diterbitkan oleh Independence Standards Board
(ISB) selama tahun 1997-2001 juga harus diikuti.
Dalam mengaudit perusahaan publik, seorang CPA harus mengikuti standar
auditing PCAOB (saat ini serupa dengan standar AICPA dengan beberapa pengecualian

Audit perusahaan swasta

Audit perusahaan publik

penting), Code of Profesional Conduct, dan juga persyaratan independensi yang lebih
ketat yang ditetapkan oleh SEC, ISB, dan PCAOB.

Standar Auditing
ASB (AICPA) – Standar
Auditing (GAAS)
Standar Perilaku
Profesional
AICPA – Aturan Perilaku
Profeisional ISB – berlaku
kecuali bila AICPA
mengekspresikan
ketidaksetujuan

Standar Auditing
PCAOB – saai ini serupa
dengan standar ASB, dengan
beberapa pengecualian
penting
Standar Perilaku
Profesional
PCAOB – Aturan Perilaku
Profesional (diadaptasi dari
AICPA)
SEC – aturan independensi
yang lebih ketat untuk audit
perusahaan publik ISB –
usaha kooperatif antara AICPA
dan SEC ; sekarang bubar
namun standar tetap berlaku.

2.5 Code of Profesional Conduct AICPA : Suatu Kerangka Komprehensif bagi
Auditor
Code of Profesional Conduct mendefinisi baik prinsip ideal dan seperangkat
aturan khusus, aturan wajib yang mendeskripsi level minimum sikap yang harus
dipelihara seorang akuntan.
Code of Profesional Conduct terdiri dari dua bagian :
-

Principle of Profesional Conduct (mengetengahkan sikap dan sikap ideal)

-

Rules of Conduct ( mendefinisi standar minimum)
Principle of Profesional Conduct menyediakan kerangka untuk Rules of

Conduct. Panduan tambahan untuk mengaplikasi Rules of Conduct disediakan oleh :
-

Interpretasi Rules of Conduct

-

Keputusan oleh Profesional Ethics Executive Committee (PEEC)
Interpretasi Rule of Conduct dan keputusan diumumkan oleh PEEC. AICPA

untuk menyediakan panduan pada lingkup dan aplikasi Rule of Conduct. Tidak seperti
Rule of Conduct, interpretasi dan keputusan etika tidak secara khusus dipaksakan,
namun seorang auditor yang menyimpang darinya memiliki beban untuk menjustifikasi
penyimpangan itu.
Panduan yang disediakan oleh Code of Profesional Conduct dimulai pada level
konseptual dengan prinsip dan secara progresif bergerak ke aturan umum dan
interpretasi terinci dan kemudian pada keputusan khusus pada kasus individu.
Umum

Khusus

Tidak
Dipaksakan

Principles of Profesional
Conduct

Sifat dan perilaku ideal

Secara
khusus
dapat
dipaksakan

Rule of Conduct

Standar berterima
minimal

Tidak secara
khusus
dapat
dipaksakan,
namun
penyimpang
an harus
dibenarkan

Interpretasi Rule of
Conduct

Keputusan oleh Profesional
Ethics Executive
Committee

Interpretasi terinci dan
jawaban atas
pertanyaan terkait rule
of conduct

2.6 Principles of Professional Conduct
Kerangka Code of Professional Conduct disediakan oleh enam prinsip etis
fundamental.
Tanggung Jawab

Anggota seharusnya menggunakan pertimbangan
profesional dan moral sensitif dalam semua
aktivitasnya

Kepentingan Publik

Anggota seharusnya menerima kewajiban untuk
bertindak dalam cara yang akan melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan
publik, dan mendemonstrasi komitmen pada
profesionalisme

Integritas

Untuk memelihara dan memperluas kepercayaan
publik, anggota seharusnya melakukan semua
tanggung jawab profesional dengan rasa integritas
tertinggi

Objektivitas dan
Independensi

Seorang
anggota
seharusnya
memelihara
objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan
dalam
melaksanakan
tanggung
jawab
professional. Seorang anggota dalam praktik
public seharusnya independen dalam fakta dan
tampilan ketika menyediakan jasa auditing dan
atestasi lainnya

Due Care

Seorang anggota seharusnya mengobservasi
standar teknis dan etis profesi, berjuang untuk
terus meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa,
dan melaksanakan tanggung jawab professional
hingga kemampuan terbaiknya

Ruang Lingkup dan Sifat
Jasa

Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya
mengobservasi Prinsip Code of Professional
Conduct dalam menentukan lingkup dan sifat jasa
yang akan disediakan

Pembukaan Principles of Professional Conduct menyatakan sebagai berikut :
“Mereka (prinsip-prinsip) memandu anggota dalam pelaksanaan tanggung jawab
professional mereka dan mengekspresikan prinsip dasar sikap etis dan professional.
Prinsip tersebut meminta komitmen teguh pada sikap terhormat, bahkan dengan
mengorbankan keuntungan personal.” (ET 51.02)
Dua prinsip utama menunjukkan tanggung jawab CPA untuk menggunakan
pertimbangan profesional dan moral dalam cara yang nmelayani kepentingan public.
Prinsip ini memperkuat keyakinan bahwa peran CPA dalam masyarakat untuk melayani
public. Sebagaimana diindikasikan oleh prinsip ketiga dan keempat, public bergantung
pada integritas, objektivitas, dan indepedensi CPA dalam menyediakan jasa yang
berkualitas tinggi. Integritas mensyaratkan CPA untuk jujur dan terbuka, dan
menghormati baik format dan semangat standar etis. Oleh karena itu, seorang CPA
harus membuat pertimbangan yang konsisten dengan teori hak dan keadilan. Prinsip
kelima, due care, mensyaratkan CPA melakukan tanggung jawab profesionalnya dengan
kompetensi

dan

ketekunan.

Sementara

pelaksanaan

jasa

professional

harus

mempertimbangkan kepentingan klien, kepentingan publik harus dianggap lebih penting
ketika kedua kepentingan itu berkonflik. Prinsip terakhir mensyaratkan bahwa CPA
menentukan bahwa jasa yang akan diberikan konsisten dengan sikap profsional yang
dapat diterima untuk CPA. Prinsip ini juga mensyaratkan bahwa KAP memelihara
aktivitas pengendalian kualitas internal untuk memastikan bahwa jasa diberikan secara
kompeten dan bahwa tidak ada konflik kepentingan.
2.7 Rule of Conduct
Anggaran dasar AICPA secara khusus mensyaratkan bahwa anggota menaati
Rule of Conduct dari Code of Profesional Conduct. PCAOB juga mensyaratkan auditor
perusahaan publik untuk menaati Rule of Conduct. Rule of Conduct mencakupi banyak
bidang yang sama dengan Principles of Profesional Conduct, namun agak lebih khusus.
Aturan-aturan ini dikelompokkan dan dinomeri dalam lima kategori yaitu :


Independensi, Integritas, dan Objektivitas (Bagian 100)



Standar umum dan Prinsip Akuntansi (Bagian 200)



Tanggung Jawab pada Klien (Bagian 300)



Tanggung Jawab pada Partner Kerja (Bagian 400)



Tanggung Jawab dan Praktik Lain (Bagian 500)

2.8 Rules of Conduct terkait Independensi, Integritas, dan Objektivitas
Independensi
Dalam aturan 101 telah dijelaskan bahwa: seorang anggota dalam praktik publik
akan independen dalam pelaksanaan jasa profesional sebagaimana disyaratkan oleh
standar yang diumumkan oleh badan yang ditunjuk oleh Dewan. Standar profesional
AICPA mensyaratkan kantor akuntan publik untuk independen sesuai dengan aturan 101
CPA kapan saja KAP melakukan jasa atestasi bagi klien. Jasa atestasi mencakup tiga
bagian, yaitu :
a)
b)
c)

Audit laporan keuangan
Tinjauan laporan keuangan
Jasa atestasi lain sebagaimana didefinisi dalam Pernyataan Standar Atestasi
untuk Perikatan / Statements on Standards for Attestation Engagements
(SSAEs).
Independensi akan dianggap terganggu apabila:

1.

Selama periode perikatan profesional, anggota yang ckupan:
a)
Telah atau berkomitmen untuk memperoleh kepentingan keuangan
langsung atau kepentingan keuangan tidak langsung yang materialdalam
b)

klien.
Dulu merupakan perwalian satu persekutuan atau pelaksana atau
administrator suatu keadaan jika persekutuan atau keadaan tersebut telah
atau berkomitmen untuk memperoleh kepentingan keuangan langsung

c)

atau kepentingan keuangan tidak langsung yang material dalam klien.
Memiliki investasi bersama yang erat yang material bagi anggota

d)

cakupan.
Kecuali secaca khusus diizinkan dalam Interpretasi 101-5, memiliki
pinjaman dari atau pada klien, pegawai atau komisaris klien, atau
individu yang memiliki 10% atau lebih dari sekuritas ekuitas beredar
klien atau kepentingan kepemilikan lainnya.

2.

Selama periodeperikatan profesional seorang partner atau pegawai profesional
KAP, keluarga dekatnya, atau kelompoknya yang betindak bersama memiliki
lebih dari 5% sekuritas ekuitas klien yang beredar atau kepentingan kepemilikan

3.

lainnya.
Selama periode yang mencakupi oleh laporan keuangan atau selama periode
perikatan profesional, suatu KAP, seorang partner, atau pegawai profesonal KAP
secara bersamaan terasosiasi dengan klien sebagai :
a)
Komisaris, manajemen, atau pegawai, atau kapasitas lain yang serupa
b)
c)

dengan anggota manajemen
Promotor, penjamin, atau perwalian hak suara; atau
Perwalian untuk dana pensiun atau pembagian laba klien.

KAP juga harus independen terhadap klien. Disini dapat di ambil contoh
program keuntungan KAP tidak dapat berinvestasi dalam klien atestasi KAP. Pada akhir
Interpretasi 101-1 yang mengakui kemustahilan pembahasan semua kondisi saat
tampilan independensi dipertanyakan. CPA harus mengevaluasi seorang yang
bertanggung jawab akan menyimpulkan bahwa independensi anggota dan KAP
terancam pada level yang tidak bisa diterima.
Akan tetapi, AICPA telanh menyiapkan Rerangka Konseptual untuk Standar
Independensi AICPA yang digunakan dalam membuat evaluasi semacam itu.
Pendekatan ini mensyratkan seorang CPA untuk mengidentifikasi dan menilai luas
ancaman independensi tersebut. Apabila ancaman tersebut memang ada, CPA harus
mempertimbangkan apakah ancaman tersebut mengganggu pertimbangan profesional
anggota.
Interpretasi 101-1 memeriksa independensi bersama dua dimensi hubungan
keuangan dan hubungan bisnis dan juga mempertimbangkan dampak hubungan
keluarga pada independensi.
Hubungan Keuangan
Interpretasi 101-1 menghindarkan anggota dari setiap hubungan keuangan
dengan klien yang dapat merusak atau memberi tampilan yang merusak independensi.
Ini termasuk kepentingan keuangan langsung ataupun tidak langsung namun material.

Kepentingan keuangan langsung adalah kepentingan keuangan yang langsung
dimiliki oleh seorang individu atau entitas yang berada dibawah kendali satu individu
atau entitas. Dengan beberapa pengecualian, kepentingan keuangan lasung oleh CPA
dalam klien atestasi mencederai independensi.
Kepentingan keuangan tidak langsung terjadi ketika:
a)

Seorang auditor atau anggota cakupan lain memiliki kepentingan keuangan

b)

dalam entitas yang terasosiasi dengan klien atestasi.
Kepentingan keuangan dimiliki dengan perantara investasi, keadaan, dana

c)

perwalian, atau perantara lainnya.
Auditor tidak mengendalikan perantara atau memiliki otorisasi untuk mengawasi
atau berpartisipasi dalam keputusan investasi perantara.

Hubungan bisnis
Aturan 101 secara jelas mengindikasikan bahwa independensi sorang CPA rusak
apabila CPA melakukan peran manajerial atau peran signifikan lainnya untuk organisasi
klien selama periode waktu yang dicakupi oelh suatu perikatan atestasi.kerusakan
independensi juga dapat terjadi ketika CPA pergi bekerja untuk kliendari KAPnya
terdahulu. Tipe hubungan bisnis lain dapat muncul ketika sorang CPA diminta untuk
menjadi komisaris kehormatan atau perwalian bagi klien niralaba.
Dampak Hubungan Keluarga
Kepentingan keuangan atau bisnis oleh kerabat dekat yang bukan anggota
keluarga langsung auditor, seperti anak yang mandiri, saudara, orang tua, mertua, dan
pasangannya normalnya tidak merusak independensi. Dua situasi utama yang dapat
merusak independensi adalah:


Kerabat dekat memiliki kepentingan keuangan dalam klien yang material bagi
kerabat dekat, dan KAP yang berpartisipasi dalam perikatan menyadari



kepentingan tersebut.
Seorang individu yang berpartisipasi dalam perikatan memiliki kerabat dekat
yang dapat menggunakan pengaruh signifikan atas kebijakan keuangan atau
akuntansi klien.

Dampak Litigasi Aktual atau Ancaman
Terdapat tiga kategori litigasi dalam interpretasi 101-6 yaitu (1) litigasi antara
klien dan CPA; (2) litigasi oleh pemegang sekuritas; (3) litigasi pihak ketiga lainnya saat
independensi CPA mungkin akan rusak. Panduan untuk menilai independensi ketika ada
litigasi aktual atau ancaman antara klien dan CPA :


Permulaan litigasi oleh manajemen saat ini yang menuduh defisiensi dalam



pekerjaan audit untuk klien akan dianggap merusak independensi.
Satu niat yang diekspresikan eleh manajemen saat ini untuk memulai litigasi
terhadap CPA dengan menuduh defisiensi dalam pekerjaan audit juga akan
merusak independensi jika auditor menyimpulkan bahwa sangat mungkin klaim



tersebut diajukan.
Permulaan litigasi oleh CPA terhadap manajemen sekarang dengan menuduh
kecerangan atau penipuan manajemen akan dianggap merusak independensi.
Litigasi oleh pemegang saham sekuritas atau pihak ketiga lainnya juga dapat

merusak independensi auditor di bawah kondisi tertentu.
Provisi Jasa Nonaudit
Tanggung jawab manajemen yang akan mencederai independensi CPA meliputi:


Mengotorisasi, mengeksekusi, atau melaksanakan suatu transaksi atau dengan



kata lain menggunakan otorisasi atas nama klien.
Menyiapkan dokumen sumber, dalam bentuk elektronik atau lainnya,




membuktikan kejadiaan suatu tansaksi.
Memiliki hak atas aset klien
Mensupervisi pegawai klien dalam pelaksanaan aktivitas berulang normal




mereka.
Menentukan rekomendasi mana dari anggota yang seharusnya diimplementasi.
Menetapkan atau memelihara pengendalian internal, meliputi pelaksanaan
aktivitas pengawasan berkelanjutan untuk seorang klien.

2.9 Persyaratan Independensi SEC dan PCAOB untuk Audit Perusahaan Publik
Misi SEC adalah melindungi investor dan memelihara integritas pasar modal
yang di dalamnya sekuritas perusahaan yang diperdagangkan secara publik dibeli dan

dijual. SEC mengkhususkan sembilan kategori jasa nonaudit yang dengan sejumlah
pengecualian dianggap akan merusak independensi jika disediakan pada klien audit
perusahaan publik:


Pembukuan atau jasa lain terkait rekaman akuntansi atau laporan keuangan klien











audit
Desain dan implementasi sistem informasi keuangan
Jasa penaksiran atau penilaian, opinikewajaran, atau laporan contribution in kind
Jasa aktuarial
Jasa alih daya audit internal
Jasa alih daya audit internal
Fungsi manajemen atau sumber daya manusia
Broker atau dealer, penasihat investasi, atau jasa perbankan investasi
Jasa hukum
Jasa ahli/pakar

Integritas dan Obyektivitas
Aturan 102 menyatakan bahwa dalam pelaksanaan jasa profesional apapun,
seorang anggota akan memelihara obyektivitas dan integritas, akan bebas konflik
kepentingan dan tidak akan secara sengaja mengelirukan fakta atau mengalihkan
pertimbangannya kepada bawahannya. Dalam berhadapan dengan akuntan eksternal
pemberi kerjanya, seorang anggota harus terbuka dan tidak secara sengaja menyajikan
secara keliru suatu fakta atau secara sengaja gagal mengungkapkan fakta tersebut.
Jasa pendidikan adalah jasa profesional dan dengan demikian merupakan subyek
aturan 102. Oleh karena itu, seorang anggota harus memelihara obyektivitas dan
integritas ketika melaksanakan jasa semacam itu.
2.10 Rules of Conduct terkait Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
Unsur Rules of Conduct ini mengandung dua aturan yang berhubungan dengan
standar umum dan satu aturan berhubungan dengan prinsip akuntansi.
Standar Umum dan Kepatuhan dengan Standar
Dalam standar umum dan kepatuhan dengan standar terdapat dua aturan yang
merupakan bagian Rule of Conduct yakni :

Aturan 201 : Seorang anggota akan menaati dengan standar berikut dan dengan
interpretasinya oleh badan yang ditunjuk oleh dewan.
A.

Kompetensi Profesional. Hanya mengambil jasa professional yang anggota atau
KAPnya dapat secara logis mengekspektasi untuk dilengkapi dengan kompetensi
professional.

B.

Due Professional Care. Gunakan Due Professional Care dalam pelaksanaan jasa
professional.

C.

Perencanaan dan Supervisi. Rencanakan dan supervisi secara memadai
pelaksanaan jasa professional.

D.

Data Relevan yang Cukup. Peroleh data relevan yang cukup untuk menyediakan
basis yang logis bagi simpulan atau rekomendasi terkait jasa professional yang
dilakukan.
Aturan 201 tersebut secara esensial menangkap banyak dari apa yang

terkandung dalam sepuluh standar auditing berlaku umum yang berlaku bagi sikap
auditor dan membuatnya bagian dari aturan.
Aturan 202 : Seorang anggota yang melakukan auditing, tinjauan, kompilasi,
konsultasi, manajemen, perpajakan, atau jasa professional lainnya akan menaati standar
yang diumumkan oleh badan yang dibentuk oleh dewan.
Aturan 202 ini langsung dan ringkas namun penting karena dia mensyaratkan
bahwa anggota AICPA menaati standar professional ketika melakukan jasa professional,
entah iya atau tidak mereka berpraktik sebagai akuntan publik.

Prinsip Akuntansi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, terdapat satu aturan yang merupakan bagian Rule
of Conduct yakni aturan 203 dimana aturan 203 mensyaratkan CPA untuk melaporkan
kepatuhan dengan prinsip akuntansi yang sesuai.
Aturan 203 : Seorang anggota tidak akan (1) mengekspresikan pendapat atau
menyatakan secara afirmatif bahwa laporan keuangan atau data keuangan lainnya dari
entitas apa pun disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum atau (2)
menyatakan bahwa tidak menyadari bahwa modifikasi material seharusnya dibuat pada

laporan atau data semacam itu dalam rangka agar mereka sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum, jika laporan atau data semacam itu mengandung
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dimumkan oleh badan yang ditunjuk oleh
Dewan untuk menetapkan prinsip semacam itu yang memiliki dampak material pada
laporan atau data yang diambil secara keseluruhan.
2.11 Rules of Conduct terkait Tanggung Jawab Terhadap Klien
Bagian dari Rules of Conduct berisi dua aturan terkait dengan tanggung jawab
CPA pada kliennya.
Informasi Rahasia Klien
Aturan 301 (kutipan) : Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh
mengungkapkan informasi klien tanpa izin khusus dari klien.
Aturan

301

dan

interpretasinya

ini

secara

umum

melarang

auditor

mengungkapkan informasi rahasia klien, tetapi menetapkan lima situasi saat seorang
CPA dapat mengungkap informasi rahasia tanpa persetujuan klien yakni :
1.

Untuk memenuhi persyaratan pengungkapan dan kinerja sesuai PABU dan
standar auditing berlaku umum

2.

Untuk mematuhi panggilan tertulis yang valid untuk menghadap siding
pengadilan

3.

Untuk memungkinkan review praktik professional seorang anggota di bawah
kewenangan AICPA, lembaga CPA negara bagian, atau dewan akuntansi negara
bagian

4.

Untuk mengikuti proses investigatif atau disipliner

5.

Memungkinkan review atas praktik professional CPA sehubungan dengan
pembelian, penjualan, atau penggabungan praktik.

Fee Kontingensi
Aturan 302 (kutipan) : Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh :


Melaksanakan jasa professional untuk klen demi fee kontingensi, atau menerima
fee tersebut dari seorang klien atas tindakan anggota atau KAP anggota dalam
melakukan :

A. Suatu audit atau review laporan keuangan atau
B. Suatu kompilasi laporan keuangan ketika anggota menginginkan atau secara
logis mungkin menginginkan bahwa pihak ketiga akan menggunakan
laporan keuangan dan laporan kompilasi anggota tidak mengungkap
kurangnya independensi atau
C. Suatu pemeriksaan informasi keuangan prospektif


Mempersiapkan tingkat pengembalian pajak asli atau ubahan atau klaim
pengembalian pajak untuk fee kontingensi untuk semua klien
Aturan 302 ini menjelaskan bahwa pelarangan fee kontingensi berlaku selama

periode ketika anggota atau KAP anggota terikat untuk melakukan jasa yang terdaftar
dan periode yang dicakup oleh laporan keuangan historis yang terlibat dalam jasa
semacam itu. Sementara fee kontingensi itu sendiri adalah fee yang bergantung pada
temuan atau hasil yang diperoleh sebagai akibat dari pekerjaan anggota.
2.12 Rules of Conduct terkait Tanggung Jawab Dan Praktik Lain
Section ini berisi empat Rules of Conduct yang terkait dengan aspek profesi
lainnya:
1.

Tindakan yang Mendiskreditkan
Aturan 501: seorang anggota tidak akan melakukan tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Aturan ini memungkinkan AICPA untuk mengeluarkan
seorang anggota karena melakukan tindakan yang dapat memengaruhi reputasi
profesi. Contohnya, seorang CPA yang dituduh melakukan suatu kejahatan
serius dapat kehilangan keanggotaannya dalam AICPA.

2.

Pengiklanan dan Bentuk Penawaran Lainnya
Aturan 502: seorang anggota dalam praktik publik tidak akan mencari untuk
mendapatkan klien dengan pengiklanan dan bentuk lain penawaran dengan cara
yang salah, menyesatkan, atau menipu. Penawaran dengan penggunaan perilaku
koersi, melampaui batas, atau pelecehan adalah terlarang. Contoh, ekspektasi
salah atau tidak terjustifikasi untuk hasil yang menguntungkan.

3.

Komisi dan Fee Rujukan
Aturan 503:

A.

Komisi yang dilarang. Seorang anggota dalam praktik publik tidak kan
demi komisi merekomendasi atau merujuk pada klien suatu produk atau
jasa, atau demi komisi merekomendasi atau merujuk produk atau jasa
untuk dipasok oleh seorang klien, atau menerima komisi, ketika seorang
anggota atau anggota KAP juga melakukan untuk klien tersebut.

B.

Pengungkapan komisi yang diizinkan. Seorang anggota dalam praktik
publik yang tidak dilarang oleh aturan ini dari memberikan jasa untuk
atau menerima komisi dan yang dibayar atau diharapkan untuk dibayar
suatu komisi akan mengungkapkan fakta tersebut pada orang atau entitas
yang menjadi sasaran anggota dalam merekomendasikan atau merujuk
suatu produk atau jasa terkait komisi tersebut.

C.

Fee rujukan. Seorang anggota yang meneriam fee rujukan untuk
merekomendasi atau merujuk jasa seorang CPA pada orang atau entitas
yang

membayar

fee

rujukan

untuk

memperoleh

klien

akan

mengungkapkan penerimaan atau pembayaran tersebut kepada klien.
4.

Bentuk dan Nama Organisasi
Aturan 505: seorang anggota boleh berpraktik akuntan publik hanya dalam
bentuk organisasi yang diizinkan oleh undang-undang atau regulasi yang
karateristiknya sesuai dengan resolusi Dewan. Aturan ini mensyaratkan bahwa
bentuk praktik akuntan publik memenuhi undang-undang atau regulasi yang
karateristiknya sesuai dengan resolusi AICPA.

2.13 Tindakan Disipliner
AICPA memiliki sejumlah cara yang dengannya anggota dapat didisiplinkan
karena melanggar Code of Profesional Conduct. Untuk pelanggaran yang tidak
memenuhi syarat untuk di beri tindakan formal, PEEC dapat mengarahkan seorang
anggota untuk mengambil tindakan remedial atau korektif. Jika anggota menolak
rekomendasi komite, komite dapat merujuk kasus tersebut pada suatu panel dengar di
Trial Board.
2.14 Standar Pengendalian Kualitas

Pada tahun 1977 AICPA memulai program review rekan sukarela, dan pada
Januari 1988 telah menyetujui tujuan rekan atas kualitas wajib. Program distruktur
dalam dua lapis: satu untuk perusahaan yang memiliki klien audit perusahaan publik
dan satu untuk perusahaan (biasanya lebih kecil) yang mengaudit hanya perusahaan
privat. Tujuan tinjauan kualitas adalah untuk memastikan bahwa perusahaan patuh pada
standar kualitas yang relevan. PCAOB mengambil tanggung jawab untuk penerbitan
standar pengendalian kualitas baru yang berlaku bagi KAP yang mengaudit klien
perusahaan publik. Namun, AICPA mempertahankan Peer Review Program (PRP) yang
didesain untuk me-review dan mengevaluasi porsi praktik akuntansi dan auditing KAP
yang bukan merupakan subjek inpeksi PCAOB. Tujuan PRP adalah meningkatkan
kualitas dalam jasa akuntansi dan audit yang disediakan oleh anggota individual AICPA
dan KAP-nya.
PRP AICPA terdiri dari dua tipe review: review sistem dan review perikatan.
Tujuan review rekan dalam suatu review sistem adalah untuk menentukan jika kebijakan
dan prosedur KAP untuk pengendalian kualitas sesuai dengan standar profesional dan
jika KAP menaati sistem pengendlian kualitasnya. KAP yang tidak melakukan audit
atau perikatan serupa, namun melakukan pekerjaan akuntansi lain seperti review dan
komplikasi, menjalani review perikatan, yang berfokus pada pekerjaan yang dilakukan
pada perikatan pilihan tertentu alih-alih pada sistem pengendalian kualitas secara
keseluruhan.
Sistem pengendalian kualitas
Sistem pengendalian kualitas kantor akuntan seharusnya didesain untuk
menyediakannya dengan keyakinan logis bahwa perusahaan dan pegawainya menaati
persyaratan profesional, legal dan regulator dan bahwa rekan menerbitkan laporan yang
sesuai (SQCS). Suatu sistem pengendalian kualitas harus disesuaikan dengan ukuran
kantor akuntan, sifat praktik, organisasinya dan pertimbangan biaya manfaat. Untuk
praktisi sendiri atau kantor akuntan kecil, suatu sistem pengendalian kualitas akan
kurang formal dibandingkan dengan kantor akuntan nasional atau internasional.
Elemen Pengendalian Kualitas
SQCS No.8 mengidentifikasikan enam elemen pengendalian kualitas berikut:

1.

Tanggung jawab kepemimpinan untuk kualitas dalam kantor akuntan. Kantor
akuntan seharusnya membuat kebijakan dan prosedur yang didesain untuk
mendukung budaya internal yang didasarkan pada pengakuan bahwa kualitas
sangatlah penting dalam melaksanakan perikatan. Kebijakan dan prosedur
semacam itu mensyaratkan pimpinan kantor akuntan untuk mengasumsikan
tanggung jawab akhir bagi sistem pengendalian kualitas kantor akuntan. Kantor
akuntan seharusnya menetapkan kebijakan dan prosedur yang didesain untuk
menyediakannya dengan kewajiban logis bahwa siapa saja atau yang diberikan
tanggung jawab operasional untuk sistem pengendalian kualitas oleh pimpinan
kantor akuntan memiliki pengalaman dan kemampuan yang cukup dan layak,
dan otoritas yang diperlukan untuk mengasumsikan tanggung jawab tersebut.
(SQC 8.21)

2.

Persyaratan etis yang relevan. Kantor akuntan publik seharusnya menetapkan
kebijakan dan prosedur yang didesain untuk menyediakannya dengan keyakinan
wajar bahwa kantor akuntan dan pegawainya menaati persyaratan etis yang
relevan. (SQC 8.21)

3.

Penerimaan dan berkelanjutan hubungan klien dan perikatan spesifik. Kantor
akuntan seharusnya menetapkan kebijakan dan prosedur untuk penerimaan dan
berkelanjutan hubungan klien dan perikatan spesifik, yang didesain untuk
menyediakan kantor akuntan dengan keyakinan logis bahwa dia akan
mengerjakan atau meneruskan hubungan dan perikatan dan memiliki
kemampuan, termasuk waktu dan sumber daya, untuk melakukannya, dapat
menaati persyaratan ilegal dan etis yang relevan, dan mempertimbangkan

integritas

klien

dan

tidak

memiliki

informasi

yang

mengakibatkan

menyimpulkannya bahwa klien kurang berintegritas. (SQC 8.27)
4.

Sumber daya manusia. Kantor akuntan seharusnya menetapkan kebijakan dan
prosedur yang didesain untuk menyediakannya dengan keyakinan logis bahwa ia
memiliki pegawai yang cukup dengan kompetensi, kemampuan, dan komitmen
pada prinsip etitas yang diperlukan untuk melakukan perikatan sesuai dengan
standar profesional dan persyaratan legal dan regulator yang berlaku dan
memungkinkan kantor akuntan untuk menerbitkan laporan yang sesuai dalam
kondisi tersebut. (SQCS.8.31-32)

5.

Kinerja perikatan. Kantor akuntan seharusnya menetapkan kebijakan dan
prosedur yang didesain untuk menyediakan dengan keyakinan wajar bahwa
perikatan dilakukan sesuai dengan stadar profesional dan persyaratan ilegal dan
regulator yang berlaku dan bahwa kantor akuntan menerbitkan laporan yang
sesuai dalam keadaan tersebut. (SQCS 8.35)

6.

Pemonitoran. Kantor akuntan seharusnya menetapkan proses pemonitoran yang
didesain untuk menyediakan dengan keaykinan logis bahwa kebijakan dan
prosedur terkait sistem pengendalian kualitas adalah relevan, memadai, dan
beroperasi secara efektif.
Kantor akuntan seharusnya mengimplementasikan prosedur pemonitoran
untuk mengidentifikasi dan mengkomunikasi keadaan yang mungkin melakukan
perubahan dan perbaikan pada sistem pengendalian kualitas kantor akuntan.
Prosedur pemonitoran termasuk:
-

Tinjauan catatan terkait elemen pengendalian kualitas.

-

Tinjauan dokumentasi perikatan, laporan, dan laporan keuangan klien.

-

Diskusi dengan pegawai kantor akuntan.

-

Tinjauan laporan diringkas, paling tidak secara tahunan, mengenai
temuan prosedur pemonitoran dan investigasi penyebabnya sehingga
perbaikan bisa dibuat.

-

Penentuan tindakan korektif yang akan dilakukan atau perbaikan yang
akan dibuat dalam sistem, termasuk menyediakan umpan balik bagi
kebijakan dan prosedur kantor akuntan terkait pendidikan dan pelatih.

-

Tindak lanjut secara tepat waktu oleh manajemen kantor yang sesuai dan
penentuan tindakan apa yang perlu, termasuk modifikasi pada sistem
pengendalian kualitas (SQCS 8.A64).

2.15 Inspeksi KAP Terdaftar PCAOB
PCAOB mengadakan inspeksi rutin atas kantor akuntan publik yang disyaratkan
untuk mendaftar oleh Dewan. Inspeksi ini berfokus pada perikatan audit dan tinjauan
kuartalan pilihan dan mengevaluasi kecukupan sistem pengendalian kualitas KAP
terdaftar. Tujuan inspeksi ini adalah memastikan bahwa KAP terdaftar, sehubungan
dengan audit perusahaan publik mereka, menaati Sarbanes-Oxley Act, atauran PCAOB,
aturan SEC dan standar profesional.
PCAOB mengadakan inspeksi khusus secara ad hoc ketika memiliki tujuan
khus