tata letak gudang untuk mami

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini, dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat,
maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa
pengaruh yang besar bagi dunia industri, khususnya Indonesia. Indonesia sudah
menghadapi pasar bebas Asean Free Trade Ageement (AFTA). Perkembangan
dunia industri juga diiringi dengan perkembangan teknologi, namun pada
kenyataannya pemanfaatan teknologi dalam proses industri mengandung berbagai
risiko.
Seperti halnya perusahaan Gearindo Prakarsa mendukung dalam hal
pembangunan industri. Perusahaan ini bergerak dibidang pabrikasi, khususnya di
bidang kelistrikan, mekanik, pemipaan, struktur baja, tangki penyimpanan, dan
konstruksi untuk minyak dan gas. Perusahaan ini memiliki karyawan produksi
sebanyak 100 karyawan, dan setiap karyawan bekerja pada divisi yang berbedabeda. Divisi-divisi tersebut memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda.
Berdasarkan pengamatan secara langsung oleh peneliti di lokasi penelitian
ditemukan tata letak engineering yang tidak layak, seperti letak tabung-tabung gas
yang terkena secara langsung pada sinar matahari, selain itu juga gas tersebut
dengan dengan percikan api yang dikeluarkan oleh mesin grinda. Hal tersebut
dapat mengakibatkan kontak api secara langsung dan mengakibatkan kebakaran

1

pada area kerja dan mengakibatkan kecelakaan kerja pada karyawan produksi.
Dengan kata lain apabila tata letak diperhatikan dengan benar memiliki beberapa
manfaat yaitu seperti :
1. Mengurangi resiko kecelakaan kerja
Perancangan tata letak yang baik juga bertujuan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang aman, dan nyaman bagi para pekerja yang terkait di
dalamnya.
2. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
Dengan penataan lingkungan kerja yang baik, tertata rapi, tertib, pencahayaan
yang baik, sirkulasi udara yang baik , dsb, maka suasana kerja yang baik akan
tercipta sehingga moral dan kepuasan kerja para pekerja akan meningkat. Hal
ini berpengaruh pada kinerja karyawan yang juga akan meningkat sehingga
produktivitas kerja akan terjaga.
3. Mempermudah aktivitas supervisor
Tata letak yang baik akan mempermudah seorang supervisor untuk mengamati
jalannya proses produksi.
4. Penghematan pemanfaatan area
Perancangan tata letak yang baik akan mengatasi pemborosan pemakaian

ruang yang berlebihan.
5. Pemaksimalan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan/atau fasilitas produksi
lainnya.

2

6. Proses manufaktur yang lebih singkat
Dengan space ruang yang kecil pada bagian produksi dapat memperpendek
jarak dalam pengambilan barang, sehingga tidak memerlukan waktu yang
lama.
7. Mengurangi jarak perpindahan barang
Dalam proses produksi, perpindahan barang atau material pasti terjadi. Mulai
dari bahan baku memasuki proses awal, pemindahan barang setengah jadi,
sampai barang jadi yang siap untuk dipasarkan disimpan dalam gudang.
Mengingat begitu banyaknya perpindahan barang yang terjadi dan betapa
besarnya peranan perpindahan barang, terutama dalam proses produksi, maka
perancangan tata letak yang baik akan meminimalkan biaya perpindahan
barang tersebut.
8. Mengurangi delay
Mengatur keseimbangan antara waktu operasi dan beban dari tiap-tiap

departemen atau mesin adalah bagian dari tanggung jawab perancang tata
letak fasilitas. Pengaturan yang baik akan mengurangi waktu tunggu atau
delay yang berlebihan yang dapat disebabkan oleh adanya gerakan balik (back
tracking), gerakan memotong (cross-movement), dan kemacetan (congestion)
yang menyebabkan proses perpindahan terhambat.

3

9. Menaikkan output produksi
Pada umumnya, tata letak yang baik akan memberikan output yang lebih
besar dengan ongkos kerja yang lebih kecil atau sama, dengan jam kerja
pegawai yang lebih kecil dan jam kerja mesin yang lebih kecil.
perusahaan Gearindo Prakarsa bergerak dibidang pabrikasi, khususnya di
bidang kelistrikan, mekanik, pemipaan, struktur baja, tangki penyimpanan, dan
konstruksi untuk minyak dan gas. Untuk itu proses produksi yang peneliti dapat
gambarkan sebagai berikut :
Mulai
Proses Fabrikasi
(Cutting Welding)
Sandblasting

NDT Test
Hydrotest

Reject
Reject

Approve
Coating
Final Painting
Quality Control
Wrapping
Send to Marunda

4

Tata letak fasilitas produksi tidak hanya dilihat dari keuntungannya namun
juga harus melihat pemilihan tempat dan penempatan yang tepat yaitu dengan
melihat jumlah dan luas area dari fasilitas produksi yang ada. Ada empat macam
atau tipe tata letak yang secara klasik umum diaplikasikan dalam desain tata letak
peralatan produksi, yaitu (Wignjosoebroto, 2009) :

1. Tata letak fasilitas berdasarkan aliran produksi
Menurut Wignjosoebroto

(2009), jika

suatu

produk secara khusus

memproduksi suatu macam produk atau kelompok produk dalam jumlah besar
dan waktu produksi yang lama, maka semua fasilitas produksi dari pabrik
tersebut diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berlangsung
seefisien mungkin. Dengan tata letak berdasarkan aliran produksi, maka mesin
dan fasilitas produksi lainnya akan diatur menurut prinsip mesin sesudah
mesin atau prosesnya selalu berurutan sesuai dengan aliran proses, tidak
peduli macam mesin yang dipergunakan.
2. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Lokasi Material Tetap
Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak fasilitas berdasarkan proses tetap,
material atau komponen produk utama akan tetap pada posisi. Sedangkan
fasilitas produksi seperti alat, mesin, manusia serta komponen-komponen

kecil lainnya akan bergerak menuju lokasi material atau komponen produk
utama tersebut. Pada proses perakitan tata letak tipe ini alat dan peralatan
kerja lainnya akan cukup mudah dipindahkan.

5

3. Tata Letak fasilitas berdasarkan kelompok produk
Tata letak tipe ini didasarkan pada pengelompokkan produk atau komponen
yang akan dibuat. Produk-produk yang tidak identik dikelompok berdasarkan
langkah-langkah proses, bentuk, mesin atau peralatan yang dipakai dan
sebagainya. Pengelompokkan tidak didasarkan pada kesamaan jenis produk
akhir seperti halnya pada tipe produk tata letak. Pada tipe kelompok produk,
mesin-mesin atau fasilitas produksi nantinya juga akan dikelompokkan dan di
tempatkan dalam sebuah manufacturing sel. Karena di sini setiap kelompok
produk akan memiliki urutan proses yang sama maka akan menghasilkan
tingkat efisien yang tinggi dalam proses manufakturingnya. Efisiensi tinggi
tersebut akan dicapai sebagai konsekuensi pengaturan fasilitas produksi secara
kelompok atau sel yang menjamin kelancaran aliran kerja.
4. Tata letak fasilitas berdasarkan fungsi atau macam proses
Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak berdasarkan macam proses sering

dikenal dengan proses atau tata letak berdasarkan fungsi adalah metode
pengaturan dan penempatan dari segala mesin serta peralatan produksi yang
memiliki tipe atau jenis sama ke dalam satu departemen.
Hal yang ditemukan juga di lapangan yaitu adanya karyawan yang tidak
menggunakan masker, kacamata, sarung tangan dan helm pada waktu kerja
dibagian welding dan grinding, dimana tata letak welding dan grinding
berdekatan dan hal ini berdampak buruk bagi keselamatan kerja pada karyawan
itu sendiri, untuk itu perlu adanya penerapan K3 secara optimal yaitu dengan
6

diperkuat oleh standarisasi OSHAS 18001.

Berdasarkan data yang didapat

dilokasi penelitian bahwa kecelakaan kerja di lapangan yaitu :
Data kecelakaan kerja pada PT. Gearindo Prakarsa
Nama Divisi
Welder
Piping
Electric


Jumlah
6
2
2

Gambar 1.1. Data Kecelakaan kerja pada PT. Gearindo Prakarsa

Berdasarkan dari data diatas bahwa kecelakaan kerja masih sering terjadi
di perusahaan Gearindo Prakarsa, secara umum ada 10 orang karyawan yang
mengalami kecelakaan kerja di saat karyawan bekerja di Pabrik. Hal tersebut
dapat dikarenakan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang belum
memenuhi standarisasi dari OHSAS 18001 dan tidak adanya evaluasi dengan
menggunakan metode CIPP (Data berdasarkan obervasi dan wawancara).
Pekerja sebagai sumber daya dalam lingkungan kerja perusahaan industri
harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi.
Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi
kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu memastikan bahwa pekerja dalam kondisi
kerja yang aman, untuk itu pemerintah telah mengantisipasi hal tersebut yaitu
dengan mengeluarkannya UU No.13 Tahun 2003 tentang tenaga kerja yang

tujuannya menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, bahwa upaya Kesehatan

7

dan Keselamatan Kerja (K3) dimaksudkan untuk memberi jaminan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan para buruh dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Perusahaan yang bagus adalah perusahaan yang benar-benar menjaga
keselamatan dan kesehatan para pekerjanya dengan membuat aturan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh pekerja dan
pimpinan perusahaan. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat
kerja atau akibat lingkungan kerja sangat dibutuhkan oleh pekerja agar pekerja
merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Menurut Utomo dan Sugiarto (2007:147) sistem kesehatan dan
keselamatan kerja harus memenuhi persyaratan berikut :
a. Adanya pengorganisasian pelayanan kesehatan yang jelas tentang jenis,
bentuk, jumlah, dan pendistribusiannya;
b. Adanya pengorganisasian pembiayaan kesehatan yang juga harus jelas dan
jumlah, pendistribusian, pemanfaatan dan mekanisme pembiayaannya;

c. Mutu pelayanan dan manfaat pembiayaan, apakah sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat, serta apakah pembiayaan ini tidak mubazir.
Sedangkan menurut Sculler dan Jackson (2005:214), perusahaan yang mampu
melaksanakan program kesehatan dan keselamatan kerja dengan baik akan
memperoleh manfaat seperti :

8

a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
b.

Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

c.

Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

d.


Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.

e.

Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
dan ras kepemilikan.

f.

Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan.
Dari beberapa hal yang sudah dijelaskan oleh peneliti diatas, peneliti mencoba
untuk menggunakan metode pengendalian kualitas yang berhubungan dengan
penataan alat-alat produksi, namu ada beberapa hal yang mempengaruhinya
seperti adanya peralatan kerja yang sudah tua, lingkungan kerja yang bising
serta penempatan alat produksi tidak pada tempatnya, tidak adanya metode
kerja yang jelas, SDM dari pekerja yang tidak memakai peralatan keamanan
kerja dan adanya proteksi perlindungan yang berstandarkan pada K3 dan
OSHAS 18001. Untuk menjawab itu semuanya peneliti menggunakan metode
Diagram Fishbone (Tulang Ikan). Diagram ini akan menunjukkan sebuah
dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya
yang dapat digambarkan sebagai berikut :

9

Gambar 1.1 Diagram Fishbone

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana penataan engineering yang benar agar tidak
terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan produksi dan bagimana implementasi
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada karyawan produksi PT.
Gearindo Prakarsa ditinjau dari OHSAS 18001 dengan pendekatan CIPP
(Context, Input, Process, Product) ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penataan engineering yang benar pada lingkungan kerja

10

2. Untuk mengetahui implementasi program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) PT. Gearindo Prakarsa ditinjau dari OHSAS 18001 dengan pendekatan
CIPP (Context, Input, Process, Product).

1.4 Manfaat Penelitian
1. Perusahaan
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan PT. Gearindo
Prakarsa dalam membangun penataan peralatan produksi (engineering) untuk
menghindari kecelakaan kerja dan membangun program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang berstandarkan pada OHSAS 18001 dan di
evaluasi dengan pendekatan CIPP.
2. Ilmu Pengetahuan
Memberikan konstribusi bagi ilmuwan khususnya pada penataan
peralatan produksi (engineering) dan meningkatkan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang berstandarkan pada OHSAS 18001 serta
memberikan konstribusi bagi pengembangan penelitian selanjutnya.
3. Peneliti
Menambah konsep dasar dalam memahami penataan peralatan produksi
(engineering) dan aspek-aspek manajemen sumber daya manusia khususnya
pada program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang berstandarkan
pada OSHAS 18001.

11