Buku Guru Bahasa Inggris SMALBA - Tunanetra
KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA Buku Guru
Bahasa Inggris Tunanetra KELAS X
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Buku Guru Bahasa Inggris SMALB/A - Tunanetra
Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan kurikulum 2013. Buku ini merupakan "dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang – Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN
Kontributor : Tolibul Hadi Penyunting materi : Fatimah Alma Diterbitkan oleh : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kotak katalog dalam terbitan (KDT)
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahasa Inggris SMALB/A ~Tunanetra : Buku Guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. –Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. viii, 210 hl. : ilus.; 25 cm. Untuk SMALB Kelas X
ISBN 978-602-282-645-3 (jilid lengkap)
ISBN 978-602-282-646-0 (jilid 1) Bahasa Inggris – Studi dan Pengajaran
I. Judul I. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Cetakan ke-1, 2014 Disusun dengan huruf Bookman Oldstyle , 12pt
KATA PENGANTAR
Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan peraturan ini telah ditetapkan kebijakan baru pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kurikulum yang berlanjut dengan penerapan kurikulum 2013. Menurut peraturan ini, struktur kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran, Mata Pelajaran, dan Beban Belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Khusus struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan menengah termasuk untuk SMALB diantaranya terdiri atas. muatan umum; dan muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat.
Pengembangan Kurikulum 2013 SMALB seperti juga pengembangan kurikulum 2013 SMA dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas
mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangatesensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi
Kurikulum 2013.Dengan diberlakukannya implementasi kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2014/ 2015 di SMALB, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (Dit. PPKLK) Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan kurikulum pendidikan khusus. Kegiatan ini telah berhasil merumuskan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sejumlah mata pelajaran bagi peserta didik di SMALB. Merujuk pada kurikulum tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah
mengembangkan bahan ajar pendidikan khusus. Dari kegiatan
pengembangan tersebut telah diterbitkan sebanyak 54 jenis
bahan ajar pendidikan khusus untuk peserta didik/siswa SMALB kelas X Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunagrahita Sedang, Tunadaksa Ringan, Tunadaksa Sedang, dan Autis, yangterdiri dari 27 bahan ajar untuk peserta didik/siswa dan 27
bahan ajar untuk guru yang mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan,
Matematika, dan Seni Budaya.Akhirnya, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
berperan dalam penyusunan bahan ajar ini khususnya kepada
semua Penulis, Editor, dan Ilustrator serta team profesional dariDit. PPKLK Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud dibawah
koordinasi Direktur Dit. Pembinaan Pendidikan Khusus dan
Layanan Khusus, dengan dibantu Kasubdit Pembelajaran, Kasi
Pelaksanaan Kurikulum, Kasi Penilaian dan Akreditasi yang telahmengkoordinir penulis, penelaah/editor, illustrator, dan tim
tehnis Dit. PPKLK serta staf subdit pembelajaran Dit. PPKLK
sehingga atas kerja keras dan bekerja dengan penuh konsentrasi dapat dihasilkannya bahan ajar ini. Semoga ketersediaan bahan ajar ini akan mendorong semua guru dan Kepala Sekolah SMALBuntuk meningkatkan kapasitasnya dalam memahami dan
menerapkan prinsip- prinsip pembelajaran dalam mengelola kelas dan mengembangkan sekolah serta bagi guru diharapkan dapatmenerapkan pendekatan saintifik dan penilaian otentik pada
setiap kegiatan pembelajaran supaya dihasilkan lulusan SMALB yang kreatif, produktif, inovatif, dan mandiri serta memiliki sikap ilmiah.Jakarta, Mei 2014. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan MOHAMMAD NUH
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................ iv Daftar Isi................................................................. vii
BAGIAN I PETUNJUK UMUM BAB I PENDAHULUAN............................................
1 A. Latar Belakang…………………………………………..
1 B. Tujuan................................................................
2 C. Ruang Lingkup……………………………………....... 3 D. Materi Pembelajaran...........................................
4 E. Karakteristik Anak Tunanetra dalam Kegiatan Pembelajaran.....................................................
4 F. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris……………………....................................... 7
G. Integrasi Nilai – Nilai Pendidikan Karakter……... 7
BAB II MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Model Pembelajaran Bahasa Inggris...................
9 A. Model pembelajaran Langsung........................... 9
B. Model Pembelajaran Kooperatif.......................... 10
C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)................................
11 D. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)....................................
11
E. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning).........................................
12 BAB III KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
23 A. Kegiatan Pembelajaran..................................... Mengamati (Observing)......................................
23 Mempertanyakan (Questioning).........................
23 Bereksplorasi/bereksperimen (Exploring).......... 24 Mengasosiasi/menganalisis (Associating)..........
24 Berkomunikasi (Communicating)......................
24 B. Format Model Penilaian..................................... 25 Kriteria Penilaian............................................... 25 Cara Penilaian................................................... 25
27 C. Rincian Aspek Penilaian.....................................
BAGIAN II : PETUNJUK KHUSUS Bab I : Personal Information................................... 33 Bab II : Describing people and places...................... 51 Bab III : Showing attention....................................... 90 Bab IV : Announcement............................................ 118 Bab V : Congratulation!.......................................... 135 Bab VI : Talking about the Past................................ 156 Bab VII: Telling Past Events...................................... 178 GLOSARY................................................................ 204 DAFTAR PUSTAKA.................................................. 209
BAGIAN I: PETUNJUK UMUM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana layaknya warga negara Indonesia
lainnya. Anak-anak tunanetra juga berhak mendapatkan pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang berhak didapatkan oleh anak-anak tunanetra terutama siswa- siswi SMALB/A adalah Bahasa Inggris.
Pembelajaran bahasa Inggris untuk SMALB/A adalah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Penyajiannya adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan bahasa Inggris sebagai sarana berkomunikasi. Pemahaman terhadap jenis, kaidah dan konteks suatu teks ditekankan sehingga memudahkan peserta didik menangkap makna yang terkandung dalam suatu teks maupun menyajikan gagasan dalam bentuk teks yang sesuai sehingga mudah dipahami orang lain.
Sebagai bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, kemampuan berbahasa Inggris yang dituntut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan: dimulai dengan meningkatkan kompetensi pengetahuan tentang jenis, kaidah, dan konteks suatu teks, dilanjutkan dengan kompetensi keterampilan menyajikan suatu teks tulis dan lisan baik terencana maupun spontan dengan pelafalan dan intonasi yang tepat, dan bermuara pada pembentukan sikap kesantunan berbahasa.
Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, peserta didik diajak menjadi berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini sangat penting. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam berbagai bentuk kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
B. Tujuan
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMALB-A Tunanetra bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan harga diri peserta didik;
2. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulisan untuk mencapai tingkat literasi functional;
3. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global;
4. Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SMALB-A Tunanetra meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan atau tulisan yang diwujudkan dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengar- kan/menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing) untuk mencapai tingkat literasi functional. Ketrampilan berbahasa tersebut tidak diajarkan secara sendiri- sendiri/terpisah, namun diajarkan secara simultan dan terpadu (integrated).
2. Kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan monolog serta essai berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, dan report, dan lain-lain.
D. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran Bahasa Inggris untuk kelas X SMALB/A adalah: 1. Teks pemaparan jati diri (Personal Information).
2. Teks deskriptif sederhana tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal (Describing
People and Places).
3. Ungkapan perhatian (Care).
4. Teks pemberitahuan (Announcement).
5. Ucapan selamat (Congratulation).
6. Tindakan/kejadian yang dilakukan/terjadi di waktu lampau (Talking about The Past )
7. Teks recount tentang pengalaman, kejadian, dan peristiwa sederhana (Telling Past Events)
8. Lagu sederhana (Song)
E. Karakteristik Anak Tunanetra dalam kegiatan pembelajaran .
Dalam sudut pandang pendidikan, seorang anak dikatakan tunanetra jika anak tersebut mengalami gangguan fungsi penglihatannya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Barraga (1983: 25) tentang pengertian anak tunanetra, yakni:
A visually handicapped child is one whose visual impairment interferes with his optimal learning and achievement, unles adaptions are made in the methods of presenting, learning experiences, the
nature of the material used, and/or in the learning environment.
Rumusan tersebut menjelaskan bahwa seorang anak dikatakan tunanetra apabila ia mengalami gangguan fungsi penglihatan untuk belajar dan mencapai prestasi secara optimal, tidak dapat menyesuaikan metode, materi pelajaran, dan lingkungan belajar yang pada umumnya digunakan oleh anak-anak yang dapat melihat. Oleh karena itu ia membutuhkan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi dan kebutuhan anak tunanetra sehingga ia dapat belajar dan mengembangkan prestasinya secara optimal.
Tunanetra diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu: buta total (totally blind) dan kurang penglihatan (low vision). Sehubungan dengan tunanetra yang memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Dengan adanya hambatan penglihatan pada peserta didik tunanetra, mereka memiliki beberapa keterbatasan, yakni:
1. Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa.
2. Mengalami hambatan dalam keaneragaman pengalaman.
3. Mengalami hambatan dalam melakukan mobilitas.
Oleh karena itu, ada beberapa hal penting harus diperhatikan pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan untuk peserta didik tunanetra, yakni: 1. Penjelasan verbal yang jelas.
2. Menggunakan intonasi bicara yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks.
3. Menggunakan media pembelajaran yang dapat diamati secara nyata baik benda kongkrit maupun model.
4. Menggunakan media pembelajaran yang aman bagi peserta didik.
5. Diusahakan media pembelajaran difasilitasi untuk setiap peserta didik agar dapat mengamatinya secara holistik dan komprehensif.
6. Menggunakan media pembelajaran yang bervariasi guna membantu memperjelas konsep yang sedang diajarkan.
7. Media pembelajaran bagi peserta didik yang low
vision harus memperhatikan kebutuhan penglihatannya berdasarkan hasil asesmen.
8. Memperhatikan pencahayaan dan kekontrasan ruang sesuai dengan kebutuhan setiap peserta didik.
9. Memfasilitasi peserta didik untuk mengeksplorasi lingkungannya.
10. Memberikan penguatan atau reinforcement yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan baik secara
verbal maupun nonverbal kepada setiap peserta didik.
11. Menanggapi secara positif atas pertanyaan- pertanyaan atau komentar peserta didik.
12. Membina dan mengembangkan sikap dan etika yang sesuai dengan aturan dan budaya setempat secara tegas kepada setiap peserta didik.
13. Guru harus senantiasa memperhatikan posisi duduk, gerakan-gerakan blindsm dan keterarah- wajahan pada peserta saat berkomunikasi.
F. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SMALB/A (tunanetra) disajikan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis teks, baik lisan maupun tulis dengan menempatkan bahasa Inggris sebagai sarana berkomunikasi.
Empat keterampilan berbahasa (language skill): mendengarkan/menyimak (listening), berbicara (speaking), reading (membaca), menulis (writing) tetap menjadi bagian dari proses pembelajaran bahasa Inggris.
G. Integrasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Tujuan akhir dari proses pendidikan di Indonesia adalah setiap peserta didik memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada kurikulum 2013, peserta didik ditekankan memiliki sikap dan budi pekerti luhur sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia. Peserta didik diharapkan mengenal dan menerima nilai- nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat.
Secara operasional pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai kompetensi dasar tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru mata pelajaran Bahasa Inggris pada satuan Pendidikan SMALB Tunanetra perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sangat perlu dikembangkan agar pada saat peserta didik menerapkan komunikasi bahasa Inggris dengan masyarakat, tetap mempertahankan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia..
BAB II MODEL - MODEL PEMBELAJARAN Model Pembelajaran Bahasa Inggris Secara umum terdapat beberapa model pembelajaran yang disarankan pada pelaksanakan Kurikulum 2013. Model-model pembelajaran yang dikembangkan pada Kurikulum 2013 tersebut lebih menekankan pada
bagaimana peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga dapat mencari dan menemukan sendiri konsep pengetahuan dan mampu melakukan sesuatu secara aktif, inovatif, kreatif dalam konteks yang menyenangkan. Model-model pembelajaran yang dimaksud, antara lain: A. Model pembelajaran Langsung.
Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya.
Pembelajaran langsung memiliki pola urutan kegiatan yang sistematis untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau peserta didik, agar pembelajaran langsung tersebut terlaksana dengan baik. Kelebihan model pembelajaran langsung: 1. Relatif banyak materi yang dapat tersampaikan.
2. Untuk hal-hal yang sifatnya prosedural, model ini akan relatif mudah diikuti.
Kekurangan/kelemahan model pembelajaran langsung adalah jika terlalu dominan pada ceramah, maka peserta didik merasa cepat bosan. Pembelajaran langsung akan terlaksana dengan baik apabila guru mempersiapkan materi yang akan disampaikan dengan baik pula dan sistematis, sehingga tidak membuat peserta didik cepat bosan dengan materi yang dipelajari.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang di persyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Dari pendapat tersebut, jelas bahwa pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik pada perilaku bersama. Bekerja sama bertujuan untuk saling membantu satu sama lain, menghormati pendapat orang lain, dan selalu bekerja sama untuk menambah pengetahuannya.
C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning)Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik belajar mencaritemukan pengetahuan. Dalam pelaksanaannya di dalam kelas, peserta didik bekerja dalam sebuah tim untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata.
D. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning)Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Pada model pembelajaran ini peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Langkah- langkah pembelajarannya diawali dari masalah yang dikemas dalam sebuah pertanyaan penuntun (a guiding
question), kemudian peserta didik mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pada saat pertanyaan itu terjawab maka secara langsung peserta didik dapat menemukan berbagai elemen utama dan prinsip dalam materi kajiannya.
E. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Model pembelajaran ini mengubah paradigma pembelajaran yang berorientsi pada guru (teacher oriented) menjadi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student oriented). Dalam pelaksanaannya guru hanya berperan sebagai pengarah atau pembimbing terhadap aktivitas peserta didik. Guru seluas-luasnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi seorang
problem solver, scientis dsb. Peserta didik dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan hingga membuat kesimpulan-kesimpulan.
BAB III KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR Di dalam kurikulum 2013 terdapat istilah Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD). Jika kita melihat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa
kedalaman muatan kurikulum dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). SKL secara keseluruhan terdiri atas SKL satuan pendidikan, standar kompetensi kelompok mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran. Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Pada kurikulum 2013, istilah SK-KD digantikan menjadi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD).
Kompetensi Inti merupakan operasionalisasi dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element) kompetensi dasar, baik secara vertikal maupun horizontal. Fungsi Kompetensi Inti sebagai pengorganisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar pada satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yang berkesinambungan pada konten yang dipelajari peserta didik. Adapun fungsi Kompetensi Inti sebagai pengorganisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan pada kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok, yakni: Kompetensi Inti 1 berkenaan dengan sikap
keagamaan atau spiritual; Kompetensi Inti 2 berkenaan
dengan sikap sosial; Kompetensi 3 berkenaan dengan
pengetahuan; dan Kompetensi 4 berkenaan dengan
penerapan pengetahuan atau keterampilan. Keempat
kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik, kebutuhan, potensi peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD) 1 dan 2 yang berkenaan dengan sikap keagamaan/spiritual dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect
teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang KI-
KD 3 dan 4 yakni berkenaan dengan pengetahuan dan penerapan pengetahuan atau keterampilan.
Secara keseluruhan KI-KD mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SMALB Tunanetra Kelas X terdiri dari:
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus.
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
2.1 Mengembangkan perilaku santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi antar pribadi dengan guru dan teman.
2.2 Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan pro-aktif, dan dan bertanggung jawab menunjukkan sikap dalam melaksanakan
sebagai bagian dari komunikasi transaksional
solusi atas berbagai dengan guru dan teman. permasalahan dalam2.3 Mengembangkan perilaku
berinteraksi secara
tanggung jawab, peduli,
efektif dengan
kerjasama, dan cinta damai,
lingkungan sosial
dalam melaksanakan
dan alam serta komunikasi fungsional. dalam menempatkan diri sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus
3. Memahami,
3.1. Memahami fungsi sosial,
menerapkan, dan struktur teks,dan unsur menganalisis kebahasaan pada teks
pengetahuan pemaparan jati diri, sesuai
faktual, dengan konteks konseptual, dan penggunaannya. prosedural sesuai3.2. Memahami fungsi sosial,
dengan struktur teks, dan unsur kemampuan anak kebahasaan dari teks berkebutuhan deskriptif sederhana khusus tentang orang, tempat berdasarkan rasa wisata, dan bangunan ingintahuanya tentang ilmu pengetahuan,tekno logi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
bersejarah terkenal, sesuai dengan konteks penggunaannya.
3.3. Memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada ungkapan perhatian (care), serta responnya, sesuai dengan konteks penggunaannya.
3.4. Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks pemberitahuan (announcement), sesuai dengan konteks penggunaannya.
3.5. Memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari ungkapan ucapan selamat , serta responnya, sesuai dengan konteks penggunaannya.
3.6 Memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada pernyataan danpertanyaan tindakan/kejadian yang dilakukan/terjadi di waktu lampau sesuai dengan konteks penggunaannya.
3.7 Memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks recount tentang pengalaman, kejadian, dan peristiwa, sederhana, sesuai dengan konteks penggunaannya.
3.8 Memahami fungsi sosial dan unsur kebahasaan dalam lagu sederhana.
4. Mengolah, menalar,
4.1. Menjelaskan makna
dan menyaji dalam
pemaparan jati diri lisandan
ranah konkret dan
tulis ;Menyusun teks lisan
ranah abstrak sesuai
dan tulis untuk
dengan kemampuan
memaparkan, menanyakan,
anak berkebutuhan
dan merespon pemaparan
khusus terkait
jati diri, dengan
dengan
memperhatikanfungsi sosial,
pengembangan dari
struktur teks, dan unsur
yang dipelajarinya di
kebahasaan yang benar dan
sekolah secara sesuai konteks. mandiri, dan mampu
4.2.Menjelaskan makna dalam
menggunakan metoda sesuai kaidah teks deskriptif, lisan dan keilmuan. tulis, sederhana, tentang
orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal; Menyusun teks deskriptif tulis sederhana tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarahterkenal, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks
4.3 Menyusun teks lisan dan tulis untuk mengucapkan dan merespon ungkapan perhatian (care), dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks .
4.4 Menjelaskan makna pemberitahuan (announcement); Menyusun teks tulis pemberitahuan (announcement), sangat pendek dan sederhana, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.
4.5 Menyusun teks lisan dan tulis untuk mengucapkan dan merespon ucapan selamat , dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.
4.6 Menyusun teks lisan dan tulis untuk menyatakan dan menanyakan tentang tindakan/kejadian yang dilakukan/terjadi di waktu lampau dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan, yang benar dan sesuai konteks.
4.7 Menyusun teks recount lisan dan tulis, sederhana, tentang kegiatan, kejadian, peristiwa, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks
4.8 Menceritakan makna lagu sederhana.
Berdasarkan tabel KI dan KD di atas, mata pelajaran Bahasa Inggris memiliki 4 Kompetensi Inti (KI). Empat Kompetensi Inti terdiri dari 16 Kompetensi Dasar. KI dan KD tersebut merupakan bahan kajian yang akan ditransformasikan dalam kegiatan pembelajaran selama satu tahun yang terurai dalam 34-38 minggu efektif dan terbagi menjadi 2 semester. Jika sekolah menentukan minggu efektif sebanyak 36 minggu misalnya, dan setiap semester memiliki jumlah minggu yang sama maka setiap semester memiliki 18 minggu efektif. Adapun jumlah jam pelajaran Bahasa Inggris di SMALB Tunanetra adalah 2 jam pelajaran setiap minggunya dan setiap jam pelajaran adalah 40 menit. Dengan demikian dalam satu semester memiliki waktu sebanyak:
2 jam pelajaran x 40 menit x 18 minggu
efektif
Waktu tersebut merupakan alokasi waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik dengan Buku Siswa yang terdiri dari 7 Bab, yakni:
Bab I : Personal Information Bab II : Describing People and Places
Bab III : Showing Attention Bab IV : Announcement Bab V : Congratulation! Bab VI : Talking About the Past Bab VII : Telling Past Events Sebagai acuan, guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMALB Tunanetra dapat menggunakan tabel berikut untuk merencanakan pelaksanakan pembelajarannya dalam satu semester.
Tabel 1: Penggunaan Buku Siswa Pertemuan Minggu Ke Bab 1-2 3-4 5-7 8-10 11-12 13-14 15-16 17-18
I II
III
IV V
VI VII
Catatan:
a. Setiap guru menyesuaikan alokasi waktu dengan kemampuan peserta didik.
b. Bagi peserta didik yang sebagian besar memerlukan pengulangan maka dilaksanakan kegiatan remedial c. Bagi peserta didik yang sebagian besar telah mencapai target pembelajaran maka dapat dilaksanakan kegiatan pengayaan.
A. Kegiatan Pembelajaran: Mengamati (Observing).
a. Peserta didik membaca/mendengarkan contoh-contoh teks yang sedang dipelajari dari berbagai sumber, langsung dan/atau rekaman, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, unsur kebahasaan, maupun format penyampaian/penulisannya.
b. Peserta didik menirukan/menyalin/meneladani contoh-contoh secara terbimbing.
Menanyakan (Questioning)
a. Dengan pertanyaan pengarah dari guru, peserta didik menanyakan tentang fungsi sosial, ungkapan dan struktur teks, unsur kebahasaan, serta format penulisan yang digunakan dalam teks yang sedang dipelajari.
b. Peserta didik memperoleh pengetahuan tambahan tentang fungsi sosial, ungkapan dan struktur teks, unsur kebahasaan, serta format penulisan/ penyampaian dari berbagai sumber, termasuk dari guru.
Bereksplorasi/bereksperimen (Exploring)
Membaca/mendengar/menonton contoh-contoh lain dari teks yang dipelajari dari berbagai sumber, termasuk buku teks, buku panduan, dengan memperhatikan fungsi sosial, ungkapan dan struktur teks, unsur kebahasaan,serta format penulisan dari jenis teks yang sedang dipelajari.
Mengasosiasi/menganalisis (Associating)
a. Dalam kerja kelompok terbimbing peserta didik mempelajari teks untuk dapat menyebutkan fungsi sosial, ungkapan dan struktur teks, unsur kebahasaan, serta format penulisan dari jenis teks yang sedang dipelajari.
b. Peserta didik memperoleh balikan (feedback) dari guru dan teman tentang setiap hal yang disampaikan dalam kerja kelompok.
Berkomunikasi (Communicating)
a. Peserta didik membaca/menyimak/mempresentasikan/ memperagakan/mempublikasikan/ berbicara/membacakan/menonton teks-teks yang dipelajari. b. Peserta didik memperoleh balikan dari guru dan teman tentang karya yang dihasilkan/pesan yang ditangkap dan disampaikan, dan lain-lain.
c. Peserta didik mengungkapkan hal-hal yang sulit dan mudah dipelajari dan strategi yang sudah atau akan dilakukan untuk mengatasinya.
B. Format Model Penilaian Kriteria Penilaian a. Tingkat ketercapaian fungsi sosial penggunaan teks.
b. Tingkat kelengkapan dan keruntutan struktur teks.
c. Tingkat ketepatan unsur kebahasaan: tata bahasa, kosa kata, ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, dan tulisan Braille.
d. Tingkat kesesuaian format penulisan/penyampaian.
Cara Penilaian Unjuk kerja
1. Sasaran: keterampilan menggunakan bahasa Inggris secara produktif, seperti: memajang tulisan, presentasi, membacakan, dan sebagainya secara bermakna dan otentik atau mendekati otentik.
2. Peserta didik memperagakan proses berpikir tingkat tinggi dan mandiri.
3. Penilaian bukan hanya pada produk tetapi juga pada proses.
4. Kedalaman lebih penting dari pada keluasan.
5. Dapat diintegrasikan dengan penilaian observasi, evaluasi diri dan evaluasi sejawat.
Pengamatan
1. Sasaran: tindakan peserta didik belajar melakukan tindakan komunikatif (berbicara, menyimak, membaca, menulis) secara wajar, tidak disengaja untuk penilaian.
2. Peserta didik menyadari dituntut untuk bertindak terbaik tetapi tidak menyadari jika dinilai.
3. Meliputi tindakan verbal dan nonverbal, di dalam maupun di luar kelas.
4. Bukan penilaian formal seperti tes, tetapi untuk tujuan memberi balikan.
5. Balikan diberikan secara langsung maupun tidak langsung.
6. Jumlah peserta didik yang akan diamati pada setiap kali pengamatan perlu ditentukan.
7. Penilaian diarahkan pada salah satu atau lebih dari ketiga unsur teks.
Portofolio
1. Sasaran: menilai ketekunan, minat, kemajuan, dan keberhasilan dalam belajar melakukan banyak kegiatan dengan bahasa Inggris.
2. Kumpulan pekerjaan peserta didik yang mendukung proses belajar, antara lain laporan kemajuan, jadwal kerja, outline proyek, jurnal, buku harian, dan sebagainya.
3. Kumpulan karya peserta didik yang mencerminkan hasil atau capaian belajar, antara lain teks yang disalin, diringkas, dibuat sendiri, yang telah dibaca, foto, video, clipping, dan sebagainya.
4. Kumpulan hasil tes, ujian, nilai, dan latihan.
5. Catatan atau rekaman evaluasi diri dan evaluasi sejawat yang berupa komentar, checklist, dan penilaian.
C. Rincian Aspek Penilaian
1. Penilaian dari Aspek Pengetahuan (knowledge)
a. Kosa kata (vocabulary)
5 = Hampir sempurna 4 = Ada kesalahan tapi tidak mengganggu makna 3 = Ada kesalahan dan mengganggu makna 2 = Banyak kesalahan dan menganggu makna 1 = Terlalu banyak kesalahan sehingga sulit dipahami.
b. Kelancaran (fluency)
5 = Sangat lancar 4 = Lancar 3 = Cukup lancar 2 = Kurang lancar 1 = Tidak lancar
c. Ketelitian (accuracy)
5 = Sangat teliti 4 = Teliti
3 = Cukup teliti 2 = Kurang teliti 1 = Tidak teliti
d. Pengucapan (pronunciation)
5 = Hampir sempurna 4 = Ada kesalahan tapi tidak mengganggu makna 3 = Ada beberapa kesalahan dan mengganggu makna 2 = Banyak kesalahan dan mengganggu makna 1 = Terlalu banyak kesalahan sehingga sulit untuk dipahami
e. Intonasi (intonation)
5 = Hampir sempurna 4 = Ada beberapa kesalahan tapi tidak mengganggu makna 3 = Ada beberapa kesalahan dan mengganggu makna 2 = Banyak kesalahan dan mengganggu makna 1 = Terlalu banyak kesalahan sehingga sulit dipahami
f. Pemahaman (understanding)
5 = Sangat memahami 4 = Memahami 3 = Cukup memahami 2 = Kurang memahami 1 = Tidak memahami
g. Pilihan kata (diction)
5 = Sangat variatif dan tepat 4 = Variatif dan tepat 3 = Cukup variatif dan tepat
2 = Kurang variatif dan tepat 1 = Tidak variatif dan tepat
2. Penilaian dari Segi Sikap (attitude)
a. Rasa hormat (respect)
5 = Tidak pernah menunjukkan sikap tidak hormat 4 = Pernah menunjukkan sikap tidak hormat 3 = Beberapa kali menunjukkan sikap tidak hormat 2 = Sering menunjukkan sikap tidak hormat 1 = Sangat sering menunjukkan tidak hormat
b. Jujur (honest)
5 = Tidak pernah menunjukkan sikap tidak jujur 4 = Pernah menunjukkan sikap tidak jujur 3 = Beberapa kali menunjukkan sikap tidak jujur 2 = Sering menunjukkan sikap tidak jujur 1 = Sangat sering menunjukkan sikap tidak jujur
c. Peduli (care)
5 = Tidak pernah menunjukkan sikap tidak peduli 4 = Pernah menunjukkan sikap tidak peduli 3 = Beberapa kali menunjukkan sikap tidak peduli 2 = Sering menunjukkan sikap tidak peduli 1 = Sangat sering menunjukkan sikap tidak peduli
d. Berani (brave)
5 = Tidak pernah menunjukkan sikap tidak berani 4 = Pernah menunjukkan sikap tidak berani 3 = Beberapa kali menunjukkan sikap tidak berani
2 = Sering menunjukkan sikap tidak berani 1 = Sangat sering menunjukkan sikap tidak berani
e. Percaya diri (confidence)
5 = Tidak pernah menunjukkan sikap tidak percaya diri 4 = Pernah menunjukkan sikap tidak percaya diri 3 = Beberapa kali menunjukkan sikap tidak percaya diri 2 = Sering menunjukkan sikap tidak percaya diri
1 = Sangat sering menunjukkan sikap tidak percaya diri
f. Berkomunikasi baik (communicative)
5 = Tidak pernah menunjukkan sikap tidak komunikatif 4 = Pernah menunjukkan sikap tidak komunikatif 3 = Beberapa kali menunjukkan sikap tidak komunikatif 4 = Sering menunjukkan sikap tidak komunikatif 5 = Sangat sering menunjukkan sikap tidak komunikatif
g. Peduli sosial (social awareness)
5 = Tidak pernah menunjukkan sikap tidak peduli sosial 4 = Pernah menunjukkan sikap tidak peduli sosial 3 = Beberapa kali menunjukkan sikap tidak peduli sosial 2 = Sering menunjukkan sikap tidak peduli sosial 1 = Sangat sering menunjukkan sikap tidak peduli sosial
h. Ingin tahu (curiosity)
5 = Tidak pernah menunjukkan sikap tidak ingin tahu 4 = Pernah menunjukkan sikap tidak ingin tahu 3 = Beberapa kali menunjukkan sikap tidak ingin tahu 2 = Sering menunjukkan sikap tidak ingin tahui
1 = Sangat sering menunjukkan sikap tidak ingin tahu
3. Penilaian dari segi tingkah laku (action)
a. Kerja sama (team work)
5 = selalu bekerja sama 4 = sering bekerja sama 3 = beberapa kali melakukan kerja sama 2 = pernah bekerja sama 1 = tidak pernah bekerja sama
b. Melakukan tindak komunikasi yang tepat (communicative action)
5 = Selalu melakukan kegiatan komunikasi yang tepat 4 = Sering melakukan kegiatan komunikasi yang tepat 3 = Beberapa kali melakukan kegiatan komunikasi yang tepat 2 = Pernah melakukan kegiatan komunikasi yang tepat 1 = Tidak pernah melakukan kegiatan komunikasi yang tepat
Contoh Format Penilaian Format Penilaian Individu
Nama Kegiatan : __________________________ Tanggal Pelaksanaan : __________________________ Nama : __________________________ NIS : __________________________
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI Knowledge
1. Kosa kata (vocabulary)
2. Kelancaran (fluency)
3. Ketelitian (accuracy)
4. Pengucapan (pronunciation)
5. Intonasi (intonation)
6. Pemahaman (understanding)
7. Pilihan kata (diction)
Attitude
1. Rasa hormat (respect)
2. Jujur (honest)
3. Peduli (care)
4. Berani (brave)
5. Percaya diri (confidence)
6. Berkomunikasi baik
(communicative)
7. Peduli sosial (social awareness)
8. Ingin tahu (curiosity )
Action
1. Kerja sama (team work)
2. Melakukan tindak komunikasi
(communicative action) Total Rata-rata
BAGIAN II: PETUNJUK KHUSUS BAB I Personal Information Pendahuluan Dalam Bab ini peserta didik akan belajar menguasai
pemaparan tentang jati diri baik dari analisis fungsi sosial, struktur teks unsur kebahasaan sesuai dengan konteks penggunaannya.
Materi dan kegiatan pembelajaran Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar.
2.1.Mengembangkan perilaku santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi interpersonal dengan guru dan teman.
2.2.Mengembangkan perilaku jujur disiplin, percaya diri, danbertanggung jawab dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan teman.
2.3.Mengembangkan Perilaku tanggung jawab, peduli , kerjasama, dan cinta damai, dalam melaksanakan komunikasi fungsional
3.1.Menjelaskan makna Fungsi sosial
Menjalin hubungan
pemaparan jati diri lisan
interpersonal yang
dan tulis; Menyusun teks
baik dengan guru,
lisan dan tulis untuk
murid-murid, dan