Komunikasi Interpersonal Guru Bahasa Inggris Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggrisdi Pondok Pesantren Al-Hamidiyah

KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU BAHASA INGGRIS DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA
INGGRISDI PONDOK PESANTREN AL-HAMIDIYAH

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:
HAIKAL
NIM: 1111051000079

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

i


LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

ii

iii

ABSTRAK
Nama: Haikal
NIM: 1111051000079
Komunikasi Interpersonal Guru Bahasa Inggris dalam Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah
Komunikasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada setiap aspek-aspek
kehidupan. Salah satunya dunia pendidikan. Komunikasi menjadi hal yang penting dalam
proses transfer ilmu karena apabila ada error pada komunikator, maka bisa berdampak juga
pada komunikator.Komunikasi Interpersonal sangat penting dalam proses pembelajaran
Bahasa Inggris. Untuk membuat peserta didik paham terhadap apa yang disampaikan,
sangatlah membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik.
Perumusan masalah penelitian yaitu: Bagaimana bentuk komunikasi interpersonal
guru Bahasa Inggris kepada murid-muridnya dalam meningkatkan kemampuan berbicara
Bahasa Inggris? Bagaimana upaya guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan kemampuan

berbicara Bahasa Inggris murid-muridnya? Apa saja faktor penghambat dan pendukung
selama proses belajar mengajar Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah?
Teori yang digunakan adalah Teori Hubungan Interpersonal Model Interaksional yang
menggambarkan bahwa proses komunikasi adalah proses berinteraksi satu sama lain. Sesuai
dengan nama model komunikasi ini yaitu interaksional, maka tidak salah jika dinyatakan
bahwa komunikasi ini berlansgung sesuai dengan adanya interaksi yang dilakukan seseorang
terhadap orang lain dimulai dari orang-orang terdekatnya. Model interkasional merupakan
model komunikasi yang lebih fokus kepada komunikasi dua arah, bukan linier. Model
interkasional terjadi di dalam suatu sistem di mana sistem-sistem ini saling terkait dan
berhubungan antara satu dengan yang lain.
Penelitian ini menggunakan jenis pendeketan penelitian kualitatif. Penelitian ini
membutuhkan observasi secara langsung ke lapangan, dan wawancara kepada para
narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini seperti guru Bahasa Inggris, dan beberapa
murid yang ada di kelas terkait. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan yang dapat diterima dengan baik, luas,
dan lengkap mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, organisasi,
program, atau situasi sosial.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwasanya guru yang mengajar
Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah memiliki pendekatan komunikasi
interpersonal yang baik di setiap pengajarannya dengan melakukan pendekatan komunikasi

interpersonal yang berbeda-beda kepada setiap murid. Salah satunya diterapkan dalam
penggunaan media berita online dan metode mengajarnya, yaitu Audio Lingual Method.
Metode ini mengedepankan proses Komunikasi Interpersonal dengan para muridnya dengan
menggunakan Bahasa Inggris secara 2 x 35 menit mata pelajaran dengan tujuan agar para
murid terbiasa dengan kalimat-kalimat Bahasa Inggris dan mudah mengingat vocabulary.
Keyword: Komunikasi Interpersonal, Bahasa Inggris, Al-Hamidiyah

iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat, taufiq, kemudahan,
dan kelancaran dalam proses pengerjaan karya sederhana ini hingga selesai.
Shalawat serta salam tak lupa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.
Kepada para sahabat, keluarga, serta umat-umatnya hingga akhir zaman.
Skripsi dengan judul “Komunikasi Interpersonal Guru Bahasa Inggris
dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris di Pondok Pesantren AlHamidiyah” ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) di Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga karya ini menjadi salah satu bentuk
pembelajaran.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah
memberi dukungan, baik moril maupun materil. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan,
M.A.
2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A selaku ketua Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam.
3. Fita Fathurokhmah, M. Si selaku sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam.

v

4. Ade Rina Farida, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah sabar
membimbing dan meluangkan waktunya di sela-sela kesibukan untuk
penulis selama proses pengerjaan skripsi berlangsung.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik dan memberikan ilmu kepada peneliti selama menempuh
pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama

perkuliahan dan penelitian skripsi.
7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah
melayani peminjaman buku dengan baik.
8. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Bapak
Zarkasy dan guru Bahasa Inggris, Bapak Suparno, serta para murid XI IPA
yang telah kooperatif mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di
tempat tersebut.
9. Hadiah spesial dan berharga untuk Ayahanda H. Aminullah Tayibnapis, S.
E, dan Mamah yang selalu sabar merawat penulis sejak kecil hingga
sekarang, bahkan sampai masa yang akan datang, Hj. Ani Tauhid.
10. Teman-teman jurusan KPI 2011, khususnya kelas C, dan KKN Cemara
2014 yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
Khusus kepada Diza Liane yang telah memberikan dorongan tiada henti
sejak awal penelitian dimulai hingga akhir penelitian yang penulis
lakukan.

vi

DAFTAR ISI


LEMBAR PENGESAHAN DOSEN......................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN............................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah..................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................6
D. Manfaat Penelitian.....................................................................6
E. Tinjauan Pustaka........................................................................6
F. Metodologi Penelitian................................................................7
G. Sistematika Penulisan...............................................................11

BAB II

KERANGKA TEORI
A. Metode Komunikasi dalam Pengajaran Bahasa Inggris...........13

B. Berbagai Drills in Speaking Skill Melalui Pendekatan
Komunikasi Interpersonal........................................................20
C. Penggunaan Media dalam Peningkatan Speaking Skill............35
vii

BAB III

GAMBARAN UMUM PESANTREN AL-HAMIDIYAH
A. Sejarah Berdirinya Pesantren Al-Hamidiyah...........................37
B. Visi, Misi, dan Tujuan..............................................................40
C. Fasilitas....................................................................................42
D. Gambaran Umum Tenaga Pengajar Al-Hamidiyah.................43
E. Data Murid-murid Kelas XI IPA Al-Hamidiyah.....................44

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Melalui
Drill dan Komunikasi Interpersonal.........................................45
B. Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris Melalui Media dan

Pendekatan Komunikasi Interpersonal.....................................52
C. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Murid-murid XI IPA
Pondok Pesantren Al-Hamidiyah.............................................59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..............................................................................64
B. Saran-saran...............................................................................66

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................67
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................70

viii

BAB I
PENDAHULUAN
A.


Latar Belakang Masalah
Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional nomor 1 di dunia yang

kerap kali digunakan pada setiap pertemuan antara negara.1 Selain paling banyak
digunakan, juga mudah untuk dipelajari mengingat zaman yang semakin maju dan
teknologi yang semakin modern. Tapi pada praktiknya masih banyak orang-orang
yang masih menganggap bahwa pelajaran Bahasa Inggris itu sangat sulit
dimengerti sehingga menjadi momok yang menakutkan. Hal ini terjadi bukan
semata-mata kesalahan internal murid itu sendiri, melainkan ada peran eksternal
yang kurang mendukung. Contohnya: pengajar.
Pondok pesantren Al-Hamidiyah merupakan pesantren yang pendidikan
bahasa asingnya cukup ketat. Selain kurikulum wajib yang diterapkan, terdapat
juga program informal berupa English Day dan Arabic Day di setiap minggunya
yang otomatis membutuhkan komunikasi yang baik di antara pengajar dan muridmuridnya. Ditambah, pesantren ini menjuarain English Debate Competition di
Depok khusus pondok pesantren. Pengajar Bahasa Inggris di pesantren ini juga
memiliki pola yang unik pada setiap sesi pengajarannya. Pesantren ini pun kerap
kali mengirimkan para santrinya untuk mendalami Bahasa Inggris di Pare.

1


Richards and Rodgers, Approaches and Methods in Language Teaching, (Jakarta:
Cambridge University Press, 1986), hlm. 1

1

2

Perlunya mempelajari Bahasa Inggris, khususnya kemampuan untuk
berbicara, harus dibiasakan sejak dini karena hampir semua sumber informasi
global berasal dari Bahasa Inggris2. Sesuai porsinya masing-masing tentunya. Jika
masih belum memasuki bangku sekolah, jangan diajarkan Grammar terlebih
dahulu. Mulailah dengan vocabulary nama-nama hewan atau barang misalkan.
Beranjak ke bangku sekolah, Bahasa Inggris mulai dianggap penting. Pelajaran ini
adalah salah satu pelajaran yang menjadi standar kelulusan siswa baik di Sekolah
Menengah Pertama atau sederajat, dan juga Sekolah Menengah Atas atau
sederajat. Mengajar Bahasa Inggris itu bisa memanfaatkan pendekatan
komunikasi antarpribadi. Guru menangani murid satu persatu sesuai dengan
kondisi kompetenis Bahasa Inggris para murid.
Keterampilan


yang diajarkan

oleh

guru

Bahasa

Inggris

adalah

keterampilan Speaking, Listening, Reading, dan Writing, contohnya di pesantren
ini ketika murid akan melakukan speaking di dalam kelas, murid terlebih dahulu
menulis narasinya. Namun pada penelitian ini, penulis fokus kepada speaking.
Pendekatan guru melalui non-KAP, seperti pendekatan secara kelompok
dan di kelas. Beberapa faktor yang membuat pengajar bisa menjadi faktor
eksternal kegagalan siswa dalam memahami pelajaran Bahasa Inggris adalah
kurangnya kreasi dalam mengajar. Bahasa Inggris bukanlah Bahasa Ibu. Akan
lebih sulit dipahami apabila guru tidak mengajar dengan kreasi yang bisa
menjadikan suasana lebih have fun. Berikutnya adalah pengajar yang cenderung
monoton. Beberapa guru selalu ingin membuat muridnya mengerti, dengan cara
2

Durand, Intisari Psikologi Abnormal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 7

3

yang tidak dipahami oleh muridnya sehingga membuat murid itu tertekan dan
cenderung enggan mengikuti kelas Bahasa Inggris. Penyebab yang terakhir adalah
pengajar yang acuh. Pada faktor ini, pengajar hanya ingin menjalankan
kewajibannya sebagai pengajar saja. Sehingga dia bahkan tidak mengetahui sudah
seberapa pahamkah muridnya dalam mata pelajaran yang ia ajar.
Guru yang mengajarkan Bahasa Inggris di Pondok Pesantren AlHamidiyah memiliki metode tersendiri dalam mengajar, yaitu Audio Lingual
Method. Selain itu, guru di sana juga dinilai ramah dan friendly dalam mengajar
oleh para murid.
Komunikasi menjadi hal yang penting dalam proses transfer ilmu. Apabila
ada error pada komunikator, maka bisa berdampak juga pada komunikator. Ini
menjadi hal yang patut untuk diperhatikan. Bagaimana proses pesan disampaikan,
bagaimana cara komunikator menerangkan, dan bagaimana tingkat penerimaan si
komunikan.
Komunikasi Interpersonal penting dalam proses pembelajaran Bahasa
Inggris. Untuk membuat peserta didik paham terhadap apa yang disampaikan,
membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik. Terlebih yang dibicarakan di
sini adalah bahasa asing yang cenderung membuat pendengar berpikir setelah
mendengarnya.
Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih mengenai suatu pesan tertentu secara

4

langsung, sehingga orang-orang tersebut dapat bereaksi terhadap komunikasi yang
mereka lakukan, baik secara verbal maupun non-verbal.3.
Melihat fenomena yang terjadi sekarang, seperti yang sudah penulis
sedikit uraikan di atas, komunikasi antarpribadi yang baik dapat menunjang
seseorang untuk memahami pelajaran Bahasa Inggris. Tapi yang terjadi
kebanyakan adalah masih ada pelajar yang kikuk bahkan takut saat jam pelajaran
Bahasa Inggris berlangsung. Sebagian ada yang memang pada dasarnya tidak
suka pada pelajarannya, sebagian ada yang tidak suka dengan pengajarnya. Kasus
yang kedua inilah yang menjadi fokus penulis untuk dibahas. Pada masa remaja,
pelajar yang masih terbilang di usia labil cenderung melakukan apa yang mereka
sukai. Mereka membenci hal-hal yang merepotkan untuk dipahami dan dilakukan.
Pada kasus ini; menerima pelajaran Bahasa Inggris dari pengajar yang kurang
disenangi.
Hal-hal di atas tentu mencegah minat dan bakat serta perkembangan murid
dalam berbahasa Inggris. Implikasinya fatal bagi murid, khususnya kelas XI, yang
pada tahun berikutnya akan menghadapi UN. Apabila dilanjutkan dalam keadaan
seperti ini, maka akan riskan terhadap ketidaklulusan. Dampak lebih lanjutnya
adalah di dunia perkuliahan dan dunia kerja. Mereka tidak akan pernah suka untuk
berbicara, bahkan untuk sekedar memahami Bahasa Inggris, jika sejak dini
mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dalam mempelajarinya.

3

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), hlm. 73

5

Berdasarkan paparan di atas, sehingga judul ini pantas diteliti dan penulis
tertarik untuk melihat bagaimana komunikasi antarpribadi yang terjalin antara
guru

Bahasa

Inggris

dengan

murid-muridnya

dalam

mengembangkan

keterampilan berbicara Bahasa Inggris. Dalam kasus ini; yang menjadi objek studi
adalah siswa kelas XI Pesantren Al-Hamidiyah, Depok.
B.

Batasan Dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dapat dibatasi dan

yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA pada
bidang mata pelajaran Bahasa Inggris beserta guru yang terkait. Lebih lanjut,
penelitian ini tidak berfokus kepada skill-skill lain dalam Bahasa Inggris seperti
Reading, Writing, dan Listening. Akan tetapi penulis hanya fokus kepada
Speaking atau berbicara Bahasa Inggris. Agar lebih jelas, masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk komunikasi antarpribadi guru Bahasa Inggris kepada
murid-muridnya melalui drills in Speaking Skill dalam meningkatkan
kemampuan berbicara Bahasa Inggris di dalam kelas?
2. Bagaimana upaya guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan kemampuan
berbicara Bahasa Inggris murid-muridnya melalui penggunaan media?
3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung selama proses belajar
mengajar Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah?

6

C.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya guru Bahasa Inggris dalam
meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris murid-muridnya
melalui Drills in Speaking Skill di dalam kelas.
2. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi antarpribadi guru Bahasa
Inggris kepada murid-muridnya melalui pengguanaan media.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung yang ada dalam
proses belajar pengajar di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah.

D.

Manfaat Penelitan
Manfaat penelitian ini secara akademis adalah agar dapat menambah

khazanah tentang wacana dan penerapan komunikasi interpersonal di Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Manfaat penelitian ini secara praktis adalah agar dapat menunjukkan
bahwa komunikasi interpersonal yang baik yang tercipta antara guru Bahasa
Inggris terhadap muridnyaberdampak efektif dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
E.

Tinjauan Pustaka
Penulisan proposal skripsi ini telah melalui tinjauan pustaka sebagai

contoh dan pembanding skripsi. Peneliti terinspirasi pada skripsi yang
mengangkat Komunikasi Interpersonal yang terjalin antara seorang Guru dengan
anak-anak Tunarungu di SLBN 1 Lebak Bulus. Skripsi tersebut meneliti

7

bagaimana proses komunikasi interpersonal terjadi di lokasi penelitian dilihat dari
segi kualitatif.4 Penulis juga terinspirasi dengan skripsi yang sama-sama
mengangkat tema komunikasi antarpribadi yang melihat bagaimana komunikasi
antarpribadi menjadi kendaraan dalam bimbingan penyuluhan untuk mengurangi
kenakalan remaja di SMK Bunda Kandung. Skripsi tersebut meneliti bagaimana
proses komunikasi antar pribadi berefek dalam mengurangi kenakalan remaja di
lokasi tersebut dilihat dari segi kualitatif.5
F.

Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Menurut Moleong, paradigma penelitian adalah kumpulan dari sejumlah

asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara
berpikir dalam penelitian.6 Penelitian ini menggunakan paradigma constructivism,
yaitu paradigma yang menganggap bahwa kenyataan itu hanya bisa dipahami
dalam bentuk jamak, berupa kostruksi mental yang dapat diraba, berbasis sosial,
dan pengalaman yang bersikap lokal dan spesifik.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui pengumpulan data sedalam4

Eko Wahyudi, Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu dalam
Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
5
Alamsyah Nugraha, Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Penyuluhan dengan
Siswa dalam Mengurangi Kenakalan Remaja di SMK Bunda Kandung Jakarta, (UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta)
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 40

8

dalamnya. Jika data yang dibutuhkan sudah terkumpul, mendalam, dan bisa
menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
Penelitian ini fokus kepada kualitas data. Peneliti juga turut aktif dalam
menentukan jenis data yang diinginkan sehingga mengharuskan peneliti terjun
langsung ke lapangan.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian
dan penjelasan yang dapat diterima dengan baik, luas, dan lengkap mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, organisasi, program, atau
situasi sosial.7
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek peneliti adalah orang yang dapat memberikan informasi, yaitu Pak
Suparno. Adapun yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah beberapa
orang yang berkaitan dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di Pesantren
Al-Hamidiyah, Depok seperti Pak Zarkasy selaku Kepala Sekolah, Pak Suparno
selaku pengajar Bahasa Inggris, dan siswa-siswa kelas XI IPA. Adapun yang
menjadi objek penelitian adalah pola Komunikasi Interpersonal yang berlangsung.
5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Pondok Pesantren Al-Hamidiyah yang beralamat
di Jl. Raya Sawangan Km. 2 No. 12, Depok, Jawa Barat.
7

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 201

9

6. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2015 hingga bulan Mei 2015, di
mana penulis melakukannya setiap hari Senin dan Jumat di setiap pekannya.
Dimulai dari pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan data yang
dilakukan sesuai keperluan.
7. Tahapan Penelitian
Prosedur penelitian meliputi:
a. Mengumpulkan data
b. Mengolah data
c. Menganalisa data
d. Pedoman penelitian Penulisan skripsi ini megacu pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan
oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Adapun instrumen penelitian meliputi:
a. Observasi
Merupakan metode pertama yang digunakan dalam melakukan penelitian
ini. Teknik observasi yang peneliti gunakan adalah observasi yang bersifat
langsung dengan mengamati objek yang diteliti, yakni bagaimana komunikasi
interpersonal yang terjalin antara guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan
kemampuan berbicara Bahasa Inggris siswa Pesantren Al-Hamidiyah.

10

b. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam acapkali disebut wawancara tidak berstruktur di
mana wawancara yang dilakukan seperti percakapan informal. Metode ini
bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu dari semua responden, tetapi
susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri responden.8 Peneliti
melakukan tanya jawab langsung kepada orang-orang yang berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris di dalam dan di luar kelas seperti guru
dan siswa-siswa yang kompeten di bidang ini, dengan tujuan untuk mendapatkan
keterangan secara jelas berupa pola komunikasi yang terjadi dalam proses
kegiatan belajar mengajar sesuai

dengan tujuan penelitian ini. Tanya jawab

ini tidak hanya melibatkan guru saja, tetapi kepada siswa guna melakukan cross
check. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara
semistruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah
yang diangkat.
c. Dokumentasi
Proses pengumpulan dan pengambilan data yang berdasarkan tulisantulisan berbentuk catatan, buku, dokumentasi, ataupun arsip-arsip milik Pondok
Pesantren Al-Hamidiyah, ataupun tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.

8

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 201

11

8. Teknik Analisis Data
Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode Deskriptif Kualitatif, yaitu peneliti menganalisis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan dari lapangan, dan buku-buku dengan cara
menggambarkan dan menjelaskan ke dalam bentuk kalimat yang disertai kutipankutipan data.9 Peneliti mengambil kesimpulan-kesimpulan yang benar melalu
proses pengumpulan, penyusunan, penyajian, dan penganalisisan data hasil
peneliti yang berwujud kata-kata. Setelah itu peneliti berusaha untuk menganalisis
data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas.
G.

Sistematika Penulisan
Pembahasan dan penelitian dibagi ke dalam V BAB. Dalam setiap babnya

akan dibagi ke dalam sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai
berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Penulis mulai dengan pendahuluan yang merupakan Bab I, yaitu

terdiri atas: Latar belakang masalah, Batasan dan rumusan masalah, Tujuan
penelitian, Manfaat penelitian, Tinjauan pustaka, Metodologi penelitian, dan
Sistematika penulisan.

9

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), Cet. Ke-18, hal. 6

12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
Selanjutnya penulis menempatkan tinjauan teori pada bab berikut

ini, yakni meliputi: Pengertian Komunikasi, Komponen-komponen Komunikasi,
Definisi

Komunikasi

Interpersonal,

Ciri-ciri

Interpersonal,
Komunikasi

Bentuk

Penyampaian

Interpersonal,

Tujuan

Komunikasi
Komunikasi

Interpersonal, Teori Hubungan Interpersonal.
BAB III

GAMBARAN UMUM PESANTREN AL-HAMIDIYAH DEPOK
Pada bab ke-tiga, penulis mengambarkan tentang sejarah, visi,

misi, dan tujuan, fasilitas, dan gambaran tenaga pengajar di Madrasah Aliyah AlHamidiyah, Depok.
BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pada

bab

ke-empat,

ini

mencakup

analisis

Komunikasi

Interpersonal Guru Bahasa Inggris Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Bahasa Inggris di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok.
BAB V

PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II
KERANGKA TEORI
A.

Metode Komunikasi Dalam Pengajaran Bahasa Inggris
Komunikasi berasal dari kata communication yang berpangkal dari

perkataan latin yaitu communis yang artinya membuat kebersamaan. Astrid
Susanto mengemukakan, komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti
berpartisipasi, memberitahukan, menyampaikan pesan dengan mengharapkan
timbulnya sebuah feedback. Status sah atau tidaknya sesuatu dikatakan sebagai
komunikasi adalah keberadaan feedback di dalamnya.1 Komunikasi menurut A.
Supratiknya diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau
lebih penerima dengan sengaja karena bertujuan untuk mempengaruhi tingkah
laku si penerima. Sesuatu dapat dikatakan sebagai komunikasi apabila di
dalamnya terdapat niatan dan usaha untuk mempengaruhi lawan bicaranya.2
Menurut Suranto Aw, komunikasi memiliki 4 model yaitu Model
Lassswell, Model Shannon dan Weaver, Model Middleton, dan Model DeFleur.
Model Laswell menyajikan uraian verbal yang dirumuskan dalam pertanyaan
yang lebih kita kenal sebagai Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect. Model Shannon dan Weaver menggambarkan proses komunikasi
yang diawali dengan proses penciptaan dan pengiriman pesan dari komunikator

1

Phil Astrid Susanto, Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Bina Cipta, 1980), hlm.

29
2

A. Supratiknya, Tinjauan Psikologis: Komunikasi Antarpribadi, (Yogyakarta: Kanisius,
1995), hlm. 30

13

14

kepada komunikan. Model Middleton menjelaskan bahwa proses komunikasi
bersifat timbal balik, berawal dari seorang sumber informasi (komunikator) yang
menciptakan dan mengirimkan pesan kepada penerima atau komunikan lalu
tercipta feedback. Terakhir Model DeFleur memaparkan bahwa dalam proses
komunikasi sering terjadi noise atau hambatan.3
Menurut Morissan, setiap individu pasti melakukan komunikasi dalam
hidupnya dan ketika seseorang berkomunikasi maka ada satu hal yang selalu
terjadi, yaitu ia akan melihat orang lain atau situasi yang tengah dihadapinya
berdasarkan perspektif yang dimilikinya sebagai penyampai pesan (komunikator).
Pengertiannya adalah, komunikasi akan membuat seseorang berpikir, terutama
komunikator, sebelum melakukan pembicaraan atau berkomunikasi dengan lawan
bicaranya.4
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, dan tulisan.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang dapat dipahami oleh pihak
lain, dengan catatan pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti
oleh komunikan.
Menurut Arni Muhammad, komunikasi sebagai suatu proses terdiri atas
komponen-komponen seperti source yaitu sumber. Sumber diartikan sebagai
segala sesuatu yang ada di benak pelaku komunikasi seperti ide, gagasan, dan

3

Suranto AW, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 8-10
Morissan, Teori Komunikasi Tentang Komunikator, Pesan, Percakapan dan Hubungan
(Interpersonal), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet-1, hlm. 48
4

15

pemikiran. Komponen berikutnya adalah komunikator. Komunikator sebagai
orang yang menyampaikan pesan tidak hanya diartikan sebagai perseorangan
individu, tetapi juga dapat diartikan sebagai satu kelompok, bahkan organisasi.
Komponen lainnya adalah message atau pesan. Pesan yang dimaksudkan dalam
proses komunikasi adalah sebuah paket informasi yang akan dikirim komunikator
kepada komunikan.5
Komponen penunjang komunikasi lainnya adalah decoder. Menurut
Gunadi, Decoder adalah usaha komunikan, yang menjadi target komunikasi,
dalam menafsirkan pesan yang ditransfer oleh komunikator.6 Komponen
berikutnya adalah feedback yang menurut John Fiske adalah respon komunikan
kepada komunikator. Secara singkat, feedback atau umpan balik adalah reaksi
balik dari penerima terhadap pesan yang dikirim oleh komunikator.7 Komponen
yang terakhir adalah effect yang menurut Roudhonah adalah perbuatan yang
merupakan akibat yang timbul karena pesan komunikator kepada komunikan.
Effect bisa berarti pengetahuan, afektif yang meliputi perasaan emosi atau juga
bersifat konatif yang merupakan tindakan.8
Richard West menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses sosial di
mana

manusia

menggunakan

simbol-simbol

untuk

menciptakan

dan

menginterpretasikan makna di sekeliling mereka.9 Tentu ada komponen5

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 12
Y. S. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia, 1980), hlm. 7
7
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012),
6

hlm. 35
8

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), hlm. 46-47
Richard West dan Lynn H. Turner, Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi,
penerjemah Maria Natalia Damayanti Maer, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), hlm. 5
9

16

komponen yang harus diperhatikan di dalam berkomunikasi. Sebagaimana telah
penulis sedikit bahas sebelumnya, berikut ini adalah bahasan lebih mendalam
tentang komponen-komponen yang ada di dalam proses komunikasi. Komponenkomponen di dalam komunikasi harus dijelaskan sebagai bagian-bagian yang
terintegrasi dalam tindakan komunikasi interpersonal. Komponen-komponen
tersebut adalah:
a.

Komunikator
Hafied Cangara mengemukakan bahwa komunikator adalah orang yang

menyampaikan pesan kepada penerima pesan atau komunikan. Komunikator
adalah tempat di mana semua ide, gagasan, dan pemikiran berasal. Komunikator
adalah pengolah pesan-pesan yang akan disampaikan kepada komunikan.
Komunikator biasa disebut sumber (source) atau pengirim pesan (encoder).
Komunikator selain dikatakan sebagai seorang individu, juga dikategorikan
sebagai suatu kelompok, bahkan suatu organisasi seperti surat kabar, radio, film,
koran, dan lain sebagainya asalkan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi.10
b.

Encoding dan Decoding
Wiryanto memaparkan bahwa encoding adalah proses di mana

komunikator meletakkan pemikiran, ide, dan informasi secara bersamaan dalam
suatu bentuk simbolik untuk mentransfer suatu pesan. Tujuan komunikator adalah
untuk mengirim pesan dalam bentuk yang signifikan sehingga terjamin bahwa
pesan yang disampaikan itu dimengerti oleh komunikan. Decoding merupakan
10

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2007), hlm. 85

17

proses mentransformasi dan menginterpretasi makna pesan-pesan yang dikirim
yang kemudian memiliki andil yang besar terhadap pengaruh kerangka berpikir
komunikan. Kerangka berpikir yang berpengaruh di sini menjadi tolak ukur
apakah suatu komunikasi dikatakan efektif atau tidak. Karena kerangka berpikir di
sini diartikan sebagai akumulasi dari pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, dan
sifat-sifat lain yang terdapat dalam diri seseorang. Komunikasi berlangsung
efektif apabila kerangka berpikir peserta komunikasi tumpang tindih (over
lapping), yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat
sejumlah besar informasi yang diterima dari lingkungannya. Derajat hubungan
antarpribadi turut memengaruhi keluasan dari informasi yang dikomunikasikan
dan ke dalam hubungan psikologis seseorang.11
c.

Media
Media adalah saluran yang dipakai atau dipergunakan oleh komunikator

untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.
d.

Pesan (message)
Suranto Aw menegaskan bahwa pesan adalah paket simbol-simbol baik

verbal maupun nonverbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili pemikiran
komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Pesan-pesan dalam
komunikasi antarpribadi bisa berbentuk verbal dalam penggunaannya dan juga

11

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 2004), cet-1, hlm. 37

18

bisa berbentuk nonverbal yang biasa disebut bahasa isyarat atau gabungan antara
keduanya.12
e.

Komunikan
Komunikan adalah orang atau sekumpulan orang yang menerima pesan.

Komunikan adalah target dari sebuah proses komunikasi. Komunikan dalam
komunikasi dapat menjadi pribadi atau orang banyak.
f.

Feedback
Feedback menurut Widjaja adalah umpan balik atau respon komunikan

sebagai pengaruh terhadap pesan yang diterima dari komunikator. Feedback
ditinjau dari segi waktu ada yang disebut Immediate Feedback yang biasanya
terjadi pada komunikasi langsung, dan Delayed Feedback yang terjadi pada
komunikasi yang menggunakan media.13
Proses komunikasi tidak terlepas dari hambatan-hambatan komunikasi
yang sering mengakibatkan komunikasi tidak berhasil. Dasrun Hidayat membagi
hambatan-hambatan tersebut menjadi tiga, yaitu:14
a. Hambatan fisik yaitu hambatan yang dapat mengganggu efektivitas
komunikasi berupa gangguan cuaca, gangguan sinyal alat komunikasi, dan
ganngguan teknis lainnya.

12

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 7
H. A. W. Widjaja, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hlm. 24
14
Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), hlm. 38
13

19

b. Hambatan semantik yaitu kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi
kadang-kadang memiliki dua arti yang berbeda, tidak jelas atau berbelitbelit antara pemberi pesan dan penerima.
c. Hambatan psikologis dan sosial dapat mengganggu komunikasi. Misalnya
perbedaan nilai-nilai, agama, dan etnis serta harapan yang berbeda antara
pengirim dan penerima pesan.
Salah satu metode dalam pengajaran Bahasa Inggris adalah Audio
LingualMethod. Metode ini mengembangkan prinsip kombinasi teori linguistik
yang terstruktur, analisis perbedaan, ujian prosedur, dan, psikologi tingkah laku.15
Metode Audiolingual ini merupakan sebuah metode yang pelaksanaannya
terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, dan teks bacaan.
Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar (dalam hal ini bahasa Inggris
secara langsung) tanpa harus mendatangkan native language. Dasar dan prosedur
pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari metode yang telah ada
sebelumnya yaitu metode langsung (Direct Method). Selain itu, tujuan
Audiolingual pun juga tidak berbeda dengan Direct Method yaitu untuk
menciptakan kompetensi komunikatif dalam diri siswa. Sebagaimana diketahui,
pengucapan (pronunciation), susunan serta aspekaspek lain antara bahasa asing
dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya, dalam pembelajaran bahasa
asing (dalam hal ini bahasa Inggris) para siswa diharuskan mengucapkan dan atau
membaca berulang-ulang kata demi kata yang diberikan oleh guru agar sebisa
mungkin tidak terpengaruh dengan bahasa ibu.
15

Richards and Rodgers, Approaches and Methods in Language Teaching, (Jakarta:
Cambridge University Press, 2001), hlm. 54

20

B.

Berbagai Drills in Speaking Skill Melalui Pendekatan Komunikasi
Interpersonal
Anwar Arifin membagi komunikasi dari segi jumlah menjadi tiga bentuk,

yaitu: komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), komunikasi
kelompok, dan komunikasi massa. Jika komunikasi dititikberatkan pada sifat
pesan, maka komunikasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu komunikasi
personal dan komunikasi massa. Karena komunikasi personal dan komunikasi
massa memiliki makna pesan yang kuat.16
Menurut Wiryanto, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
berlangsung dalam situasi face to face yang biasa terjadi antara dua orang atau
lebih. Komunikasi interpersonal bisa terjadi secara terorganisir atau tidak,
misalkan pada kerumunan masyarakat.17 Nasrullah Rulli memaparkan bahwa
komunikasi yang terjadi antara komunikator dengan komunikan disebut
komunikasi interpersonal karena komunikasi interpersonal adalah proses transfer
pesan antara orang-orang yang saling berkomunikasi yang terjadi secara tatap
muka antara dua individu.18 Lebih lanjut, Devito menjelaskan komunikasi
interpersonal adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh

16

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm. 31
17
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 2004), cet. 1, hlm. 32
18
Nasrullah Rulli, Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), hlm. 10

21

orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan menimbulkan immediate
feedback atau umpan balik yang langsung.19
Komunikasi interpersonal terjadi antara manusia dengan manusia. Bukan
manusia dengan hewan, apalagi tanaman. Komunikasi interpersonal menurut
Agus M. Harjana juga dapat diartikan sebagai interaksi face to face antar dua atau
beberapa orang, yang pada akhirnya akan juga akan menimbulkan imediate effect,
di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima
pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.20 Komunikasi
interpersonal dapat terjadi apabila timbul suatu interaksi antara komunikator
dengan komunikan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa definisi
komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang
komunikan atau lebih yang dilakukan dengan saling bertatap muka dan
mengharapkan immediate feedback.
Komunikasi interpersonal antara dua orang adalah komunikasi dari
seseorang ke orang lain, yang menimbulkan interaksi dua arah baik verbal
maupun nonverbal dalam berbagi informasi dan perasaan. Komunikasi
interpersonal dilakukan dengan menggunakan media tertentu dan bahasa yang
mudah dipahami.
Suranto Aw menambahkan bahwa omunikasi interpersonal adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
19

Riyono Pratikto, Berbagai Aspek Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987),

hlm. 42
20

Agus M. Harjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius,
2003), hlm. 85

22

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal wajib menimbulkan interaksi dua
arah baik secara verbal maupun nonverbal dalam berbagi informasi dan
perasaan.21 Hal yang unik di dalam komunikasi interpersonal menurut Yosal
Iriantara adalah bahwa komunikasi interpersonal bukan hanya berlangsung di
antara dua orang. Bisa saja dalam kelompok kecil, yang memungkinkan semua
anggota kelompok kecil itu ikut andil dan bisa saling bertatap muka. Hal demikian
membuat kelompok tersebut memiliki giliran untuk berbicara dan mendengarkan
dalam suasana yang akrab.22
Fungsi komunikasi interpersonal tidak sebatas proses transfer informasi
atau pesan saja, tetapi merupakan kegiatan individu dan kelompok mengenai
tukar-menukar data, fakta, pemikiran, gagasan, dan ide-ide agar komunikasi dapat
berlangsung secara efektif dan informasi yang disampaikan oleh komunikator
dapat diterima dengan baik pula oleh komunikan. Pada hakikatnya fungsi
komunikasi interpersonal adalah untuk mendapatkan respon. Keberadaan respon
adalah syarat efektivitas suatu komunikasi.

Alo Liliweri menekankan bahwa

salah satu syarat sah terjadinya komunikasi interpersonal adalah komunikasi harus
terjadi secara langsung atau tatap muka.23
Komunikasi sebagai suatu proses menurut Marhaeni Fajari adalah bahwa
komunikasi merupakan kesatuan tindakan yang terjadi secara berurutan dan

21

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), cet-1, hlm. 4
Yosal Iriantara dan Usep Syaripudin, Komunikasi Pendidikan, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2013), cet-1, hlm. 20
23
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990), hlm. 12
22

23

sistematis antara satu dengan yang lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses
komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor atau unsur yang
dimaksud antara lain dapat mencakup satu peserta, pesan (meliputi bentuk, isi,
dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan
pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi.24
Hal unik lainnya menurut Djuarja Sendjaja adalah bahwa komunikasi
interpersonal juga menuntut adanya tindakan yang saling memberi dan menerima
(take and give) antar pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain,
para pelaku yang ada dalam proses komunikasi interpersonal secara mutlak akan
saling bertukar informasi, pikiran, dan gagasan.25
A. Supratiknya memberi isyarat bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif
apabila komunikan memaknai pesan yang diterima sebagaimana pesan tersebut
dimaksudkan oleh komunikator.26 Komunikasi ini disebut efektif karena dianggap
paling mampu dalam upaya mengubah pendapat, sikap, dan perilaku seseorang
karena sifatnya dialogis yang berupa percakapan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal sebagai komunikasi dapat dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain secara tatap muka mengenai satu masalah tertentu, dengan harapan adanya
respon dan reaksi terhadap pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator.

24

Marhaeni Fajari, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2009),
cet.1, hlm. 33
25
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,
2005), hlm. 117
26
A. Supratiknya, Tinjauan Psikologis: Komunikasi Antarpribadi, (Yogyakarta: Kanisius,
1995) hlm. 34

24

Bentuk-bentuk penyampaian komunikasi interpersonal antara lain adalah:
a.

Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal menurut Deddy Mulyana adalah semua jenis simbol

yang menggunakan satu kata atau lebih yang mana bahasa merupakan bagian dari
simbol tersebut.27 Komunikasi verbal dilakukan dengan menggunakan kata-kata,
lisan, maupun tulisan. Komunikasi verbal biasa digunakan untuk mengungkapkan
perasaan, ide, gagasan, pemikiran, atau maksud komunikator. Komunikasi verbal
melalui lisan dapat dilakukan secara langsung atau face to face antara
komunikator dengan komunikan yang mana bahasa memegang peran penting di
dalam keberlangsungan hal tersebut.28
b.

Komunikasi Non-verbal
Komunikasi nonverbal

menurut Onong Uchjana Effendy adalah

komunikasi yang menyangkut gerak-gerik (gestures), sikap (postures), ekspresi
wajah (facial expressions), pakaian yang bersifat simbolik, isyarat, dan gejala lain
yang sama dengan syarat tidak mengandung unsur lisan dan tulisan Komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang disiratkan melalui tingkah laku, isyarat, dan
bahasa tubuh komunikator kepada komunikan. Komunikasi nonverbal lebih
banyak digunakan dalam kehidupan daripada komunikasi verbal karena
komunikasi nonverbal akan otomatis terpakai di saat komunikator berkomunikasi

27

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 340
28
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003), hlm. 22

25

secara verbal dengan komunikan. Komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu
ada karena cenderung bersifat spontan.29
Komunikasi nonverbal adalah penguat komunikasi verbal. Biasa
digunakan untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya dari pesan-pesan
verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami. Komunikasi verbal
kurang dapat beroperasi tanpa komunikasi nonverbal. Keduanya harus bersinergi
untuk menghasilkan komunikasi yang efektif.
Komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang frekuensi
terjadinya sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan
dikomparasikan dengan jenis komunikasi lainnya, Suranto Aw mencirikan
komunikasi interpersonal. Ciri-ciri tersebut antara lain:30
a. Arus pesan dua arah. Komunikasi interpersonal menempatkan sumber
pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, yang menimbulkan arus
pesan yang tersebar ke kedua arah. Artinya, komunikator dan
komunikan dapat berganti peran dengan cepat.
b. Suasana nonformal. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung
dalam suasana nonformal.
c. Umpan balik segera. Komunikasi Interpersonal memastikan adanya
immediate feedback karena komunikasi interpersonal biasanya

29

Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1981),

30

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 14-15

hlm. 28

26

mempertemukan para pelaku komunikasi secara bertatap muka, maka
umpan balik dapat dilakukan dengan segera.
d. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi
interpersonal merupakan metode komunikasi yang menuntut agar
peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti
fisik maupun psikologis.
e. Pelaku komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan
spontan, baik secara verbal maupun nonverbal. Peserta komunikasi
berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan
pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi,
saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi. Komunikasi nonverbal
di sini berperan penting untuk mengoptimalkan pesan verbal yang
disampaikan.
Menurut Riswandi, ada 6 tujuan Komunikasi Interpersonal yang akan
dipaparkan sebagai berikut:31
a.

Mengenal diri sendiri dan orang lain
Komunikasi

interpersonal

memberi

kesempatan

pada kita

untuk

berbincang-bincang mengenai diri kita sendiri. Melalui hal tersebut, kita dapat
lebih jauh mengenal sikap dan perilaku kita. Perspektif baru akan didapatkan saat
kita berbicara mengenai diri kita kepada orang lain. Karena pada kenyataannya,

31

Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 87-88

27

sebagian besar persepsi kita tentang diri kita sendiri merupakan hasil dari apa
yang telah kita pelajari melalui komunikasi interpersonal.
b.

Mengetahui dunia luar
Komunikasi interpersonal memungkinkan kita memahami lingkungan kita

dengan baik seperti obyek dan peristiwa-peristiwa yang ada di dunia luar. Karena
pada kenyataannya, banyak informasi yang kita miliki merupakan hasil dari
interaksi dengan orang lain, dan media massa.
c.

Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi lebih bermakna
Hal ini merupakan kecenderungan manusia sebagai makhluk sosial.

Manusia cenderung mencari dan berhubungan dengan orang lain di mana ia
mengadu, berkeluh kesah, menyampaikan isi hati, dan sebagainya.
d.

Mengubah sikap dan perilaku
Secara sadar atau tidak, kita sering berusaha mengubah sikap dan perilaku

orang lain melalui sebuah proses komunikasi interpersonal. Contohnya adalah
tindakan memersuasi orang lain melalui proses komunikasi interpersonal.
e.

Bermain dan mencari hiburan
Komunikasi interpersonal dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan

kejenuhan, dan ketegangan. Hal ini dikarenakan komunikasi interpersonal bisa
dilakukan secara nonformal.

28

f.

Membantu
Manusia dapat saling membantu melalui komunikasi interpersonal dengan

saling memberi saran kepada sesama.
Menurut Marhaeni Fajar, tujuan-tujuan komunikasi interpersonal yang
diuraikan di atas dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu:32
a. Sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai alasan-alasan mengapa
kita terlibat dalam komunikasi interpersonal. Dengan demikian, kita
dapat mengatakan bahwa kita membantu orang lain untuk mengubah
sikap dan perilaku seseorang.
b. Sebagai hasil efek umum dari komunikasi interpersonal. Dengan
demikian, kita dapat mengatakan bahwa sebagai suatu hasil dari
komunikasi interpersonal, kita dapat mengenal diri kita sendiri,
membuat

hubungan

lebih

baik

bermakna,

dan

memperoleh

pengetahuan tentang dunia luar.
Ada berbagai drill yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
speaking seseorang, antara lain:
1. Numbered Head Together
Menurut

Anita

Lie,

pembelajaran

kooperatif

merupakan

model

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif
32

hlm. 80

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),

29

dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang
belajar dalam kondisi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus saling bekerja
sama

sebagai

sebuah

tim

yang

baik

untuk

menyelesaikan

tugasnya.

Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.33
2. Model Cooperative Script
Model ini adalah metode pembelajaran di mana siswa bekerja secara
berpasangan dan secara lisan mengutarakan bagian-bagian dari materi yang
dipelajari. Model ini menurut Slavin sangat efisien dalam meningkatkan daya
ingat siswa karena dengan diutarakan, sebuah kalimat akan secara otomatis lebih
mudah diingat.34
3. Metode Audiolingual
Metode ini mengembangkan prinsip kombinasi teori linguistik yang
terstruktur, analisis perbedaan, ujian prosedur, dan, psikologi tingkah laku.35
Metode Audiolingual ini merupakan sebuah metode yang pelaksanaannya
terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, dan teks bacaan.

33

Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm. 59
Slavin, Educational Psychology Theory Into Practies, (Boston: Ally and Bachon
Publishers, 1994), hlm. 175
35
Richards and Rodgers, Approaches and Methods in Language Teaching, (Jakarta:
Cambridge University Press, 2001), hlm. 54
34

30

Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar (dalam hal ini bahasa Inggris
secara langsung) tanpa harus mendatangkan native language. Dasar dan prosedur
pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari metode yang telah ada
sebelumnya yaitu metode langsung (Direct Method). Selain itu, tujuan
Audiolingual pun juga tidak berbeda dengan Direct Method yaitu untuk
menc