Naskah Drama dan Natal Remaja

Naskah Drama: "REFLEKSI KEHIDUPAN REMAJA"
SCENE 01
Music Instrument…
Kristin tengah duduk merenung di sebuah bangku. Beberapa saat kemudian Rena yang
hendak ke ibadah pertemuan remaja lewat.
Rena:
Kristin sedang apa kamu di sini?
Kristin:
Hanya duduk saja.
Rena:
Kamu nggak ikut ibadah?
Kristin:
(menggeleng)
Rena:
Kenapa?
Kristin:
Kamu tau sendiri kan keadaan keluargaku, juga apa yang aku pakai sehari-hari. Tidak
mungkin kan saya ke ibadah dengan baju yang itu itu saja. Saya akan jadi bahan tertawaan
teman-teman yang lain. Mereka itu selalu memperhatikan orang lain dari kepala sampai kaki.
Rena:
Kamu jangan perdulikan mereka. Mereka itu ke ibadah hanya untuk pamer. Hati mereka

tidak pada situasi ibadah. Kamu ganti baju aja. Aku tunggu di sini.
Kristin:
Sudahlah Na. Sebaiknya kamu pergi saja. Kali ini aku ijin dulu.
Rena:
Baiklah, tapi lain kali kita berangkat sama-sama.
Saya pergi dulu yah…
Rena pun pergi berangkat ke lokasi ibadah. Sedangkan Kristin pulang ke rumahnya.

SCENE 02
Di rumah, Kristin duduk merenung. Mamanya masuk membawa sepiring pisang goreng.
Mama:
(ceria)

Eee… anak mama lagi melamun. Ini mama buatin pisang goreng. Ayo dimakan mumpung
masih panas. Kalo udah dingin kamu pasti udah gak mau.
Kristin:
Ma, kenapa yah hidup kita seperti ini. Tidak seperti yang lain serba berkecukupan.
Mama:
Lho, kok anak mama bicaranya seperti itu.
Kristin:

Ma, sebentar lagi udah mau tahun baru. Aku bosan ma hidup seperti ini. Di sekolah, di
tempat ibadah, bahkan di tempat bermain pun aku jadi bahan tertawaan, cemooh dan aku
merasa tersisih ma..
Mama:
Kristin kamu jangan berkata seperti itu. Tidak baik anakku. Mama tidak pernah mengajarkan
kamu harus bersungut. Mama selalu mengajarkan agar kamu senantiasa bersyukur dengan
keadaan kita seperti ini.
Ayo nak.. makanlah pisang goreng ini sebelum dingin…
Kristin:
(menapik piring pisang goreng hingga jatuh kelantai)
Pisang goreng terus… pisang goreng terus…
Yang lain dong ma…
Aku bosan ma.
Aku bosaaaann..
(keluar)
Mama terkejut dengan sikap Kristin. Ia tak menyangka adanya perubahan sikap pada
anaknya. Wajahnya begitu sedih, tanpa terasa air matanya keluar.
Satu persatu pisang goreng yang berserakan itu dipungutnya.
Mama:
Tuhan, dosa apa yang telah hambamu perbuat.

Cobaan apa lagi yang harus kuhadapi Tuhan…
Anakku… Dia yang sangat kucintai
Ku mohon padaMU janganlah sekiranya murkamu menimpa atas sungutnya
Ampuni dia Tuhan
Ampuni dia Tuhan….
Rena datang dan sempat melihat situsai tersebut...
Rena:
Maaf tante..
Mama:
(terkejut, berusaha menyembunyikan kesedihan)
Rena, kamu sudah lama di situ.
Rena:

Nggak kok tante. Aku baru saja nyampe..
Tante, Kristinnya ada?
Mama:
Belum lama pergi Na. Tapi tante tidak tahu kemana. Ia pergi buru-buru.
Tante piker ia ke rumah kamu.
Rena:
Oh… kalau begitu Rena pergi tante..

Mama:
Iya. Hati-hati di jalan ya…
(out)
SCENE 03.
Di jalan, Rena masih memikirkan apa yang tengah terjadi di rumah Kristin. Karena situsi
tidak seperti biasanya.
Rena:
Apa sebenarnya yang terjadi. Apa mungkin Papanya Kristin sudah balik lagi dan dia telah
mabuk lalu membuang pisang goreng itu.
Oh Tuhan semoga apa yang aku pikirkan ini tidak benar.
Tapiii… kenapa pisang goreng itu berhamburan di lantai. Kenapa pula wajah tante Sandra
sangat sedih..
(keluar)

SCENE 04.
Kristin di jalan.
Pikirannya kecut. Hatinya gelisah oleh pemberontakan kecil.
Lalu duduk tidak jauh dari Tommy, Bella, Manuel.
Di sudut lain. Tommy, Manuel dan Bella tengah berbincang.
Bella:

(FB lewat handphone)
Status yang simple aja udah banyak yang like, baru tiga menit lalu aku nulis “kayaknya aku
harus ganti pacar nih” e..e..e….. yang koment ada tiga belas…
Huft, susah juga ya kalo jadi selebriti..
Manuel:
Hahahahhaha….
Bella…bella…
Hei, kau itu bukan selebriti top. Kalo selebriti top itu sering digosipin. Tapi kau, selebriti
penggosip.
Bella:

He Nuel.. nggak ngaruh githu lho.
Yang jelas aku ini artis FB, Bellachelalumenanti Kekasih Hati.
Kamu add aku langsung confirm.
Manuel:
Pe de amat nih anak hahahahaha…
Kristin yang beberapa saat memperhatikan mereka bertiga. Mencoba memberanikan diri
untuk bergabung.
Kristin:
Hi.. bisa aku bergabung.

Bella menatap sinis ke arah Kristin. Sedangkan Tommy dan Manuel menyambut baik-baik.
Manuel :
Hei Kristin. Ayo duduk sama-sama kita.
Bella:
Kok tiba-tiba cuacanya jadi panas gini ya…?
Kristin memahami maksud ucapan bella yang menyindir kehadirannya. Tapi ia tak perduli.
Kristin:
Lagi main game ya Tom?
Tommy:
Nggak.. ini lagi baca Online News.
Kalian dengar nih.
Dalam setiap lima menit, 11 anak Indonesia terpaksa putus sekolah.
Tujuh diantaranya menjadi pembantu rumah tangga. Lainnya menjadi buruh, pelacur, dan
anak jalanan.. (menghela nafas panjang)
Kasian juga yah…
Bella:
(sinis)
Wajar aja.. mereka itu pasti anak-anak orang miskin. Kalo jadi pembantu RT baguslah.
Kayak dirumahku.
Tapi, kalo yang jadi pelacur itu ujung-ujungnya karena tuntutan gaya… udah tahu gak bisa

kayak kita kita masih aja dipaksain akhirnya kebobolan.
Tommy:
Hus.. kamu bicaranya kok gitu. Seharusnya kamu itu bersyukur gak seperti mereka. Kamu
lahir di tengah keluarga yang mampu. Coba kalo kamu jadi seperti mereka.
Manuel:
Ia benar. Coba kamu ambil kaca. Perhatikan gayamu, makeup mu udah berlebihan. Nggak
cocok anak SMP gaya githu. Kalo mau kelihatan cantik dan terhormat, gayamu harus seperti
Kristin. Alami tanpa warna merah-merah di pipi. Iya kan Tin.

Kristin:
(tersenyum paksa)
i…iya…
Bella:
(kesal)
Susah ngomong sama orang-orang udik.
(langsung pergi)
Manuel:
Hahahahahaha… siapa suruh berkawan sama orang-orang udik. Hahahahahaha…
Kristi termenung. Memikirkan apa yang barusan mereka bicarakan.
Tommy:

Tin, kamu lagi mikiran apa?
Kristin:
Tom, selama ini aku salah..
Manuel:
Iya.. kamu memang salah, kamu nggak sadar kalo kamu itu cantik. Iya kan Tom…?
Tommy:
Nuel…Nuel…selalu saja…
Kristin:
Bukan itu maksudku Nuel. Kesalahanku selama ini aku sudah mulai terpengaruh dengan
lingkunganku. Sebenarnya aku itu sudah punya segalanya..
Aku pulang dulu yah…
(keluar sambil berlari kecil)
Manuel:
Lalu.. maksudnya apa?
Tommy:
Kamu aja nggak tahu apalagi saya...
Sebaiknya kita pulang juga..
(keluar)
SCENE 05.
Kristin sampai di rumah.

Kristin:
Tuhan. Semoga mama mau memafkan aku
Aku takut kalau mama tidak memaafkan aku.
Ampuni aku Tuhan. Aku tidak mau jadi anak yang durhaka.
Mama masuk. Wajahnya sangat sedih. Suara isak tangis terdengar.

Kristin:
(berpaling ke arah suara tangis)
Mama?
Keduanya berpelukan.
Mama:
Kristin. Maafkan mama bila mama terlalu banyak salah padamu
Kristin:
Nggak ma. Kristinlah yang harus minta maaf. Kristin terlalu banyak menuntut tanpa peduli
keadaan mama. Kristin telah salah Ma. Kristin tidak akan lagi mengeluh. Kristin tidak akan
lagi menuntut terlalu banyak. Kristin janji akan menjadi Kristin yang baru di tahun baru ini..
Music Instrument……

Suatu hari setelah pulang latihan persiapan natal, berkumpullah sekelompok anak muda,
mereka terdiri dari anak-anak muda yang tergolong kaya dan sederhana, namun apakah yang

sedang mereka bicarakan saat ini ?
Stevan : eh tau ga, bukan mau pamer sih, Cuma mau kasih tau aja, aku baru aja beli kamera
terbaru
dan tercanggih, biar pas natal nanti aku pake kamera baru
Cristy : wah kamu benar-benar suka fotografi ya, kalau aku sih baru aja minta di beliin mobil
sport
terbaru, tapi kata papih sih paling lama mobilnya dateng seminggu sebelum natal
Arga : kalau aku sih minggu kemarin baru di beliin hp yang terbaru, kalau kamu gimana ?
Marcel : aduh kalian semuanya serba baru bahkan keluaran terbaru ya, aku sih belum minta
apa-apa
sama orang tua aku, soalnya barang-barang aku masih bagus sih
Cristy : aduh kamu gimana sih, walaupun barang-barang kita masih baru tapi kita ga boleh
ketinggalan jaman dong
Stevan : iyah, pokoknya kita harus punya barang-barang yang terbaru bahkan kalau bisa jadi
yang
pertama punya, bener ga ?
Arga : iyah bener tuh, mendingan kamu minta aja sama orang tua kamu, pasti di beliin ko.
Marcel : benar juga ya, ntar deh kalau pulang aku minta sama ibu dan bapak aku ya
Stevan : ya udah yu kita pulang, besok kita latihan lagi
*di rumah (ibu Marcel sedang menghitung uang)

Marcel : ibu aku pulang
Ibu
: oh kamu sudah pulang nak
Marcel : nah, pas banget nih bu (wajah semangat lihat uang)
Ibu
: pas apanya ?
Marcel : pas banget bu, aku baru aja mau minta di belikan motor sama hp baru, nah ibu kan
lagi
pegang uang nih, jadi berarti bisa kan aku beli hari ini ?
Ibu
: lho bukannya motormu masih bagus ? memangnya motor kamu suka mogok ? atau
udah ga
bisa jalan ?
Marcel : masih sih bu, tapi tau ga bu ada motor keluaran terbaru yang keren bu
Ibu
: Oh, terus hp mu kenapa ? itu hape juga masih bisa di pake telpon sama sms kan ?
Marcel : masih bagus juga bu, tapi ada yang lebih canggih dari hape ini bu
Ibu
: kalau semuanya masih bagus kenapa harus di ganti ? kalau terus-terusan beli yang
terbaru
habislah uang ibu
Marcel : bu ayolah bu, yang lain bahkan dibelikan mobil baru
Ibu
: ngga
Marcel : ayolah bu
Ibu
: tidak bisa, kalau ibu bilang tidak ya tidak (nada marah)
Marcel : ibu, ibu cantik deh, apalagi kalau kabulin permintaan aku, pasti ibu makin cantik,
makin awet
muda juga lho
Ibu
: percuma ibu ga mempan sama rayuan-rayuan yang begitu, seribu rayuan bapakmu
saja ibu ga
mempan, apalagi kamu

Bapak : eh eh apa ini ribut ribut, ga malu kalian di liatin penonton ?
Marcel : ini lho pa, aku pengen beli motor sama hape baru, masa ibu ga mau kasih sih, dulu
bapak kok
mau sih sama ibu yang pelit begini
Ibu
: eh eh siapa yang melahirkan kamu ? kalau bapakmu ga jadi sama ibu, mana ada
kamu disini
Marcel : tuh kan pa, masa ibu galak begitu, ayolah pa belikan aku motor sama hape baru ya
Bapak : ya sudah minggu depan kita pergi liat-liat barangnya ya
Marcel : bener pa ? yes ! (menari-nari meninggalkan panggung)
Ibu
: bapak ! itu motor sama hapenya masih bagus untuk apa di belikan yang baru ?
Bapak : tenang bu, papah punya rencana pasti ibu ga akan kecewa deh. Sudah lebih baik ibu
ke dapur,
siapkan makanan buat bapak ya (bapak dan ibu pergi keluar panggung)
Satu minggu berlalu, Marcel kembali berkumpul bersama teman-temannya
Arga : Marcel, mana nih katanya mau beli motor sama hape baru, aku mau liat dong
Cristy : iyah tinggal kamu nih yang belum nunjukin barang baru kamu
Stevan : eh jangan-jangan kamu cuma ngomong doang ya ?
Marcel : bukannya begitu, hari ini rencananya aku mau pergi sama bapak buat liat barangnya
Cristy : kalau gitu kita boleh ikut dong ?
Arga : nah iyah boleh kan ?
Marcel : ya udah yuu ikut
(di rumah: bapak dan ibu sedang duduk menanti Marcel)
Marcel : aku pulang. Pa hari ini kita jadi pergi kan ? jangan bilang kalau bapa berubah pikiran
karena
ibu ?
Bapak : ooh tidak, sudah kamu makan dulu sana, ganti baju, baru kita pergi
Marcel : aahh ga usah pa, lebih cepat lebih baik, nanti motornya keburu ada yang beli, ibu ga
ikut kan?
Bapak : ibu mu di rumah saja, ya sudah ayo berangkat
Ibu
: hati-hati ya pa, awas kalau macem-macem
Marcel : tenang bu, hanya dua macam, motor dan hape hahaha
Stevan : tante kita pergi dulu ya
*Akhirnya bapak pergi mengajak Marcel dan teman-temannya untuk melihat kendaraan yang
akan mereka beli
Cristy : om ko kesini
Marcel : iyah pa ko ke gereja, kita kan mau beli motor
Bapak : sebentar, bapak mau menjenguk anak teman bapak dulu ya. Luna dimana kamu ?
sini, om
datang sama anak om
Luna : iyah om, Luna disini.
Marcel : pa, dia siapa ko kakinya ga ada satu ?
Bapak : Marcel, kenalkan ini anak teman bapa namanya Luna
Luna : halo aku Luna, salam kenal ya Marcel. Ayo om duduk dulu
Bapak : nah, Luna ini anak om yang pernah om ceritakan dan ini teman-temannya. Bisa
kamu
ceritakan pada mereka tentang kakimu ini nak ?

Luna

: Baik om. Temen-temen, sebenernya dulu kaki aku sempurna seperti kalian, dan dulu
ketika ayah dan ibu masih ada aku sama seperti kalian, hidup dalam kemewahan, bahkan
aku selalu dibicarakan oleh semua orang, mereka mengatakan bahwa mereka ingin seperti
aku. Tapi, suatu hari aku memaksa ayah untuk membelikanku motor balap terbaru, aku
mengatakan pada mereka bahwa aku ingin menjadi pembalap, ayah memang membelikan
motor itu untukku, tapi ibu melarang aku menjadi seorang pembalap karena ibu takut terjadi
apa-apa padaku. Pada hari itu aku pergi bersama temanku untuk berlatih balapan. Saat itu ada
mobil besar dengan kecepatan tinggi di depanku, mobil itu seperti ingin membunuhku, dan
seketika itu pula aku merasakan ketakutan yang sangat besar bahkan aku sempat sulit
mengendalikan motorku, tanganku gemetar, aku tidak bisa menghindar, tapi yang terjadi dari
belakang muncul mobil menabrakku dan melempar aku ke pinggir jalan, sampai akhirnya
kedua mobil itu bertabrakan,
dan mobil besar itu menindih mobil kecil yang menabrakku. Kakiku terjepit, aku
ketakutan,
saat itu aku benar-benar membutuhkan ayah dan ibu, tak ada yang melihatku, semua orang
hanya berlari menghampiri mobil-mobil itu. Dalam hatiku aku marah, mengapa mobil kecil
itu menabrak ku dan membuat kakiku terjepit. Tak lama ada orang yang menolongku, tapi
entah mengapa saat itu tubuhku memaksa untuk melihat korban tabrakan itu, sampai akhirnya
aku memaksa orang-orang untuk sebentar membawa ku kesana. Dan apa yang terjadi,
tubuhku gemetar hebat, aku benar-benar tak tau harus apa ketika akumelihat ayah dan ibuku
tergeletak tak bernyawa di hadapanku. Saat itu aku baru menyadari mereka sengaja
menabrakku untuk menyelamatkanku dari maut, bahkan ayah dan ibu rela mengorbankan
nyawanya untukku. Sejak kejadian itu, kaki ku di amputansi, kekayaan ayah dan ibu semakin
habis karena biaya pengobatanku, dan ketika itu juga semua orang berubah tak ingin menjadi
sepertiku. Tapi saat itu datang seorang pendeta menghampiriku, pendeta itu mengajakku
pergi ke tempat ini, gereja yang begitu sunyi penuh dengan kenyamanan, disini aku belajar
banyak, belajar bagaimana cara bersyukur. Semakin lama aku semakin menyadari bahwa
dulu aku benar-benar salah, Tuhan menegurku karena kesombonganku, karna aku tak
mendengarkan perkataan orang tuaku, bahkan aku tak pernah mensyukuri apa yang kumiliki.
Tapi penyesalan sudah terlambat, kini yang seharusnya aku lakukan ialah semakin
memperbaiki diri, mensyukuri apa yang saat ini ada padaku, dan terus berusaha tanpa harus
mengeluh dan menuntut.
Bapa : nah, anak-anak bapa sengaja membawa kalian kesini dan mempertemukan kalian
dengan
Luna. Disini Luna ingin mengingatkan pada kalian, bahwa apapun yang kalian miliki
saat ini,
baik itu keluarga ataupun harta, semuanya anugrah Tuhan, titipan Tuhan yang bersifat
sementara,yang kapanpun bisa Tuhan ambil tanpa kita tahu kapan. Maka syukurilah apapun
yang kita miliki saat ini, memang boleh melihat ke atas dan melihat orang-orang yang lebih
dari kita untuk kita jadikan motivasi, tapi jangan terus melihat ke atas, ada saatnya kita harus
melihat kebawah agar kita lebih ingat untuk bersyukur, supaya kita tidak terus menuntut pada
Tuhan. Karena, untuk apa kita takut dan kuatir akan hidup kita ? Percayalah, Tuhan tidak
akan pernah memberikan pencobaan melebihi kekuatan anak-anakNya. Luna, terimakasih
untuk kisah yang sungguh luar biasa, om dan teman-temanmu pamit pulang dulu.
Luna : sama-sama om, terimakasih sudah datang menjenguk Luna, semoga tak ada lagi
orang yang
menyesal seperti Luna ya om.
Bapa : Marcel, sekarang kita mau beli motornya ke diller mana ?

Marcel : ga jadi pa, Marcel ga usah dibelikan motor dan hape baru, yang lama masih bisa
dipake ko.
Luna, terimakasih sudah mengingatkan aku dengan pengalamanmu, bolehkah aku
dan teman
temanku menjadi temanmu ? dan bolehkah kita main ke gereja ini lagi ?
Luna : tentu saja, aku sangat senang jika ada yang ingin berteman denganku
Stevan : nah, berarti teman kita tambah 1, dan mulai sekarang aku akan belajar hidup
sederhana
Cristy : dan belajar bersyukur untuk setiap yang kita miliki
Arga : dan belajar untuk mencintaimu
Semua
: haha maunyaaa, sampai jumpa Luna
Hari Natalpun segera tiba, semua orang sibuk mempersiapkan diri menyambut hari kelahiran
Tuhan Yesus, begitu juga dengan anak-anak muda di tempat ini.
Arga : Eh guys aku ada ide bagus nih
Cristy : apa tuh apa ?
Arga : Gimana kalau sebagian dari tabungan kita, kita gabungkan dan kita bantu Luna
untuk mendapatkan kaki palsu, gimana ?
Stevan : Aku setuju, kalian gimana ?
Marcel : Aku juga setuju, gimana kalau kita minta bantuan juga dari jemaat lainnya ?
Cristy : Iyah bener tuh, lebih banyak lebih baik kan, yuu kita mulai penggalangan danannya
Akhirnya Marcel dan teman-teman menggalang dana untuk pembelian kaki palsu yang akan
mereka berikan untuk Luna.
Semua : Lunaaa, lunaaa
Luna : Iyaahh. oh teman-teman datang lagi
Bapa : Luna, teman-temanmu punya kado natal special untukmu
Luna : Wah benarkah ? sudah beberapa tahun ini aku tidak mendapatkan kado natal dari
teman
Seusiaku
Arga : Luna, ini kado dari kami, sedikit biaya untuk membantu kamu mendapatkan kaki
palsu, ya walaupun kami tidak bisa memberikan kaki yang seperti dulu, tapi semoga ini bisa
sedikit membantumu.
Luna : Ini serius ? aku ga lagi mimpikan ? kalian baik banget
Cristy : Iyah Lun ini serius. Nah mari sekarang kita sama-sama pergi ke rumah sakit
Luna : Baiklah, mari
Merekapun pergi bersama-sama ke rumah sakit, untuk menemani Luna
Arga : Aduh lama banget ya, aku ga sabar lihat Luna
Ibu
: tenang, sebentar lagi juga selesai, tuh dia
Cristy : Waaww seperti kaki asli ya
Marcel : Ga sia-sia ya kita beli harga yang cukup besar
Arga : Kamu makin cantik dengan kaki itu
Luna : Terimakasih untuk kado Natal yang luar biasa ini, mulai saat ini aku janji akan
selalu menjaga
kaki dan seluruh berkat yang Tuhan berikan untukku. Kini aku tahu, terkadang aku
hanya
meminta yang aku inginkan, bukan yang aku butuhkan.

Bapa : Nah penonton, sudahkah anda bersyukur hari ini ? mungkin hanya 1 kalimat yang
ingin kami
ucapkan untuk semuanya
Semua : SELAMAT NATAL, AKU SAYANG KALIAN