Pengaruh Pendidikan Agama Karakter dan B

MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER DAN ANTI-KORUPSI

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA, KARAKTER DAN BUDAYA
(Culture) TERHADAP BUDAYA KORUPSI YANG TERJADI DI
INDONESIA

OLEH :

IQBAL JALIL HAFID
O 121 12 094
12 000

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenan-Nya makalah
matakuliah Pendidikan Karakter Dan Anti-Korupsi tentang Pengaruh
Pendidikan Agama, Karakter dan Budaya (Culture) Terhadap Budaya
Korupsi yang Terjadi di Indonesia dapat diselesaikan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pola
pengembangan usaha peternakan unggas, yaitu untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pendidikan agama, karakter dan kultur terhadap budaya korupsi yang
terjadi di Indonesia.
Makalah ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur dalam
pelaksanaan pengembangan usaha peternakan unggas selanjutnya dan menjadi
bahan perbaikan untuk masa yang akan datang.

Palu, Juli 2015

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
I. PENDAHULUAN ...................................................................................

i
ii
iii
1

A. Latar Belakang ..................................................................................

1

B. Rumusan Masalah .............................................................................

2

C. Tujuan dan Manfaat ..........................................................................

2


II. PEMBAHASAN ......................................................................................

3

A. Pendidikan Agama ............................................................................

3

1. Pendidikan anti-korupsi dalam perspektif pendidikan Islam ......

3

2. Nilai-nilai anti-korupsi agama dan kepercayaan lain...................

5

B. Pendidikan Karakter...........................................................................

7


C. Budaya (Culture) ...............................................................................

9

III. PENUTUP ................................................................................................

12

A. Kesimpulan .......................................................................................

12

B. Saran .................................................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

iii


I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi di Indonesia telah menjamur di berbagai segi kehidupan. Dari
Instansi tingkat desa, kota, pemerintahan, hingga pendidikan.

Bisa di bilang

korupsi sudah membudaya di Indonesia Salah satu penyebab terpuruknya bangsa
Indonesia, baik dari segi ekonomi maupun politik, yaitu suburnya tindak
kejahatan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara. Pada masa orde baru,
tindak pidana korupsi dilakukan oleh para pejabat negara di tingkat pusat. Namun
kemudian, seiring dengan kebijakan otonomi daerah, gejala desentralisasi perilaku
korupsi pun merebak. Korupsi bukan hanya dilakukan oleh para pejabat negara
pusat, tetapi juga banyak dilakukan oleh pejabat atau raja-raja kecil di tingkat
provinsi, kabupaten/kota, sampai kelurahan. Bahkan dalam instansi pendidikan
budaya korupsi juga sudah menyebar.

Korupsi merupakan masalah paling krusial yang dihadapi negara dan
bangsa Indonesia saat ini. Tindak pidana korupsi yang terjadi terentang mulai dari
korupsi kecil-kecilan seperti pemberian uang pelicin ketika berurusan di kelurahan
sampai ke korupsi besar-besaran seperti penyelewengan dana bantuan likuiditas
Bank Indonesia (BLBI) yang bernilai triliunan rupiah. Kejadian ini makin
mempertegas anggapan bahwa korupsi sudah membudaya dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas
korupsi di bumi Indonesia antara lain dengan membentuk badan Negara yang
diberikan kewenangan luar biasa seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pada masyarakat yang tingkat korupsinya seperti Indonesia, hukuman
yang setengah-setengah sudah tidak mempan lagi. Mulainya dari mana juga
merupakan masalah besar, karena boleh dikatakan semuanya sudah terjangkit
penyakit birokrasi. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan
hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melakukan tindak
korupsi. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai seberapa besar pengaruh
pendidikan agama, karakter dan kultur terhadap budaya korupsi yang terjadi di
Indonesia.

1


B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik suatu
permasalahan, yaitu seberapa besar pengaruh pendidikan agama, karakter dan
kultur terhadap budaya korupsi yang terjadi di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan agama, karakter dan kultur
terhadap budaya korupsi yang terjadi di Indonesia.
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan agama, karakter dan kultur
terhadap budaya korupsi yang terjadi di Indonesia.

2

II.

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Agama

1.

Pendidikan anti-korupsi dalam perspektif pendidikan Islam
Bicara tentang pendidikan anti-korupsi dalam perspektif Islam. Kita harus

merujuk pada Alquran dan Alhadits sebagai sumber utama dari ajaran Islam.
Pendidikan korupsi adalah suatu hal penting dalam upaya pemberantasan korupsi.
Pemberantasan korupsi bukan hanya menyangkut bagaimana menangkap dan
memidanakan pelaku tindak pidana korupsi, tapi lebih jauh adalah bagaimana
mencegah tindak pidana korupsi agar tidak terulang pada masa yang akan datang
melalui pendidikan anti-korupsi.
Jika melihat dari pengertian korupsi yang sudah disebutkan diatas, bisa
disimpulkan jika korupsi adalah sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah
penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban
tugas tertentu. Dalam Alquran Allah telah banyak mengingatkan manusia tentang
hal ini, antara lain:


Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang
mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa (QS. An-Nisa:

107).



Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang Telah beriman.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang
berkhianat lagi mengingkari nikmat (QS. Al-Hajj: 38).

Melihat dari firman Allah diatas, sangat jelas jika Islam melarang segala
bentuk penghianatan. Karena dari itu bisa disimpulkan jika Allah melarang
Korupsi karena korupsi adalah salah satu bentuk penghianatan. Segala bentuk
larangan yang tertuang dalam Alquran adalah suatu hal mutlak yang harus
dihindari terlebih bagi orang-orang Islam. Karena Alquran adalah penunjuk jalan
yang lurus. Alquran adalah pedoman kita sebagai umat muslim. Dan sebagai umat
muslim kita harus senantiasa berpedoman kepada alquran dan hadis. Dalam
Alquran dijelaskan jika manusia ingin diberi petunjuk, maka dia harus iman

3

terhadap Alquran. Ada sebuah ayat dalam alquran dijelaskan jika kita harus takwa

yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintahperintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. tidak cukup diartikan
dengan takut saja. Maka dari itu, kitapun juga harus menjahui larangan Allah
berupa khianat atau korupsi. Allahpun juga menegaskan lagi tentang hal tersebut.
Pakar Pendidikan, Arief Rahman memberikan saran jika pendidikan antikorupsi lebih tepat dijadikan pokok bahasan dalam mata pelajaran tertentu.
Sebuah usulan yang mesti dicermati. Pokok bahasan mencakup kejujuran,
kedisiplinan, kesederhanaan, dan daya juang. Selain itu, juga nilai-nilai yang
mengajarkan kebersamaan, menjunjung tinggi norma yang ada, dan kesadaran
hukum yang tinggi. Disamping itu penanaman nilai tanggung jawab dalam diri
setiap siswa juga sanat penting, ini berarti siswa teguh hingga terlaksananya tugas.
Tekun melaksanakan kewajiban sampai tuntas. Pengembangan rasa tanggung
jawab adalah bagian terpenting dalam pendidikan anak menuju kedewasaan.
Menjadi orang yang bermutu sebagai manusia.
Sementara itu Imam Suprayogo juga berpendapat jika Pendidikan Islam
harus bisa terintegratif dan berisi serta masuk dalam seluruh relung kehidupan
sekolah, dan apalagi di keluarga masing-masing, maka saya berkeyakinan Islam
menjadi sebuah budaya dan bahkan peradaban, yaitu budaya dan peradaban Islam.
Islam yang selalu mengajarkan tentang hidup santun, menghargai dan hormat
pada orang lain, apalagi kepada orang yang lebih tua apalagi guru dan orang
tuanya sendiri; penuh kasih sayang, selalu menghindar dari perbuatan rendah
seperti berbohong, tidak jujur, tidak amanah (korupsi).

Adapun pelaksanaan yang dapat dilakukan adalah:
a. Selalu mendekat pada Allah melalui kegiatan spiritual seperti banyak
berdzikir (ingat Allah).
b. Sholat berjama’ah.
c. Membaca al Qur’an dan lain-lain.
Dengan ini justru Islam akan lebih terasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi Pendidikan Islampun juga bisa menjadi Pendidikan yang menjauhkan dari
tindakan korupsi.

4

2.

Nilai-nilai anti-korupsi agama dan kepercayaan lain
Dapat dirasakan sistem pendidikan saat ini belum berhasil menanamkan

nilai-nilai anti-korupsi. Pendidikan agama seolah-olah terpisah dari kehidupan
sekuler. Keberhasilannya hanya diukur sampai tingkat pengertian dan kemampuan
anak didik dalam melaksanakan praktik-praktik agamawi, bukan pada apresiasi
pada penampakan nilai-nilai kebaikan. Sekolah secara rutin menyelenggarakan
doa bersama menjelang UN, namun praktik-praktik kecurangan terorganisir
dianggap hal yang wajar. Pendidikan moral tidak lagi dimasukkan ke dalam
kurikulum, penekanan lebih ditekankan pada pendidikan kewarganegaraan, tanpa
keteladanan dari pemangku kepentingan negara. Jika hal ini terus menerus
dibiarkan, akan sulit berharap lahirnya generasi tanpa korupsi sehingga dimasa
yang akan datang mimpi tercipta Indonesia yang bebas dari korupsi hanya sebatas
retorika. Dalam hal inilah membangun suatu sistem pendidikan anti-korupsi
menjadi relevan, melawan korupsi dengan menanamkan nilai-nilai anti-korupsi
pada generasi muda sejak dini.
Penerapan Pendidikan Anti-korupsi harus melibatkan semua pihak di
lingkungan pendidikan formal, perlu duduk bersama merancang implementasinya
di dalam kurikulum untuk memetakan nilai-nilai anti-korupsi yang harus dicapai
di setiap satuan pendidikan, siapa dan kapan disampaikan, termasuk mekanisme
evaluasinya. Lembaga pendidikan harus memiliki modul Pendidikan Anti-korupsi
dan mencantumkannya dalam program tahunan. Tanggung jawab ini tidak hanya
menjadi beban pendidik agama, setiap pendidik harus mengambil peran dalam
menebarkan nilai-nilai anti-korupsi. Gagasan besar mencegah praktik korupsi
dengan menerapkan pendidikan Anti-korupsi akan berhasil jika didukung oleh
semua pihak di luar lingkungan lembaga pendidikan. Apalah gunanya jika di
sekolah/kampus nilai-nilai anti-korupsi telah diajarkan namun di rumah pelajar
tidak pernah diberikan tanggung jawab walau hanya membersihkan kamar tidur
dan mencuci piringnya setelah makan dan mengamalkan nilai-nilai agama.
Persekutuan Kristen menjadi model komunitas orang-orang yang peduli
dan bergaya hidup sederhana, menanamkan budaya disiplin waktu ketika

5

melakukan kegiatan. Kepada gereja Allah mengamanatkan supaya “apa yang
kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah
engkau

mengajarkannya

berulang-ulang

kepada

anak-anakmu

dan

membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang
dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ulangan
6 : 6-7).
Ajaran Hindu menekankan hidup sederhana, bahkan mendorong untuk
meninggalkan dunia dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan guna mencapai
persatuan Atman dengan Brahman. Ajaran Budha menekankan pengendalian
nafsu dan berusaha melepaskan diri dari nafsu demi mencapai Nirwana. Para
biksu Budha pun, hidup sederhana. Soma Dewa, guru India abad ke-10: Uang
suap: pintu masuk ke dosa. Raja yang penipu, akan ditinggalkan rakyat dan tidak
akan hidup lama. Pemikiran India: tinggi rendahnya korupsi lebih tergantung pada
faktor sejarah, sosiologis, dan lainya daripada ancaman hukuman.
Konfusionisme (551-478 SM) lebih percaya pada upaya mendekatkan diri
kepada Tuhan, pengendalian diri, dan pendidikan etika, daripada pembentukan
dan penegakan hukum, dalam pembinaan moral bangsa.
Untuk korupsi yang sudah membudaya dan mendarah daging, dibutuhkan
pendidikan berbasis

anti-korupsi

yang disampaikan berulang-ulang dan

keroyokan. Setiap kita, baik sebagai guru, karyawan atau ibu rumah tangga Tuhan
berikan tanggung jawab untuk mendidik generasi muda negeri ini bermental antikorupsi, menjadi agen pendidikan anti-korupsi, agen perubahan bangsa.

B. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai
karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran
individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.

6

Menurut Akhmad Sudrajat, supaya kita lebih mudah memahami makna
pendidikan karakter, kita mesti mengerti makna dari karakter itu sendiri terlebih
dahulu. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, dan watak. Sementara itu, yang disebut dengan berkarakter ialah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Lain halnya dengan
pendapat Tadzkiroatun Musfiroh (2008), menurutnya karakter mengacu pada
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Makna karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang
tidak jujur, kejam, rakus, dan berperilaku jelek dikatakan sebagai orang
berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral
dinamakan berkarakter mulia.
Melihat permasalahan yang terjadi, ternyata budaya korupsi di Indonesia
bukan hanya terjadi dalam dunia politik, tetapi dalam dunia pendidikan pun bisa
terjadi. Yang lebih ironisnya terdakwa adalah seorang kepala sekolah yang
seharusnya menjadi teladan baik di sekolah. Dapat kita pelajari bahwa pendidikan
yang hanya menghasilkan ijazah dan mengandalkan nilai tidak menjamin
seseorang tersebut memiliki karakter yang baik dan berbudi pekerti.
Pendidikan anti-korupsi bukanlah seperangkat aturan perilaku yang dibuat
oleh seseorang dan harus diikuti oleh orang lain. Sebagaimana halnya dengan
kejahatan lainnya, korupsi juga merupakan sebuah pilihan yang bisa dilakukan
atau dihindari. Karena itu pendidikan pada dasarnya adalah mengkondisikan agar
perilaku siswa sesuai dengan tuntutan masyarakat. Agar perilaku tersebut dapat
menjadi karakter pelajar, maka beberapa langkah bisa dilakukan dalam
pendidikan anti-korupsi, diantaranya adalah:
a. Melatih pelajar untuk menentukan pilihan perilakunya. Untuk itu siswa
harus diberi tahu tentang hak, kewajiban dan konsekuensi dari tindakan
yang dilakukannya. Jika dalam diskusi siswa mengemukakan pilihannya
terhadap sesuatu maka pendidik bisa memberikan beberapa alternatif lain,

7

misalnya untuk mendapatkan nilai bagus banyak cara yang bisa dilakukan.
Berdasarkan alternatif pilihan tersebut pelajar bisa menentukan mana yang
baik atau yang buruk. Jika pelajar mampu memutuskan sendiri
berdasarkan pilihan yang dibuatnya, maka mereka juga berani mengatakan
tidak atau iya terhadap sesuatu.
b. Memberi pelajar kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang
luas dengan menciptakan situasi yang fleksibel dimana bisa berkerjasama,
berbagi, dan memperoleh bimbingan yang diperlukan dari pendidik.
Karena itu kegiatan dalam menganalisis kasus, diskusi, bermain peran atau
wawancara merupakan situasi yang akan mengembangkan karakter antikorupsi pada diri pelajar.
c. Tidak begitu terfokus pada temuan fakta seperti, berapa persen PNS yang
terlibat korupsi, berapa banyak uang Negara yang hilang dikorupsi
pertahun atau berapa hukuman yang tepat untuk pelaku korupsi dan
sebagainya. Hal itu juga penting tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana membantu para pelajar menemukan sumber informasi.
d. Melibatkan pelajar dalam berbagai aktifitas sosial di lembaga pendidikan
dan di lingkungannya. Ini ditujukan untuk menanamkan rasa tanggung
jawab dan respect pada orang lain dalam rangka melatih mereka untuk
berbagi tanggung jawab sosial dimana mereka tinggal. Bukan berarti
karakter lain tidak penting tetapi dengan mengemukakan rasa tanggung
jawab dan respect pada orang lain akan mengurangi rasa egoisme dan
mementingkan diri sendiri yang pada umumnya banyak dimiliki para
koruptor.
Aspek penting lain dari pendidikan anti-korupsi adalah kemampuan pelajar
untuk membuat pertimbangan moral terkait perbuatan korupsi, dan ini juga sangat
ditentukan oleh kognisi yang dimiliki. Berdasarkan klasifikasi Kohlberg, pelajar
yang sudah berada pada usia remaja sudah mampu melihat sesuatu diluar dirinya,
karena itu mereka sudah dapat dilatih untuk membuat pertimbangan moral
tertentu, apakah suatu perbuatan tersebut dapat dikategorikan baik atau buruk dari
sisi moralitas. Untuk itu pembelajaran melalui pengelaborasian alasan-alasan

8

moral tentang suatu perbuatan akan membantu para pelajar dalam membuat
pertimbangan, dan selanjutnya akan meningkatkan perkembangan moralnya.
Karakteristik dari pendidikan anti-korupsi adalah perlunya sinergi yang
tepat antara pemanfaatan informasi dan pengetahuan yang dimiliki dengan
kemampuan untuk membuat pertimbanganpertimbangan moral. Oleh karena itu
pembelajaran anti-korupsi tidak dapat dilaksanakan secara konvensional,
melainkan harus didisain sedemikian rupa sehingga aspek kognisi, afeksi dan
konasi pelajar mampu dikembangkan secara maksimal dan berkelanjutan.

C. Budaya (Culture)
Jangan sebut korupsi sebagai budaya karena budaya bangsa ini terlalu
mahal untuk dikonotasikan dengan istilah korup. Tapi faktanya, korupsi memang
menjadi penyakit yang seolah telah membudaya di negeri ini. Tidak hanya di
pemerintahan, tapi juga di berbagai aspek kehidupan kita, korupsi seolah menjadi
bagian negatif yang tak bisa ditinggalkan dalam sistem birokrasi. Korupsi
disebabkan karena adanya keinginan dan kesempatan. Keinginan berkaitan
dengan moral seseorang, sedangkan kesempatan berkaitan dengan sistem. Trend
usia Koruptor semakin lama semakin muda, mulai mengarah ke usia di bawah 40
tahun. Uniknya lagi, tindakan korupsi mulai melibatkan hubungan keluarga.
Fakta-fakta menyedihkan ini menunjukkan betapa keluarga sangat
berpengaruh terhadap tindakan seseorang untuk melakukan upaya korup. Hal ini
menjadi keprihatinan bersama rakyat Indonesia. Busro Muqoddas (2015),
memaparkan betapa besar peran keluarga dalam pencegahan korupsi. Tanpa kita
sadari, keluarga menjadi salah satu pemicu seseorang untuk melakukan tindakan
korupsi karena pola hidup boros dan konsumtif yang dibina dari keluarga. Oleh
karena itu, pendidikan anti-korupsi dan penanaman hidup sederhana dalam
keluarga menjadi hal yang paling utama dan menjadi salah satu fokus utama KPK
saat ini.
Memang perlu adanya pendidikan anti-korupsi di tingkat keluarga. Upaya
ini dilakukan mengingat pembiasaan-pembiasaan hidup dalam keluarga menjadi
faktor utama tindakan seseorang di masa depan. Ikatan antara suami-istri,
9

orangtua-anak, maupun antartetangga menjadi sesuatu yang potensial untuk
menanamkan nilai kejujuran berbasis keluarga. Indonesia dengan national content
yang sangat kuat menjadi tempat yang tepat untuk program pencegahan korupsi
berbasis budaya lokal. Terlebih lagi mengingat budaya yang kental akan nilai-nilai
kejujuran dan berbudi luhur masih terwariskan dengan baik di Indonesia.
Tentu upaya ini tidak akan maksimal jika hanya lembaga tertentu yang
bergerak, misalnya KPK hanya bekerja sendiri. Oleh karena itu dengan mengajak
berbagai komponen masyarakat, salah satunya.
Adapun usaha-usaha yang harus dilakukan masyarakat untuk dapat
mencapai tujuan-tujuan dari pendidikan anti-korupsi agar menjadi budaya yang
baik, yaitu dengan:
a. Budaya memahami informasi
Bahaya korupsi biasanya ditunjukkan menggunakan argument ekonomi,
sosial dan politik. Masyarakat tentunya akan sulit untuk memahami, untuk
itu

perlu

‘diterjemahkan’

ke

dalam

bahasa

sehari-hari

dengan

menunjukkan bagaimana korupsi mengancam kepentingan mereka dan
kepentingan keluarga dan orang lain.

b. Budaya mengingat
Tidak diragukan lagi, dengan proses mengulang, seseorang akan terbiasa
mengingat, namun jika yang sama diulang lebih dari tiga kali, seseorang
akan merasa jenuh dan merasa kehilangan hak untuk membuat pilihan
bebas. Jadi tidak ada salahnya mengubah bentuk penyediaan informasi
dengan cara yang paling tak terduga dan mengesankan (ada variasi).
c. Budaya membujuk diri sendiri untuk bersikap kritis
Sikap kritis menjadi sangat kuat bila tidak hanya diberikan, tetapi
mengarahkan masyarakat untuk mengembangkannya dengan penalaran
intensif. Efeknya akan lebih kuat jika menggunakan metode pembelajaran
aktif.
Dengan adanya pendidikan anti-korupsi, diharapkan akan lahir generasi
tanpa korupsi sehingga dimasa yang akan datang akan tercipta Indonesia yang

10

bebas dari budaya korupsi. Harapan awal tentunya ini akan berdampak langsung
pada semua elemen pendidikan, seperti dosen, kepala sekolah, guru, karyawan,
dan

pelajar.

Lingkungan

sekolah/kampus

akan

menjadi

pioneer

bagi

pemberantasan korupsi dan akan merembes ke semua aspek kehidupan bangsa
demi mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.

11

III.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dalam penulisan makalah ini,
yaitu:
1.

Korupsi adalah perbuatan yang busuk, tidak jujur, dan amoral. Korupsi
dipandang haram dalam agama Islam, dan korupsi juga merupakan hal yang
melanggar hukum, dimana para pelaku korupsi harus dikenakan hukuman
pidana sesuai peraturan dalam Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999.

2.

Penyebab utama korupsi adalah perilaku inidividu itu sendiri. Apabila
individu tersebut memiliki cara pandang yang menyimpang, maka hal itu
dapat mendorong individu untuk melakukan korupsi. Individu yang termasuk
dalam golongan tersebut adalah mereka yang bersifat tamak, kurang iman,
dan konsumtif serta didukung dengan adanya kesempatan. Kesempatan itu
dapat berasal dari aspek lingkungan, politik, hukum, budaya, ekonomi, dan
karakter.

3.

Pendidikan anti-korupsi merupakan kebijakan pendidikan yang tidak bisa lagi
ditunda pelaksanaanya di sekolah secara formal. Jika dilaksanakan
sebagaimana mestinya maka dalam jangka panjang pendidikan anti-korupsi
akan mampu berkontribusi terhadap upaya pencegahan terjadinya tindakan
korupsi, sebagaimana pengalaman negara lain. Melalui pendidikan antikorupsi diharapkan generasi masa depan memiliki karakter anti-korupsi
sekaligus membebaskan negara Indonesia sebagai negara dengan angka
korupsi yang tinggi.

B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan dalam penulisan makalah ini, yaitu sikap
untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini dan pencegahan
korupsi dapat dimulai dari hal kecil. Menerapkan Pendidikan Karakter adalah
salah satu upaya yang efektif untuk mengurangi budaya korupsi yang melanda
Indonesia.
12

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, A. 2014. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Budaya Korupsi.
(online). (http://alfianputradarmawan.blogspot.com/). Diakses pada hari
Minggu tanggal 12 Juli 2015.
Fahrodji, A. 2013. Pendidikan Anti Korupsi dalam Perspektif Islam. (online).
(https://ndhawalia13.wordpress.com/). Diakses pada hari Minggu tanggal
12 Juli 2015.
Hasibuan, J. B. 2012. Pendidikan Antikorupsi: Tanggung Jawab Kita Bersama.
Majalah Dia Edisi II. (online). (http://dia.perkantas.net/). Diakses pada
hari Minggu tanggal 12 Juli 2015.
Kesuma, D., Darmawan, C., & Permana, J. 2008. Korupsi dan Pendidikan
Antikorupsi. Bandung: Pustaka Aulia Press.
Korupsi, T. P. 2011. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Maryani, Ika. Tanpa tahun terbit. Pendidikan Anti Korupsi Berbasis Keluarga.
(online). (http://uad.ac.id/id/). Diunduh pada hari Minggu tanggal 12 Juli
2015.
Montessori, Maria. 2012. Pendidikan Antikorupsi sebagai Pendidikan Karakter di
Sekolah. (online). (http://ejournal.unp.ac.id). Diunduh pada hari Minggu
tanggal 12 Juli 2015.
Mouda. 2011. Membangun Budaya Anti-korupsi dalam Penyelenggaraan
Pendidikan di Madrasah. (online). (https://mouda.wordpress.com/).
Diakses pada hari Minggu tanggal 12 Juli 2015.
Rohman, Fathur. 2010. Materi 7: Nilai-nilai Anti-korupsi dalam Agama.
(http://www.slideshare.net/). Diunduh pada hari Minggu tanggal 12 Juli
2015.
Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Komisi
Pemberantasan
Korupsi.
(online).
(http://www.kpk.go.id). Diakses pada hari Minggu tanggal 12 Juli 2015.