Pengaruh Penerapan Ifrs Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di BEI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1

International Financial Reporting Standard (IFRS)
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan

oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar akuntansi
internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia, yaitu international
Accounting

Standard

Board

(IASB),

European

Community


(EC),

International Organization of Securities Commisions (IOSCO), dan
International Federation of Accountants (IFAC).
International Accounting Standard Board (IASB) yang dahulu
bernama Accounting Standard Committee (ASC), merupakan lembaga
independen yang menyusun standar akuntansi.

Organisasi ini memiliki

tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi
global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan
(Choi et al, 1999). Natawdyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar
standar yang menjadi bagian IFRS sebelumnya merupakan International
Accounting Standard (IAS).
International Financial Report Standard menurut Kieso dan Weygant
dalam bukunya mengenai Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition
mencakup:


7
Universitas Sumatera Utara

a. International Financial Reporting Standard (IFRS), standar yang
diterbitkan setelah tahun 2001
b. International Accounting Standard (IAS), standar yang diterbitkan
sebelum 2001
c. Interpretation yang diterbitkan oleh International Financial Reporting
Interpretation Committee (IFRIC), setelah tahun 2001
d. Interpretation yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee
(SIC), sebelum tahun 2001.
2.1.2

Konvergensi IFRS terhadap kualitas Laporan Keuangan
Konvergensi IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi laporan

keuangan perusahaan. Pengadopsian standar akuntansi internasional juga
sangat penting dalam menjaga stabilitas perekonomian. Manfaat dari
konvergensi IFRS ini diharapkan dapat mengurangi hambatan-hambatan
investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biaya yang

terkait dengan penyusunan laporan keuangan dan mengurangi cost of
capital.
Dalam perspektif kualitatif, beberapa dampak yang terjadi atas
konvergensi

IFRS

terhadap

kualitas

laporan

keuangan

keuangan

(Angkoso:2011), yaitu sebagai berikut:
1.


Perubahan konsep dari Rule Based ke Principle Based
Principle based mengandung makna bahwa standar akuntansi tidak
bersifat ketat atau rigid, melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip
umum standar akuntansi yang harus diikuti untuk memastikan
pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat

8
Universitas Sumatera Utara

2.

3.

4.

dibandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna
bahwa untuk mencapai kualitas informasi yang relevan, dapat
diperbandingkan dan objektif standar akuntansi harus bersifat ketat dan
rigid.
Peran Professional Judgement lebih dibutuhkan

Peralihan menuju Principle Based Standar mempunyai arti standar
akuntansi yang kita gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena
aturan-aturan yang detail sudah disederhanakan ke dalam beberapa
prinsip-prinsip dasar. Fleksibilitas dari IFRS inilah yang menjadikan
peran Professional Judgement lebih dibutuhkan baik dalam
mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan.
Penggunaan Fair Value Accounting
Nilai wajar adalah nilai yang mencerminkan kualitas kredit suatu
instrument. Sehingga dengan adanya fair value accounting maka
penyajian atas laporan keuangan untuk nilai aset dan instrumen
keuangan tercatat pada nilai yang sebenarnya atau wajar sesuai dengan
kondisi pasar. Dengan begitu, kualitas yang dihasilkan laporan
keuangan menjadi dapat diandalkan.
Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan penilaian dan pengukuran menjadi penting. Sehingga
kebutuhan adanya pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
sangat besar.
Karena laporan keuangan diwajibkan untuk
mengungkapkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal

penting bagi pengguna laporan keuangan.
Alasan perlunya Standar Akuntansi Keuangan yang konvergensi
dengan IFRS, diantaranya adalah sebagai berikut:

a.

Meningkatkan daya banding laporan keuangan dan memberikan
informasi yang berkualitas di pasar modal internasional
b. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi
perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan
c. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional
dan biaya untuk menganalisis laporan keuangan bagi para analis
d. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practice”
2.1.3 Manfaat dan Tujuan penggunaan IFRS
International Financial Reporting Standard (IFRS) adalah suatu
upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi
jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan.

9
Universitas Sumatera Utara


Manfaat dari adanya suatu standar akuntansi global dan kualitas
akuntansi (Siregar, 2012:11) adalah sebagai berikut:
a.

b.
c.
d.

Pasar modal menjadi global dan investasi dapat bergerak diseluruh
dunia tanpa ada hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan
berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten diseluruh dunia
akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal
Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan
keputusan yang lebih baik mengenai merger dan akuisisi
Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat
disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas
tinggi.
Tujuan IFRS (Siregar, 2012:12) adalah memastikan bahwa laporan


keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimaksudkan
dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi
yang:
1.
2.
3.
2.1.4

Transparan bagi pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang
periode yang disajikan
Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang
berdasarkan IFRS
Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk
para pengguna.
Rintangan dalam Proses Harmonisasi / Konvergensi IFRS
pada Standar Akuntansi Keuangan
Menurut Nobes dan Parker (2002), rintangan yang paling

fundamental dalam proses harmonisasi adalah sebagai berikut: “(a)

Perbedaan praktek akuntansi yang berlaku saat ini pada berbagai Negara, (b)
Kurangnya atau lemahnya tenaga professional atau lembaga professional di

10
Universitas Sumatera Utara

bidaang akuntansi pada berbagai Negara, dan (c) Perbedaan sistem politik
dan ekonomi pada tiap-tiap Negara.”
Menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002), hambatan dalam
menuju harmonisasi adalah: “(a) Nasionalisme tiap-tiap negara, (b)
Perbedaan sistem pemerintahan pada tiap-tiap negara, (c) Perbedaan
kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional
yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, dan (d)
Tingginya biaya untuk merubah prinsip”.
2.1.5

Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS)
dan Kendala yang Dihadapi
Dampak globalisasi yang semakin kuat dan berimbas kepada pasar


investasi menjadikan pihak yang terlibat berupaya untuk menyamakan atau
menyeragamkan bahasa yang digunakan dalam berinvestasi (bahasa
pelaporan keuangan dan standar keuangan). Standar pelaporan keuangan
dan standar akuntansi adalah standar yang dapat diterima dan dipahami oleh
masyarakat secara global, sehingga diperlukan standar yang sama diseluruh
dunia. Untuk saat sekarang ini standar yang diakui secara global adalah
International Financial Reporting Standard (IFRS), sehingga konvergensi
IFRS di Indonesia harus didukung secara penuh agar Indonesia memperoleh
pengakuan maksimal dari komunitas internasional khususnya di mata
investor asing (global). Dengan adanya adopsi IFRS akan mempermudah
proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara.

Dengan kata lain

11
Universitas Sumatera Utara

penerapan suatu standar internasional akan meningkatkan kepercayaan
internasional untuk berinvestasi di Indonesia.
Namun penerapan International Financial Reporting Standard

(IFRS) bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan di Indonesia, ada tiga
tahapan yang perlu dilakukan dalam konvergensi IFRS ke dalam PSAK.
Tahapan pertama merupakan tahap adopsi yang dilakukan sejak tahun 2008
sampai 2011, tahapan kedua merupakan tahapan persiapan akhir sebelum
implementasi IFRS, dan tahapan ketiga adalah tahapan implementasi yang
dimulai sejak tahun 2012. Berkaitan dengan tahap adopsi, ada beberapa
kendala yang dihadapi, sebagai berikut:
1. Kurangya

perhatian

dan

partisipasi

dari

pihak-pihak

yang

berkepentingan dalam setiap exposure draft hearing PSAK yang
baru diberlakukan oleh DSAK.

Dimana DSAK adalah perumus

standar akuntansi keuangan yang ada di Indonesia.
2. Kondisi perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan
IFRS, dimana banyak terdapat perundang-undangan yang kurang
mendukung terhadap standar akuntansi dan pelaporan keuangan.
Misalnya standar internasional memperbolehkan untuk melakukan
revaluation model dalam mencatat PPE (Property, Plant, and
Equipment)

namun

sistem

ini

bertentangan

dengan

sistem

perpajakan di Indonesia. Dalam peraturan perpajakan, revaluasi aset
ke atas dikenakan pajak sebesar 10% yang harus dibayar tiap

12
Universitas Sumatera Utara

tahunnya. Dengan demikian perusahaan akan enggan menerapkan
revaluation model dalam mencatat PPE perusahaan.
3. Kurang siapnya SDM dan dunia pendidikan di Indonesia
IFRS merupakan alat yang mempermudah untuk melakukan
investasi dan yang menggunakan alat tersebut adalah tidak lain
manusia itu sendiri yang dibantu dengan teknologi informasi. Salah
satu kelemahan SDM di Indonesia adalah kesulitan dalam
menerjemahkan IFRS, karena dalam menerjemahkan dan memahami
IFRS membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS)
menurut Elraihany (2013) memberikan dampak positif dan negatif bagi
dunia bisnis dan jasa audit di Indonesia, sebagai berikut:
1. Terbukanya akses ke pendanaan internasional karena laporan
keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2. Meningkatkan relevansi laporan keuangan karena standar IFRS
banyak menggunakan nilai wajar.
3. Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif jika hargaharga fluktuatif.
4. Semakin sulitnya dalam hal Income Smoothing dengan adanya
balance sheet approach dan fair value.
5. Dengan Principle Based Standard mungkin menyebabkan
perbandingan laporan keuangan menjadi sedikit menurun yakni bila
penggunaan professional judgement ditumpangi dengan kepentingan
untuk mengatur laba (earning management).
6. Penggunaan off balance sheet menjadi semakin terbatas.
Tahapan implementasi PSAK yang telah di adopsi dari IFRS,
adalah sebagai berikut:

13
Universitas Sumatera Utara

Perubahan standar akuntansi, dan interpretasi yang berlaku efektif
sejak tanggal 1 Januari 2011:








PSAK NO 1 (revisi 2009) - Penyajian Laporan Keuangan
PSAK NO 2 (revisi 2009) - Laporan Arus Kas
PSAK NO 3 (revisi 2010) – Laporan Keuangan Interim
PSAK NO 4 (Revisi 2009) – Laporan Keuangan
Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri





PSAK NO 5 (revisi 2009) – Segmen Operasi
PSAK NO 7 (revisi 2010) - Pengungkapan Pihak-pihak
Berelasi



PSAK NO 8 (revisi 2010) – Peristiwa Setelah Akhir
Pelaporan



PSAK NO 12 (revisi 2009) – Bagian Partisipasi dalam
Ventura Bersama



PSAK NO 15 (revisi 2009) – Investasi dalam Entitas
Asosiasi









PSAK NO 19 (revisi 2010) – Aset tak Berwujud
PSAK NO 22 (revisi 2010) – Kombinasi Bisnis
PSAK NO 23 (revisi 2010) – Pendapatan
PSAK NO 25 (revisi 2009) – Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi, dan Kesalahan



PSAK NO 48 (revisi 2009) – Penurunan Nilai Aset

14
Universitas Sumatera Utara



PSAK

NO

57

(revisi

2009)



Provisi,

Liabilitis

Kontingensi, dan Aset kontingensi


PSAK NO 58 (revisi 2009) – Aset Tidak Lancar yang
Dilmiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan



ISAK NO 7 (revisi 2009) – Konsolidasi Entitas Bertujuan
Khusus



ISAK NO 9 – Perubahan atas Liabilitis Purna Operasi,
Liabilitis Restorasi, dan Liablitis Serupa







ISAK NO 10 – Program Loyalitas Pelanggan
ISAK NO 11 – Distribusi Aset Non-kas Kepada Pemilik
ISAK NO 12 – Pengendalian Bersama Entitas – Kontribusi
non Moneter oleh Venturer





ISAK NO 14 – Aset tidak Berwujud- Biaya situs web
ISAK NO 17 – Laporan keuangan Interim dan Penurunan
Nilai.

Untuk yang berlaku efektif pada tahun 2012, perubahan standar
akuntansi dan interpretasinya adalah sebagai berikut:


PSAK 10 (revisi 2010) – Pengaruh Perubahan Nilai Tukar
Valuta Asing





PSAK 13 (revisi 2011) – Properti Investasi
PSAK 16 (revisi 2011) – Aset Tetap

15
Universitas Sumatera Utara



PSAK 18 (revisi 2010) – Akuntansi dan pelaporan Program
Manfaat Purnakarya







PSAK 24 (revisi 2010) - Imbalan Kerja
PSAK 26 (revisi 2011) – Biaya Pinjaman
PSAK 28 (revisi 2010) – Akuntansi untuk Asuransi
Kerugian











PSAK 30 (revisi 2011) – Sewa
PSAK 33 (revisi 2010) – Akuntansi untuk Pertambangan
PSAK 34 (revisi 2010) – Kontrak Kontruksi
PSAK 36 (revisi 2010) – Akuntansi Asuransi Jiwa
PSAK 38 (revisi 2011) – Kombinasi Bisnis Entitas
Sepengendali



PSAK 45 (revisi 2010) – Laporan Keuangan untuk
Organisasi Nirlaba









PSAK 46 (reevisi 2010) – Pajak Penghasilan
PSAK 50 (revisi 2010) – Instrumen Keuangan: Penyajian
PSAK 53 (revisi 2010) – Pembayaran Berbasisi Saham
PSAK 55 (revisi 2011) – Instrumen Keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran





PSAK 56 (revisi 2011) – Laba Per Saham
PSAK

60

(revisi

2010)



Instrumen

Keuangan:

Pengungkapan

16
Universitas Sumatera Utara



PSAK 61 (revisi 2010) – Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan Pemerintah





PSAK 62 (revisi 2010) – Kontrak Asuransi
PSAK 63 – Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiper
Inflasi



PSAK 64 (revisi 2010) – Eksplorasi dan Evaluasi Sumber
Alam



ISAK 13 – Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan
Usaha Luar Negeri



ISAK 15 – Batas Aset imbalan Pasti, Persyaratan
Minimum, dan Interaksinya





ISAK 16 – Pengelolaan Jasa Konsensi
ISAK 18 – Bantuan Pemerintah- Tidak Ada Relasi Spesifik
dengan Aktivitas Operasi



ISAK 19 – Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali pada
PSAK 63



ISAK 20 – Pajak Penghasilan-Perubahan Dalam Status
Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya







ISAK 22 – Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan
ISAK 23 – Sewa Operasi-Insentif
ISAK 24 – Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang
Melibatkan Suatu Bentuk legal Sewa



ISAK 25 – Hak atas Tanah

17
Universitas Sumatera Utara



ISAK 26 – Penilaian Ulang Derivatif Melekat.

Permasalahan atau Kendala yang Dihadapi Dalam Implementasi
International Financial Reporting Standard (IFRS) menurut (Aminullah
dkk: 2010) adalah sebagai berikut:
1. Translasi Standar Internasional
Penerjemahan IFRS merupakan salah satu kendala yang harus
dihadapi dalam implementasi IFRS, hal itu disebabkan oleh:
IFRS menggunakan kalimat bahasa Inggris yang panjang,
ketidakkonsistenan dalam penggunaan istilah, penggunaan
istilah yang sama dalam konsep yang berbeda, penggunaan
istilah yang tidak terdapat padanan dalam terjemahannya, dan
keterbatasan pendanaan untuk penerjemahan.
2. Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional
Pada sebagian negara, standar akuntansi sebagai bagian dari
hukum nasional dan ditulis dalam bahasa hukum. Disisi lain,
standar akuntansi internasional tidak ditulis dengan bahasa
hukum sehingga harus diubah oleh dewan standar masingmasing negara. Selain itu terdapat transaksi-transaksi yang
diatur hukum nasional berbeda dengan yang diatur standar
internasional.
3. Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional
Adanya kekhawatiran bahwa standar internasional akan
semakin kompleks dan rule-based approach. Dimana standar
mengatur secara detil setiap transaksi sehingga penyusun
laporan keuangan harus mengikuti langkah pencatatannya.
Sedangkan penerapan standar sebaiknya menggunakan
principles-based approach, dimana standar hanya mengatur
prinsip pengakuan, pengukuran, dan pencatatan suatu transaksi.
4. Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional
Standar akuntansi internasional perlu dipahami secara jelas bagi
penyusun laporan keuangan, auditor dan pengguna laporan
keuangan sebelum diterapkan, yang tentunya bukan dalam
waktu yang singkat. Jika standar akuntansi sering berubah
maka akan sangat sulit untuk dipahami apalagi untuk
diterapkan.

18
Universitas Sumatera Utara

2.1.6

Kinerja Keuangan
Menurut Kurniawan berdasarkan teori keuangan modern (dikutip

dari Sudarsaman 1999:246) menyatakan keputusan-keputusan manajemen
ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan
meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, penerapan IFRS dalam
Standar Akuntansi Keuangan akan berpengaruh pada kinerja keuangan
perusahaan. Sehingga manajemen perusahaan harus menentukan SAK yang
memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, baik yang
memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston
(2001:78) diukur dengan “menggunakan analisis rasio keuangan untuk
mengetahui keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara simultan,
mengoreksi kelemahan perusahaan”. Penilaian kinerja menurut Kurniawan
(dikutip dari Setyasih, 2009) adalah penentuan efektifitas operasional,
organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya secara periodik. Ada dua macam kinerja, yakni
kinerja operasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih
ditekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang/
divisi yang diukur dengan kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja
keuangan lebih ditekankan kepada evaluasi laporan keuangan perusahaan
pada satu periode tertentu. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
dalam satu periode biasanya menggunakan rasio keuangan seperti yang

19
Universitas Sumatera Utara

dinyatakan oleh Brigham dan Houston, baik rasio solvabilitas, rasio
aktivitas, maupun rasio profitabilitas.
Dengan analisis rasio diharapkan dapat memberikan gambaran
hubungan keuangan perusahaan baik laporan posisi keuangan maupun
laporan laba rugi komprehensif perusahaan. Lebih lanjut rasio keuangan
yang digunakan dalam analisis pengaruh penerapan IFRS terhadap kinerja
keuangan dalam penelitian ini adalah rasio solvabilitas dan rasio
profitabilitas.
1. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur

kemampuan

perusahaan

dalam

menghasilkan

laba.

Profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2001:89) adalah “hasil
bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas
(profitability ratio) adalah sekelompok rasio yang memperlihatkan
pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang
terhadap hasil operasi “. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a.

Return On Asset (ROA)
ROA merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

20
Universitas Sumatera Utara

menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan
setelah biaya-biaya modal dikeluarkan dari analisis.
Menurut Brigham dan Houston (2001:90) return on asset
adalah “merupakan rasio laba bersih terhadap total aktiva yang
digunakan untuk mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA)
setelah bunga dan pajak”. Lebih lanjut Riyanto (1995:335)
menyatakan rate return on asset adalah “ kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi dan saham).
b.

Return On Equity (ROE)
ROE merupakan bentuk dari rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur besarnya laba yang dihasilkan dari
investasi modal yang dikeluarkan. Return on equity menurut
Brigham dan Houston (2001:91) adalah “rasio yang digunakan untuk
mengukur pengembalian atas saham ekuitas saham biasa (return on
equity), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham”.

2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
panjang perusahaan. Rasio solvabilitas /leverage menurut Riyanto
(1995:331) adalah “rasio-rasio yang dimaksudkan untuk sampai seberapa

21
Universitas Sumatera Utara

jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang”. Lebih lanjut, menurut Weston
dan Copelan (1992:227) “rasio-rasio leverage digunakan untuk mengukur
perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan
dana yang berasal dari kreditor perusahaan, yang tentu saja mengandung
beberapa implikasi”.
Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko rugi
yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki
hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi sedang
membaik. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
memiliki risiko rugi yang besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk
memperoleh laba yang tinggi. Rasio leverage yang digunakan dalam
penelitian ini adalah debt to equity ratio dan debt to total aset ratio.
Menurut Riyanto (1995:333) debt to equity ratio “digunakan untuk
mengukur bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
untuk keseluruhan hutang”. Debt to Total Asset Ratio atau yang sering
disebut rasio utang (debt ratio) menurut Brigham dan Houston (2001:86)
adalah rasio yang “mengukur persentase dana yang disediakan oleh
kreditur”.
Total utang mencakup baik utang lancar maupun utang jangka
panjang perusahaan. Kreditur sebagai pihak penyedia dana lebih menyukai
rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio tersebut, maka
semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam proses

22
Universitas Sumatera Utara

likuidasi. Namun disisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage
yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan oleh
pemegang saham. Menurut Weston dan Brigham (1993:118) “jika rasio
utang terlalu tinggi, terdapat satu bahaya kurang bertanggung jawabnya
pemlik. Bagian pemilik dapat menjadi begitu kecil sehingga mereka akan
terdorong melakukan kegiatan spekulasi, bila hal itu berhasil, akan memberi
laba yang sungguh besar kepada pemilik”.
2.1.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No

1

Peneliti
(tahun)

Judul
Penelitian

Rindu
Rika
Gamayuni
(2009)

Perkembangan
standar
akuntansi
keuangan
Indonesia
menuju
International
Financial
Reporting
Standard

Variabel
yang Diteliti

IFRS, PSAK,
adopsi
sepenuhnya,
kebijakan
akuntansi,
sistem pajak

Hasil Penelitian

Adopsi yang dilakukan PSAK
Indonesia saat ini sifatnya
adalah harmonisasi, belum
adopsi secara utuh. Di tahun
2012
telah
dicanangkan
adopsi IFRS secara utuh.
Namun perlu dipertimbangkan
lagi apakah adopsi secara utuh
atau adopsi IFRS bersifat
harmonisasi. Adopsi IFRS
secara
penuh
akan
meningkatkan keandalan dan
daya
banding
informasi
keuangan secara internasional,
namun adopsi seutuhnya akan
bertentangan dengan sistem
pajak pemerintahan Indonesia
dan kondisi ekonomi dan
politik lainnya.

23
Universitas Sumatera Utara

2

Aria
Farahmita
(2012)

Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kemungkinan
adopsi IFRS di
negara
berkembang

International
Accounting
Standard,
IFRS,
pengaturan
standar,

Hasil regresi menunjukkan
bahwa
hanya
kualitas
regulator yang secara positif
signifikan
mempengaruhi
kemungkinan adopsi IFRS di
negara berkembang. Riset ini
tidak berhasil membuktikan
adanya pengaruh
tingkat
pertumbuhan ekonomi, tingkat
pendidikan,
keterbukaan
ekonomi, perkembangan pasar
modal
dan
perlindungan
investor
terhadap
kemungkinan adopsi IFRS di
negara berkembang.

3

Bakti
Helvi
Rambe
(2012)

Analisis
pengaruh
merger
dan
akuisisi
terhadap
kinerja
perusahaan
publik
yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia
(BEI).

Merger dan
akuisisi,
kinerja
keuangan,
wilcoxon
signed rank
test, paired
sample
T
test.

pengujian yang dilakukan
secara
serentak
terhadap
seluruh rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian
ini menujukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan.
Untuk
pengujian
yang
dilakukan
secara
parsial
menunjukkan hampir seluruh
variabel-variabel
yang
digunakan dalam penelitian
ini, menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan
pada variabel rasio keuangan
yang digunakan pasca merger
dan akuisisi.

4

Dian
Rohaeni
dan Titik
Aryati
(2012)

Pengaruh
konvergensi
IFRS terhadap
income
smoothing
dengan
kualitas audit
sebagai
variabel
moderisasi.

IFRS, income
smoothing,
audit quality,
big 4 auditor,
non
big4
auditor.

Konvergensi IFRS terbukti
berpengaruh negatif terhadap
income smoothing. Interaksi
antara variabel IFRS dengan
kualitas audit berpengaruh
positif
terhadap
income
smoothing.

24
Universitas Sumatera Utara

2.2

Kerangka Konseptual
Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh

(full adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial
Reporting Standard (IFRS). Standar Akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini
mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting
Principle), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya
harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini belum menyeluruh, baru
sebagian (harmonisasi). Era globalisasi saat ini memang menuntut adanya suatu
standar

akuntansi

internasional

yang

digunakan

disetiap

negara,

atau

diperlukannya sebuah harmonisasi standar akuntansi internasional dengan tujuan
agar laporan keuangan dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan
analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor dan
kreditor.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi
domestik bertujuan mengahsilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat
kredibilitas yang tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin
tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan
memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan
keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang relevan dan akurat dan
laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi
yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan
(Petreski, 2005).

Dengan adanya adopsi atau harmonisasi standar akuntansi internasional
dalam standar akuntasi keuangan di Indonesia akan memudahkan perusahaan
nasional untuk berpartisipasi dalam pasar global dan akan diakui oleh Negaranegara lain. Sehingga adopsi atau harmonisasi IFRS dalam Standar Akuntansi

25
Universitas Sumatera Utara

Keuangan yang berlaku di Indonesia akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan yang telah menerapkan IFRS (SAK yang telah diadopsi dari IFRS)
dalam menyusun laporan keuangannya. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat
dilihat dari analisis rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas maupun
rasio aktivitas.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Sebelum penerapan IFRS

Setelah penerapan IFRS

(X1)

(X2)

Kinerja perusahaan

Kinerja perusahaan

Return On Asset, Return On
Equity, Debt to Equity Ratio,
Debt to Total Asset Ratio.

Return On Asset, Return On
Equity, Debt to Equity Ratio,
Debt to Total Asset Ratio.

2.3

Hipotesis
Berdasarkan tinjauan literatur diatas mengenai kinerja keuangan

perusahaan sebelum dan setelah penerapan IFRS, maka hipotesis yang dapat
dibuat dalam penelitian ini adalah:
H1: Tingkat Return On Asset (ROA) mempunyai perbedaan yang signifikan
sebelum dan setelah penerapan IFRS.

26
Universitas Sumatera Utara

H2: Tingkat Return On Equity (ROE) mempunyai perbedaan yang signifikan
sebelum dan setelah penerapan IFRS.
H3: Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai perbedaan yang signifikan
sebelum dan setelah penerapan IFRS.
H4: Tingkat Debt to Total Asset Ratio (DR) mempunyai perbedaan yang
signifikan sebelum dan setelah penerapan IFRS.

27
Universitas Sumatera Utara