Analisis Pengendalian Kualitas dengan Metode Taguchi di PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM)

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

PERTANYAAN WAWANCARA
Digunakan untuk membuat cause effect diagram dan untuk memperoleh
faktor-faktor dan nilai level faktor yang akan digunakan pada penelitian dengan
menggunakan metode Taguchi.

1. Masalah apa yang sering terjadi pada proses pembuatan aluminium
ingot?
Masalah yang sering terjadi adalah saat proses pencetakan aluminium
dilakukan test sample untuk mengetahui kadar zat pengotor pada molten dan
diperoleh persentase kadar zat pengotor yang diatas standar perusahaan.

2. Mengapa kadar zat pengotor tinggi menjadi masalah pada perusahaan?
Karena bila terdapat lot molten yang memiliki kadar zat pengotor yang diatas
standar maka diperlukan tindakan pengendalian dengan cara re-stirring atau
pengadukan ulang, penambahan molten, pencetakan sebagian molten atau
spect out dan penurunan grade atau dengan kata lain diperlukan kegiatan
rework terhadap molten agar dapat dihasilkan aluminium ingot yang sesuai


standar perusahaan.

3. Apa saja zat pengotor yang terkandung pada aluminium ingot?
Zat pengotor yang terkandung yaitu Besi (Fe), silikon (Si), mangan (Mn), dan
zincum (Zn).

Universitas Sumatera Utara

4. Zat pengotor apa yang paling banyak terkandung pada aluminium ingot?
Yang paling banyak terkandung dan yang memiliki standar persentase
perusahaan yaitu unsur besi (Fe) dan silikon (Si).

5. Dampak apa saja yang disebabkan oleh tingginya kadar Fe dan Si pada
molten?

Zat pengotor berupa besi dapat menyebabkan korosi atau pengaratan pada
aluminium ingot sedangkan zat pengotor berupa silikon menyebabkan warna
aluminium ingot menjadi kuning.


6. Apa saja sumber yang menyebabkan tingginya kadar zat pengotor pada
molten?

Yang menjadi sumber penyebab tingginya kadar zat pengotor pada molten
adalah dari segi operasi dan dari segi material yang digunakan pada proses
reduksi aluminium

7. Faktor apa saja yang menyebabkan tingginya kadar zat pengotor pada
molten dilihat dari segi operasi?

Dilihat

dari

segi

operasi

yaitu


terjadinya

nippel

atau

bentuk

terkontaminasinya kaki anoda yang terendam bath, terjadinya broke anode
yaitu anoda yang patah, terjadinya rod without butt yaitu tangkai anoda yang
lepas dari batangan anodanya, terjadinya bath tapping yaitu banyaknya bath

Universitas Sumatera Utara

atau cairan elektrolisa yang ikut ter-tapping saat proses metal tapping, terjadi
S atau keasaman, dan anode reset yaitu banyaknya anoda yang diganti.

8. Hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan nippel, broke anode, RWB ,
bath tapping, S dan anode reset terjadi?


Nippel disebabkan oleh bath yang terlalu tinggi sehingga mengenai kaki anoda

dan menyebabkan anoda tererosi sehingga meningkatkan kadar zat pengotor
pada molten. Broke anode bisa disebabkan oleh suhu dan voltase yang tidak
stabil saat proses reduksi, Rod Without Butt atau RWB ini disebabkan oleh
tangkai anoda yang sudah tua dan mulai tererosi sehingga batangan anoda
jatuh dan ikut dalam proses reduksi, bath tapping disebabkan oleh bath yang
terlalu tinggi sehingga saat proses metal tapping, bath ikut ter-tapping.
Keasaman terjadi karena blok katoda pada pot yang tererosi. Anode reset
dilakukan karena tinggi anode yang sudah mencapai batas minimum sehingga
harus diganti dan penggantian ini menyebabkan pot tidak stabil.

9. Bila dilihat dari segi material yang digunakan, apa saja penyebab
tingginya kadar zat pengotor pada molten?
Dilihat dari segi material yang digunakan, terdapat 5 material, yaitu alumina,
anoda, AlF3, soda abu atau NaCO3, dan material recycle yang digunakan.

10. Mengapa 5 sumber material ini dapat menyebabkan kadar zat pengotor
yang tinggi?


Universitas Sumatera Utara

Karena masing-masing material sudah memiliki kandungan Fe didalamnya,
namun berbeda-beda kadarnya. Dan kadar zat pengotor pada masing-masing
material juga

tidak selalu sama tiap akan digunakan. Kadar Fe dan zat

pengotor lain dalam tiap sumber inilah yang menjadi faktor penyebab
tingginya kadar zat pengotor pada molten.

11. Berdasarkan proses reduksi selama ini, faktor-faktor apa saja yang
menjadi fokus perusahaan untuk dikendalikan agar mencegah terjadinya
kadar zat pengotor yang tinggi pada molten ?
Yang bisa perusahaan kendalikan hanya dari segi operasi saja. Karena sumber
atau material yang digunakan tidak dibuat oleh perusahaan, hanya anoda yang
dibuat perusahaan, dan tidak ada tindakan pemeriksaan kualitas dari tiap
material yang digunakan. Hanya ada tindak pemeriksaan kualitas pada molten
dibagian proses casting saja untuk mengetahui persentase kadar zat pengotor
pada molten. Oleh karena itu, hanya faktor operasi saja yang dapat

dikendalikan oleh perusahaan untuk meminimumkan terjadinya kadar zat
pengotor yang tinggi pada molten.

12. Dari keenam faktor yang ada pada proses operasi, faktor apa yang
merupakan faktor kritikal dalam pengendalian kualitas molten ?
Ada tiga faktor yaitu nippel, bath tapping dan keasamaan. Karena ketiga faktor
tersebut sering terjadi saat proses reduksi berlangsung dan akan langsung
berdampak pada tingginya kadar besi maupun zat pengotor lain dalam molten

Universitas Sumatera Utara

walau tidak selalu dapat dipastikan seberapa besar dampaknya. Sedangkan
untuk RWB, broke anode, dan anode reset cukup jarang terjadi saat proses
reduksi sehingga dampaknya untuk peningkatan kadar zat pengotor akan sulit
diidentifikasi.

13. Untuk ketiga faktor operasi yang kritis tersebut, berapakah besaran nilai
yang dianjurkan untuk dijadikan level nilai agar dapat diketahui
kontribusi masing-masing faktor dan nilai level optimumnya?
Sebaiknya nilai yang digunakan adalah nilai yang paling sering terjadi saat

proses reduksi, yaitu nilai modus yang didapatkan dari tiap faktor saat
observasi dilakukan.

Universitas Sumatera Utara