Laporan Kerja Praktek di PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan lulus mata kuliah Kerja Praktek (MRS4192)

Oleh :

21S14016 MARCELINA SIANIPAR 21S14017 DEBORA SILALAHI PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN REKAYASA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI DEL L EMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelasaikan Laporan Kerja Praktik ini dengan baik dan tepat waktu. Kerja Praktik dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2017 s.d. 25 Agustus 2017 di PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).

Penulisan laporan Kerja Praktik ini disusun untuk memenuhi penyelesaian salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa di Jurusan Manajemen Rekayasa, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Del Sitoluama. Sebagai bahan penulisan, penulis memperoleh informasi berdasarkan hasil observasi dan studi pustaka dari berbagai sumber yang mendukung penulisan laporan ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, yaitu:

  1. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan motivasi yang sangat luar biasa pada penulis.

  2. Bapak Dr.Yosef Barita Sar Manik, S.T., MSc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Del

  3. Bapak Devis Wawan Saputra, S.T., MBA., selaku Koordinator Kerja Praktik Program Studi Manajemen Rekayasa Institut Teknologi Del

  4. Ibu Fitriani Tupa R Silalahi , S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing internal

  5. Bapak Susyam Widodo selaku Manager Seksi Smelter Corporate Development (SCD) dan Ibu Neng Ratnawaty

  6. Bapak Rahman Tarigan, selaku Manajer Seksi Spare Parts Warehouse (SWH)

  7. Bapak Hadi S Sinaga, Bapak Verdian Saputra dan Bapak Tri Tirta Bayu Paksi, selaku Junior Manajer di seksi Spare Parts Warehouse (SWH)

  8. Bapak Pra F Afredo dan Bapak Buha Situmorang, selaku Pembimbing Eksternal di seksi Spare Parts Warehouse (SWH)

  9. Semua pihak yang telah membantu penyusun selama kerja praktik yang tidak bisa disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kerja Praktik ini masih banyak kekurangan, baik dalam isi maupun dalam sistematika penulisan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan dengan senang hati menerima setiap saran maupun kritik dari semua pihak atas Laporan Kerja Praktik ini yang dapat membangun demi terciptanya Laporan Kerja Praktik yang lebih baik.

Tanjung Gading, Agustus 2017

Tim Penulis

Halaman ini sengaja dikosongkan



DAFTAR IS

Lembar Pengesahan Perusahaan ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi v

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar ix

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1

1.2 Latar Belakang 2

1.3Tujuan 3

1.4 Batasan dan Asumsi 3

Bab II Gambaran Produk 5

2.1 Tentang Aluminium 5

2.2 Kebutuhan Aluminium 5

2.3 Manfaat Aluminium 6

2.4 Penyediaan Bahan Baku Utama 7

2.5 Customer Produk Aluminium 7

2.5 Spesifikasi Aluminium Ingot 8

2.6 Diversifikasi Produk 10

2.6.1 Alloy 11

2.6.2 Billet 12

Bab III Tinjauan Proses 15

3.1 Proses Produksi 15

3.2 Kesetimbangan Massa 17

3.3 Analisis Layout Pabrik Peleburan 18

3.4 Manajemen Perbaikan 20

3.4.1 Organisasi Maintenance Department 20

3.4.2 Pelaksanaan Pemeriharaan 21

3.5 Pengolahan Limbah 22

3.5.1 Pabrik Karbon 22

3.5.2 Pabrik Reduksi 23

3.5.3 Limbah Perumahan PT INALAUM (Persero) 23

3.6 Efisisensi Energi Pabrik 24

3.7 Manajemen Resiko 24

Bab IV Analisis Proses Bisnis 27

4.1 Seksi SWH (Spare Parts Warehouse Section) 27

4.2 Job Group di Seksi SWH 27

4.2.1 Spare Parts Operation 27

4.2.2 Inventory Planning and Control 28

4.3 Proses Kerja Seksi SWH 29

4.4 Tools Aplikasi SWH 32

4.4.1 SAP Modul Material Management (MM) 32

4.4.2 Avantis 32

4.5 LEAN System 32

4.6 Corporate Social Responsibility (CSR) 34

Bab V Tugas Khusus 37

5.1 Landasan Teori 37

5.1.1 Pengertian Inventory 37

5.1.2 Pengertian Pendekatan MUSIC-3D 37

5.1.3 Kombinasi Klasifikasi ABC dan VED 38

5.1.4 Analisis MUSIC-3D 39

5.2 Pengumpulan Data 39

5.3 Metode Pengolahan Data 40

5.4 Hasil Penelitian dan Pembahasan 40

5.4.1 ABC Classification 40

5.4.2 VED Analysis 40

5.4.3 SDE Analysis 41

5.4.4 Kombinasi ABC Aanalysis dan VED Analysis 42

5.4.5 Hasil Pendekatan MUSIC-3D 43

5.4.6 Pengambilan Keputusan terhadap Hasil MUSIC-3D 44

Bab VI Penutup 47

6.1 Kesimpulan 47

6.2 Saran 48

Daftar Pustaka 49

Lampiran 51

DAFTAR TABE

Halaman ini sengaja dikosongkan



DAFTAR GAM

BAB I

PENDAHULUAN

    1. Gambaran Umum Perusahaan

PT INALUM (Persero) adalah perusahaan yang bergerak pada bidang usaha peleburan aluminium, membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik untuk penggunaan sendiri. PT INALUM (Persero) memanfaatkan Danau Toba sebagai potensi utama dalam menghasilkan arus listrik dari aliran sungai Asahan melalui Pembangkit Tenaga Listrik Air (PLTA) di Paritohan Kabupaten Toba Samosir yang dimanfaatkan sebagai sumber tenaga listrik untuk mengoperasikan sebuah pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung. PT INALUM (Persero) dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen.

Pada awal berdirinya yaitu tahun 1976, PT INALUM (Persero) merupakan perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan 12 perusahaan penanam modal Jepang yang membentuk sebuah organisasi yang disebut dengan Nippon Asahan Aluminium Co, Ltd (NAA). Pada Tahun 2013 Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium. Setelah pemutusan kontrak dengan pihak Jepang, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) resmi berubah status dari PMA menjadi BUMN ke-141 pada tanggal 21 April 2014. Maka dari itu kepemilikan saham PT INALUM (Persero) 100% dipegang oleh Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan laporan tahunan PT INALUM (Persero) pada tahun 2016 menuliskan bahwa hingga akhir Desember 2016 perseroan tidak memiliki entitas anak, asosiasi, joint venture dan special purpose vehicle (SPV). Direncanakan Pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang holding BUMN Industri Pertambangan yang mencakup PT ANTAM (Persero) Tbk., PT Bukit Asam (Persero) Tbk., PT INALUM (Persero) dan PT Timah (Persero) Tbk., dengan INALUM sebagai induk holding. Rencana ini merupakan bagian dari rekonstruksi dan efisiensi BUMN Industri Pertambangan sehingga mampu meningkatkan kinerjanya dan memberi nilai tambah dalam setiap produk sehingga dapat mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan secara maksimal.

Dalam struktur organisasi PT INALUM (Persero) memiliki 5 direktorat yang dibawahi oleh direktur utama dan 21 departemen yang dibawahi oleh masing-masing direktur. Struktur organisasi PT INALUM (Persero) lebih lengkapnya ditunjukkan pada Lampiran Bab . Sampai saat ini PT INALUM (Persero) telah mempekerjakan 2.022 karyawan di empat kantornya yang terletak di Kuala Tanjung, Paritohan, Medan dan Jakarta.

1.2 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi untuk mengembangkan industri pertambangan. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan material logam dan non-logam yang melimpah salah satunya adalah bauksit pada kerak bumi (8% dari padat bumi). Ketersediaan bauksit (bahan baku aluminium) menjadi latar belakang berdirinya PT INALUM (Persero) untuk mendirikan pabrik peleburan aluminium. Aluminium diperdagangkan sebagai salah satu komoditi utama logam non-ferrous (bukan besi) dunia. Aluminium merupakan logam yang mempunyai prospek bisnis yang cerah karena sifatnya yang kuat, ringan dan dapat didaur ulang. Aluminium merupakan material yang kompetititf dibanding dengan material lainnya.

Kelancaran proses produksi dan operasional di pabrik peleburan PT INALUM (Persero) tentunya tidak lepas dari dukungan layanan seksi SWH (Smelter Spare Part Warehouse), mengingat jadwal produksi yang berlangsung selama 24 jam yang memungkinkan terjadinya penurunan peforma mesin produksi. Kemungkinan terjadi breakdown atau overhaull sangat besar, oleh karena itu seksi SWH harus mampu menyediakan spare part yang dibutuhkan oleh user pada waktu, jumlah, kualitas dan spesifikasi yang tepat. Jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi maka akan menghambat proses produksi karena spare part sangat erat kaitannya dengan mesin produksi. Oleh karena itu diperlukan perencanaan pengendalian persediaan suku cadang dengan cermat dan tepat agar dapat memenuhi demand dari user dan meningkatkan kepuasan user (service level).

Seksi SWH dalam pelaksanaan operasionalnya lebih mengutamakan responsiveness daripada efficiency. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan product availibility. Padahal jika diamati lebih lanjut hal tersebut memiliki sisi negatif yaitu menyebabkan menurunnya efisiensi kinerja seksi SWH. Pada akhirnya terjadi penumpukan spare parts dalam waktu yang lama seperti pengamatan yang penulis lakukan pada saat kerja praktik. Terdapat beberapa item spare part yang memiliki stok berlebih di rak namun ada juga spare part yang tidak memiliki persediaan akibat waktu pengadaan yang melewati batas.

Selama melakukan kerja praktik di Seksi Penyimpanan Suku Cadang (Smelter Spare Part Warehouse) penulis melihat penyimpanan suku cadang di SWH tidak berdasarkan pertimbangan pengklasifikasian sesuai karakteristiknya, padahal setiap suku cadang mempunyai karakteristik yang berbeda, baik dari harga, supplier, jenis material, fungsi dan karakteristik lainnya. Oleh karena banyaknya jumlah stock dan pentingnya suku cadang, maka sistem persediaan harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu penulis mengangkat topik tentang analisis sistem persediaan suku cadang di SWH dengan menggunkan pendekatan MUSIC 3D (Multi Units Spares Inventory Contol- Three Dimensional Approach). MUSIC 3D dalam analisisnya menggunakan 3 (tiga) dimensi pendekatan yaitu consumption value, availability,dan critically, Ketiga dimensi tersebut diwakili oleh tiga pendekatan yaitu Sistem ABC, VED, SDE. Dengan menggabungkan ketiga sistem diatas, maka manajemen, perencanaan, dan pengendalian persediaan akan lebih akurat. Sehingga PT INALUM (Persero) mempunyai dasar pertimbangan saat akan melakukan penyimpanan persediaan suku cadang.

1.3Tujuan

Tujuan penulisan laporan Kerja Praktek di PT INALUM (Persero) adalah sebagai berikut adalah sebagai berikut:

  1. Mendeskripsikan profil perusahaan dan gambaran produk secara umum di pabrik peleburan Aluminium PT INALUM (Persero) Kuala Tanjung.

  2. Menjelaskan tentang proses produksi dan kesetimbangan masa dan energi di pabrik peleburan Aluminium PT INALUM (Persero) Kuala Tanjung.

  3. Menjelaskan proses bisnis yang diterapkan pada seksi SWH (Smelter Spare Part Warehouse).

  4. Mengidentifikasi, menganalisis dan mengaplikasikan keilmuan Manajemen Rekayasa dalam penyelesaian masalah yang ada pada salah satu unit kerja yaitu seksi SWH (Smelter Spare Part Warehouse) PT INALUM (Persero) yaitu dengan pendekatan MUSIC 3D (Multi Unit Spare Inventory Control – Three Dimensional Approach) untuk pengendalian persediaan penyimpanan suku cadang.

Penulis melakukan pengamatan pada consumable parts dalam penentuan safety stock sesuai klasifikasi masing-masing spare part di seksi SWH (Smelter Spare Part Warehouse). SWH bertanggungjawab dalam memenuhi permintaan spare part dari user pada waktu, jumlah, kualitas dan spesifikasi yang tepat. Penulis menggunakan analisis pengendalian persediaan dengan pendekatan MUSIC-3D (Multi Unit Spares Inventory Control-Three Dimensional Approach) untuk memperoleh klasifikasi spare parts, ideal stock level dengan mempertimbangkan aspek consumption value (ABC Analysis), criticality (VED Analysis) dan lead time (SDE Analysis). Dengan analisis MUSIC-3D akan diberi beberapa rekomendasi kebijakan dan pengambilan keputusan pengendalian persediaan pada tingkat manajerial.

1.4 Batasan dan Asumsi

Batasan yang diterapkan dalam pelaksanaan kerja praktik di PT INALUM (Persero) adalah sebagai berikut:

  1. Penulisan laporan kerja praktik dilakukan sesuai dengan ruang lingkup seksi dimana mahasiswa ditempatkan. Dalam hal ini penulis ditempatkan di seksi SWH (Smelter Spare Part Warehouse) yang bertugas untuk penanganan dan pengendalian suku cadang.

  2. Permasalahan yang ditinjau dalam laporan ini adalah mengenai pengendalian persediaan melalui klasifikasi suku cadang di SWH.

  3. Komponen spare part yang dianalisis adalah consumable parts.

  4. Data yang digunakan mulai adalah data transaksi periode Juli 2016 sampai Juni2017.

Asumsi yang ditetapkan dalam pelaksanaan kerja praktik di PT INALUM (Persero) adalah sebagai berikut:

      1. Selama pengamatan dilaksanakan hingga penyusunan laporan, perusahaan tidak melakukan perubahan sistem dan data yang digunakan tidak mengalami perubahan.

      2. Data atau informasi yang didapatkan secara lisan melalui wawancara dengan karyawan perusahaan dianggap mampu memrepresentasikan proses maupun kondisi yang sebenarnya.

BAB II

GAMBARAN PRODUK

2.1 Tentang Aluminium

Aluminium merupakan logam yang berlimpah di dalam kerak bumi, dan merupakan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon (sekitar 8% dari permukaan padat bumi). Karena sifatnya yang sangat reaktif, aluminium tidak ditemukan sebagai logam bebas tetapi berikatan dengan lebih dari 270 mineral yang berbeda (Bassam Z.Shakhashiri, 2007)

Bahan baku aluminium yang berasal dari hasil pemurnian bijih bauksit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Dari pemurnian tersebut akan diperoleh alumina,yang akan diproses melalui elektrolisa.

Aluminium merupakan logam yang mempunyai prospek bisnis yang cerah karena sifatnya yang kuat, ringan dan dapat didaur ulang. Aluminium merupakan material yang kompetitif dibandingkan dengan baja dalam banyak kegunaan, juga dengan material lain seperti plat, timah, plastik dan kaca dalam industri kemasan, serta dengan tembaga di dalam kabel dan kawat serta material penghantar panas lainnya.

Kunci utama dari produksi aluminium adalah tersedianya sumber daya energi listrik yang murah dan bahan baku utama alumina. Listrik merupakan komponen penting dalam proses produksi aluminium karena tingginya kebutuhan dimana untuk memproduksi 1 (satu) ton aluminium membutuhkan sekitar 14.000 kwh daya listrik. Aluminium diperdagangkan sebagai salah satu komoditi utama logam non-ferrous (bukan besi) dunia. Harga aluminium dunia merujuk pada Bursa Metal London (LME) di London, Inggris. LME adalah pusat dunia untuk perdagangan logam industri. Lebih dari 80% bisnis non-ferrous global dilakukan di LME, dan harga komoditi logam yang ditentukannya digunakan sebagai patokan global. LME memberikan harga aluminium dalam satuan AS$ per 1 ton.

2.2 Kebutuhan Aluminium

Kebutuhan aluminium baik di pasar domestik dan global terus mengalami tren peningkatan. Hal ini dikarenakan karakteristik aluminium yang unik dan memiliki kegunaan yang sangat beragam, bahkan mampu menggantikan sejumlah material seperti tembaga, baja dan kayu. Dengan karakteristik tersebut, wajar bila konsumsi dunia terhadap aluminium terus meningkat. Pada tahun 2020, kebutuhan aluminium global diperkirakan mencapai 70,1 juta ton. Kebutuhan aluminium dunia diperkirakan akan terus naik hingga mencapai 81,66 juta ton pada tahun 2030, namun produksi dunia diperkirakan hanya mampu memenuhi 76,78 juta ton. Hal itu berarti, potensi besar untuk aluminium masih terbuka sangat lebar dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sendiri dapat memanfaatkan potensi tersebut.

Selain pasar dunia, permintaan pasar domestik terhadap aluminium juga meningkat. Sebagai gambaran, pada tahun 2016 permintaan pasar domestik tercatat sebesar 907-919 ribu ton aluminium. Dari kebutuhan tersebut PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) baru mampu memasok sebesar 245 ribu ton, atau 26% dari total permintaan pasar domestik.

Potensi bisnis aluminium yang masih menggiurkan juga didukung oleh bahan baku aluminium yaitu bauksit. Indonesia merupakan negara keenam terbesar di dunia penghasil bauksit yaitu sebanyak 589,5 juta ton dengan cadangan sebesar 111,4 juta ton (Sumber: JORC Compliant, per 31 Desesmber 2015).

Dari berbagai analisis, kenaikan kebutuhan aluminium global sejak 15 tahun terakhir tumbuh rata-rata 3,5% per tahun. Hal ini didorong oleh pertumbuhan industri otomotif dan sektor konstruksi. Dalam skala nasional pada tahun 2017, dengan keinginan pemerintah memperkuat sektor konstruksi dan infrastruktur juga akan menaikkan kebutuhan aluminium sebagai logam dasar. Kemudian hal ini juga didukung dengan target pertumbuhan ekonomi nasional yang ditetapkan oleh pemerintah untuk tahun 2017 sebesar 5,1%.

Secara garis besar, prospek usahan perseroan di masa mendatang masih cukup baik. Sebagai salah satu komoditas penting pengganti tembaga, baja, dan kayu, produksi aluminium masih sangat prospektif di masa depan. Hal ini dikarenakan kebutuhan dunia industri terhadap komoditas ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.

2.3 Manfaat Aluminium

Karakteristik aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, tahan korosi, mempunyai konduktivitas listrik yang tinggi, tahan terhadap panas dan dingin. Aluminium dapat dimanfaatkan di bidang konstruksi, transportasi, alat-alat listrik dan bahan untuk kemasan. Aluminium murni bersifat cukup lunak namun dengan mencampurkannya dengan sejumlah kecil logam lain, aluminium yang dihasilkan dapat memiliki kekuatan seperti baja dengan massa yang setengahnya.

Laju korosi aluminium 1/25 kali baja bertahanan tinggi, massa aluminium setara dengan 1/3 dari massa tembaga sedangkan konduktivitas listrik aluminium dua kali lebih tinggi dari tembaga. Sifat-sifat tersebut sangat menguntungkan untuk aplikasi aluminium dalam bidang konstruksi bangunan sebagai pengganti kayu, otomotif dan transmisi listrik.

Semua jenis produk alumini;um dapat digunakan pada konstruksi dan renovasi bangunan, seperti rangka, siku, jendela, kaca atap, pintu layar, penadah hujan, kanopi, dan lain-lain. Mesin otomotif yang ringan memberi manfaat dalam upaya menghemat bahan bakar dan juga ramah lingkungan selama masa pakai kendaraan tersebut. Kabel transmisi yang lebih ringan membutuhkan struktur pendukung yang lebih sedikit ringan juga.

Produk aluminium juga digunakan secara luas untuk proteksi, kemasan, dan penyajian makanan dan minuman. Aluminium dapat dibentuk menjadi lembaran yang sangat tipis dengan sifat yang ringan, kuat dan kualitas isolasi yang baik dalam mempertahankan makanan, kosmetik, produk farmasi dan melindunginya dari ultraviolet, bau dan bakteri.

Kemasan aluminium aman, tahan rusak, higienis, mudah dibuka dan dapat didaur ulang. Aluminium meneruskan kalor konduksi dan memantulkan kalor radiasi. Sekitar separuh dari alat-alat masak yang terdapat dipasaran terbuat dari aluminium. Alat-alat masak dari aluminium hanya membutuhkan seperempat dari energi yang dibutuhkan untuk memanaskan baja atau besi tuang. Aluminium hanya kehilangan panas sekitar 7% dari yang diterimanya dan memanfaatkan 93%-nya untuk memasak.

2.4 Penyediaan Bahan Baku Utama

Bahan baku utama didapat melalui proses impor dan juga dari domestik. Penyediaan bahan baku tersebut dilakukan setiap tahun dan dihitung sesuai dengan kebutuhan operasi yang telah ditetapkan. Sumber penyedia bahan baku utama yang berasal dari luar negeri adalah Alumina, CPC (Calcined Petroleum Cokes), dan CTP (Coal Tar Pitch) yang berasal dari negara Australia, India, Kuwait, Argentina, dan Tiongkok dengan volume pembelian bahan baku utama berdasarkan Laporan Tahuna PT INALUM (Persero) pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

  1. Alumina: 488. 420 Ton

  2. Cokes (High Sulfur) : 67.826 Ton

  3. Cokes (Low Sulfur) : 50.645 Ton

  4. CTP (Coal Tar Pitch : 26.953 Ton

  5. Aluminium Fluoride: 5.000 Ton

Sumber penyedia bahan baku dari domestik saat ini berasal dari PT Gresik yang berada di Surabaya. Bahan baku utama dari dalam negeri ini adalah Aluminium Fluoride dan juga CPC.

2.5 Customer Produk Aluminium

PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) meyakini bahwa konsumen merupakan pemangku kepentingan yang paling berharga. Suatu perusahaan hanya mampu bertahan untuk melanjutkan bisnis dan memberi manfaat sebesar-besarnya apabila hubungna antara perusahaan dan konsumen dilandasi oleh rasa percaya satu sama lain. Untuk menjaga keberlanjutan Perseroan, Perseroan berkomitmen menjaga kepercayaan pelanggan melalui serangkaian praktik bisnis yang sesuai dengan kesepakatan dan standar yang berlaku.

Customer dari produk aluminium PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) berasal dari dalam dan luar negeri. Dimana sebelum menjadi BUMN sebanyak 20% untuk kebutuhan pasar domestik dan 80% diekspor. Setelah menjadi BUMN semua produk aluminium ditujukan untuk pasar domestik tetapi jika juga masih dapat dilakukan ekspor ke luar negeri jika pasar domestik tidak mampu menyerap produk.

Dalam hal penentuan customer PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) memiliki kualifikasi yang harus dimiliki calon customer yaitu sebagai berikut:

  1. Perusahaan berbentuk manufaktur, yaitu perusahaan yang memproduksi barang dari bahan baku sampai finish good.

  2. Perusahaan yang memiliki izin lengkap ( NPWP, Sertifikat, Company profile) dan umumnya berbentuk Perseroan Terbatas (PT)

Customer aluminium ingot PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dapat dibagi kedalam beberapa kategori berdasarkan group produk yang akan dihasilkan dari pengolahan aluminium ingot. Customer group ini berasal dari industri manufaktur untuk pembuatan alloy, cable maker, extrussion, extrussion Medan, Shett/Plat/Foil, dan lainnya. Umumnya aluminium ingot digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan produk turunan aluminium.

Saat ini terdapat 80 customer aktif penjualan aluminium ingot. Customer ini dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu LTC (Long Term Contract) dan Spot Contract. Customer yang termasuk dalam kategori LTC adalah perusahaan yang memiliki kontrak selama 4 tahun melakukan pembelian produk aluminium ingot dengan minimal pembelian 100 MT per bulan.Selama masa kontrak tersebut pihak customer dan Inalum pada setiap akhir calender year akan membuat kontrak baru untuk 1 tahun yang akan datang. Oleh karena terikat pada sebuah kontrak maka baik pihak Inalum maupun customer harus mematuhi perjanjian yang tertera di dalam kontrak tersebut. Pihak Inalum bertanggungjawab untuk memastikan produk yang diminta oleh customer selama masa kontrak tersedia sesuai jumlah dan juga customer harus membeli produk dari Inalum selama masa kontrak.

Untuk costumer dalam kategori Spot Contract merupakan perusahaan yang tidak terikat kontrak dengan Inalum. Umumnya pembelian diwajibkan kurang dari 100 MT/bulan dan juga dipengaruhi oleh ketersediaan stok barang. Jika terjadi kekurangan produksi maka yang diprioritaskan adalah customer LTC, dimana Inalum harus memenuhi jumlah permintaan produk yang diminta oleh customer tersebut terlebih dahulu dan sisanya baru diberikan kepada customer kategori spot. Jika pihak Inalum tidak dapat memenuhi permintaan customer sesuai yang terdapat pada kontrak (customer kategori LTC) ataupun customer tidak melakukan pemesanan produk yang sesuai kontrak makan akan dikenakan denda kepada pihak yang melanggar perjanjian. Untuk daftar customer produk aluminium ingot dapat dilihat pada Lampiran Bab 2.

2.5 Spesifikasi Aluminium Ingot

Produk utama yang dihasilkan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah aluminium batangan (ingot)dimana berat per batangnya adalah 22,7 kg. Aluminium ingot ini diproduksi dalam dua jenis kualitas produk, yaitu 99, 90 % dan 99, 70%. Aluminium batangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) terdaftar pada London Metal Exchange (LME) pada tanggal 23 September 1987. Standar mutu aluminium batangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) mengacu pada JIS H2-102, 1986 (Reaffirmed 1974) dan Western, Aluminium Assosiation Designation and Chemical composition Limits for Unalloyed Aluminium of Aluminium Assosiation Inc., USA.

Berikut ini spesifikasi dari aluminium ingot yang diproduksi oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) yang sesuai dengan standarisasi JIS (Japan International Standarization)

Tabel 2. 1 Grade Aluminium Ingot Special Class

Grade/Class

Chemical Composition (%)

Coloruing (Based On INALUM)

INALUM

JIS H21202:

2009

Element Analyzed

Controlled Element

Total Sum of Element Analyzed and Controlled Element

Ai (Min)

Si (Max)

Fe (Max)

Cu (Max)

Each of Ti and Mn (Max)

S1-A

-

0.04

0.04

0.01

0.01

0.08

99.92

Sky Blue

S1- B

-

0.04

0.06

0.01

0.01

0.10

99.90

Sky Blue

S1

Special Class 1

0.05

0.07

0.01

0.01

0.10

99.90

Sky Blue

S2

Special Class 2

0.08

0.12

0.01

0.01

0.15

99.85

Green

Sumber: Buku Tahunan 2016 PT INALUM (Persero)

Tabel 2. 2 Grade Aluminium Ingot General Class

Grade/Class

Chemical Composition (%)

Coloruing (Based On INALUM)

INALUM

JIS H21202:

2009

Element Analyzed

Controlled Element

Total Sum of Element Analyzed and Controlled Element (Max)

Al(Min)

Si (Max)

Fe (Max)

Cu (Max)

Each of Ti and Mn (Max)

G1

Class 1

0.15

0.20

0.01

0.02

0.30

99.70

-

G2

Class 2

0.25

0.40

0.02

0.02

0.50

99.50

-

G3

Class 3

0.50

0.80

0.02

0.03

1.00

99.00

-

Sumber: Buku Tahunan 2016 PT INALUM (Persero)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat beberapa kelas maupun grade dari aluminium ingot. Perbedaan dari setiap grade tergantung pada komposisi kandungan dalam setiap aluminium ingot. Kemurnian sebuah aluminium ingot didasarkan pada kandungan Aluminium (Al) dan komponen lainnya seperti Silika (Si), Besi (Fe), Seng (Cu). Aluminium ingot yang memiliki kandungan aluminium yang banyak serta komponen lainnya semakin sedikit maka semakin murni aluminium ingot tersebut.

Di PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) grade aluminium ingot yang sampai saat ini diproduksi dan dipasarkan adalah grade S1B (Spesial Class 1 B) dan G1 (General Class 1). Grade ini dipilih berdasarkan permintaan pasar dimana aluminium ingot grade S1B dan G1 yang paling banyak dibutuhkan oleh customer yang berasal dari industri manufaktur. Untuk lebih jelasnya spesifikasi dari grade ini dapat dilihat berikut ini.

Tabel 2. 3 Spesifikasi Aluminium Ingot PT INALUM (Persero)

Grade

% Si (Max)

% Fe (Max)

% Cu (Max)

% Ti or Mn (Max)

% Al (Max)

S1-B

0. 04

0. 06

0. 01

0. 01

99.90

G1

0. 15

0. 20

0. 01

0. 02

99.70

Sumber: Buku Tahunan 2016 PT INALUM (Persero)

Semua produk aluminium ingot yang diproduksi oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dipasaran harus memenuhi standar diatas. Aluminium ingot yang diproduksi oleh Inalum termasuk dalam aluminium ingot terbaik dimana produk yang dihasilkan terdaftar di London Metal Exchange (LME) dengan grade 99,9% dan 99,7% dan diakui sebagai produk Aluminium kualitas tinggi dunia (High Grade Primary Aluminium)

2.6 Diversifikasi Produk

Diversifikasi produk turunan aluminium dilakukan sebagai salah satu langkah pengembangan bisnis INALUM. Produk alloy dan billet memiliki nilai lebih dimana harganya yang lebih tinggi dibandingkan dengan ingot serta tersedianya pasar untuk produk ini dengan demand yang tinggi

Terdapat beberapa cara pengolahan aluminium turunan menjadi produk-produk yang dapat dimanfaatkan yaitu:

  1. Pencetakan, menjadi bentuk yang beragam hingga tak terbatas.

  2. Penipisan, menjadi bentuk piringan (plate), lembaran (sheets) atau lapisan wafer yang sangat tipis. Proses rolling mengubah karakteristik logam menjadi liat.

  3. Ekstruksi dalam berbagai bentuk. Produk yang terbuat dari aluminium dapat didaur ulang berkali-kali. Energi yang dibutuhkan untuk mendaur ulang aluminium dan emisi gas rumah kaca yang timbul hanya 5% dari produksi aluminium primer.

Di dalam pabrik penuangan sedang dibangun fasilitas untuk diversifikasi produk aluminium yang akan memproduksi alloy dan billet. Dapur untuk produk diversifikasi ini dilengkapi dengna Electro Magnetic Stirrer (EMS) guna menjamin homogenitas proses alloying. Alloy akan dicetak di Horizontal Casting Machine dengan kecepatan maksimum 15 ton/jam, sedangkan Billet akan dicetak di Vertical Direct Chill Casting. Fasilitas produksi billet dilengkapi dengan 1 unit dapur homogenizing guna mendapatkan kualitas billet yang tinggi.

Perbedaan dari aluminium ingot yang telah diproduksi oleh INALUM selama puluhan tahun dengan produk turunan aluminium yaitu alloy dan billet terdapat pada komposisi penyusunnya, fungsinya dan juga dari bentuk atau ukurannya.

2.6.1 Alloy

Salah satu produk turunan aluminium adalah alloy yaitu aluminium yang sudah dicampur bahan lain dengan tujuan untuk meningkatkan sifatnya supaya lebih kuat atau sesuai dengan tujuan industri tertentu.

Aluminium jenis ini banyak digunakan untuk campuran bahan bangunan seperti kawat dan pipa. Aluminium ini juga dimanfaatkan untuk pembuatan kerangka pesawat terbang, kapal laut, sepeda dan mobil. Bahan ini juga biasa digunakan untuk pembuatan tangka bahan bakar pada berbagai jenis kendaraan.

Sifat aluminium yang pada dasarnya tidak memiliki sifat kuat dan keras, namun proses pencampuran ini membuat aluminium alloy berubah sifat. Hal ini yang membuat aluminium alloy juga digunakan dalam pembuatan paku yang pada umumnya harus bertekstur keras dan solid.

Saat ini produk alloy yang diproduksi oleh INALUM belum mendapat pembeli yang sesuai dan tepat hal ini karena kendala pada pemenuhan spesifikasi yang diminta oleh customer. Saat ini customer seperti Daihatsu sudah melakukan pengetesan produk alloy INALUM untuk digunakan pada produksi mobil. Testing ini dilakukan selama 6 sampai 12 bulan untuk memastikan alloy ini sesuai dengan kebutuhan produksi Daihatsu.

Dengan adanya produk alloy ini sangat bermanfaat untuk perusahaan manufaktur berbasis aluminium dalam negeri dimana selama ini pemenuhan kebutuhan alloy harus impor dari luar negeri.

Aluminium alloy yang baru diproduksi oleh INALUM mengikuti standar ASTM (American Standard Testing and Material). yaitu tipe Alloy A356.2 Alloy tipe ini memiliki tingkat kekuatan media yang pada umumnya digolongkan pada paduan arsitektur. Spesifikasi dari aluminium alloy berdasarkan standar ASTM dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut in:

Tabel 2. 4 Spesifikasi Aluminium Alloy

Produk

Elemen

Si

Fe

Cu

Ti

Mn

Mg

Cr

Zn

Sr

Lainnya

356.2

6,5-6,7

≤ 0,12

≤ 0,1

≤ 0, 2

≤0,05

0,3- 0,45

-

≤0,05

≤0,03

≤0,05

Sumber: Buku Tahunan PT INALUM (Persero)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa spesifikasi alloy tergantung pada kandungan pengotor pada aluminium dimana ditentukan batas maksimum jumlah komponen tambahan seperti Si, Fe, Cu dan lainnya pada alloy. Kandungan aluminium yang dihasilkan 100% dikurangi dengan komponen penambah.

2.6.2 Billet

Aluminium billet merupakan salah satu produk turunan dari aluminium ingot yang berbentuk gelondongan. Komponen penentu kualitas dari billet dilihat dari komposisi kimia dan kondisi fisik dimana permukaannya harus rata dan halus serta tidak terdapat crack atau retakan pada permukaan billet.

Kondisi fisik juga diperhatikan karena penggunaan billet yang tidak dilebur lagi seperti pada ingot dan alloy. Billet ini akan dipanasakan sampai pada titik lebur tertentu kemudian dimasukkan dalam mesin pencetak untuk kemudian dicetak sesuai dengan kebutuhan industri manufaktur seperti jerajak, kusen, kerangka mobil.

Berikut ini spesifikasi kandungan kimia pada aluminium billet yang diproduksi oleh PT INALUM (Persero) sesuai dengan standar ASTM (American Standard Testing and Material). Jenis billet yang masih diproduksi pada tahap awal ini adalah billet tipe 6061 dan 6063. Berikut ini komposisi kimia produk billet yang ditunjukkan pada tabel 2.6

Tabel 2. 5 Spesifikasi Aluminium Billet

Produk

Elemen

Si

Fe

Cu

Ti

Mn

Mg

Cr

Zn

Sr

Lainnya

6061

0,4-0,8

≤ 0,7

0,15-0,4

≤ 0,15

≤0,15

0,8 0,1,2

0,04- 0,35

≤0,25

-

≤0,05

6063

0,2-0,6

≤ o,35

≤0,1

≤0,1

≤0,1

0,45-0,9

≤ 0,1

≤ 0,1

-

≤0,05

Sumber: Buku Tahunan PT INALUM (Persero)

PT INALUM (Persero) saat ini melakukan testing produk billet dengan meminjam mesin milik PT ALKO di Medan. Perusahaan ini juga memproduksi billet yang bahan bakunya dari aluminium ingot produksi INALUM. Pengetesan ini bertujuan untuk memeriksa crack pada billet yang diproduksi INALUM.Selain itu, pengetesan mesin sawing (mesin pemotong) juga dilakukan yaitu dengan meminjam billet hasil produksi PT ALKO untuk uji coba performa dari mesin sawing billet

Saat ini pengembangan produk billet susah memasuki tahap pemesanan yaitu sebanyak 10-50 ton dimana beberapa perusahaan ini melakukan testing produk billet untuk memastikan produk ini sesuai dengan kebutuhan industri manufaktur yang dijalankan.

Dalam hal demand pasar, kebutuhan akan billet sangat besar. Pasar untuk billet lebih tinggi dibandingkan dua produk lainnya yaitu ingot dan alloy. Hal ini disebabkan aluminium ingot yang harus terlebih dahulu diolah menjadi billet sebelum membuat produk akhir. Jika customer membeli produk billet langsung maka akan megurangi biaya produksi seperti biaya peleburan, pembuatan dapur tenaga kerja serta kualitas billet hasil pabrik yang lebih bagus jika dibandingkan customer sendiri yang mengolah dari aluminium ingot.

Nilai tambah dari produk diversifikasi yang diproduksi PT INALUM (Persero) ini adalah dari komposisi kimia produk yang sesuai standar serta harga yang lebih murah dan pengiriman lebih cepat dibandingkan jika costumer domestik membeli dari luar negeri.

Berikut ini secara keseluruhan spesifikasi produk aluminium yang diproduksi oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).

Tabel 2. 6 Spesifikasi Produk Aluminium PT INALUM (Persero)

Item

Alloy Ingot A356.2

Billet 6061/6063

Pure Ingot (Existing)

Weight

10 kg/pc

200 kg/pc

22.7 kg/pc

Dimension

± 730L x 107W x 66H mm

Ø127 ± 1 x 6,000L ±3 mm

(5 inch)

800L x 200W x 85H mm

Chemical Composition

Si : 6.5~7.5%

Mg : 0.34~0.45%

Fe : max 0.1%

Al : Balance

Mg : 0.80~1.20% / 0.45~0.9%

Si : 0.4~0.8% / 0.2~0.6%

Fe: max. 0.70% / max 0.35%

Al : Balance

Al : 99.98 or greater

Others

Size variant :

89 (3.5”), 102 (4”), 114 (4.5”), 127 (5”), 152 (6”), 178 (7”), 203 (8”), 229 (9”)



BAB III

TINJAUAN PROSES

1. Proses Produksi

Pabrik peleburan (Smelter) PT INALUM (Persero) dibangun diatas tanah seluas 200 ha. Aluminium dibuat dengan memakai alumina, karbon dan pitch sebagai bahan baku utamanya. Sumber energi listrik yang dipakai pada pabrik peleburan PT INALUM (Persero) Kuala Tanjung dihasilkan dari PLTA Siguragura dan PLTA Tangga PT. INALUM (Persero) Paritohan yag disalurkan langsung melalui 271 buah jaringan transmisi tegangan tinggi 275 kV. Adapun proses produksi aluminium di PT INALUM (Persero) yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 dibawah ini.

Gambar 3. 1 Production Process Flow di PT INALUM (Persero)

Pada tahap awal bahan baku aluminium impor seperti alumina, karbon atau kokas (Calcined Petroleum Cokes), dan Coal Tar Pitch (CTP) dibongkar di pelabuhan PT. INALUM (Persero) melalui peralatan Pneumatic Unloader untuk memasukkan ke dalam silo melalui belt conveyor. Alumina akan dimasukkan ke silo alumina (alumina silo), kokas kedalam silo kokas (coke silo), dan pitch ke dalam pitch storage house. Alumina di dalam silo kemudian dialirkan ke Dry Scrubber System untuk direaksikan dengan gas HF dari tungku reduksi. Berikut ini reaksi pengikatan HF oleh alumina yang terjadi di dalam tabung Reactor:

Al2O3 + 6HF 2AlF3 + 3H2O

Hasil dari reaksi ini adalah Reacted alumina yang kemudiaan dimasukkan ke Hopper Pot dengan menggunakan Anode Changing Crane (ACC) yang kemudian dimasukkan ke dalam tungku reduksi. Gas bersih yang dihasilkan dari proses ini akan dibuang ke atmosfer melalui cerobong.

Pada pabrik peleburan aluminium PT INALUM (Persero) terdapat tiga pabrik utama dalam proses produksi yaitu pabrik reduksi, pabrik karbon, dan pabrik penuangan (casting).

1. Pabrik Karbon

Pabrik karbon atau pabrik anoda karbon berfungsi untuk memproduksi blok-blok karbon anoda yang akan dipakai pada tungku reduksi. Tipe tungku reduksi yang digunakan adalah closed typed furnace yang dibuat oleh Riedhammer. Pabrik karbon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pembuatan blok anoda mentah (green plant), bagian pemanggangan (baking plant), dan bagian penagkaian (rodding plant).

Kokas yang ada di dalam coke silo dicampur dengan butt atau anoda bekas yang dipanaskan dahulu. Material-material tersebut kemudian dicampur dengan hard pitch sebagai perekat (binder). Campuran material tersebut kemudian dicetak menggunakan Shaking Machine menjadi blok karbon mentah di Anode Green Plant dan selanjutnya melalui proses pemanggangan pada baking furnace dengan temperatur ± 1.250 OC. Anoda yang sudah dipanggang dibawa ke pabrik penangkaian untuk diberikan tangkai yang biasa disebut Anode Assembly pada rodding plant.

2. Pabrik Reduksi

Pabrik reduksi beroperasi untuk memproduksi aluminium cair yang terdiri dari 3 unit gedung dengan jumlah tungku reduksi atau pot sebanyak 510 buah. Pabrik ini menggunakan proses produksi oleh Charles Hall USA dan Paul Herolt, dimana aluminium diperoleh melalui proses elektrolisis alumina (AL2O3) dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) pada temperatur ± 980OC. Arus listrik yang digunakan sebesar 190 KA, 280 KA, dengan tegangan rata-rata setiap pot 4,3 Volt. Proses elektrolisis tersebut digambarkan pada persamaan reaksi kimia berikut ini:

2Al2O3(s) + 3C(s)  4Al(lq) + 3CO2(g)

Anode assembly yang dihasilkan pada pabrik karbon dibawa ke pabrik reduksi dengan kendaraan khusus yaitu Anode Transport Car (ATC) untuk digunakan sebagai elektroda dalam proses elektrolisis yaitu memproses alumina menjadi aluminium. Setelah anoda tersebut dipakai selama kurang lebih 28 hari di dalam pot, sisa anoda (butt) tersebut diganti dengan yang baru. Butt tersebut kemudian dipecah di pabrik penangkaian untuk kemudian dipakai lagi (recycle) sebagai bahan pembuatan anoda bersama dengan kokas dan pitch. Pada tungku reduksi alumina akan dielektrolisa menjadi aluminium cair. Pada proses ini akan menghasilkan gas HF yang akan dialirkan ke dry scrubber system untuk reaksi alumina dan dibersihkan lalu dibuang melalui cerobong gas cleaning system. Setiap 32 jam, setiap pot akan dihisap 1,8 sampai 2 ton aluminium.

3. Pabrik Penuangan (Casting Shop)

Pabrik penuangan adalah pabrik yang berfungsi mencetak aluminium cair menjadi aluminium batangan (ingot). Aluminium cair (molten) yang dihasilkan pada pabrik reduksi kemudian dibawa ke pabrik penuangan dengan Metal Transport Car (MTC) yang selanjunya dituangkan ke dalam dapur penampung (Holding Furnace).

Terdapat 10 dapur pelebur/dapur penampung listrik dengan kapasitas 30 ton. Mesin produksi pada pabrik ini menggunakan teknologi dari negara Swiss dan Swedia. Temperatur aluminium cair pada holding furnace tetap dijaga dan diberi flux. Flux merupakan bahan aditif yang beraksi dengan pengotor (dross) yang nantinya akan dipisahkan dari aluminium cair. Pengotor tersebut akan dikeluarkan (skimming off) dan ditampung untuk diolah kembali karena masih mengandung metal dengan kadar aluminium tinggi. Molten yang merupakan hasil skimming off kemudian dimasukkan ke dalam cetakan Casting Machine yang terletak diatas conveyor.

Terdapat tujuh mesin cetak dengan kapasitas 12 ton /jam untuk memproduksi aluminium batangan/ingot dengan massa 22,7 kg/batang (50 lbs). Ingot yang sudah dicetak kemudian diberi nomor produksi (lot) dengan mesin otomatis kemudian ditumpuk, didinginkan, diikat, dan diletakkan di tempat penyimpanan ingot yaitu lapangan terbuka. Aluminium yang sudah dicetak akan disusun (bundle) sebanyak 44 batang aluminium dengan proporsi 1 bundle ± 1 ton.

2. Kesetimbangan Massa

Metode ekonomis untuk memproduksi Alumina yang diterapkan PT INALUM (Persero) adalah Proses Bayer. Proses ini ditemukan oleh Karl Joseph Bayer, ahli kimia berkebangsaan Austria, pada tahun 1888. Bahan baku Aluminium berasal dari hasil pemurnian bijih bauksit. Dari pemurnian tersebut akan diperoleh Alumina yang akan diproses melalui elektrolisa. Untuk menghasilkan 1 ton Aluminium Ingot memerlukan 2 ton Alumina atau 4 ton Bauksit (1 ton Alumina dihasilkan dari 2 ton Bauksit) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2 dibawah i ni.

Gambar 3.2 Diagram Kesetimbangan Massa

Pada diagram kesetimbangan massa dan energi tersebut dapat dilihat bahwa secara umum dalam sekali proses peleburan PT INALUM (Persero) membutuhkan alumina, AlF3, dan anoda sebagai bahan baku untuk menghasilkan aluminium batangan/ingot. Sebelum bahan baku tersebut diproses dalam tungku reduksi, anoda terlebih dahulu dibuat di pabrik karbon. Di pabrik karbon sebanyak 628 kg kokas, 147 kg CTP (hard pitch) dan 219 kg butt (anoda sisa) dicampur (mixing) untuk membuah blok anoda mentah. Blok anoda mentah kemudian dipanggang (baking) dengan temperatur 1.250 OC untuk menghasilkan 617 kg anoda gross.

Proses selanjutnya 1.940 kg alumina, 18,2 kg AlF3, 617 kg anoda gross diproses pada pabrik reduksi dengan temperatur 980 OC dan kuat arus DC sebesar 14,253 Kwh. Pada pabrik reduksi proses yang terjadi adalah proses elektrolisis dengan menggunakan anoda sebagai elektroda dimana alumina akan dielektrolisa menjadi aluminium cair. Pada proses ini dihasilkan aluminium cair (molten) sebanyak 1,004 ton yang kemudian ditambah dengan flux untuk memisahkan pengotor (dross) dari aluminium cair untuk dicetak menjadi aluminium batangan/ingot sebanyak 1 ton. Pemisahan aluminium cair dengan pengotor dilakukan dengan manual yaitu penyaringan (filter).

3. Analisis Layout Pabrik Peleburan

Tata letak pabrik, kantor, pelabuhan, dan fasilitas lainnya pada PT INALUM (Persero) di desain dengan baik karena memiliki material handling dengan minimum movement. Tidak terdapat proses yang bolak-balik, pemotongan proses, ataupun proses yang tumpang tindih. Gambar layout pabrik peleburan PT INALUM (Persero) Kuala Tanjung dapat dilihat pada Lampiran 3 nomor 2. Berikut ini analisis mengenai layout pabrik peleburan PT INALUM (Persero):

1. Pabrik Produksi (Karbon, Reduksi, dan Penuangan)

Lokasi pabrik utama yaitu pabrik karbon, pabrik reduksi dan pabrik penuangan (casting) dibangun saling berdekatan dan berada di tengah atau pusat area perusahaan. Letak tersebut sangat strategis untuk mempermudah akses dengan departemen ataupun seksi lainnya dalam hal mendukung operasional perusahaan . Hal tersebut dikarenakan ketiga pabrik tersebut merupakan lokasi utama produksi aluminium ditambah lagi produksi yang berjalan selama 24 jam.

Anoda tangkai hasil dari pabrik karbon diletakkan di lapangan terbuka dekat dengan pabrik reduksi. Jika life time anoda tangkai sudah habis yaitu sekitar 28 hari, maka anoda tangkai dengan mudah diangkut dengan Anode Transport Car (ATC) ke dalam pabrik reduksi. Selanjutnya, jika mempertimbangkan jarak pabrik reduksi dan pabrik penuangan (casting) yang berdampingan dapat mempersingkat waktu pemindahan aluminium cair hasil dari pabrik reduksi ke pabrik penuangan. Hal tersebut dikarenakan untuk menjaga kestabilan suhu aluminium cair agar tidak membeku atau mengeras pada Metal Transport Car (MTC) pada saat dipindahkan.

2. Departemen Logistik-Seksi SPO (Main Office)-Seksi SSW (Maintenance)-Pabrik Produksi

Lokasi Departemen Logistik yaitu kantor seksi SWH (Smelter Spare Parts Warehouse) dan SMB (Smelter Raw Material Warehouse) juga berdekatan dengan pelabuhan, kantor pengadaan SPO (Smelter Procurement Operation), dan pabrik produksi. Hal tersebut dikarenakan supplier atau vendor yang menjadi rekan kerjasama PT INALUM (Persero) tidak hanya dari domestik saja, melainkan dari luar negeri seperti Australia, India, Kuwait, Argentina, dan Tiongkok. Sehingga saat barang yang di-order telah sampai di Kula Tanjung maka dengan mudah untuk dipindahkan ke SWH ataupun SMB. Di sisi lain pihak supplier/vendor dan juga staff lebih mudah untuk mengkonfirmasi dan mengurus surat penting ke kantor pengadaan SPO yang berada di main office.

Pada saat bagian produksi membutuhkan raw material dan seksi SSW (maintenance) membutuhkan spare parts maka dengan mudah mengambilnya ke SMB dan SWH. Hal tersebut dapat menjaga kestabilan dan kelancaran produksi.

3. Gardu Induk-Pabrik Reduksi-Gedung Penunjang Lainnya

Tata letak pendukung lainnya juga sangat optimal, contohnya gardu induk yang terhubung langsung dengan sumber tenaga listrik PLTA Tangga dan Siguragura melalui 271 buah menara jaringan transmisi dibangun diujung area perusahaan. Hal yang dipertimbangkan adalah arus listrik tegangan tinggi yaitu 275 KV letaknya harus jauh dari jangkauan gedung penunjang lainnya atau pihak yang tidak berkepentingan. Namun lokasi gardu induk tersebut sengaja berdekatan dengan pabrik reduksi karena membutuhkan energi listrik paling banyak pada saat pemanggangan anoda pada tungku reduksi.

4. Tabung/Pipa

Pada pabrik peleburan aluminium PT INALUM (Persero) banyak terdapat pipa atau tabung dengan berbagai ukuran yang digunakan untuk mendistribusikan berbagai material seperti air, gas, alumina, kokas, hard pitch dan lain-lain. Tata letak tabung/pipa sudah tepat karena mempertimbangkan aspek keselamatan (safety) dan kelancaran produksi. Contohnya meletakkan pipa penyemprot serbuk alumina tepat diatas tungku reduksi dengan tujuan untuk memaksimalkan jumlah alumina masuk ke dalam tunggu reduksi. Selain itu pipa juga di desain sesuai dengan lokasi penempatannya. Maksudnya adalah beberapa pipa di desain dengan lekukan dan diletakkan pada posisi yang tinggi agar menghindari kecelakan bagi pekerja seperti terbentur pipa.

    1. Manajemen Perbaikan

      1. Organisasi Maintenance Department

Maintenance di PT INALUM (Persero) sangat kompleks dan vital, sehingga organisasi maintenance departement memiliki bentuk organisasi secara terpusat di PT INALUM (Persero) yang dibagi menjadi 4 seksi dengan tugas masing-masing antara lain:

1. SSW (Smelter Service Workshop)

Tugas dari seksi ini adalah:

  1. Perencanaan dan koordinasi program serta pemeliharaan dan pembaharuan peralatan.

  2. Pemeriksaan hal-hal berkaitan dengan desain dan teknis.

  3. Operasi sarana penunjang pabrik peleburan.

  4. Control budget pemeliharaan peralatan dan koordinasi pelaksanaan pekerjaan.

  5. Pembuatan peralatan operasi, suku cadang mesin dan lain-lain.

  6. Administrasi dan pemeliharaan mesin-mesin kendaraan industri.

  7. Pelaksanaan prosedur hukum terkait dengan SMO, SMT, SSW, dan SES.

2. SMO (Smelter Maintenance One)

Tugas dari seksi ini adalah:

  1. Administrasi dan pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan produksi

  2. Administrasi dan supervise pekerjaan/peralatan dan mesin-mesin di pabrik karbon, utility, PUBC, general cranae, ABC, dan STC.

3. SMT (Smelter Maintenance Two)

Tugas dari seksi ini adalah:

  1. Administrasi dan pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan produksi.

  2. Administrasi dan supervise pekerjaan/peralatan rekonstruksi pot, perawatan pot, casting dan GR, RM, ACC, dan ladle cleaning.

4. SES (Smelter Electric Substation)

Tugas dari seksi ini adalah:

  1. Administrasi dan pemeliharaan gardu listrik.

  2. Administrasi dan supervise penyaluran sumber tenaga listrik.

2. Pelaksanaan Pemeriharaan

Pelaksanaan pemeliharaan berdasarkan rencana tahunan ditambah dengan masukan dari seksi-seksi produksi, hasil pemeriksaan dan perawatan berdasarkan kondisi (Condition based Maintenance) lainnya. Pada Gambar 3.3 ditunjukkan proses pelaksanaan pemeliharaan pada PT INALUM (Persero) Kuala Tanjung.

Gambar 3. 3 Process Flow Pelaksanaan Maintenance



Pada gambar 3.3 diatas menunjukkan perencanaan pemeliharaan dibagi berdasarkan dalam berbagai rentang waktu yaitu:

a. Rencana kerja pemeliharaan jangka panjang

Rencana jangka panjang dibuat untuk jangka waktu 10 tahun, yang terdiri dari:

  1. Rencana kerja pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) yang dibuat berdasarkan pada waktu/interval tertentu (time based). Contoh maintenance order pada preventive maintenance ditunjukkan pada Lampiran 3 nomor 3.

  2. Rencana kerja untuk penyempurnaan (improvement).

  3. Rencana pembelian material dalam skala besar (refactory material, dan lain-lain).

b. Rencana kerja pemeliharaan satu sampai tiga tahun

Rencana kerja pemeliharaan dibuat untuk perhitungan biaya/estimasi anggaran untuk saetu tahun fiskal.

  1. Rencana kerja pemeliharaan pencegahan yang diambil dari rencana kerja jangka panjang (time based).

  2. Rencana kerja yang dibuat berdasarkan hasil inspeksi/kondisi peralatan tersebut (condition based).

  3. Rencana pembaharuan peralatan (renewal pland) dan rekondisi peralatan.

  4. Rencana kerja yang dikontrakkan.

  5. Rencana pembelian material, tools, minyak pelumas dan lain-lain.

c. Rencana kerja pemeliharaan bulanan

Rencana kerja bulanan terdiri dari:

  1. Rencana kerja pemeliharaan pencegah yang diambil dari rencana kerja tahunan (time based).

  2. Rencana kerja pemeliharaan berdasarkan kondisi peralatan (condition based).

  3. Pekerjaan yang tertunda pada bulan yang ada.

Contoh monthly work maintenance ditunjukkan pada Lampiran 3 nomor 4.

5. Pengolahan Limbah

Dalam hal pengolahan limbah industri, PT INALUM (Persero) telah melakukan Feasibility Study dan telah diserahkan dari konsultan pada tanggal 22 Februari 2106. Selanjutnya penyerahan hasil studi tata kelola limbah juga telah dilakukan kepada Direksi pada 1 November 2016. Sebagai tindak lanjut, akan dibentuk Tim Kerja dan persiapan pengadaan konsultan FS.

1. Pabrik Karbon

1. Limbah Cair

Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dibangun Waste Water Treatment untuk pengolahan air dan gas cleaning system. Air sisa media pendingan dari sistem pengolahan gas pada Baking Plant yang merupakan bagian dari pabrik karbon akan dialirkan menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk diolah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pengujian laboratorium harian dilakukan untuk memastikan air outlet IPAL telah memenuhi baku mutu. Menindaklanjuti hal tersebut PT INALUM (Persero) melakukan konservasi air melalui:

    1. Recycle air pendingin gas sleaning system yang mampu mengurangi konsumsi dari 110 m3/jam menjadi 2,2 m3/jam.

    2. Recycle air pendingin unit kompresor instalasi pengolahan air industri mampu mengurangi konsumsi air hingga 25%.

Untuk mengurangi effluent limbah, saat ini sedang dilaksanakan studi pemanfaatan kembali air limbah menjadi air baku untuk keperluan industri sehingga menurunkan konsumsi air baku hingga 20%.

2. Emisi Langsung

Pada proses pemanggangan anoda di pabrik karbon menghasilkan emisi udara yang mengandung fluoride (HF). Untuk mengendalikan potensi pencemaran udara yang berasal dari emisi gas buang, PT INALUM (Persero) dilengkapi dengan sistem pembersih gas (gas cleaning system) yaitu gas cleaning system wet scrubber dan electrostatic precipitator baking plant.

Untuk memastikan gas buang tersebut telah aman bagi lingkungan, pemantauan terhadap emisi dilakukan secara kontinyu dengan alat CEMS untuk cerobong gas cleaning pabrik reduksi dan setiap 6 bulan untuk cerobong gas cleaning baking plant.

2. Pabrik Reduksi

Pada proses produksi aluminium cair dipabrik reduksi dengan metode Hall-Herault menghasilkan emisi udara yang mengandung fluoride (HF). Untuk mengendalikan potensi pencemaran udara yang berasal dari emisi gas buang, PT INALUM (Persero) dilengkapi dengan sistem pembersih gas yaitu gas cleaning system dry scrubber.