Evaluasi Penyediaan Bahan Baku dalam kaitannya dengan Sistem Pengendalian Manajemen pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM).

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

EVALUASI PENYEDIAAN BAHAN BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA PT INALUM

OLEH :

Nama : DELLA AGUS AVIANTI

Nim : 040503097

Departemen : Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Evaluasi Penyediaan Bahan Baku Dalam Kaitannya Dengan Sistem Pengendalian Manajemen Pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM).

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar dan apa adanya, dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 05 Agustus 2008 Yang Membuat Pernyataan

Della Agus Avianti NIM : 040503097


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas segala rahmat dan karuniaNya yang senantiasa menyertai, membimbing, dan memberikan kemampuan serta kekuatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penyediaan Bahan Baku dalam kaitannya dengan Sistem Pengendalian Manajemen pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM)” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, serta tak lupa shalawat dan salam disampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW.

Terima kasih kepada kedua oranag tuaku tercinta, Ayahanda Sukamto Kusnan dan Ibunda Nurhayati yang membesarkan, mendidik, membimbing dan selalu memberikan dukungan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, serta kepada adikku tersayang Tri Ardi Kurniawan.

Atas bimbingan, petunjuk serta nasehat dan doa yang telah diterima selama penyusunan skripsi dan selama menjalani masa pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor, SE, M.Acc., Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, MM, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku dosen pembanding/penguji.

5. Staff Departemen Akuntansi ( Bang Chairil, Kak Dame, Bang Oyong, dll). 6. Seluruh Karyawan PT.Indonesia Asahan Aluminium (INALUM).

7. Khusus untuk Wahyu Ramadhan Amd yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doanya.

8. Untuk sahabat-sahabatku, Opie, Che-Che, Pagit, Herlina, QQ, dan Ahzir yang selalu memberikan motivasi dan dukungan serta doa kepada penulis. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

9. Kepada teman-teman satu kost TriDharma 152, Devi, Mimi, Febby, Sarrah yang selalu dapat membantu penulis menghilangkan rasa penat dengan canda tawa dan kehebohan. Bersama merekalah, penulis menjalani suka dan duka bersama selama tinggal satu kost. Dan terima kasih juga kepada adek-adek kost yang lain, Zeman, Agung, Ifan, Andri, Ruby, Ramadhan dan Haris.


(5)

10. Terima kasih juga kepada teman-teman di Akuntansi ’04 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk doa dan dukungan dan persahabatan indah yang telah terjalin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dalam tata bahasa maupun lingkup pembahasannya. Untuk ini penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 05 Agustus 2008 Penulis,

Della Agus Avianti NIM : 040503097


(6)

ABSTRAK

Persediaan adalah salah satu aktiva penting yang harus dimiliki oleh perusahaan. Persediaan bahan baku akan digunakan oleh perusahaan dalam proses produksi. Pentingnya bagi perusahaan untuk menentukan perencanaan yang baik dalam menentukan jumlah persediaan yang dibutuhkan maka perusahaan harus memiliki sistem pengendalian manajemen yang baik, sehingga perusahaan dapat mementukan jumlah persediaan yang dibutuhkan, waktu pemesanan, dan agar persediaan dapat diterima tepat waktu. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyediaan bahan baku dalam kaitannya dengan system pengendalian manajemen pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM).

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara dan kepustakaan. Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari wawancara dengan para staf bagian humas.

Dari hasil pengamatan dan Tanya jawab dengan para staf, diketahui bahwa penyediaan persediaan yang dilakukan PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen dapat diambil kesimpulan, yaitu: (a) Pembelian persediaan dilakukan dengan menggunakan kontrak, (b) Perusahaan selalu memiliki minimum stock, (c) Perencanaan disusun dalam Annual Management Plan, (d) Annual Management Plan berisi semua rencana yang akan dilakukan termasuk masalah persediaan, (e) Anggaran disusun berdasarkan Annual Management Plan, (f) Para karyawan akan bekerja sesuai dengan anggaran, team atau karyawan yang berhasil mencapai anggaran akan mendapatkan reward, (g) penyediaan persediaan yang dilakukan perusahan sudah baik.

Kata kunci (key words) terdiri dari: persediaan bahan baku, sistem pengendalian manajemen.


(7)

ABSTRACT

Inventory is one of the important asset at the company. Raw materials will be used for the production process in the company. It is very important for the company to plan carefully the amount of that will be needed, so the company have to have good management system and the company can decide the amount that will be needed, ordering time, and the inventory will be accepted on time. Therefore, the purpose of this research is to evaluate the preparation of raw material with the relation in management operation with PT INALUM.

To obtain the data that will be needed, so the writer used data collector that is interviews and bibliography in this research, types of data that be used is primer and secondary data. Data gathered from interviews is from staff from department of public relation.

From the result and questionare from the staff, he know that inventory preparation that has been done by PT INALUM can be conclude that a) buying inventory that been using contract, b) company always have minimum stock, c) planning included in the Annual Management Stock, d) Annual Management Plan consisted of all plans that will be done including inventory problem, e) estimation will be arrange according to Annual Management Plan, f) wokers will be working according to budget, team or wokers that successful reach the estimation will be awarded with rewards, g) inventory preparation that been done by company is good enough.

Key words consisted of raw material inventory, management control system.


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Konseptual ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Bahan Baku 1. Pengertian Perencanaan dan Pengendalian Produksi ... 7

2. Pengertiaan dan Jenis-Jenis Persediaan ... 10

3. Biaya-biaya yang terkait dengan persediaan ... 13


(9)

5. Akibat dari Kesalahan Mencatat Persediaan ... 26

6. Pengendalian Persediaan ... 27

B. Teori Pengendalian Manajemen 1. Definisi dan Tujuan Sistem Pengendalian Manajemen ... 35

2. Proses Pengendalian Manajemen ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 58

B. Jenis Data ... 58

C. Teknik Pengumpulan Data ... 59

D. Metode Penganalisaan Data ... 59

E. Responden ... 59

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 59

BAB IV Hasil Penelitian A. Data Penelitian ... 61

1. Gambaran Umum PT INALUM ... 61

2. Penerapan Penyediaan Bahan Baku ... 70

3. Sistem Pengendalian Manajemen ... 74

B. Pembahasan ... 78

1. Penyediaan Bahan Baku ... 74


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Sistem Periodik Dan Sistem Perpetual ... 15 Tabel 2.2 Metode FIFO ... 20 Tabel 2.3 Metode LIFO ... 22


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM)


(14)

ABSTRAK

Persediaan adalah salah satu aktiva penting yang harus dimiliki oleh perusahaan. Persediaan bahan baku akan digunakan oleh perusahaan dalam proses produksi. Pentingnya bagi perusahaan untuk menentukan perencanaan yang baik dalam menentukan jumlah persediaan yang dibutuhkan maka perusahaan harus memiliki sistem pengendalian manajemen yang baik, sehingga perusahaan dapat mementukan jumlah persediaan yang dibutuhkan, waktu pemesanan, dan agar persediaan dapat diterima tepat waktu. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyediaan bahan baku dalam kaitannya dengan system pengendalian manajemen pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM).

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara dan kepustakaan. Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari wawancara dengan para staf bagian humas.

Dari hasil pengamatan dan Tanya jawab dengan para staf, diketahui bahwa penyediaan persediaan yang dilakukan PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen dapat diambil kesimpulan, yaitu: (a) Pembelian persediaan dilakukan dengan menggunakan kontrak, (b) Perusahaan selalu memiliki minimum stock, (c) Perencanaan disusun dalam Annual Management Plan, (d) Annual Management Plan berisi semua rencana yang akan dilakukan termasuk masalah persediaan, (e) Anggaran disusun berdasarkan Annual Management Plan, (f) Para karyawan akan bekerja sesuai dengan anggaran, team atau karyawan yang berhasil mencapai anggaran akan mendapatkan reward, (g) penyediaan persediaan yang dilakukan perusahan sudah baik.

Kata kunci (key words) terdiri dari: persediaan bahan baku, sistem pengendalian manajemen.


(15)

ABSTRACT

Inventory is one of the important asset at the company. Raw materials will be used for the production process in the company. It is very important for the company to plan carefully the amount of that will be needed, so the company have to have good management system and the company can decide the amount that will be needed, ordering time, and the inventory will be accepted on time. Therefore, the purpose of this research is to evaluate the preparation of raw material with the relation in management operation with PT INALUM.

To obtain the data that will be needed, so the writer used data collector that is interviews and bibliography in this research, types of data that be used is primer and secondary data. Data gathered from interviews is from staff from department of public relation.

From the result and questionare from the staff, he know that inventory preparation that has been done by PT INALUM can be conclude that a) buying inventory that been using contract, b) company always have minimum stock, c) planning included in the Annual Management Stock, d) Annual Management Plan consisted of all plans that will be done including inventory problem, e) estimation will be arrange according to Annual Management Plan, f) wokers will be working according to budget, team or wokers that successful reach the estimation will be awarded with rewards, g) inventory preparation that been done by company is good enough.

Key words consisted of raw material inventory, management control system.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengendalian terencana dari suatu aktivitas merupakan suatu karakteristik dasar dari industri modern, sebab pada dasarnya pengendalian yang efektif atas manusia, bahan, mesin, dan uang merupakan aspek yang sangat penting demi kelangsungan hidup perusahaan. Sejalan dengan perkembangan suatu perusahaan maka untuk menghadapi faktor-faktor tersebut di atas haruslah dipertimbangkan suatu sistem pengendalian yang dapat menunjang seluruh aktivitas produksi sehingga dapat mencapai semua tujuan perusahaan.

Sebuah sistem pengendalian juga tidak terlepas dari kenyataan bahwa suatu organisasi melibatkan individu-individu. Aktivitas individu ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan-tujuan pribadi dari individu-individu itu sering sekali dilupakan. Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan organisasi bisa juga tidak selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan organisasi atau tujuan individu tidak tercapai, untuk itulah diperlukan suatu pengendalian kerja sehingga tujuan individu dapat selaras dengan tujuan organisasi. Salah satu alat untuk mencapai tujuan tersebut adalah adanya sistem pengendalian manajemen yang baik.

Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju. Hal itu terbukti dari banyaknya industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam


(17)

produk, dengan demikian kebutuhan akan faktor-faktor produksi menjadi bertambah banyak. Di lain pihak kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kegiatan produksi. Perusahaan mengadakan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan sistem pengendalian bahan baku sebagai bagian yang sangat penting dalam perusahaan. Pada akhirnya sistem pengendalian bahan baku ini harus diselaraskan dengan semua unsur perusahaan.

Pentingnya pengendalian bahan baku dikarenakan dalam pelaksanaan kegiatan produksi barang harus ada bahan baku, oleh karena itu di dalam dunia usaha masalah bahan baku merupakan masalah yang sangat penting. Agar jangan sampai terjadi keterlambatan ketersediaan bahan baku, maka harus diadakan penentuan persediaan bahan baku secara baik.

Perusahaan akan menghadapi berbagai konsekuensi dalam mencapai tujuannya yang berkaitan dengan bahan baku, yaitu harus menanggung biaya maupun risiko yang berkaitan dengan persediaan. Terjadinya kekurangan persediaan bahan baku atau tidak adanya bahan baku pada saat dibutuhkan dapat menyebabkan jalannya aktivitas produksi terhenti, sebaliknya terlampau banyaknya persediaan bahan baku akan mengakibatkan tertahannya modal secara tidak produktif, sehingga hal ini merupakan salah satu faktor kerugian bagi perusahaan.

PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) merupakan perusahaan manufaktur yang merupakan industri hulu. PT INALUM mengolah bahan


(18)

baku berupa Alumina (Al2O3), Aluminium Flouride (Alf3), Cokes dan Coal Tar Pitch menjadi barang jadi berupa aluminium ingot primer. Bahan baku yang dibutuhkan oleh PT INALUM sebagian besar dibeli dari luar negeri, misalnya dari Jepang, Cina, Argentina, dan lain-lain, namun ada pula yang dibeli dari dalam negeri. PT INALUM selalu memiliki stock minimum bahan baku digudangnya, sehingga mereka tidak pernah mengalami kekurangan bahan baku, namun walaupun begitu, PT INALUM tetap harus memperkirakan kapan mereka akan melakukan pembelian dengan baik dan harus pada jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat.

PT INALUM telah menggunakan sistem akuntansi pusat pertanggungjawaban yang terdapat dalam tiap divisi. Setiap divisi terdiri dari beberapa departemen dan tiap departemen terdiri dari beberapa seksi. Masing-masing manajer pada perusahaan ini memimpin satu seksi dan bertanggungjawab atas seksi yang dipimpinnya. Tiap manajer bertanggungjawab untuk mengendalikan biaya-biaya dan akan mempertanggungjawabkannya pada bagian planning perusahaan.

Suatu sistem pengendalian manajemen dibutuhkan dalam setiap bagian perusahaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal ini dimaksudkan bahwa sistem pengendalian manajemen yang ada, tidak hanya dilakukan pada aspek-aspek yang bersifat keorganisasian saja, atau hanya pada aspek-aspek yang memberi pemasukan saja, tetapi juga pada aspek-aspek yang memberikan beban pengeluaran bagi perusahaan.


(19)

Salah satu bagian yang menjadi sumber pengeluaran yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan adalah dalam hal persediaan bahan baku. Dalam hal ini sangat penting bagi perusahaan untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan bahan baku agar tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, terjamin kontinuitasnya, serta efektif dan efisien.

Pentingnya pengendalian persediaan, mendorong penulis untuk mengetahui bagaimana penyediaan persediaan bahan baku yang dilakukan oleh PT INALUM dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen, sehingga akan memberikan pemahaman lebih mengenai keunggulan dan kelemahan dari sistem itu, melalui penulisan skripsi yang berjudul : Evaluasi Penyediaan Bahan Baku Dalam Kaitannya Dengan Sistem Pengendalian Manajemen pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) ”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba merumuskan masalah yang menjadi dasar dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut : ”Bagaimana penyediaan bahan baku yang dilakukan PT INALUM dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyediaan bahan baku dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen pada PT Inalum.


(20)

D. Manfaat Penelitian

Selain tujuan, penulisan skripsi ini juga memiliki manfaat penelitian, antara lain :

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memperdalam pengetahuan peneliti tentang evaluasi penyediaan bahan baku dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen.

2. Bagi PT Inalum, memberikan sumbangan masukan bagi manajemen yang berguna untuk memperbaiki kebijakan perusahaan atas pengendalian persediaan.

3. Bagi pihak lain, sebagai bahan acuan bagi penulis lainnya yang akan melakukan ataupun yang akan melanjutkan penelitian sesuai dengan judul skripsi ini.

E. Kerangka Konseptual Penelitian

PT INALUM

PERENCANAAN STRATEGIS

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

PENYEDIAAN BAHAN BAKU


(21)

Beberapa buku acuan telah menjelaskan mengenai persediaan bahan baku dan sistem pengendalian manajemen yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Selanjutnya data yang diperoleh dari PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) akan dianalisis, untuk meneliti apakah penyediaan persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen telah dilaksanakan secara efektif dan efisien atau tidak.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGENDALIAN BAHAN BAKU

1. Pengertian Perencanaan dan pengendalian Produksi

Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/jasa. Menurut Ilmu Ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang. Pengertian produksi dapat pula diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi yang menghasilkan barang dan jasa disebut produsen. Dari pengertian tersebut jelas bahwa kegiatan produksi mempunyai tujuan yang meliputi:

1. Menghasilkan barang atau jasa.

2. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa. 3. Meningkatkan kemakmuran masyarakat. 4. Meningkatkan keuntungan.

5. Memperluas lapangan usaha.

Berdasarkan pengertian dan tujuan dari kegiatan produksi tentunya manusia berusaha agar apa yang merupakan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi secara baik atau mendekati kemakmuran. Dalam kegiatan produksi tentunya membutuhkan unsur-unsur yang diperlukan dalam proses produksi


(23)

yang disebut faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi itu antara lain adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, sumberdaya pengusaha. Faktor-faktor produksi tersebut akan dimasukkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang jadi atau jasa.

Perusahaan harus melakukan perencanaan untuk mempersiapkan ataupun menggunakan faktor-faktor produksi tersebut. Perencanaan adalah fungsi manajemen yang paling pokok dan sangat luas yang meliputi perkiraan dan perhitungan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang mengikuti suatu urutan tertentu. Perencanaan merupakan salah satu sarana manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, karena itu, setiap tingkat manajemen dalam organisasi sangat membutuhkan aktivitas perencanaan. Perencanaan juga merupakan fungsi memilih sasaran perusahaan secara kebijaksanaan, program dan pemilihan langkah-langkah apa yang harus dilakukan, siapa yang melakukan dan kapan aktivitasnya dilaksanakan. Dalam perencanaan produksi selalu menginginkan agar diperoleh perencanaan produksi yang baik namun merencanakan proses produksi bukanlah hal yang mudah karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya.

Perencanaan produksi (Production Planning) adalah salah satu dari berbagai macam bentuk perencanaan yaitu suatu kegiatan pendahuluan atas proses produksi yang akan dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Ditinjau dari bentuk industri, perencanaan produksi suatu perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya terdapat


(24)

perbedaan. Banyak hal yang menyebabkan perbedaan tersebut, bahkan pada perusahaan yang sejenis.

Tujuan produksi bagi perusahaan adalah barang dengan spesifikasi tertentu memenuhi permintaan pelanggan. Untuk mencapai tujuan, khususnya dalam perencanaan produksi dan pengendalian persediaan perusahaan perlu menyediakan fasilitas komunikasi dan sistem informasi yang mendukung sistem pengolahan data terdistribusi. Program aplikasi database management system yang terintegrasi dengan sistem lainnya di lingkungan perusahaan sehingga bagian perencanaan produksi dan pengendalian persediaan memiliki sarana yang cukup handal yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam waktu yang relatif singkat. Bagian perencanaan dengan mudah dapat mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam menyusun perencanaan produksi.

Dalam usaha mencapai tujuan perencanaan produksi terdapat berbagai macam permasalahan sesuai dengan proses yang akan dilaksanakan, kemudian dirumuskan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan secara efektif dan efisien serta bagaimana cara pengendaliannya. Keberhasilan dalam membuat perencanaan produksi dan pencapaiannya tidak hanya tergantung pada organisasi bagian perencanaan itu sendiri, melainkan sangat tergantung pada struktur organisasi secara keseluruhan dan sistem yang diterapkan.

Perencanaan produksi sangat tergantung pada kapasitas, jenis perusahaan, sumberdaya dan jenis produksi yang dikerjakan. Pengukuran keberhasilan perencanaan tidak tepat untuk dibandingkan dengan perusahaan


(25)

lain karena perbedaan kelengkapan, kapasitas dan sumberdaya apalagi jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak sejenis. Faktor penting dalam melakukan pengukuran adalah standar produksi meliputi waktu, mutu, jumlah yang dapat dihasilkan berdasarkan penelitian yang dilakukan pada jangka waktu tertentu di perusahaan. Pengukuran perlu dilakukan secara terus-menerus sehingga keputusan yang diambil untuk pengembangan jangka panjang mempunyai dasar yang objektif.

2. Pengertian dan Jenis-Jenis Persediaan

Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut. Jika bahan baku yang tersedia di gudang terlalu banyak, maka akan menyebabkan biaya atas persediaan yang semakin meningkat, sedangkan apabila persediaan bahan baku terlalu sedikit, maka akan menghambat perusahaan memenuhi permintaan dari pelanggan.

Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur). Pada perusahaan dagang hanya ada satu persediaan, yaitu persediaan barang dagangan (Inventory), sedangkan pada


(26)

perusahaan manufaktur ada tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku (Raw Material), persediaan barang dalam proses (goods in process/work in process), dan persediaan barang jadi (finished goods).

Menurut Prasetyo (2006), “Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal, termasuk barang yang dalam pengerjaan/ proses produksi menunggu masa penggunaannya pada proses produksi”.

Menurut Warren Reeve (2005:452), “Persediaan juga didefenisikan sebagai aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi atau yang dalam perjalanan dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”.

Menurut Stice dan Skousen (2004:654), “Persediaan adalah istilah yang diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan atau aktiva yang dimasukkan secara langsung atau tidak langsung ke dalam barang yang akan diproduksi dan kemudian dijual”.

Dengan kata lain persediaan adalah suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu dari sumber daya yang ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun ada masalah lain.

Menurut Stice dan Skousen (2004:654), “Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi”. Persediaan bahan baku dapat juga diartikan sebagai barang yang dimiliki oleh


(27)

perusahaan yang akan dimasukkan dalam proses produksi sehingga pada akhirnya akan menjadi barang jadi.

Persediaan berfungsi untuk menghubungkan operasi perusahaan dengan pembelian bahan baku untuk selanjutnya diolah menjadi barang atau jasa yang kemudian diarahkan pada konsumen. Dengan demikian adanya persediaan memungkinkan terlaksananya operasi produksi bagi perusahaan.

Menurut Hansen dan Mowen (2001:585) paling sedikit ada tiga alasan perlunya bahan baku bagi perusahaan yaitu :

1. Adanya unsur ketidakpastian pesanan (permintaan yang mendadak). 2. Adanya unsur ketidakpastian pasokan dari supplier.

3. Adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu.

Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan harus mampu untuk mengantisipasinya. Antisipasi tersebut berkaitan erat dengan tujuan diadakannya persediaan bahan baku, yaitu :

1. Untuk memberikan layanan yang baik pada pelanggan. 2. Untuk memperlancar proses produksi.

3. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan.

Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan, yaitu : 1. Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi.

2. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.

3. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah yang banyak ada diskon.


(28)

4. Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga.

5. Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan pengiriman.

6. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.

3. Biaya-Biaya yang Terkait dengan Persediaan

Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian, persiapan, dan penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku atau barang yang diperoleh untuk dijual kembali, biaya termasuk harga pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang terjadi sampai barang siap untuk dijual.

Masalah penentuan besarnya persediaan sangatlah penting bagi perusahaan, karena persediaan memiliki efek langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi (yang ditanamkan) dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku dalam jumlah yang terlalu besar dibanding kebutuhan perusahaan akan meningkatkan beban bunga, biaya pemeliharaan dan penyimpanan dalam gudang serta kemungkinan terjadinya penyusutan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga akan mengurangi keuntungan perusahaan. Begitu pula sebaliknya, jika persediaan terlalu kecil akan menghambat proses produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugiaan.


(29)

Cara penyelengaraan bahan baku pada setiap perusahaan itu berbeda-beda, baik dalam jumlah unit persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan, waktu penggunaannya, maupun jumlah biaya untuk membeli bahan baku tersebut.

Menurut Hansen dan Mowen (2001:584), adapun biaya yang timbul karena persediaan adalah:

1. Biaya penyimpanan

Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan. Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas persediaan semakin banyak.

2. Biaya pemesanan

Setiap kali suatu bahan baku dipesan, perusahaan harus menanggung biaya pemesanan. Biaya pemesanan total per periode sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per pesanan.

3. Biaya penyiapan

Biaya penyiapan diperlukan apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri. Biaya penyiapan total per periode adalah jumlah penyiapan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per penyiapan.

4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan.

Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan proses produksi. Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek terutama dalam kenyataan bahwa biaya ini merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara objektif.

4. Sistem Pencatatan Persediaan

Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metode periodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap jenis persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodik disebut juga metode fisik. Dikatakan demikian karena pada akhir periode


(30)

dihitung fisik barang untuk mengetahui persediaan akhir yang nantinya akan dibuat jurnal penyesuaian.

Terdapat beberapa perbedaan pencatatan ayat jurnal diantara kedua metode tersebut. Pada sistem perpetual, diperlukan ayat jurnal tambahan untuk mencatat harga pokok penjualan dari persediaan yang terjual, sedangkan dalam sistem periodik, harga pokok penjualan tidak dicatat pada saat terjadi penjualan. Perbedaan yang lain adalah dalam sistem perpetual pada saat terjadi pembelian, maka debit untuk pembelian persediaan adalah ke akun persediaan, sedangkan pada sistem periodik yang harus didebit adalah akun pembelian.

Tabel 2.1

Perbandingan Sistem Periodik dan Sistem Perpetual

Sistem Periodik Sistem Perpetual

Jurnal untuk pembelian

Pembelian $ 50000 Persediaan $ 50000

Utang usaha $ 50000 Utang usaha $50000

Jurnal untuk penjualan

Piutang usaha $ 60000 Piutang usaha $ 60000

Penjualan $ 60000 Penjualan $60000

Harga Pokok

Penjualan

$ 40000

Persediaan $40000 Sumber: Stice dan Skousen, 2004

Pada akhir periode akuntansi, total biaya persediaan harus dialokasikan ke persediaan yang masih ada dan ke persediaan yang terjual selama periode tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan penilaian terhadap persediaan. Ada beberapa alasan dilakukannya penilaian terhadap persediaan yaitu untuk


(31)

membandingkan antara biaya dengan pendapatan sehingga dihasilkan laba dan untuk menyajikan nilai persediaan didalam neraca dan juga untuk memberikan informasi kepada investor dalam memprediksi arus kas dimasa yang akan datang karena persediaan merupakan sumber yang akan mendukung arus kas dan jumlah persediaan yang akan terjual pada masa yang akan datang dan juga akan mempengaruhi kas keluar.

Menurut Stice dan Skousen (2004:667), ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang umum digunakan, yaitu :

a. Identifikasi khusus.

b. Biaya Rata-Rata (Average)

c. Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO) d. Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO)

Setiap metode memiliki karakteristik khusus. Keempat metode tersebut memiliki fakta yang sama bahwa biaya persediaan dialokasikan ke laporan laba-rugi dan neraca. Hanya metode identifikasi khusus yang menentukan alokasi biaya berdasarkan arus persediaan fisik. Apabila unsur persediaan individual, seperti mobil, tidak dapat didefenisikan dengan jelas, maka unsur biaya persediaan dapat dipertukarkan. Oleh karena itu, penekanan dalam penilaian persediaan biasanya terletak pada alokasi biaya akuntansi, bukan pada arus fisiknya.


(32)

a. Identifikasi Khusus

Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan untuk mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang.

Metode identifikasi khusus bukan merupakan metode yang praktis kecuali masing-masing persediaan dapat diidentifikasi secara akurat. Dari sudut pandang teoritis, metode ini sangat menarik, terutama apabila setiap unit memiliki keunikan dan biaya yang tinggi. Tetapi untuk unit yang dibeli terdiri dari berbagai jenis yang identik dan dengan harga yang berbeda-beda maka metode ini menjadi tidak praktis. Oleh karena itu metode ini paling jarang digunakan oleh perusahaan-perusahaan.

b. Metode Biaya Rata-Rata (Average)

Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. Metode rata-rata mengutamakan yang mudah terjangkau untuk dilayani, tidak peduli apakah barang tersebut masuk pertama atau masuk terakhir.

Metode biaya rata-rata dianggap sebagai yang realistis dan paralel dengan arus fisik barang, khususnya ketika ada pencampuran dari unit


(33)

persediaan yang identik. Pendekatan metode rata-rata memberikan nilai yang sama untuk unsur serupa dengan penggunaan yang sama. Tetapi keterbatasan dari metode ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat kenaikan atau penurunan yang cepat.

Jika metode ini digunakan pada sistem perpetual maka biaya rata-rata per unit dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Biaya per unit kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan dan sampai pembelian berikutnya dilakukan baru dihitung rata-ratanya.

Apabila metode rata-rata digunakan pada sistem periodik maka biaya dibandingkan dengan pendapatan sesuai rata-rata per unit harga pokok penjualan. Metode ini disebut juga metode rata-rata tertimbang. Rata-rata tertimbang dapat dihitung dengan membagi total biaya dari setiap barang yang tersedia untuk dijual selama satu periode. Dalam penggunaan metode rata-rata, pada umumnya memberikan nilai persediaan yang sama dengan FIFO, karena nilai rata-rata sangat dipengaruhi oleh nilai sekarang.

Contoh :

1 Jan Persediaan: 200 unit @ $9 $ 1800 10 Jan Pembelian: 300 unit @ $10 3000 21 Sep Pembelian: 400 unit @ $11 4400 18 Nov Pembelian: 100 unit @ 12 1200 Tersedia untuk dijual 1000 unit $10400

Persediaan yang tersedia pada 31 Desember adalah 300 unit. Biaya rata-rata per unit : $10400/1000 unit = $10,4


(34)

Harga pokok penjualan : 700 unit × $10,4 = $7280 Biaya untuk persediaan akhir: $10400 - $7280 = $ 3120

c. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO)

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang terlebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, didalam FIFO unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian diakhir periode.

Contoh : (perpetual)

1 Januari Persediaan:10 unit $ 20

4 Januari Penjualan: 7 unit

10 Januari Pembelian: 8 unit $ 21

22 Januari Penjualan: 4 unit 28 Januari Penjualan: 2 unit


(35)

Tabel 2.2 Metode FIFO

Pembelian Harga Pokok Penjulan Persediaan

Tanggal Jumlah Biaya

Per unit

Total

Biaya Jumlah

Biaya Per Unit

Total

Biaya Jumlah

Biaya Per Unit

Total Biaya

1 Jan 10 20 200

4 7 20 140 3 20 60

10 8 21 168 3 20 60

8 21 168

22 3 20 60

1 21 21 7 21 147

28 2 21 42 5 21 105

30 10 22 220 5 21 105

10 22 220

Sumber: Warren Reeve Fess, 2005

Biaya persediaan akhir 31 Januari = $ 325 Harga pokok penjualan = $ 263

Jika dengan menggunakan sistem periodik :

1 Jan Persediaan: 10 unit @ $ 20 $ 200 10 Pembelian: 8 unit @ $ 21 $ 168 30 Pembelian: 10 unit @ $ 22 $ 220 Tersedia untuk dijual 28 unit $ 588 Biaya paling awal, 1 Jan: 10 unit @ $ 20 $ 200 Biaya paling awal, 10 Jan: 3 unit @ $ 21 $ 63

Harga pokok penjualan 13 unit $ 263

Penggunaan FIFO dalam periode dimana terjadi kenaikan harga mengaitkan persediaan paling lama yang berbiaya rendah dengan harga jual yang meningkat, sehingga memperbesar margin kotor. Namun, tingginya laba kotor yang dihasilkan hanya bersifat sementara karena nilai persediaan harus diganti dengan harga yang terus meningkat. Di periode dimana terjadi


(36)

harga jual yang menurun, sehingga memperkecil margin kotor. Dengan menggunakan FIFO, persediaan yang dilaporkan di neraca, nilainya akan mendekati atau sama dengan biaya yang sekarang.

d. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO)

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. Metode LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah laba kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan akhir yang lebih rendah. Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil terhadap margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga LIFO mengaitkan biaya yang tinggi saat ini dalam perolehan barang-barang dengan harga jual yang meningkat, dengan menggunakan LIFO, persediaan dilaporkan dengan menggunakan biaya dari pembelian awal. Jika LIFO digunakan dalam waktu yang lama, maka perbedaan antara nilai persediaan saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar.

Contoh : Dengan menggunakan data persediaan dan pembelian yang sama dengan contoh diatas maka dapat ditentukan harga pokok penjualan.


(37)

Tabel 2.3

Metode LIFO(Sistem Perpetual)

Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan

Tanggal Jumlah Biaya

per Unit

Total

biaya Jumlah

Biaya Per Unit

Total

Biaya Jumlah

Biaya Per Unit

Total Biaya

1 Jan 10 20 200

4 7 20 140 3 20 60

10 8 21 168 3 20 60

8 21 168

22 4 21 84 3 20 60

4 21 84

28 2 21 42 3 20 60

2 21 42

30 10 22 220 3 20 60

2 21 42

10 22 220

Sumber: Warren Reeve fess, 2005

Sistem Periodik

Biaya paling akhir, 30 Jan: 10 unit @ $ 22 $ 220 Biaya paling akhir berikutnya, 3 Jan: 3 unit @ $ 21 $ 63

Harga pokok penjualan 13 unit $ 283

Biaya merupakan dasar utama untuk penilaian persediaan. Namun, dalam beberapa kasus, persediaan juga dapat dinilai selain berdasarkan biaya. Hal ini dapat terjadi apabila (1) biaya penggantian persediaan lebih rendah daripada biaya yang tercatat, (2) persediaan tidak dapat dijual pada harga jual normal karena cacat, usang, perubahan gaya atau karena penyebab lainnya.


(38)

a. Penilaian mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar (LOCOM)

Metode ini memberikan arti bahwa aktiva dicatat pada nilai yang lebih rendah antara biaya dengan harga pasarnya. Harga pasar yang digunakan dalam metode ini adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan. Nilai ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. LOCOM memiliki pengaruh terhadap pengakuan atas penurunan yang belum direalisasi dalam nilai aktiva, tetapi tidak atas peningkatan yang belum direalisasi. Dalam menerapkan aturan yang lebih rendah antara biaya dan nilai pasar, harga persediaan akhir yang ditentukan dengan metode alokasi biaya yang sesuai, dibandingkan dengan nilai pasar di akhir periode. Bila nilai pasar lebih kecil daripada biaya, akan dibuat ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat kerugian dan menyatakan kembali persediaan pada nilai yang lebih rendah.

b. Penilaian pada nilai realisasi bersih

Pada perusahaan sering sekali terdapat barang dagang yang sudah usang, rusak ataupun catat, yang hanya bisa dijual dibawah harga pasar maka harus diturunkan nilainya. Hal ini dapat dilakukan dengan metode penilaian pada nilai realisasi bersih, yaitu estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung.

Perusahaan mungkin perlu mengetahui jumlah persediaan apabila pencatatan persediaan perpetual tidak dilakukan dan tidak praktis untuk


(39)

melakukan perhitungan fisik. Sebagai contoh, perusahaan yang menggunakan sistem persediaan periodik mungkin perlu membuat laporan laba rugi bulanan, tetapi melakukan perhitungan fisik persediaan setiap bulan mungkin tidak ekonomis (terlalu mahal). Selain itu jika terjadi bencana seperti kebakaran yang menghancurkan persediaan, maka jumlah kerugian harus ditentukan. Dalam kasus ini, perhitungan fisik akan sulit dilakukan, dan mungkin catatan secara perpetual sudah terbakar. Jika ini terjadi, maka biaya persediaan dapat diestimasikan dengan menggunakan :

1. Metode Eceran

Metode persediaan eceran mengestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan antara harga pokok barang dagang yang tersedia untuk dijual dengan harga eceran dari barang yang sama. Untuk dapat menggunakan metode ini, harga eceran dari semua barang dagang harus ditetapkan dan ditotalkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari harga barang eceran yang tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalikan persediaan eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual (eceran) barang dagang yang tersedia untuk dijual, seperti contoh dibawah ini:


(40)

Harga Pokok

Harga Eceran Persediaan barang dagang, 1 Januari $ 19400 $ 36000

Pembelian bulan Januari (bersih) 42600 64000

Barang yang tersedia untuk dijual $ 62000 $ 100000 Rasio biaya terhadap harga eceran: $ 62000 : $ 100000 = 62%

Penjualan bulan Januari (bersih) $ 70000

Persediaan barang dagang, 31 Januari pada eceran $ 30000 Persediaan barang dagang, 31 Januari pada estimasi

biaya ($ 30000 × 62%) $ 18600

2. Metode laba kotor

Metode laba kotor (gross profit method) menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode yang dimaksud untuk mengestimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimasikan dari tingkat aktual dari tahun sebelumnya, disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam harga pokok dan harga jual selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba kotor, jumlah dolar penjualan untuk suatu periode dapat dibagi ke dalam dua komponen: (1) laba kotor dan (2) harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk dijual untuk mendapatkan estimasi harga pokok persediaan. Seperti contoh dibawah ini :

Persediaan barang dagang, 1 Januari $ 57000

Pembelian selama Januari (bersih) 180000

Barang yang tersedia untuk dijual $ 237000

Penjualan selama Januari (bersih) $ 250000 Dikurangi estimasi laba kotor (30%×$ 250000) (75000)

Estimasi harga pokok penjualan (175000)


(41)

5. Akibat dari Kesalahan Mencatat Persediaan

Setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi baik neraca maupun laba rugi. Dampak pada laba rugi biasanya sulit dievaluasi karena terdapat beberapa nilai yang berbeda yang dapat dipengaruhi oleh satu kesalahan. Misalnya, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan menyebabkan kesalahan penyajian saldo persediaan akhir, aktiva lancar, dan total aktiva pada neraca. Hal ini terjadi karena perhitungan fisik atas persediaan merupakan dasar dalam pembuatan jurnal penyesuaian untuk penyusutan persediaan. Kesalahan perhitungan fisik persediaan juga akan menyebabkan kesalahan dalam menentukan harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih dalam laporan laba rugi. Kemudian laba bersih akan dimasukkan pada laporan ekuitas pemilik sebagai penambahan atas modal awal pemilik, sehingga akan menghasilkan penyajian yang salah atas modal akhir pemilik. Kesalahan perhitungan fisik persediaan biasanya baru terdeteksi pada periode setelah kesalahan itu terjadi. Oleh karena itu harus dilakukan koreksi untuk laporan keuangan tahun sebelumnya.

Terkadang satu kesalahan dapat mempengaruhi dua nilai secara sedemikian rupa sehingga keduanya dapat saling meniadakan. Misalnya, dalam pembelian persediaan dalam perjalanan tidak dicatat sebagai pembelian dan juga tidak dicatat sebagai persediaan akhir. Maka dalam hal ini, pembelian akan dinyatakan terlalu rendah dan akan menyebabkan barang yang tersedia untuk dijual dicatat terlalu rendah, namun persediaan akhir yang dicatat terlalu rendah akan menyebabkan kesalahan itu dapat saling meniadakan bila


(42)

dikurangkan dengan barang yang tersedia untuk dijual, dan akan menghasilkan harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih yang benar. Namun, walaupun begitu, persediaan dan utang usaha akan dicatat terlalu rendah di neraca.

Persediaan akhir disatu periode akan menjadi persediaan awal pada periode selanjutnya, maka kesalahan pencatatan persediaan akan mempengaruhi pencatatan dua periode akuntansi. Jika kesalahan itu tetap tidak terdeteksi maka kesalahan itu dapat saling meniadakan dalam metode FIFO dan metode rata-rata, namun pada metode LIFO, kesalahan itu akan terus berlanjut.

6. Pengendalian Persediaan

Persediaan bahan baku dianggap sebagai bagian yang sangat penting dalam perusahaan karena adanya ketidakpastian persediaan, yaitu diperlukannya bahan baku untuk menjaga agar kegiatan produksi tetap berjalan lancar jika pengiriman datang terlambat atau jika tidak ada pengiriman sama sekali. Proses produksi yang tidak dapat diandalkan dapat juga menciptakan permintaan untuk memproduksi persediaan ekstra. Misalnya, suatu perusahaan memutuskan untuk memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan karena proses produksi sering sekali menghasilkan produk-produk yang tidak seragam dalam jumlah yang cukup besar. Fungsi dasar pengendalian persediaan baik bahan baku, barang dalam proses maupun barang jadi banyak sekali. Fungsi tersebut


(43)

meliputi proses berurutan mulai dari timbulnya kebutuhan, pembelian, pengolahan, pengiriman. Permasalahan utama persediaan yang timbul yaitu bagaimana fungsi tersebut dapat mengatur persediaan sehingga setiap permintaan dapat dilayani akan tetapi biaya persediaan harus minimum. Bila persediaan cukup banyak, permintaan dapat segera dilayani akan tetapi menyebabkan biaya penyimpanan barang tersebut akan menjadi sangat mahal. Dengan memperhatikan hal tersebut diambil keputusan untuk menentukan nilai persediaan.

Persediaan juga dibutuhkan untuk tetap dapat mensuplai kebutuhan barang bagi pelanggan dan proses produksi jika proses tersebut terhenti karena kegagalan mesin. Akhirnya perusahaan juga mungkin akan membutuhkan persediaan dalam jumlah yang besar untuk mengambil keuntungan jika terjadi pemotongan jumlah produksi atau untuk antisipasi jika terjadi kenaikan harga. Perusahaan harus dapat menentukan kebijakan yang tepat agar kegiatan yang ada dalam perusahaan tidak akan terganggu. Perusahaan harus dapat menentukan berapa banyak jumlah bahan baku yang harus dipesan atau untuk digunakan dalam proses produksi dan kapan seharusnya pemesanan itu dilakukan atau kapan perencanaan persediaan dilakukan. Beberapa kebijakan dapat ditentukan oleh perusahaan dengan menentukan kuantitas pesanan ekonomis, titik pemesanan kembali, stock minimum yang harus dimiliki oleh perusahan, termasuk jangka waktu untuk memesan persediaan.


(44)

Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity-EOQ)

Model ini merupakan model pengendalian persediaan yang paling tua dan paling terkenal. Didasarkan pada asumsi-asumsi:

1. Permintaan diketahui dan bersifat konstan.

2. Lead time yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan, diketahui dan konstan.

3. Permintaan diterima dengan segera. 4. Tidak ada diskon.

5. Biaya yang terjadi hanya biaya set up atau pemesanan diketahui dan bersifat konstan.

6. Tidak terjadi kehabisan stock.

Misalkan permintaan diketahui. Dalam memilih jumlah pesanan atau jumlah produksi, para manajer harus memfokuskan dirinya hanya pada biaya pemesanan (perencanaan persediaan) dan biaya penyimpanan. Total biaya pemesanan (perencanaan persediaan) dan biaya penyimpanan dapat dijelaskan melalui persamaan berikut ini :

TC = PD : Q + CQ : 2

= Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan Dimana:

TC =Total biaya pemesanan (atau perencanaan) dan biaya penyimpanan

P = Biaya penempatan dan penerimaan pesanan (atau biaya mempersiapkan produksi)

Q = Jumlah unit yang dipesan setiap kali dilakukan pemesanan (atau jumlah unit yang diproduksi)

D = Permintaan tahunan yang diketahui


(45)

Biaya penyimpanan persediaan dapat dihitung oleh setiap perusahaan yang menyimpan persediaan. Tentu saja, model biaya persediaan yang menggunakan biaya perencanaan persediaan dan ukuran jumlah produksi sebagai input hanya berlaku bagi perusahaan yang memproduksi sendiri persediaannya (barang jadi atau setengah jadi). Sebagai contoh, suatu perusahaan jasa yang mengurus surat jaminan atau garansi bagi produser-produser bersar dan perusahaan rekaman. Diasumsikan bahwa nilai-nilai berikut ini berlaku untuk memperbaiki alat perekam video (sebagian dibeli dari suplier eksternal):

D = 25000 unit Q = 500 unit

P = $ 40 per pesanan C = $ 2 per unit

Untuk mengetahui jumlah pesanan per tahun dapat digunakan rumus : Jumlah pesanan per tahun = 25000 : 500

= 50 unit

Total biaya pemesanan dapat dihitung dengan mengalikan jumlah pesanan pertahun dengan biaya untuk menempatkan dan menerima pesanan. Total biaya pemesanan = D : Q × P

= 50 × $ 40 = $ 2000

Total biaya penyimpanan untuk tahun terkait didapat dengan CQ : 2, persamaan ini sama dengan mengalikan jumlah rata-rata persediaan di tangan (Q:2) dengan biaya penyimpanan per unit (C). Untuk pesanan 500 unit dengan


(46)

biaya penyimpanan $ 2 per unit, nilai persediaan rata-rata adalah 250 unit (500 : 2) dan biaya penyimpanan untuk tahun tersebut adalah $ 500 ($2 × 250). (Asumsi nilai rata-rata persediaan Q : 2 ekuivalen dengan asumsi bahwa persediaan dipakai seluruhnya).

Berdasarkan contoh diatas total biaya adalah $ 2500 ($2000 + $500). Suatu pesanan berjumlah 500 dengan total biaya $ 2500 bukan merupakan pilihan yang terbaik. Beberapa jumlah pesanan yang lain mungkin menghasilkan biaya yang lebih rendah. Tujuannya adalah mencari total pemesanan yang meminimalkan total biaya. Jumlah atau kuantitas pesanan ini disebut dengan Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ). Model EOQ merupakan contoh dari sistem persediaan tekanan. Dalam sistem tekanan, akuisisi persediaan dimulai dengan tindakan antisipasi terhadap permintaan dimasa yang akan datang, bukan karena reaksi terhadap permintaan saat ini. Persamaan yang digunakan untuk menghitung EOQ adalah:

Q = EOQ = (2DP):C

Dengan menggunakan data dari contoh diatas, EOQ dapat dihitung dengan persamaan diatas :

EOQ = (22500040):2 = 1000000

= 1000

Mengganti 1000 sebagai nilai Q dalam persamaan untuk menghitung total biaya akan menghasilkan total biaya sebesar $ 2000. Jumlah pesanan akan menjadi 25 (25000 : 1000), oleh karena itu, total biaya pesanannya


(47)

adalah $1000 (25 × $40). Jumlah persediaan rata-rata adalah 500 unit (1000 : 2), dengan total biaya penyimpanan $1000 (500 × $2). Pada contoh diatas biaya pemesanan ekuivalen dengan biaya penyimpanan. Pada contoh perhitungan EOQ diatas, bahwa untuk kuantitas pesanan sejumlah 1000 biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada kuantitas pesanan sejumlah 500.

Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)

EOQ telah menjawab pertanyaan berapa banyak persediaan yang harus dipesan (atau diproduksi). Mengetahui kapan melakukan pemesanan (atau menetapkan waktu produksi) juga merupakan hal yang penting dalam setiap kebijakan persediaan. Titik pemesanan ulang merupakan titik waktu dimana pesanan baru (atau produksi baru) harus dilakukan. Titik waktu ini merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu, dan tingkat dimana persediaan sudah habis. Waktu tunggu merupakan waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis ketika suatu pesanan dilakukan atau ketika produksi dimulai.

Menghindari biaya kekurangan persediaan dan meminimalkan biaya penyimpanan sangat penting dilakukan dan suatu pesanan harus dilakukan sehingga pesanan itu tiba ketika unit terakhir dari persediaan digunakan. Mengetahui tingkat pemakaian dan waktu tunggu membuat kita dapat menghitung titik pemesanan kembali yang dapat memenuhi tujuan-tujuan tersebut.


(48)

Data pada contoh diatas dapat digunakan untuk menghitung titik pemesanan ulang. Misalkan kegiatan memperbaiki menggunakan 100 suku cadang per hari dan bahwa waktu tunggunya adalah 4 hari. Jika demikian, suatu pemesanan harus dilakukan ketika tingkat persediaan menurun hingga 400 unit (100 × 4).

Jika permintaan suku cadang atau produk tidak diketahui secara pasti, kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan muncul. Misalkan, jika suku cadang digunakan pada tingkat 120 unit suku cadang per hari dan bukannya 100 unit, perusahaan akan menggunakan 400 unit suku cadang setelah tiga dan satu pertiga hari. Jika pesanan baru tidak diterima hingga akhir hari keempat, maka kegiatan reparasi yang membutuhkan suku cadang ini akan terhenti selama dua pertiga hari. Untuk menghindari masalah ini, perusahaan sering sekali memilih untuk menyimpan persediaan pengaman (safety stock).

Persediaan Pengaman (safety stock) merupakan persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan dalam menghadapi permintaan yang berubah-ubah. Persediaan pengaman dihitung dengan mengalikan waktu tunggu dengan selisih antara tingkat maksimum pemakaian dan tingkat rata-rata penggunaan. Misalkan, jika pemakaian maksimum rata-rata adalah 100 unit per hari, dan waktu tunggunya adalah empat hari, persediaan pengaman dapat dihitung : Pemakaian maksimum 120

Pemakaian rata-rata (100)

Selisih 20

Waktu tunggu × 4


(49)

Dengan adanya persediaan pengaman, titik pemesanan ulang dapat dihitung sebagai berikut :

Titik pemesanan ulang = (tingkat pemakaian rata-rata × waktu tunggu) + persediaan pengaman

= (100 × 4) + 80 = 480 unit Contoh untuk perusahaan manufaktur:

Sebuah perusahaan manufaktur pertanian yang besar yang memiliki pabrik-pabriknya diseluruh wilayah negara. Setiap pabrik memproduksi alat-alat yang diperlukan untuk merakit peralat-alatan pertanian tertentu. Salah satu pabrik yang besar memproduksi pembajak tanah. Manajer pabrik tersebut sedang berusaha menentukan jumlah produksi yang harus dilakukan untuk bagian pembuatan mata pisau. Ia yakin bahwa jumlah produksi saat ini terlalu besar dan ingin mengindentifikasi kuantitas yang harus diproduksi untuk meminimalkan total biaya penyimpanan dan perencanaan persediaan. Ia juga ingin menghindari persediaan pengaman, karena persediaan pengaman akan menutup departemen perakitan. Data-data yang tersedia :

Permintaan rata-rata untuk mata pisau 320 per hari Permintaan maksimum untuk mata pisau 340 per hari Permintaan tahunan untuk mata pisau 80000 Biaya penyimpanan per unit $ 5 Biaya perencanaan per unit $ 12500

Waktu tunggu 20 hari

Berdasarkan data-data tersebut, kuantitas pemesanan ekonomis dan titik pemesanan ulang dengan menggunakan persamaan yang telah dijabarkan sebelumnya. Seperti yang ditunjukkan oleh perhitungan tersebut, mata pisau


(50)

akan dimulai ketika persediaan mata pisau menurun hingga 6800 unit, sesuai dengan perhitungan dibawah ini:

EOQ = (2DP:C)

= (28000012500):5 = 400000000

= 20000 mata pisau Persediaan pengaman:

Pemakaian maksimun 340 Pemakaian rata-rata 320

Selisih 20

Waktu tunggu ×20

Persediaan pengaman 400

B. TEORI PENGENDALIAN MANAJEMEN

1. Defenisi dan Tujuan Sistem Pengendalian Manajemen

Sistem pengendalian manajemen pada dasarnya merupakan suatu sistem yang digunakan oleh manajemen untuk membangun masa depan. Suatu pengendalian manajemen yang baik sangat dibutuhkan dalam organisasi dan harus sesuai dengan strategi manajemen. Pengendalaian manajemen dilaksanakan dalam suatu organisasi dengan tujuan tertentu, dan pelaksana yang memiliki tujuan pribadi. Dalam mengelola perusahaan yang relatif besar, manajemen memerlukan suatu sistem yang disebut sistem pengendalian manajemen.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:7), ”Sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk melaksanakan suatu atau sekelompok aktivitas”, sedangkan menurut Suadi Arief (2001:3), ”Sistem adalah


(51)

sekelompok komponen yang masing-masing saling menunjang, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan yang keseluruhannya merupakan suatu kesatuan”.

Suatu organisasi atau perusahaan harus ada yang dikendalikan untuk memastikan apakah tujuan perusahaan itu dapat tercapai atau tidak. Pada setiap kegiatan harus ada yang dikendalikan, sebab jika terjadi penyimpangan maka penyimpangan itu dapat segera dikoreksi. Menurut Supriyono (1999:73), ”Pengendalian menunjukkan monitoring dan evaluasi prestasi untuk menentukan tingkat kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”. Menurut Suadi Arief (2001:3), ”Pengendalian adalah proses untuk membuat organisasi mencapai tujuan”.

Pengendalian merupakan suatu proses untuk mengarahkan sumber daya ke arah tercapainya tujuan perusahaan. Pengendalian menjaga organisasi agar tetap bergerak ke arah yang benar yaitu tujuan perusahaan. Adapun tujuan pengendalian yang dilakukan oleh manajemen adalah menjamin bahwa apa yang ditetapkan pihak manajemen dapat dilaksanakan, menghindari terjadinya pemborosan dan sekaligus menjaga aset perusahaan. Pengendalian juga merupakan suatu proses yang sistematis. Langkah-langkah dalam proses pengendalian adalah:

1. Menetapkan standar dan metode untuk mengukur prestasi 2. Mengukur prestasi kerja

3. Menentukan apakah prestasi kerja memenuhi standar 4. Mengambil tindakan koreksi


(52)

Pengendalian memiliki beberapa elemen, yaitu:

1. Detektor (sensor) yaitu suatu alat atau perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan. 2. Assesor (penilai) yaitu suatu perangkat yang menentukan signifikan

dari peristiwa aktual dengan cara membandingkannya dengan standar.

3. Efektor yaitu suatu perangkat yang mengubah perilaku jika assesor mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan hal tersebut.

4. Jaringan komunikasi yaitu perangkat yang meneruskan informasi antara detektor dan assesor dan antara assesor dan effektor.

Gambar 2.1

Elemen-Elemen Proses Pengendalian

Sumber : Anthony dan Govindarajan, 2005

Suatu organisasi atau perusahaan terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama menurut aturan-aturan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam suatu oraganisasi diperlukan seorang pemimpin untuk mengatur

1. Detektor

Perusahaan yang sedang dikendalikan

Perangkat

Kendali 2. Assesor


(53)

kerjasama antar anggota organisasi dan bertanggungjawab atas pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dapat didefenisikan sebagai proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian pekerjaan. Namun dapat juga didefenisikan sebagai suatu proses untuk mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan. Demikian juga dalam perusahaan, suatu perusahaan tentunya ingin mencapai tujuan secara efektif dan efisien, oleh karena itu perusahaan harus memiliki pengendalian manajemen yang baik.

Menurut Suadi Arief (2001:6), ”Pengendalian manajemen adalah semua usaha untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan”, sedangkan menurut Anthony dan Govindarajan (2005:8), ”Pengendalian manajemen merupakan proses dengan mana para manajer mempengaruhi anggota organisasi untuk mengimplementasikan strategi organisasi”. Untuk dapat melakukan pengendalian manajemen yang baik maka dibutuhkan suatu sistem pengendalian manajemen atau disebut juga sistem perencanaan dan pengendalian manajemen.

Menurut Suadi Arief (2001:8):

”Sistem pengendalian manajemen adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa anak sistem yang saling berkaitan, yaitu: pemrograman, penganggaran, akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban untuk membantu manajemen mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan, agar dapat mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu secara efektif dan efisien.”


(54)

Menurut Armila (2006:104) :

”Sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan untuk mempengaruhi anggotanya serta untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam perusahaan telah sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ditentukan perusahaan termasuk didalamnya adalah penggunaan sumber daya lain yang dimiliki perusahaan agar digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Mulyadi dan Johny (2001:3), ”Sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem yang digunakan untuk merencanakan berbagai kegiatan perwujudan visi organisasi melalui misi yang telah dipilih dan untuk mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana kegiatan tersebut”. Dari defenisi-defenisi diatas, terdapat tiga frasa penting, yaitu :

1. Misi dan visi organisasi

2. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem perencanaan kegiatan

3. Sistem pengendalian manajemen merupakan implementasi dan pemantauan pelaksanaan rencana kegiatan

Tujuan utama dari sistem pengendalian manajemen adalah untuk memastikan (sejauh mana ditetapkan) keselaran tujuan semaksimal mungkin. Dalam proses untuk meraih keselarasan tujuan perusahaan, maka orang-orang dituntut untuk memadukan kepentingan-kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.

Pengendalian manajemen ini meliputi baik tindakan-tindakan untuk menuntun dan memotivasi usaha guna mencapai tujuan perusahaan maupun


(55)

tindakan untuk mengkoreksi hasil kerja yang tidak efektif dan tidak efisien. Sistem pengendalian yang dibutuhkan pada tiap perusahaan berbeda-beda, namun semuanya memiliki karakteristik yang sama, yaitu:

1. Sistem pengendalian manajemen difokuskan pada program dan pusat-pusat pertanggungjawaban

2. Informasi yang diproses pada sistem pengendalian manajemen terdiri atas dua macam yaitu:

a) Data yang terencana dalam bentuk program, anggaran, standar b) Data aktual mengenai apa yang telah atau sedang terjadi, baik

didalam maupun diluar organisasi.

3. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem organsisai total. Fungsinya adalah untuk membantu manajemen menjaga keseimbangan semua bagian operasi dan mengoperasikan organisasi sebagai suatu kesatuan yang terkoordinasi.

4. Sistem pengendalian manajemen biasanya berkaitan erat dengan struktur keuangan, dimana sumberdaya dan kegiatan-kegiatan organisasi dinyatakan dalam satuan moneter.

5. Aspek-aspek perencanaan dari sistem pengendalian manajemen cenderung meliputi pola dan jadwal tertentu.

6. Sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang terpadu dan terkoordinasi dimana data yang terkumpul untuk berbagai kegunaan dipadukan untuk saling dibandingkan setiap saat pada setiap unit organisasi.


(56)

Sistem pengendalian manajemen terdiri dari dua unsur, yaitu : struktur pengendalian manajemen dan proses pengendalian manajemen. Struktur pengendalian manajemen merupakan elemen-elemen yang membentuk sistem pengendalian manajemen yang terdiri atas pusat pertanggungjawaban dan ukuran prestasinya, sedangkan proses pengendalian manajemen adalah cara bekerjanya tiap pusat pertanggungjawaban dengan menggunakan informasi yang mengalir didalamnya. Maka, pemrograman dan penganggaran merupakan proses dari sistem pengendalian manajemen, sedangkan pertanggungjawaban merupakan struktur dari sistem pengendalian manajemen.

Pengendalian manajemen dapat dibahas dari segi strukturnya atau dari segi prosesnya. Dilihat dari segi strukturnya, pengendalian manajemen terdiri dari beberapa pusat pertanggungjawaban. Misalnya, komponen perusahaan seperti divisi, departemen, bagian, seksi, dan sebagainya, yang diberi tugas untuk mencapai sebagian atau beberapa tujuan perusahaan. Bentuk pertanggungjawaban dari pusat pertanggungjawaban adalah dalam bentuk anggaran. Beberapa alasan pentingnya pembagian tugas kepada pusat pertanggungjawaban, yaitu:

1. Sasaran yang harus dicapai pusat pertanggungjawaban menjadi jelas. 2. Jika tujuan perusahaan tidak tercapai, maka letak kegagalan dapat


(57)

Jika dilihat dari segi proses pengendalian manajemen merupakan tahapan-tahapan dalam pembuatan anggaran tersebut. Tahapan-tahapan itu adalah :

1. Menetapkan tujuan 2. Menetapkan sasaran 3. Menetapkan strategi 4. Menetapkan program 5. Menetapkan anggaran

Pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang dikelola oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai salah satu tujuan atau beberapa tujuan perusahaan. Tujuan pusat pertanggungjawaban secara individual adalah agar dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan perusahaan sebagai tujuan keseluruhan. Tujuan menyeluruh suatu perusahaan diputuskan dalam proses perencanaan strategis.

Pusat pertanggungjawaban dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: 1. Pusat Biaya

Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang oleh sistem pengendalian manajemen prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya. Pada pusat biaya, masukannya dapat diukur dalam satuan moneter tetapi keluarannya tidak diukur dalam satuan moneter. Pusat biaya dibedakan menjadi dua, yaitu:


(58)

a. Pusat biaya teknis, yaitu pusat biaya yang sebagian besar biayanya dapat ditentukan dengan pasti karena biaya tersebut berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut. b. Pusat biaya kebijakan, yaitu pusat biaya yang sebagian besar

biayanya tidak berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut.

2. Pusat Pendapatan

Pusat pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan dimana prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Pada pusat pendapatan, keluarannya diukur dalam satuan moneter, sedangkan masukannya tidak dihubungkan dengan keluarannya. Pusat pendapatan berwenang menentukan harga jual, sedangkan masukannya tidak dihubungkan dengan keluarannya, sehingga tidak dapat dihitung labanya. (Suadi Arief, 2001:65)

3. Pusat Laba

Pusat laba adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan dimana prestasi manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dengan biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Pada pusat biaya ini masukan dan keluarannya dapat diukur dengan satuan moneter. Walaupun laba mampu menunjukkan efisiensi dan efektivitas perusahaan maupun pusat laba, tetapi sebagai alat pengukur, laba juga menimbulkan masalah. Laba tidak


(59)

mencerminkan seluruh hasil kerja manajemen. (Suadi Arief, 2001:75)

4. Pusat Investasi

Pusat Investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan dimana prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya, dan sekaligus modal atau investasi pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

2. Proses Pengendalian Manajemen

Proses pengendalian manajemen dimulai dari pemrograman, penganggaran, operasi, pelaporan dan kompensasi bagi manajemen. Berdasarkan tujuan dan strategi yang telah ditetapkan perusahaan, pusat pertanggungjawaban menyusun program untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui strategi yang telah ditentukan. Selanjutnya dengan program yang sudah ditentukan maka manajer membuat anggaran. Anggaran juga dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kelayakan program. Setelah anggaran dibuat, maka harus dilakukan pengendalian atas kegiatan operasi. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa sebuah pekerjaan dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Agar dapat memantau hasil kerja pusat pertanggungjawaban, diperlukan sebuah sistem pelaporan.

Strategi adalah suatu cara yang digunakan oleh manajemen puncak untuk mewujudkan suatu hasil yang sesuai dengan visi melalui misi


(60)

organisasi. Perencanaan strategik ini dijadikan acuan dalam proses pemilihan program, penganggaran, operasi dan pengukuran, pelaporan dan analisa.

Penentuan tujuan perusahaan dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dalam suatu proses yang disebut perencanaan strategis. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:3), ”Perencanaan strategis adalah proses memutuskan program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan jumlah sumber daya yang akan dialokasikan ke setiap program selama beberapa tahun ke depan”.

Perumusan strategi dan penjabaran strategi ke dalam langkah-langkah operasional dipenuhi dengan rangkaian pengambilan keputusan strategis. Tahap ini merupakan tahap awal dalam penjabaran strategi ke dalam langkah-langkah operasional. Proses perencanaan strategi formal dapat memberi organisasi :

a) Kerangka untuk mengembangkan anggaran tahunan. b) Alat pengembangan manajemen.

c) Mekanisme yang memaksa pasar untuk berfikir jangka panjang. d) Alat untuk menyatukan para manajer dalam strategi jangka panjang

perusahaan.

a. Pemrograman

Menurut Suadi Arief (2001:111), ”Pemrograman adalah sebuah proses untuk memilih program demi mencapai tujuan perusahaan”, sedangkan menurut Supriyono (1999:333), ”Pemrograman adalah proses pembuatan keputusan program-program organisasi yang akan dilaksanakan serta


(61)

penaksiran jumlah sumber yang perlu dialokasikan untuk setiap program utama”. Proses pemrograman dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan melalui strategi yang juga sudah ditetapkan terlebih dahulu. Program dapat berupa keputusan untuk memproduksi barang, menciptakan jaringan distribusi baru, menurunkan biaya produksi, meningkatkan kualitas produk, mengakuisisi perusahaan, meningkatkan kapasitas produksi, membuat sistem informasi, dan sebagainya. Pemrograman dapat pula dikatakan sebagai suatu proses dalam memilih program yang spesifik yang akan digunakan dalam kegiatan-kegiatan perusahaan. Program-program yang ada dalam tiap perusahaan merupakan hasil dari proses pemrograman yang memperlihatkan kapan, dimana, mana, dan berapa banyak sumber daya yang digunakan untuk tiap-tiap program. Program-program yang ada menunjukkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi dalam rangka melaksanakan strateginya.

Proses awal dalam melaksanakan pemrograman dimulai saat manajer memikirkan masa depan perusahaan. Hasil dari pemikiran manajer itu berupa pemahaman informal mengenai arah masa depan yang akan diambil perusahaan, atau dapat juga berupa rumusan rencana-rencana formal perusahaan. Rumusan ini disebut rencana jangka panjang, sedangkan proses penyusunan dan revisi disebut pemrograman. Contoh pemrograman misalnya, bagi perusahaan yang berorientasi laba, maka setiap produk atau lini produk merupakan program dari perusahaan itu. Kegiatan riset dan pengembangan juga merupakan program yang dilakukan perusahaan. Inti dari suatu program


(62)

adalah berupa tindakan-tindakan yang menuju kepada produksi dan distirbusi produk dengan menggunakan sumber daya dari satu atau lebih unit organisasi. Dalam pelaksanaan program melibatkan penggunaan sumber daya yang ada dan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya yang lebih besar pada masa yang akan datang. Sumber daya yang lebih besar itu dapat diperoleh melalui pendapatan yang lebih besar dan pengurangan biaya. Terbatasnya sumber daya yang tersedia maka manajemen harus selektif dalam memilih program yang akan dijalankan.

Proses pemrograman berbeda dengan proses penganggaran. Pada proses penganggaran, fokusnya hanya pada kurun waktu satu tahun, sedangkan dalam proses pemrograman berfokus pada kegiatan-kegiatan dalam kurun waktu yang panjang atau beberapa tahun. Pemrograman mendahului proses penganggaran. Dalam jangka waktu tertentu penataan program perlu dilakukan karena anggaran akan digunakan untuk memotivasi pencapaian rencana kerja yang diharapkan dan penilaian hasil kerja aktual. Proses pemrograman melibatkan manajemen senior dan para manajer divisi atau pusat-pusat pertanggungjawaban yang juga dibantu oleh para staf. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan komunikasi antara para eksekutif perusahaan dan divisi dengan menyediakan serangkaian kegiatan yang terjadwal melalui rencana mana yang mampu mencapai sasaran dan rencana yang disepakati bersama, sedangkan manajer tingkat bawah biasanya tidak ikut dalam proses pemrograman. Proses pemrograman dapat menyita banyak waktu. Agar waktu dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka ada


(63)

beberapa pedoman pemrograman yang dapat digunakan, yaitu tujuan perusahaan, asumsi mengenai lingkungan, dan kebijakan perusahaan.

Ada beberapa langkah pokok dalam menyusun pemrograman formal, yaitu:

1. Penyusunan asumsi dan pedoman

Pada awal pemrograman harus disusun pedoman-pedoman yang akan digunakan dan pedoman ini disusun oleh staf yang ada dikantor pusat, namun demikian keputusan tetap berada pada manajemen senior. Pedoman-pedoman yang ditetapkan meliputi:

a) Rumusan tujuan.

b) Asumsi tentang lingkungan eksternal.

c) Rumusan kebijakan perusahaan dalam menyiapkan program. 2. Penyusunan rencana-rencana divisi

Berdasarkan pedoman yang sudah disusun, selanjutnya divisi-divisi dan unit-unit operasi lainnya kemudian menyiapkan rencana jangka panjang. Rencana tersebut dapat dibuat dalam proses penganggaran modal termasuk implikasi-implikasi dari keputusan tersebut. Penyusunan rencana ini dilakukan oleh para staf di kantor pusat selanjutnya akan dipertimbangkan oleh manajemen divisi. 3. Review dan pengesahan rencana

Ketika rencana divisi sampai ke pusat, para staf kantor pusat akan melakukan pemeriksaan pendahuluan untuk memastikan apakah rencana itu dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan divisi-divisi itu tidak melebihi anggaran yang telah dibuat. Sebagai bagian dari review maka para staf akan


(64)

mengkombinasikan rencana-rencana untuk beberapa divisi ke dalam rencana menyeluruh untuk perusahaan. Dalam review ini mungkin akan terjadi kesenjangan, dan untuk menutupi kesenjangan ini dapat dilakukan dengan cara :

1. Mencari peluang untuk memperbaiki rencana divisi. 2. Rencana melakukan akuisisi.

3. Merevisi tujuan perusahaan.

Namun dalam melakukan review ini sering sekali terjadi kesulitan mengenai menganalisis program yang telah berjalan. Ada 2 cara yang dapat dilakukan dalam menganalisis program yang sedang berjalan :

1. Review lini produk.

2. Review staf dan biaya overhead unit.

b. Penganggaran

Semua perusahaan pada umumnya membutuhkan anggaran, karena anggaran digunakan untuk perencanaan dan pengendalian perusahaan. Penganggaran adalah proses pembuatan anggaran. Menurut Arief Suadi (2001:149), ”Anggaran adalah pernyataan resmi oleh manajemen tentang harapan manajemen mengenai pendapatan, biaya, dan transaksi keuangan lainnya dalam jangka waktu tertentu untuk perusahaan yang menjadi tanggungjawabnya”. Menurut Armila (2006:80), ”Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan, anggaran memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan”. Menurut Supriyono (1999:331), ”Penganggaran adalah perencanaan yang digambarkan secara kuantitatif


(65)

dalam bentuk keuangan dan ukuran kuantitatif lainnya”. Oleh karena itu, penganggaran harus dilaksanakan setelah proses pemrograman, sehingga anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kelayakan program.

Anggaran berbeda dengan pemrograman, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa anggaran memiliki jangka waktu setahun, sedangkan program memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun. Selain itu program juga melibatkan lebih dari satu pusat pertanggungjawaban. Hal ini berarti anggaran memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari program. Karakteristik itu adalah :

1. Anggaran biasanya dinyatakan dalam satuan moneter. 2. Anggaran umum mencakup kurun waktu satu tahun. 3. Anggaran mengandung komitmen manajemen.

4. Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh para eksekutif dari pelaksana anggaran.

5. Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam keadaan khusus.

6. Secara berkala kerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran dan varian yang ada dianalisis dan dijelaskan.

Menurut Arief Suadi (2001:147), anggaran juga memiliki fungsi, yaitu : 1. Menilai program, strategi, sasaran, bahkan tujuan perusahaan.

2. Menentukan wewenang dan tanggungjawab pusat pertanggungjawaban.


(66)

3. Mengadakan koordinasi antara pusat pertanggungjawaban. 4. Menjadi dasar penilaian.

Menurut Supriyono (1999:344), anggaran memiliki keuntungan atau manfaat :

1. Tersedia suatu pendekatan disiplin untuk menyelesaikan masalah. 2. Membantu manajemen membuat situasi awal terhadap

masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi dan membiasakan manajemen untuk mempelajari dengan seksama masalah tersebut sebelum diambil keputusan.

3. Menyediakan cara-cara untuk memformalisasi usaha perencanaan. 4. Menutup kemacetan potensial sebelum kemacetan itu terjadi.

5. Mengembangkan iklim ”profitminded” dalam perusahaan, mendorong sikap kesadaran terhadap pentingnya biaya dan memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber perusahaan.

6. Membantu mengkoordinasi dan mengintegrasikan penyusunan rencana operasi berbagai segmen yang ada pada organisasi sehingga keputusan final dan rencana-rencana tersebut dapat terintegrasi dan komprehensif.

7. Memberikan kesempatan kepada organisasi untuk meninjau kembali secara sistematis terhadap kebijaksanaan dan pedoman dasar yang sudah ditentukan.


(1)

antara target dalam anggarran dan hasil aktualnya. Pada PT INALUM, biaya aktual yang dikeluarkan oleh PT INALUM, lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di dalam anggaran. Namun, meskipun kadang kala biaya aktual lebih besar dari jumlah yang ditetapkan dalam anggaran, namun tidak mengalami kenaikan yang signifikan, dan perusahaan masih dapat memperoleh keuntungan karena dapat menghasilkan produk yang melebihi target. Perbedaan itu dapat terjadi jika perusahaan ingin menghasilkan produk yang lebih banyak dari yang ditetapkan dalam anggaran.

Berdasarkan penjelasan pada bab II, maka PT INALUM telah memiliki sistem pengendalian yang baik, baik dalam hal penyediaan bahan baku maupun dalam kegiatan produksinya. PT INALUM telah menetapkan semua perencanaan kegiatan yang akan dilakukan dalam AMP (Annual Management Plan), termasuk yang berkaitan dengan persediaan, karena persediaan merupakan salah satu faktor penting bagi setiap perusahaan. PT INALUM juga telah menetapkan rencana produksi dalam AMP, berapa target produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Dengan tercapainya tujuan perusahaan, maka ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil mengimplementasikan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada pada PT INALUM juga telah berhasil menjalankan aktivitasnya dengan efektif dan efisien, terutama pusat biaya pada PT INALUM, karena penulis membahas mengenai biaya yang berkaitan dengan persediaan bahan baku dan penyediaan bahan baku merupakan salah satu unsur pengeluaran bagi perusahaan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis mengadakan analisis dan evaluasi terhadap penyediaan persediaan bahan baku dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), Kuala Tanjung, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan dan saran yang dapat penulis berikan kepada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), Kuala Tanjung.

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan evaluasi terhadap penyediaan bahan baku dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), Kuala Tanjung, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembelian bahan baku yang digunakan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dari suppliernya menggunakan kontrak berjangka 3 tahun dengan supplier yang ada di luar negeri dan kontrak berjangka 1 tahun dengan supplier yang ada di Jakarta.

2. PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) selalu memiliki minimum stock untuk mengantisipasi jika bahan baku yang di pesan terlambat sampai di pelabuhan, oleh karena itu jumlah bahan baku yang dipesan


(3)

3. PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) memiliki pusat-pusat pertanggungjawaban, yang terdiri dari departemen, divisi, seksi dan unit organisasi yang lain. Setiap seksi akan menyusun rencana kegiatannya dan kemudiaan akan di hearing oleh bagian perencanaan dan selanjutnya akan disetujui oleh manajemen. Rencana yang telah disusun tersebut kemudian akan di masukkan ke AMP (Annual Management Plan). Perencanaan tersebut disusun sebelum memasuki tahun fiskal selanjutnya. Tahun fiskal PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) adalah April-Maret tahun selanjutnya.

4. AMP (Annual Management Plan) berisi semua rencana kegiatan yang akan dilakukan selama tahun berjalan, termasuk juga rencana kapan dilakukannya pembelian bahan baku, berapa jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produksi dan untuk mencukupi stock minimumnya. Para manajer dan karyawan akan bekerja sesuai dengan AMP (Annual Management Plan) yang telah ditetapkan. Dengan adanya AMP, pekerjaan para manajer dan karyawan akan lebih sistematis.

5. Berdasarkan AMP (Annual Management Plan) tersebut, manajemen akan menyusun anggaran. Anggaran digunakan sebagai target yang harus dicapai oleh para karyawan sehingga setiap team atau karyawan akan bekerja dengan kinerja yang baik untuk mencapai anggaran.


(4)

6. Karyawan yang berhasil mencapai target atau melebihi target akan memperoleh penghargaan dari perusahaan berupa reward dengan jumlah tertentu karena memiliki perhitungan dengan rumus tersendiri.

7. Secara umum penyediaan bahan baku dalam kaitannya dengan sistem pengendalian pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) sudah baik, karena semua rencana pembelian, berapa jumlah dan waktu pembelian juga kegiatan produksi sudah di masukkan dalam AMP (Annual Management Plan). AMP ini merupakan hasil perencanaan dari setiap seksi yang telah di hearing untuk mengevaluasi dampaknya dan selanjutnya disetujui oleh manajemen.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis berusaha memberikan saran kepada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), Kuala Tanjung, yang mungkin bermanfaat dalam mengatasi kelemahan yang terdapat dalam penyediaan bahan baku dalam kaitannya dengan sistem pengendalian manajemen. Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) telah melakukan penyediaan bahan baku yang baik karena semuanya telah di jelaskan dalam AMP (Annual Management Plan). PT INALUM masih


(5)

sehingga perusahaan dapat lebih cepat menanggapi permintaan pelanggan dan kepuasan pelanggan juga akan semakin meningkat. Perusahaan juga semakin dapat menghemat modal mereka.

2. PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), telah melibatkan karyawan dalam penyusunan rencana kerja, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk menyampaikan pendapatnya. Hal ini harus tetap dijaga agar hubungan antara karyawan dan para manajer juga lebih baik. Manajemen memiliki tujuan yang berbeda dengan karyawan, dengan adanya hubungan yang baik antara manajemen maka dapat meningkatkan motivasi bagi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya sehingga tujuan karyawan dapat tercapai dan sekaligus dapat mencapai tujuan manajemen atau perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony dan Govindarajan. 2005. Management Control System. Salemba Empat, Jakarta.

Erlina, Sri Mulyani. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. USU Press, Medan. Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. 2004. Akuntansi Manajemen, Edisi

Tujuh, Salemba Empat, Jakarta.

_______. 2000. Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian. Edisi Pertama. Buku Satu. Salemba Empat, Jakarta.

_______. 2000. Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian. Edisi Pertama. Buku Kedua. Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi dan Johny Setiawan. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Edisi Kedua. Salemba Empat, Jakarta.

Prasetyo, Hari and Nugroho, Munajat Tri and Pujiati, Asti. 2006. ”Pengembangan Model Persediaan Bahan Baku Dengan Mempertimbangkan Waktu Kadaluarsa dan Faktor Unit Diskon”, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Volume 4 No.3, Universitas Muhammadyah, Surakarta.

Stice dan Skousen. 2004. Akuntansi Intermediate. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta.

Suadi, Arief. 2001. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta.

Sukarno, Edy. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen: Suatu Pendekatan Praktis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Supriyono dan Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen 2: Struktur Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. BPFE, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama. Graha