Analisis Kadar Leptin Dan Tekanan Darah Pada Obesitas Viseral Dan Non Viseral Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan disain penelitian cross
sectional, untuk mengetahui perbandingan kadar leptin dan tekanan darah pada
obesitas viseral dan non viseral.

3.2 . Populasi dan sampel
Populasi target adalah semua orang yang masuk kategori obesitas baik
obesitas viseral maupun non viseral. Sampel penelitian adalah orang-orang yang
memenuhi kriteria inklusi yang diperoleh dengan cara accidental sampling. Besar
sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sampel untuk uji
analitik numerik (Sastroasmoro, 2011).
Rumus : n1 = n2 = 2

2

= tingkat kemaknaan (ditetapkan peneliti)
= 0.05


z = 1.96

= power of test (ditetapkan peneliti) 80%

z = 0.842

= simpangan baku = 7.9 (penelitian sebelumnya)
xa-xo= selisih rerata yang dianggap bermakna
n1 = n2 = 2

2

4,5 (Librantoro, 2007)

= 19.6 ----- Jumlah sampel untuk setiap

kelompok adalah 20 orang, sehingga total sampel berjumlah 40 orang.

Universitas Sumatera Utara


3.2.1 Kriteria subyek penelitian :
3.2.1.1. Kriteria inklusi
- Orang obesitas yang dibuktikan melalui pengukuran IMT
- Usia

20 dan < 60 tahun

- Menyetujui dan menandatangani informed consent

3.2.1.2. Kriteria Ekslusi :
- Menderita penyakit kanker, hepatitis, ginjal, jantung dan Diabetes
- Menggunakan obat jangka panjang (misalnya steroid, tiazolidinedione dll)
- Menggunakan terapi hormon (estrogen, testosteron, insulin, dll)

3.3.

Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dari Agustus - Desember 2012, dimana

sampel yang diperoleh berasal dari kota Medan dan sekitarnya.


3.4

Metode penelitian

3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan : meteran, microtaise, sphygmomanometer, 96-Wells
Microplate dengan anti-human leptin, Micropipettes, Multichannel pipet, pipette dan
tips, Elisa test kit, spuit 5 cc, sentrifuse, incubator, tabung reaksi, tabung silicon yang
berisi EDTA, tissue, handscoon, gelas ukur 100 ml, software untuk analisis data
ELISA.

Universitas Sumatera Utara

Bahan yang digunakan : plasma sampel, wash buffer concentrate, standart
(recombinant human leptin), Sodium Azide 0.09%, deionized water (aquadest), buffer
konsentrat, detection antibody leptin (biotinylated anti-human leptin), HRPStreptavidin concentrate, Tetramethylbenzidine (TBM) one-step substrate reagent,
Stop Solution (sulfuric acid).

3.4.2


Kerangka kerja

1. Penentuan kategori subjek penelitian
-

Anamnese
Pengukuran TB,BB,LP,Lpa
Pengukuran TD

2. Pengambilan sampel darah
-

Darah vena diambil 3 cc dimasukkan dalam tabung berisi
EDTA
Sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm
Pemisahan serum dan plasma, lalu dimasukkan dalam tabung
yang diberi label
Disimpan pada suhu -20˚c


3. Pemeriksaan kadar leptin
Mempersiapkan semua regensia, sampel dan standart.
Masukkan 100 µl standart dan sampel pada masing-masing well.
Inkubasi selama 2.5 jam pada suhu ruang. Lalu dilakukan pencucian.
Tambahkan 100µl antibodi biotin yang telah disiapkan pada tiap well
inkubasi selama 1 jam pada suhu ruang. Lalu dilakukan pencucian.
Tambahkan 100 µl streptavidin solution yang telah disiapkan.
Inkubasi selama 45 menit pada suhu ruang. Lalu dilakukan pencucian.
Tambahkan 100 µl substrat pada tiap well. Inkubasi selama 30 menit
pada suhu ruang.
Tambahkan 50 µl stop solution pada tiap well. Segera dibaca hasilnya
pada ELISA raider dengan panjang gelombang 450 nm.

Universitas Sumatera Utara

4.

Analisa hasil
Hasil dianalisa menggunakan software untuk ELISA


3.4.3

Prosedur penelitian

a. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan komite etik penelitian
bidang kesehatan FK USU.
b. Pengumpulan data
Subyek penelitian yang memenuhi kriteria obesitas, diminta kesediannya
mengikuti penelitian, kemudian dilakukan anamnese pribadi, riwayat penyakit
terdahulu serta dilakukan pemeriksaan fisik. Seluruh subyek yang masuk kriteria
inklusi diminta mengisi lembar persetujuan penelitian. Seluruh subyek yang
dijadikan sampel selanjutnya diukur BB,TB,TD, lingkar panggul dan lingkar
pinggang kemudian dikategorikan kedalam obesitas viseral atau non viseral.
c. Pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)
Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berdiri (platform beam
balance scale) yang telah ditera terlebih dahulu sampai ketepatan 100 gram.
Pengukuran dilakukan dengan cara subjek berdiri tegak diatas timbangan
kemudian angka yang ditunjuk jarum (skala) timbangan dibaca sebagai hasil
(dalam kg). Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan alat ukur
tegak (microtaise) sampai ketepatan 0,1 cm. Pengukuran dilakukan dengan posisi

berdiri tegak, muka menghadap lurus kedepan tanpa memakai alas kaki, hasil
dibaca dalam cm.

Universitas Sumatera Utara

d. Pengukuran Lingkar Pinggang (LP) dan Lingkar Panggul (Lpa)
Lingkar pinggang diukur dalam posisi berdiri tegak dan tenang. Baju atau
penghalang pengukuran disingkirkan. Letakkan pita pengukur di tepi atas crista
illiaca dextra. Pita pengukur dilingkarkan ke sekeliling dinding perut setinggi crista
illiaca. Yakinkan bahwa pita pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan sejajar
dengan lantai. Pengukuran dilakukan saat akhir dari ekspirasi normal. Lingkar
pinggang dibaca dalam cm. Pengukuran Lingkar panggul (Lpa) dilakukan dengan
menggunakan pita pengukur pada posisi berdiri dan bernafas seperti biasa. Diukur
dengan cara melingkari pelvis pada titik maksimal tonjolan bokong. Hasil
dinyatakan dalam cm.
e. Pengukuran Tekanan darah (TD)
Pengukuran TD menggunakan sphygmomanometer, dan menggunakan stetoskop.
Subjek yang diukur tekanan darahnya menghindari hal-hal yang bersifat stimulant
(merokok, minum kopi, konsumsi alcohol) dan duduk tenang selama lebih kurang
5-10 menit, duduk dengan sandaran punggung, kaki menempel dilantai dan lengan

kanan ditopang, sedikit flexi, lengan atas setinggi jantung. Lengan baju
disingkirkan kemudian pasang manset yang lebarnya dapat melingkari sekurangkurangnya 80% atau 2/3 panjang lengan atas dan tidak boleh menempel pada baju.
Stetoskop diletakkan pada arteri brachialis dengan terlebih dahulu dilakukan
palpasi arteri untuk mendapat posisi stetoskop yang tepat. Pemompaan dilakukan
hingga 20-30 mmHg di atas tekanan waktu denyut arteri radialis tidak teraba.
Pengempesan dilakukan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap detik. Tekanan sistolik
dinyatakan dengan korotkoff I dan tekanan diastolik dengan korotkoff V.

Universitas Sumatera Utara

f. Pengambilan sampel darah
Dilakukan setelah pasien berpuasa selama 10 jam. Pengambilan sampel dilakukan
dengan mengambil darah vena sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke dalam tabung
yang berisi EDTA sebagai antikoagulan. Darah yang sudah diambil disentrifus
selama 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm kemudian dipisahkan antara serum
dan plasma dan dipindahkan ke dalam tabung yang telah diberi label. Spesimen ini
disimpan dalam suhu -20˚C sampai dilakukan pemeriksaan.
g. Pengukuran kadar Leptin
1. Persiapan regensia, standart dan sampel.
Semua regensia dan sampel dibawa ke tempat dengan suhu ruang (18-25˚c)

sebelum digunakan. Buffer konsentrat diencerkan 5 kali lipat dengan aquadest.
Wash konsentrat yang dalam bentuk kristal dihangatkan pada suhu ruang dan
diaduk sampai larut. Encerkan 20 ml Wash Buffer konsentrat dengan aquadest
untuk menghasilkan 400 ml wash buffer. Detection antibody concentrate
disiapkan dengan menambahkan 100 µl buffer konsentrat kedalam vial yang
berisi detection antibody. Detection antibody concentrate diencerkan 80 kali
lipat dengan buffer konsentrat. HRP-Streptavidin concentrate diencerkan 8000
kali dengan buffer konsentrate. Membuat 220 ng/ml standart dengan cara
menambahkan 800 ml sodium azide 0.09% kedalam vial C yang berisi
recombinant human leptin. Lalu diaduk dengan perlahan supaya larut. Untuk
menyiapkan 400 pg/ml stok standart solution tambahkan 2 µl leptin standart
dari vial C kedalam tabung reaksi dengan 1098 µl sodium azide 0.09%.
sediakan 8 buah tabung reaksi. Pipet 300 µl sodium azide 0.09% kedalam
masing-masing tabung reaksi. Tabung 1 hanya berisi sodium azide 0.09% dan

Universitas Sumatera Utara

tidak ditambah apapun. Untuk membuat pengenceran serial Masukkan 200 µl
standart solution pada tabung 2 kemudian diaduk sampai merata. Ambil 200 µl
larutan pada tabung 2 dan dimasukkan kedalam tabung 3 lalu diaduk sampai

merata, ambil 200 µl larutan pada tabung 3 dan dimasukkan kedalam tabung 4,
begitu seterusnya sampai tabung 8.
2. Prosedur pemeriksaan
Semua regensia dan sampel diletakkan pada suhu ruang. Masukkan 100 µl
standart dan sampel kedalam well yang telah disediakan. Tutup well dan
inkubasi selama 2.5 jam pada suhu ruang atau semalaman pada suhu 4˚c
dengan goncangan perlahan. Buang cairannya dan cuci dengan wash bufer
kemudian keringkan dengan tisue. Tambahkan 100 µl biotinylated antibody
pada setiap well. Inkubasi selama 1 jam pada suhu ruang. Buang cairan dan
cuci dengan wash bufer. Tambahkan 100 µl streptavidin solution pada setiap
well. Inkubasi selama 45 menit pada suhu ruang. Buang cairan dan cuci dengan
wash bufer. Tambahkan 100 µl substrat TMB pada setiap well. Inkubasi 30
menit pada suhu ruang dan gelap. Tambahkan 50 µl stop solution pada setiap
well. Hasil segera dibaca pada Elisa reader dengan menggunakan panjang
gelombang 450 nm (RayBiotech 2011).
3. Analisa hasil dengan menggunakan software

ELISA data analysis untuk

memperoleh nilai /konsentrasi kadar leptin yang diperiksa.


3.5

Analisa Data
Seluruh data yang diperoleh

dicatat dan ditabulasi. Data yang diperoleh

diolah secara statistik dengan menggunakan SPSS. Untuk membandingkan kadar

Universitas Sumatera Utara

leptin antara kelompok yang diteliti digunakan uji t independent jika data kedua
kelompok berdistribusi normal atau dengan uji mann Whitney

bila distribusi data

tidak normal. Untuk menguji perbedaan variabel kategorikal antara dua kelompok
digunakan Chi-square. Perbedaan yang signifikan ditetapkan dengan nilai p < 0.05.

3.6. Variabel penelitian
Variabel independent pada penelitian ini adalah obesitas visceral dan non
visceral sedangkan variabel dependent adalah kadar leptin dan Tekanan darah (TD)

3.7. Defenisi Operasional
1. Berat badan adalah pengukuran terhadap massa tubuh yang diukur
dengan timbangan yang distandarisasi

dengan tingkat ketelitian 100

gram. Pembacaan berat badan dalam kilogram (kg).
2. Tinggi badan adalah hasil pengukuran ruas – ruas tulang tubuh dari kaki
sampai kepala pada posisi tegak sempurna yang diukur dengan alat ukur
tegak (microtaise) dengan ketelitian 0,1 cm.
3. Kadar leptin adalah protein plasma jaringan adiposa yang diukur setelah
melakukan puasa 10 jam. Pengukuran menggunakan ELISA dan hasil
pembacaan dalam microgram permilliliter ( g/ml).
4. Lingkar pinggang adalah besaran lingkar pinggang yang diukur dengan
pita pengukur/metline dalam cm. Pengukuran dilakukan pada posisi
berdiri tegak, diukur di antara crista illiaca dan costa XII. Kategori IDF
2006, obesitas untuk Asia bila : Pria >90 dan Wanita >80.
5. Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung melalui pembagian antara berat
badan (kg) dan kuadrat dari tinggi badan (m2).

Universitas Sumatera Utara

Kategori (Asia Pasifik, 2000): normal jika IMT < 23, overweight jika
IMT

23 dan obesitas jika IMT

25.

6. Tekanan Darah Adalah hasil pengukuran tekanan darah yang terdiri dari
sistole (tekanan atau denyutan yang pertama terdengar) dan diastole
(tekanan yang terakhir terdengar). Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan spygmomanometer. Kategori tekanan darah (JNC, 2003):
- Normal : 100 mmHg
7. Lingkar panggul adalah besaran lingkar panggul yang diukur dengan cara
melingkari pelvis pada titik maksimal tonjolan bokong. Hasil ukur dalam
satuan cm.
8. Rasio lingkar pinggang dan lingkar panggul adalah perbandingan antara
besar lingkar pinggang dan besar lingkar panggul. Kategori (Asia Pasifik,
2000) normal : < 0.85 untuk wanita, < 0.9 untuk pria

Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN
Jumlah keseluruhan sampel sebanyak 40 orang yang masuk kategori obesitas
berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Keseluruhan

sampel yang

diikutkan dalam penelitian dibedakan menjadi obesitas viseral dan obesitas non
viseral berdasarkan pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio antara lingkar
pinggang dan lingkar perut (LPa). Data sampel penelitian dilakukan analisis seperti
tertulis dibawah ini.

4.1.1. Perbandingan leptin dan IMT pada obesitas viseral dan non viseral
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat perbedaan kadar leptin antara kelompok
obesitas non-viseral dengan kelompok obesitas viseral. Nilai rerata ± simpangan baku
kadar leptin pada kelompok obesitas non viseral adalah 28.712±9.37 pg/ml sedangkan
pada kelompok obesitas viseral adalah 26.344±24.1 pg/ml.

Gambar 4.1. Perbandingan kadar leptin pada obesitas viseral dan non viseral (p>0.05)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2 menunjukkan perbandingan kadar leptin antara obesitas viseral
dan obesitas non viseral berdasarkan jenis kelamin. Terdapat perbedaan yang cukup
bermakna atau signifikan (p0.05).
Nilai rerata ± simpangan baku kadar leptin pada perempuan kelompok
obesitas viseral adalah 37599.73 ± 23387.46 rerata ± simpangan baku kadar leptin
perempuan kelompok obesitas non viseral adalah 29293.39 ± 9247.08 sedangkan

Universitas Sumatera Utara

rerata ± simpangan baku kadar leptin laki-laki kelompok obesitas viseral 15090.25 ±
10243.03 dan rerata ± simpangan baku kadar leptin laki-laki kelompok obesitas non
viseral 23482.80 ± 12453.28
Perbandingan Indeks massa tubuh (IMT) antara kelompok obesitas viseral dan
non viseral dapat dilihat pada gambar 4.4. Rerata Indeks massa tubuh yang didapat
pada kelompok obesitas viseral berbeda dengan yang didapat pada kelompok obesitas
non viseral. Rerata IMT pada kelompok obesitas viseral lebih tinggi secara signifikan
(p