Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik Pada Saluran Pencernaan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Chapter III V

17

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September
2017. Pengambilan sampel akan dilakukan di kolam budidaya ikan Bawal air
tawar Desa Namu Suro Baru Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada titik koordinat 98o 41’ 19’’ LU dan
3o26’15’’ BT dan Penelitian identifikasi bakteri potensial probiotik di laksanakan
di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas
I Medan I, Kualanamu.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi antara lain, inkubator,
autoclave, laminar air flow, pipet tetes, Erlenmeyer, alumunium foil, Bunsen,

Universitas Sumatera Utara


18

cawan petri, mikroskop, objeck glass, jarum ose, tabung reaksi, rak tabung, mortal
porselen, cover glass, paper disk, timbangan digital, gelas beaker, pisau, gunting,
kamera digital.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ikan Bawal air tawar,
isolat bakteri patogen Aeromonas hydrophila, media Tryptone Soya Agar (TSA),
media de Mann Rose Broth (MRSB), de Mann Rose Agar (MRSA), media Triple
Sugar Iron Agar (TSIA), media Skim Milk Agar (SMA), media Strach Agar (SA),
media Methly Red (MR), media Voges Proskaurt (VP), media gula-gula (glukosa,
laktosa, rafinosa, fruktosa, maltosa, arabinosa, manitol, dan sukrosa), kertas
Oxidase Test Strip, reagen Kovac, kristal violet, iodine, safranin, alkohol 95%,
akuades, yodium, HCl 0,1 N, hidrogen peroksida (H2O2) 3%, alkohol, kapas,
kertas label, alat tulis, sarung tangan, larutan fisiologis (NaCl 0,9 %) dan larutan
Mc Farland.

Prosedur Penelitian
Deskripsi Area Penelitian
Sampel Ikan diambil dari kolam yang berada di Desa Namu Suro Baru
Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten Deli Serdang dengan panjang 20 meter dan

lebar kolam 10 meter dengan kedalaman 1,5 meter, dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Kolam Desa Namu Suro

Universitas Sumatera Utara

19

Pengambilan Sampel
Ikan yang dijadikan sampel adalah Ikan Bawal air tawar yang ada di
kolam pembesaran dengan kriteria ukuran panjang 15-20 cm. Sampel yang telah
diambil dimasukkan kedalam kantong plastik yang telah diisi air untuk
selanjutnya dibawa dan diperiksa di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu,
dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I, Kualanamu.

Persiapan Pengambilan Sampel
Sterilisasi alat dan bahan. Semua alat dan bahan yang akan digunakan
disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 121ºC pada tekanan uap 15 lb/in2
selama 15 menit (Marlina, 2008). Pengambilan sampel. Bakteri diisolasi pada
organ pencernaan berupa lambung dan usus ikan bawal air tawar segar. Ikan

dibedah untuk diambil bagian lambung dan usus, lalu dimasukkan ke dalam
larutan fisiologis NaCl 0,9% (Feliatra dan Suryadi, 2004). Selanjutnya, lambung
dan usus dihancurkan atau dihaluskan dengan menggunakan mortar porselen.

Isolasi bakteri
Sampel yang telah dihaluskan dicampur dengan 1 ml larutan fisiologis,
kemudian dilakukan seri pengenceran. Metode seri pengenceran yang dilakukan
dengan mengambil sebanyak 1 ml sampel, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi 9 ml akuades sehingga didapat pengenceran 10-1, untuk mendapatkan
pengenceran 10-2 dilakukan dengan mengambil 1 ml dari pengenceran 10-1
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades, demikian
seterusnya dilakukan seri pengenceran hingga 10-5. Pengenceran 10-4 dan 10-5. .

Universitas Sumatera Utara

20

Pengenceran 10-5 diambil 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam cawan Petri yang
telah berisi medium MRSA dengan menggunakan metode cawan sebar (spread
plate), kemudian diinkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam.

Setelah inkubasi selama 24 jam, koloni dengan penampakan morfologi
yang berbeda dari warna, bentuk, tepian, dan elevasi pada medium MRSA
kemudian diambil dan dimurnikan (diisolasi) pada media baru MRSA dengan
menggunakan metode cawan gores dengan beberapa tahap sampai didapatkan
koloni bakteri tunggal sebagai isolat murni, kultur diinkubasi pada suhu 35°C
selama 24 jam. Selanjutnya, dilakukan seleksi sebagai kandidat probiotik
berdasarkan

kemampuan

mendegradasi

protein

dan

karbohidrat

dengan


melakukan serangkaian uji hidrolisis kasein (protein), uji hidrolisis pati, dan
melakukan uji penghambatan bakteri potensial probiotik terhadap bakteri patogen
untuk mengetahui bakteri potensial probiotik yang berhasil didapatkan mampu
menghambat bakteri patogen yang sering menyerang ikan budidaya.

Uji Probiotik
a. Uji Hidrolisis Kasein (Protein)
Suspensi bakteri hasil biakan murni diambil satu ose dan digoreskan pada
cawan yang berisi media Skim Milk Agar (SMA), dan diinkubasi pada suhu 35°C
selama 24 jam. Uji hidrolisis protein positif ditandai dengan adanya zona bening
di sekeliling koloni yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut mempunyai
aktivitas proteolitik (Fardiaz, 1992).
b. Uji Hidrolisis Pati (Amilum)
Suspensi bakteri hasil biakan murni diambil satu ose dan digoreskan pada

Universitas Sumatera Utara

21

cawan yang berisi media Strach Agar, Bakteri yang akan diuji digoreskan pada

setengah bagian cawan yang berisi medium starch agar. Inkubasi dilakukan pada
suhu 30 o C selama 48 jam. Setelah inkubasi, koloni yang tumbuh ditetesi larutan
gram yodium sehingga semua bagian agar terendam. Uji hidrolisis pati positif
ditandai dengan terbentuknya bagian yang transparan (bening) di sekeliling koloni
yang tumbuh (Fardiaz 1989).
c. Uji Aktivitas Antagonistik Terhadap Bakteri Patogen
Seleksi bakteri berpotensi probiotik berdasarkan aktivitas antagonistik
terhadap bakteri patogen dilakukan dengan teknik difusi agar dengan
menggunakan paper disk. Bakteri patogen yang digunakan untuk uji aktivitas
antagonistik ini adalah bakteri Aeromonas hydrophila. Tryptone Soya Agar (TSA)
yang telah dicampur dengan bakteri patogen pada pengenceran 10-5 dituangkan
ke dalam cawan petri steril, kemudian paper disk steril yang telah dicelupkan ke
dalam kultur cair isolat bakteri berpotensi probiotik diletakkan dengan cara
ditekan ke atas media TSA. Masing-masing isolat bakteri berpotensi probiotik
diuji daya hambatnya dengan bakteri patogen dengan tiga kali ulangan.
Selanjutnya, diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam. Aktivitas antagonistik
ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening pada media. Isolat yang
menghasilkan zona bening berarti menunjukkan kemampuan menghambat bakteri
patogen (Yulvizar dkk., 2014).


Identifikasi Spesies Bakteri Potensial Probiotik
a. Karakterisasi Morfologi Isolat
Isolat bakteri murni diidentifikasi morfologi selnya dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara

22

uji pewarnaan gram dan pengamatan bentuk bakteri secara mikroskopik.
Pewarnaan gram dilakukan dengan membersihkan kaca objek dengan alkohol dan
disterilkan pada nyala api bunsen, kemudian diambil isolat bakteri dengan jarum
ose dan dioleskan pada object glass. Isolat bakteri kemudian ditetesi kristal violet
dan dibiarkan selama 1 menit, selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan
dianginkan hingga kering. Isolat bakteri kemudian ditetesi kembali dengan larutan
iodine dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir dan
dianginkan hingga kering. Selanjutnya isolat bakteri ditetesi alkohol 95% selama
30 detik, kemudian dialiri air dan dianginkan hingga kering. Isolat bakteri
kemudian ditetesi safranin selama 30 detik dan dicuci dengan air mengalir dan
dikering anginkan, kemudian dilakukan pengamatan dengan menggunakan
mikroskop.

Bakteri gram positif ditandai dengan warna ungu yang menunjukkan
bahwa bakteri tersebut mampu mengikat warna kristal violet, sedangkan bakteri
gram negatif ditandai dengan warna merah muda yang menunjukkan bahwa
bakteri tersebut tidak mampu mengikat warna kristal violet dan hanya terwarnai
oleh safranin (pewarna tandingan) (Hadioetomo, 1993).
b. Uji Motilitas
Isolat bakteri ditusukkan ke dalam media SIM semi padat pada tabung
reaksi menggunakan jarum ose tusuk steril. Kemudian diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37ºC. Uji positif ditandai dengan pertumbuhan bakteri yang menyebar,
maka bakteri tersebut bergerak (motil) dan bila pertumbuhan bakteri tidak
menyebar hanya berupa satu garis, maka bakteri tersebut tidak bergerak (non
motil) (Sudarsono, 2008).

Universitas Sumatera Utara

23

c. Uji indol
Dalam uji indol digunakan medium tryptone broth. Bakteri yang akan
diuji diinokulasikan ke dalam tabung reaksi yang berisi tryptone broth dan

diinkubasi pada suhu 37 oC selama 1-2 hari. Setelah diinkubasi, masing-masing
tabung ditambahkan 0,5 ml pereaksi Kovacs. Terbentuknya warna merah
menunjukkan uji indol positif (Hadioetomo 1985)
d. Uji Katalase
Sebanyak 2 tetes H2O2 3% diletakkan pada object glass steril. Isolat
bakteri diambil menggunakan jarum ose steril, kemudian dipindahkan ke atas
kaca objek dan dicampurkan. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
gelembung-gelembung oksigen yang menunjukkan bahwa organisme yang
bersangkutan menghasilkan enzim katalase yang mengubah hidrogen peroksida
menjadi air dan oksigen dan uji negatif ditandai dengan tidak adanya perubahan
atau gelembung-gelembung oksigen pada isolat bakteri (Hadioetomo, 1993).
e. Uji Oksidase
Tujuan uji oksidase adalah untuk mengetahui ada tidaknya enzim oksidase
pada bakteri dengan menggunakan paper oksidase yang dapat dilihat
perubahan warna yang terjadi pada paper oksidase, Sebanyak satu ose isolat
bakteri digoreskan pada kertas Oxidase Test Strip. Tunggu selama 1 menit, lalu
amati hasilnya. Uji positif ditandai dengan perubahan warna menjadi biru violet
dan uji negatif ditandai dengan tidak adanya perubah warna pada kertas oxidase
test strip .


Universitas Sumatera Utara

24

f. Uji MR-VP
Sebanyak satu ose isolat bakteri diinokulasi ke dalam media MR-VP dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 29ºC. Setelah inkubasi selama 24 jam, media
ditambahkan 3-4 tetes indikator metil red. Uji positif ditandai dengan perubahan
warna medium menjadi merah, artinya terbentuk asam dan uji negatif ditandai
dengan tidak adanya perubahan warna pada media (Hadioetomo, 1993).
g. Uji Gelatin
Sebanyak satu ose isolat bakteri diinokulasikan pada media cair Gelatin
dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 29ºC. Uji positif ditandai dengan media
cair tetap mencair apabila telah diletakkan di dalam lemari es selama beberapa
menit dan uji negatif ditandai dengan membekunya media gelatin jika diletakkan
di dalam lemari es.
h. Uji Oksidatif-Fermentatif Baird Parker
Dalam uji oksidatif-fermentatif digunakan medium Baird Parker agar
(BPA) dan indikator pH bromthymol blue. Bakteri yang akan diuji, secara aseptis
dengan menggunakan loop ditusukkan ke dalam medium tegak Baird Parker agar

(BPA) yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Setiap bakteri yang akan diuji
ditusukkan ke dalam dua tabung, dimana tabung pertama ditutupi dengan parafin
3-5 ml, sedangkan tabung kedua tanpa parafin. Inkubasi dilakukan pada suhu 30
oC selama 48 jam. Bila terjadi perubahan warna (terbentuk warna kuning) pada
kedua tabung, maka bakteri tersebut bersifat fermentatif dan bila hanya tabung
tanpa parafin yang berubah warna (terbentuk warna kuning), maka bakteri bersifat
oksidatif, sedangkan bila tidak terjadi perubahan warna pada kedua tabung
tersebut berarti uji oksidatif-fermentatif bersifat negatif (Cowan dan Steel 1974)

Universitas Sumatera Utara

25

i. Uji TSIA
Sebanyak satu ose isolat bakteri diinokulasi ke dalam media TSIA dengan
cara menusuk tegak lurus pada bagian butt (tusuk) dan cara zig zag pada bagian
slant (miring) dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 29ºC. Perubahan warna
kemudian diamati, apabila bagian slant berwarna merah dan butt berwarna kuning
maka bakteri mampu memfermentasi glukosa, sedangkan apabila bagian slant dan
butt keduanya berwarna kuning maka bakteri mampu memfermentasi sukrosa dan
laktosa.
j. Uji LIA
Sebanyak satu ose isolat bakteri diinokulasi secara tusuk lalu zig-zag pada
permukaan agar miring media LIA dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 29ºC.
Uji positif ditandai dengan berubahnya warna medium menjadi ungu dan uji
negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna pada media
(Sudarsono, 2008).
k. Uji Gula-Gula
Sebanyak satu ose isolat bakteri diinokulasikan ke dalam tabung-tabung
reaksi yang berisi medium fermentasi glukosa, laktosa, rafinosa, fruktosa,
maltosa, arabinosa, manitol, dan sukrosa diinkubasi selama 24 jam pada suhu
29ºC. Uji positif ditandai dengan berubahnya warna medium menjadi kuning dan
apabila

dalam

tabung

terdapat

gelembung,

berarti

fermentasi

tersebut

menghasilkan gas (CO2).

Universitas Sumatera Utara

26

Analisis Data
Setelah uji morfologi dan uji biokimia selesai maka dibuat tabel hasilnya
sehingga mudah dalam pembacaan dimana data yang telah diperoleh dianalisis
secara deskriptif dengan mendeskripsikan secara sistematis dan akurat secara
ilmiah. Hasil uji terhadap isolat-isolat yang diperoleh, dilakukan upaya
identifikasi bakteri berdasarkan karakter biokimia sesuai dengan tabel biokimia
dengan berpedoman pada buku “Cowan amd Steels’s Manual for The
Identification of Medical Bacteria”

Universitas Sumatera Utara

27

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Bakteri Potensial Probiotik Pada Lambung dan Usus Ikan Bawal Air Tawar
Tahapan awal penelitian dilakukan penggerusan usus dan lambung,
pengenceran, penanaman bakteri pada media agar dan dilakukan pemurnian
bakteri hingga memperoleh koloni tunggal.Tingkaat pengenceran tertinggi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sampai 10-5. Akan tetapi, koloni terpilih
berasal dari kultur bakteri dengan tingkat pengenceran 10-3 dan 10-5 (Lampiran 2).
Bakteri yang berasal dari saluran pencernaan Ikan Bawal air tawar ditumbuhkan
ke dalam media MRSA. Media tersebut merupakan medium selektif bagi
pertumbuhan bakteri asam laktat.
Setelah dilakukan penanaman pada media MRSA terlebih dahulu koloni
yang terdiri dari campuran mikroba dipisahkan dengan dari satu dengan yang lain
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa jumlah isolat bakteri
potensial probiotik dari isolasi lambung dan usus ikan Bawal air tawar
(Colossoma macropomum) ditemukan sebanyak 4 isolat bakteri, yaitu terdapat 2
isolat bakteri dari hasil isolasi pada usus dan 2 isolat bakteri dari hasil isolasi pada
lambung. Hasil tersebut diperoleh setelah dilakukan uji probiotik untuk
menyeleksi seluruh isolat yang ditemukan dari usus dan lambung ikan Bawal air
tawar (Colossoma macropomum) sehingga diperoleh isolat bakteri yang memang
merupakan potensial probiotik yaitu sebanyak 4 isolat murni.

Universitas Sumatera Utara

28

Morfologi Koloni dan Sel Bakteri Potensial Probiotik pada Ikan Bawal Air
Tawar
Dari kultur bakteri tersebut, koloni yang tumbuh dominan dan mempunyai
morfologi berbeda, baik dari segi warna, bentuk dari atas, bentuk dari samping
dan bentuk penonjolannya diambil untuk diinokulasi ke dalam media MRSA. Dari
hasil pengamatan, dipilih 4 koloni bakteri yang tumbuh dominan serta mempunyai
morfologi berbeda satu sama lainnya. Untuk memudahkan dalam pembahasan,
maka empat koloni bakteri diberi kode UIB-01, UIB-02, LIB-01, dan LIB-02.
Isolat-isolat bakteri potensial probiotik yang ditemukan dari hasil isolasi
usus dan lambung ikan Bawal air tawar (Colossoma macropomum) dapat dilihat
dari morfologi koloni meliputi tepian, elevasi dan warna koloni. Adapun ciri-ciri
morfologi dari keempat koloni yang berhasil diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1. dapat dijelaskan bahwa ke-4 jenis. bakteri memiliki
kemiripan pada tepian dan elevasi, yaitu bertepi licin dan berelevasi cembung,
sedangkan pada warna dan bentuk memiliki perbedaan yaitu ke-2 isolat bakteri
memiliki warna putih dan putih susu dan 2 isolat lainnya memiliki warna kuning
dan putih.
Tabel 1. Morfologi Koloni Isolat Bakteri Potensial Probiotik Pada Ikan Bawal
Koloni
Tepian
Elevasi
UIB-01
Licin
Cembung
UIB-02
Licin
Cembung
LIB-01
Licin
Cembung
LIB-02
Licin
Cembung
Note: UIB-01 = Usus Ikan Bawal 01
UIB-02 = Usus Ikan Bawal 02
Kode Isolat

Morfologi Sel
Warna
Gram
Bentuk
Putih
Positif
Bulat
Putih susu
Positif
Bulat
Kuning
Positif
Bulat
Putih
Positif
Batang
LIB-01 = Lambung Ikan Bawal 01
LIB-02 = Lambung Ikan Bawal 02

Pengamatan secara mikroskopik terhadap bentuk dan struktur sel
merupakan tahap yang paling penting dalam karakterisasi bakteri. Pengamatan

Universitas Sumatera Utara

29

morfologi pada sel isolat bakteri potensial probiotik yang dilakukan secara
mikroskopik dengan pembesaran 100x didapat hasil pewarnaan Gram dari ke-4
isolat bakteri yaitu berwarna ungu yang merupakan Gram positif karena mampu
mengikat kristal violet.
Dari 4 isolat tersebut isolat bakteri tersebut berbentuk basil atau batang,
sedangkan yang lainnya berbentuk kokus atau bulat. Hasil pewarnaan gram dari
isolat

bakteri

a

potensial

probiotik

dapat

dilihat

pada

Gambar

5.

b

d

c

Gambar 2. Bentuk Sel dari Isolat (a) UIB-01 (b) UIB-02
(c) LIB-01 (d) LIB-02

Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik Pada Ikan Bawal
Air Tawar
Hasil pengamatan morfologi sel baik pewarnaan Gram dan uji biokimia
dari ke-4 isolat bakteri dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji Biokimia dari ke-4

Universitas Sumatera Utara

30

bakteri yang diperoleh diidentifikasi menurut buku Characterization Test Method.
Di dalam: Manual for the Identification of Medical Bacteria oleh Cowan ST,
Steel KJ (1974).
Tabel 2. Karakterisasi Isolat Bakteri Probiotik Potensial Pada Ikan Bawal Air
Tawar
Karakterisasi
Bakteri
Motilitas
Ornitin
Indol
Katalase
Oksidase
TSIA
Gelatin
MR
VP
O/F
LIA
Glukosa
Laktosa
Sukrosa
Manitol
Sorbitol
Arabinosa
Rafinosa
Fruktosa
Maltosa
Spesies
Bakteri

Isolat Bakteri
UIB-01
UIB-02
LIB-01
+
+
+
+
+
K/K
K/K
K/K
+
+
+
F
F
F
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Enterococcus Staphylococcus Micrococcus
faecalis
saprophyticus
luteus

LIB-02
+
+
K/K
+

+
F
+
Bacillus
cereus

Keterangan: (+) positif, (-) negatif, (A) Acid, (K) Alkali, F: fermentatif
Hasil karakterisasi dan identifikasi ke-4 isolat bakteri dengan kode isolat
UIB-01 merupakan Enterococcus faecalis dan UIB-02 merupakan Staphylococcus
saprophyticus, isolat dengan kode isolat LIB-01 merupakan dan isolat dengan
kode Micrococcus luteus isolat LIB-02 merupakan Bacillus cereus
Identifikasi bakteri dilakukan dengan teknik konvensional yaitu dengan
membandingkan bakteri yang sedang diidentifikasi dengan bakteri yang telah

Universitas Sumatera Utara

31

teridentifikasi sebelumnya. Bila tidak terdapat bakteri yang ciri-cirinya 100%
mempunyai kemiripan ciri-ciri, maka dilakukan pendekatan terhadap bakteri yang
memiliki ciri-ciri yang paling menyerupai. Oleh karena itu teknik identifikasi
dengan metode konvensional akan selalu menghasilkan suatu bakteri tertentu
yang sudah teridentifikasi sebelumnya dan tidak akan dapat menemukan spesies
baru (Holt et al,. 1994)

Pati (Amilum) dan Kasein (Protein) Pada Isolat Bakteri
Uji probiotik dilakukan dengan pengamatan uji hidrolisis pati (amilum)
dan kasein (protein) terhadap isolat bakteri dilakukan untuk mengetahui
kemampuan bakteri dalam menguraikan enzim amilase dan protease yang
merupakan tahap awal dalam seleksi seluruh isolat bakteri untuk mendapatkan
bakteri yang berpotensi probiotik pada Ikan Bawal air tawar. Uji hidrolisis pati
dilakukan dengan menggoreskan masing-masing koloni bakteri murni pada media
Strach Agar (SA) dan uji kasein (protein) dilakukan dengan menggoreskan
masing-masing bakteri murni pada media Skim Milk Agar (SMA) yang diinkubasi
selama 1x 24 jam pada suhu 35 OC kemudian ditandai dengan terbentuknya zona
bening. Kemampuan isolat-isolat bakteri dalam menghidrolisis pati (amilum) dan
kasein (protein) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kemampuan Isolat Kandidat Probiotik Menghidrolisis Pati dan Kasein
Kode Isolat
UIB-01
UIB-02
LIB-01
LIB-02

Hidrolisis
Kasein
+
+
+
+

Pati/Amilum
+
+
+
+

Universitas Sumatera Utara

32

a

b

c

d

Zona Bening

Gambar 6. Hidrolisis Pati (a) UI B-01 (b) UIB-02 (c) LIB-02 (d) LIB-02
a

b

Zona Bening

c
d

Gambar 8. Hidrolisis Kasein (a) UIB-01 (b) UIB-02 (c) LIB-02 (d) LIB-02

Universitas Sumatera Utara

33

Indikasi Penghambatan Bakteri Aeromonas hydrophila
Isolat-isolat bakteri yang mampu menghidrolisis pati (amilum) dan kasein
(protein) selanjutnya diuji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila untuk
mengetahui adanya indikasi penghambatan terhadap bakteri A. hydrophila. Uji
tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa ke-4 isolat bakteri tersebut
merupakan isolat bakteri yang berpotensi probiotik pada Ikan Bawal air tawar
dengan menunjukkan adanya indikasi penghambatan terhadap bakteri patogen A.
hydrophila. Indikasi penghambatan isolat bakteri potensial probiotik yaitu dengan
terbentuknya zona bening di sekitar blank disk yang menandakan adanya
penghambat pertumbuhan terhadap bakteri patogen A. hydrophila dapat dilihat
pada Gambar 5.
a

b
a

c

b

c

d
d

Gambar 8. Indikasi Penghambatan bakteri A.hydrophila (a) Enterococcus faecalis
(b) Stapylococcus
saprophyticus
(c)
Micrococcus
luteus
(d) bacillus cereus
Dari hasil penelitian didapatkan adanya indikasi penghambatan pada
bakteri patogen A. hydrophilla menunjukkan bahwa empat isolat dari hasil isolasi
saluran pencernaan Ikan Bawal air tawar menghasilkan zona bening di sekitar
paper disk yang menunjukkan bahwa isolat bakteri yang berpotensi sebagai

Universitas Sumatera Utara

34

probiotik tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji patogen A.
hydropilla.
Kemampuan setiap isolat menghasilkan zona bening di sekitar paper disk
berbeda-beda berdasarkan tingkat daya hambat dari bakteri terhadap bakteri uji.
Berdasarkan Gambar 4, nilai indikasi hambatan untuk bakteri Enterococcus
faecalis sebesar 2 mm, bakteri Stapylococcus saprophyticus

sebesar 2 mm,

bakteri Micrococcus luteus sebesar 2 mm, dan bakteri Bacillus cereus sebesar
3 mm.

Pembahasan
Bakteri Potensial Probiotik Pada Usus dan Lambung Ikan Bawal Air Tawar
Secara alamiah bakteri probiotik terdapat pada saluran pencernaan
makhluk hidup terutama pada ikan yang dapat dimanfaatkan sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri patogen guna memperbaiki kualitas air dan pengendalian
penyakit bakterial yang terjadi pada budidaya ikan yang bernilai ekonomis tinggi.
Selain itu sistem penanganan pengendalian penyakit harus bersifat ramah
lingkungan, maka probiotik merupakan salah satu langkah alternatif yang
berperan sebagai kontrol biologis yang digunakan sebagai penghambat bakteri
patogen. Hal ini sesuai dengan Irianto (2003) menyatakan bahwa probiotik dapat
mengatur lingkungan mikrobia pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen
dalam usus dengan melepas enzim-enzim yang membantu proses pencernaan
makanan. Penggunaan probiotik menjadi solusi internal untuk menghasilkan
pertumbuhan dan efisiensi pakan yang optimal, mengurangi biaya produksi dan

Universitas Sumatera Utara

35

pada akhirnya dapat mengurangi beban lingkungan karena akumulasi limbah
diperairan Iribarren dkk., (2012).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap bakteri yang
terdapat pada saluran pencernaan (usus dan lambung) Ikan Bawal air tawar, maka
diperoleh sebanyak 4 isolat yang berpotensi sebagai bakteri probiotik yang
diisolasi pada medium MRSA yang merupakan media selektif terhadap
pertumbuhan bakteri probiotik. Pada tabel 1 memperlihatkan jumlah isolat yang
diperoleh yaitu sebanyak 4 isolat, masing-masing isolat bakteri probiotik diberi
kode UIB-01,UIB-02, LIB-01, dan LIB-02. Data penelitian menunjukkan setiap
isolat yang berpotensi sebagai probiotik memiliki karakteristik morfologi yang
berbeda-beda.

Morfologi Koloni dan Sel Bakteri Potensial Probiotik Pada Ikan Bawal Air
Tawar
Untuk mengetahui ciri-ciri isolat bakteri perlu dilakukan

pengamatan

morfologi sel dari ke-4 isolat bakteri melalui pewarnaan Gram menunjukkan
bahwa 3 isolat bakteri tersebut memiliki bentuk sel kokus dan 1 isolat bakteri
berbentuk basil. Hal ini sesuai dengan Lay dan Hastowo (1992) yang menyatakan
bahwa ciri-ciri utama suatu mikroorganisme yang perlu diketahui dalam
mengkarakterisasi mikroba, meliputi: ciri morfologi, susunan kimiawi dari sel,
sifat biakan, metabolisme, sifat antigenik, sifat genetik dan patogenisitas. Untuk
menentukan ciri tersebut, maka diperlukan beberapa uji morfologi dan sifat
fisiologis.

Universitas Sumatera Utara

36

Hasil uji pewarnaan gram masing-masing bakteri merupakan gram positif
yang mampu mempertahankan kristal violet pada pewarnaan Gram (Gambar 3).
Hal tersebut disebabkan karena bakteri ini mempunyai kandungan lipid yang lebih
rendah, sehingga dinding sel bakteri akan lebih mudah terdehidrasi akibat
perlakuan dengan alkohol. Dinding sel yang terdehidrasi menyebabkan ukuran
pori-pori sel menjadi kecil dan daya permeabilitasnya berkurang sehingga zat
warna ungu kristal yang merupakan zat warna utama tidak dapat keluar dari sel
dan sel akan tetap berwarna ungu. Hal ini sesuai dengan Campbell, dkk., (2003)
yang menyatakan struktur dinding sel akan menentukan respon pewarnaan.
Bakteri diwarnai dengan suatu zat warna violet dan yodium, dibilas dengan
alkohol dan kemudian diwarnai sekali lagi dengan zat warna merah. Bakteri Gram
Positif yang sebagian besar dinding selnya mengandung peptidoglikan akan
menjerat warna violet.
Hasil pengamatan morfologi sel dari ke-4 isolat bakteri melalui pewarnaan
Gram menunjukkan bahwa 3 isolat bakteri tersebut memiliki bentuk sel kokus dan
1 isolat bakteri berbentuk basil merupakan bakteri kandidat potensial probiotik
yang mengandung asam laktat. Hal ini sesuai dengan Salminem (1998) yang
menyatakan bahwa bakteri asam laktat merupakan bakteri yang bersifat gram
positif, tidak membentuk spora, dan dapat berbentuk coccus atau batang, tidak
menghasilkan enzim katalase, non-motil atau sedikit motil, mikroaerofilik sampai
anaerob, toleran terhadap asam, kemoorganotrofik, dan membutuhkan suhu
mesofilik.

Universitas Sumatera Utara

37

Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik Pada Ikan Bawal
Air Tawar
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, isolat bakteri yang berpotensi
probiotik yang berhasil ditemukan berjumlah empat isolat (Tabel 1), yang
memiliki ciri morfologi yang sama yaitu tepian licin dan elevasi datar tetapi
memiliki sedikit perbedaan pada warna yaitu isolat UIB-01 dan UIB-02 berwarna
putih dan isolat LIB-01 dan LIB-02 bewarna kuning dan putih susu. Setelah
melakukan pengamatan morfologi koloni, selanjutnya dilakukan tahap uji
biokimia untuk menentukan spesies bakteri potensial probiotik dan ditemukan
hasil uji biokimia pada ke-4 isolat bakteri tersebut.
Hasil uji biokimia pada kode UIB-01 menunjukan hasil yang sama yaitu
positif untuk Katalase, Oksidase, VP, LIA, Laktosa, Glukosa, Sukrosa, Manitol,
Inositol, Sorbitol, Rafinosa, Fruktosa, Maltosa dan negatif untuk uji Motil, Indol,
Ornitin, Arabinosa serta TSIA bernilai alkali. Dari hasil tersebut selanjutnya
dilakukan penentuan spesies berdasarkan buku menurut buku Cowan ST, Steel
KJ. 1974. Characterization Test Method. Di dalam: Manual for the Identification
of Medical Bacteria Edition yang menyimpulkan bahwa isolat yang didapat sesuai
dengan uji biokimia tersebut adalah Enterococcus faecalis. Hal ini sesuai dengan
Evan dkk,. (2002) yang menyatakan bahwa Enterococcus faecalis merupakan
kokus gram positif berbentuk ovoid dengan diameter 0,5–1 μm yang dapat
berkoloni secara rantai, berpasangan atau bahkan soliter. Bakteri ini bersifat
Fakultatif anaerob, mempunyai kemampuan untuk hidup dan berkembang biak
dengan oksigen maupun tanpa oksigen.

Universitas Sumatera Utara

38

Hasil uji biokimia pada kode UIB-02 menunjukan hasil yang sama yaitu
positif untuk Katalase, MR/VP, LIA, Laktosa, Sukrosa, Manitol, Sorbitol,
Arabinosa, Fruktosa, Maltosa dan hasil negatif pada uji Oksidase, MIO, Glukosa,
Rafinosa serta TSIA bernilai alkali. Dari hasil tersebut selanjutnya dilakukan
penentuan spesies berdasarkan buku menurut buku Cowan ST, Steel KJ. 1974.
Characterization Test Method. Di dalam: Manual for the Identification of Medical
Bacteria. Edition yang menyimpulkan bahwa isolat yang didapat sesuai dengan
uji biokimia yang diamati adalah Staphylococcus saprophyticus. Hal ini sesuai
dengan Hal ini sesuai dengan Holt, dkk., (1994) yang menyatakan bahwa bakteri
Staphylococcus sp. gram positif, motilitas berubah-ubah, kebanyakan motil, warna
koloni putih susu atau krem. Bakteri ini memiliki katalase positif dan oksidase
negatif, sering mengubah nitrit menjadi nitrat, mampu memfermentasi laktosa dan
sukrosa, tumbuh optimum pada temperatur 37ºC. Beberapa spesies ada yang
patogen pada manusia dan hewan dan Fardiaz (1983) menyatakan bakteri
Staphylococcus bersifat fakultatif anaerobik, tetapi pertumbuhan pada keadaan
anaerobik sangat lambat. Sel bakteri ini bersifat Gram positif, berbentuk bulat dan
kecil dengan diameter 0,5-1,5 mikron, tidak membentuk spora dan tidak bergerak
Hasil uji biokimia pada kode LIB-01 menunjukan hasil yang sama yaitu
positif untuk Katalase, Oksidase, Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Manitol, Sorbitol,
Manitol, Sorbitol, Arabinosa, Rafinosa dan hasil negatif pada MR/VP, Motility
serta TSIA bernila Alkali. Dari hasil tersebut selanjutnya dilakukan penentuan
spesies berdasarkan buku menurut buku Cowan ST, Steel KJ. 1974.
Characterization Test Method. Di dalam: Manual for the Identification of Medical
Bacteria. Edition yang menyimpulkan bahwa isolat yang didapat sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

39

uji biokimia yang diamati adalah Micrococcus luteus. Hal ini sesuai dengan Holt
et al. (1994) yang menyatakan bahwa bakteri Micrococcus sp. memiliki morfologi
Gram positif, jarang motil dan kebanyakan non motil, koloni berwarna
kekuningan, tumbuh pada media yang sederhana, katalase positif, indol negatif,
ada yang mampu memfermentasi glukosa dan ada yang mampu memfermentasi
laktosa dan sukrosa, tumbuh optimum pada suhu 25ºC-37ºC.
Hasil uji biokimia pada kode LIB-02 menunjukan hasil yang sama yaitu
positif Katalase, Motility, Glukosa, Fruktosa, Sucrosa, Manitol dan hasil negatif
pada uji Oksidase, Laktosa, Sorbitol, Arbinosa, Maltosa dan TSIA bernilai alkali.
Dari hasil tersebut selanjutnya dilakukan penentuan spesies berdasarkan buku
menurut buku Cowan ST, Steel KJ. 1974. Characterization Test Method. Di
dalam: Manual for the Identification of Medical Bacteria Edition yang
menyimpulkan bahwa isolat yang didapat sesuai dengan uji biokimia tersebut
adalah Bacillus cereus. Hal ini sesuai dengan Holt et al. (1994) yang menyatakan
bahwa bakteri Bacillus sp. memiliki ciri-ciri morofologi yaitu gram positif, motil
dengan flagel peritrik, endospora oval, kadang-kadang bundar atau silinder, warna
koloni putih susu sampai kekuningan dengan tepian berombak, katalase positif,
indol negatif dan mampu memfermentasi glukosa dan sukrosa.
B. cereus yang ditemukan memiliki batamg besar berwarna putih dan
tumbuh pada suhu 370 . Hal ini sesuai dengan Villaen dkk., (2006) yang
menyatakan bahwa Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif bersifat
aerob fakultatif mesophilik, yaitu tumbuh optimal pada suhu antara 20

0

C dan

400 C dan mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan pada kisaran yang
luas. B. cereus memiliki koloni besar, kasar, datar, tidak teratur dengan tepian

Universitas Sumatera Utara

40

seperti cambuk, putih dengan penampilan berbintik-bintik. Variasi lain yaitu tipis
dan menyebar, kasar, halus dan padat. Holt dkk., (1994).

Hidrolisis Pati (Amilum) dan Kasein (Protein) Pada Isolat Bakteri
Hasil uji menunjukkan bahwa semua isolat bakteri yang diisolasi dari usus
dan lambung, dapat menguraikan zat pati menjadi maltosa atau glukosa oleh
aktivitas enzim amilase yang dihasilkan bakteri itu sendiri. Hal tersebut ditandai
dengan tidak terbentuknya warna biru di sekeliling koloni bakteri sewaktu
penambahan larutan yodium ke dalam media dan terbentuknya zona bening di
sekitar isolat bakteri. Hasil uji hidrolisis pati oleh enzim amilase bakteri dapat
dilihat pada Gambar 5.
Hal ini sesuai dengan Lay (1994) yang menyatakan bahwa uji hidrolisis
pati dilakukan untuk mengetahui adanya enzim amilase yang berfungsi untuk
memecah pati menjadi komponen yang lebih sederhana. Zat pati adalah
polisakarida yang terdiri dari beberapa sakarida glukosa. Bila zat pati dihidrolisis
oleh eksoenzim amilase, maka senyawa tersebut akan diuraikan menjadi maltosa
dan glukosa. Zat pati bereaksi secara kimia dengan yodium, reaksi ini ditandai
dengan terbentuknya warna biru kehitaman. Warna biru kehitaman ini terjadi bila
molekul yodium masuk ke dalam bagian yang kosong pada molekul zat pati
(amilosa) yang berbentuk spiral. Proses yodinisasi zat pati menghasilkan molekul
yang dapat mengabsorpsi semua cahaya, terkecuali warna biru. Bila zat pati ini
telah diuraikan menjadi maltosa atau glukosa, warna biru ini tidak terbentuk
karena tidak adanya bentuk spiral. Tidak terbentuknya warna biru sewaktu

Universitas Sumatera Utara

41

penambahan larutan yodium ke dalam media merupakan petunjuk adanya
hidrolisis zat pati.
Uji hidrolisis protein dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri
dalam menguraikan enzim protease. Pengujian aktivitas proteolitik bertujuan
untuk mengukur besarnya aktivitas proteolitik masing-masing isolat dengan uji
hidrolisis kasein. Hal ini sesuai dengan Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa
Uji aktivitas proteolitik bertujuan untuk mengetahui adanya enzim proteinase
ekstraseluler pada bakteri. Enzim ini merupakan enzim pemecah protein yang
diproduksi di dalam sel dan kemudian dikeluarkan dari sel, oleh sebab itu
dinamakan enzim ekstraseluler. Semua bakteri mempunyai enzim proteinase di
dalam sel, tetapi tidak semua bakteri mempunyai enzim proteinase ekstraseluler.
Dari hasil penelitian uji hidrolisis protein dilakukan untuk mengetahui
kemampuan bakteri dalam menguraikan enzim protease. Uji ini ditandai dengan
terbentuknya zona bening disekeliling bakteri yang ditanam pada media Skim Milk
Agar yang mengandung kasein yang dapat dipecah oleh mikroorganisme
proteolitik untuk mengetahui kandidat bakteri potensial probiotik yang dapat
menghidrolisis protein.
Hal ini sesuai dengan Lay (1994) yang menyatakan bahwa media yang
digunakan untuk uji ini adalah skim milk agar (SMA). Pada media ini terdapat
kasein yang merupakan protein pada susu. Kasein dapat digunakan oleh
mikroorganisme tertentu sebagai sumber energi. Bila susu dicampur dengan
media biakan bakteri, kasein dalam susu akan menyebabkan media tersebut keruh.
Kekeruhan ini disebabkan karena kasein dalam susu bereaksi dengan ion Ca2+
membentuk Ca- kasein. Kompleks ini tidak larut dalam media, namun membentuk

Universitas Sumatera Utara

42

larutan koloidal, sehingga media terlihat keruh. Bila mikroorganisme mempunyai
enzim proteinase ekstraseluler yang menghidrolisis kasein, maka wilayah
sekeliling koloni bakteri terlihat jernih. Kejernihan ini disebabkan molekul kasein
diuraikan. Asam amino yang dihasilkan dari proses penguraian ini larut dalam
media, sehingga kekeruhan di sekeliling koloni bakteri akan hilang.

Indikasi Penghambatan Bakteri Aeromonas hydrophila
Uji antagonistik bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri yang didapat
berpotensi sebagai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri uji patogen.
Pengujian dilakukan terhadap 4 isolat murni yang bernilai positif terhadap uji
probiotik kasein dan amilum yang akan di uji tantang terhadap bakteri uji
Aeromonas hydrophila, Berdasarkan hasil penelitian dengan uji penghambatan
Aeromonas hydrophila, diperoleh hasil bahwa ke-4 isolat menunjukkan indikasi
penghambatan bakteri A. hydrophila dengan daya hambat masing-masing isolat
Entercoccus faecalis 2 mm, Staphylococcus saprophyticus 2 mm, isolat
Micrococcus cereus 2 mm isolat dan Bacillus cereus 3 mm.
Uji penghambatan bakteri patogen terhadap kandidat bakteri probiotik
yang ditemukan di dalam lambung dan usus ikan menggunakan bakteri patogen
Aeromonas hydrophila. Bakteri ini merupakan bakteri yang paling sering
menyerang ikan karena bakteri ini merupakan bakteri oportunistik yang hampir
selalu terdapat di dalam air dan sering menyerang ikan pada saat sistem
pertahanan tubuh ikan sedang menurun akibat stress yang menimbulkan
terjadinya bercak merah pada ikan, kerusakan pada kulit, insang dan organ dalam.

Universitas Sumatera Utara

43

Uji penghambatan bakteri patogen biasanya dilakukan secara in vitro. Uji
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metoda. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, uji penghambatan bakteri patogen A.hydrophila menggunakan metoda
paper disk, dimana paper disk yang telah ditanam isolat bakteri kandidat probiotik
selanjutnya di letakkan di atas media yang telah disebar isolat bakteri patogen
A.hydrophila, zona bening yang terbentuk disekeliling paper disk berisi kultur
probiotik menunjukkan terjadinya penghambatan. Hal ini sesuai dengan Irianto
(2003) yang menyatakan bahwa metode kertas cakram merupakan metoda yang
cukup baik dan cukup kuat manakala daya penghambatannya terlihat baik
dibandingkan metoda goresan pararel atau silang yang memiliki banyak
kelemahan karena pembentukan isolat probiotik dan pertumbuan bakteri patogen
tidak signifikan.
Berdasarkan hasil uji morfologi dan biokimia bahwa salah satu isolat
bakteri yang berpotensi sebagai kandidat probiotik yang diperoleh dari usus Ikan
Bawal air tawar adalah jenis Enterococcus faecalis yang juga memiliki indikasi
penghambatan A. hydrophila.

Hal ini sesuai dengan Batrinon (2010) yang

menyatakan bahwa Enterococcus memiliki spesies yang berbeda-beda tetapi
hanya dua dari mereka yang penting sebagai probiotik yaitu Enterococcus faecim
diaplikasikan pada manusia dan hewan sementara Enterococcus faecalis terutama
digunakan sebagai probiotik pada manusia.
Enterococcus faecalis merupakan bakteri potensial probiotik pada ikan
Bawal air tawar

(Colossoma

macropomum)

karena

mampu

menghambat

pertumbuhan A. hydrophila yang merupakan bakteri patogen yang sering
menyerang ikan dengan nilai indikasi penghambatan yaitu 2mm. Sebagaimana

Universitas Sumatera Utara

44

penelitian yang dilakukan oleh Mutmainnah dkk., 2013 yang menemukan 11
isolat

berdasarkan uji fisiologi dan biokimia kesebelas isolat menunjukkan

karakteristik probiotik. Keseluruhan isolat tersebut tergolong bakteri gram positif
dimana isolat A, B, G, J, dan K selnya berbentuk bulat (coccus) diduga tergolong
Lactococcus, Streptococcus, Leuconostoc, Enterococcus dan Pediococcus. Isolat
C, D, E, F, H, dan I berbentuk batang (basil) diduga Lactobacillus.Keseluruhan
isolat mampu tumbuh pada pH rendah maupun pada konsentrasi ox bile 1% dan
5% serta pada suhu rendah dan suhu tinggi. Mampu menghambat pertumbuhan
bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Namun semua isolat yang
didapat perlu penanganan khusus dalam pengaplikasian terhadap pemberian
probiotik pada ikan sebagaimana menurut Trisna (2012), tidak semua bakteri baik
dapat dijadikan sebagai probiotik, salah satu bakteri yang berperan sebagai
probiotik adalah bakteri asam laktat (BAL).
Staphylococcus saprophyticus merupakan bakteri potensial probiotik yang
berhasil di isolasi pada usus ikan Bawal air tawar (Colossoma macropomum).
Pada uji indikasi penghambatan terhadap bakteri patogen A. hydrophilla, bakteri
ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan terbentuknya zona
bening disekitar paper disk sebesar 2 mm. Menurut Cowan dan Steel, (1974).
jenis Staphylococcus yang berperan dalam proses fermentasi bekasam, seperti S.
saprophyticus dan S. Albus. Bakteri Staphylococcus sp. dapat dijadikan sebagai
probiotik sebagaimana yang dilakukan

pada penelitian Syabani, dkk., (2015)

tentang frekuensi penambahan bakteri Staphylococcus sp. pada media
pemeliharaan benih Ikan Lele Dumbo untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan
lele Dumbo terlihat dari kelangsungan hidup 93,33 % lebih baik dibandingkan

Universitas Sumatera Utara

45

dengan media pemeliharaan yang tidak diberikan bakteri Staphylococcus sp.
Bakteri Staphylococcus sp tidak semua bersifat probiotik ada juga yang patogen
terutama pada manusia dan hewan lain untuk itu perlu dipertimbangkan bila
dijadikan probiotik baik skala

labortaorium

dan

lapangan. Hal ini sesuai

dengan Irianto (2005) yang menyatakan salah satu spesies probiotik pada
akuakultur yang bakterinya dikenal sebagai patogen bagi manusia dan hewan
tentu perlu dipertimbangkan, karena dari sisi usaha akuakultur menjadi tidak
sepenuhnya aman.
Dari hasil uji Micrococcus sp merupakan salah satu isolat murni yang
ditemukan di saluran pencernaan yang juga memiliki indikasi penghambatan
terhadap bakteri patogen. Hal ini sesuai dengan Vine dkk., (2004) menjelaskan
bahwa bakteri Micrococcus bersifat non patogen dan memberikan efek yang
menguntungkan bagi ikan. Chiu dkk,. (2004) melaporkan bahwa sifat yang
menguntungkan dari bakteri Micrococcus dapat digunakan untuk probiotik dalam
mencegah penyakit pada ikan. Sebagaimana bakteri ini dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen hal ini sesuai dengan Osman, dkk. (2010),
menyatakan bahwa Micrococcus sp. merupakan bakteri yang bermanfaat karena
memiliki peran dalam pengendalian penyakit, promotor pertumbuhan dan juga
meningkatkan parameter fisiologis seperti aliran darah di antara ikan nila. Selain
itu, memiliki efek antagonis terhadap patogen A. hydrophila secara in vitro serta
mendukung pertumbuhan dan tingkat kelangsungan ikan nila pada uji secara in
vivo.
Berdasarkan hasil uji morfologi dan biokimia bahwa salah satu isolat
bakteri yang berpotensi sebagai kandidat probiotik yang diperoleh dari usus Ikan

Universitas Sumatera Utara

46

Bawal air tawar adalah jenis Micrococcus luteus yang juga memiliki indikasi
penghambatan A. hydrophila. Dengan demikian Micrococcus luteus merupakan
bakteri yang potensial probiotik pada Ikan Bawal air tawar karena menghambat
pertumbuhan A. hydrophila. Hal ini sesuai dengan Abd El-Rhman dkk., (2009)
yang menyatakan micrococcus luteus yang diisolasi dari gonad dan saluran
pencernaan ikan nila menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap A. hydrophila
dan ditemukan memiliki kemampuan probiotik yang baik untuk meningkatkan
pertumbuhan ikan nila dengan penambahan pada pakan, serta memiliki
kemampuan untuk mengurangi flora mikroba patogen dan meningkatkan adsorpsi
makanan dalam usus.
Uji antagonis pada saluran pencernaan Ikan Bawal air tawar menghasilkan
bakteri yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim protease dan
bakteri potensial probiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen
yaitu bakteri Bacillus sp dan Stapylococcus sp merupakan kandidat bakteri
potensial probiotik yang dapat dipertimbangkan sebagai antibiotik yang berguna
bagi budidaya ikan. Hal ini sesuai dengan Kurniasih dkk., (2013) yang
menyatakan Bacillus sp merupakan bakteri probiotik yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Vibrio sp dan Aeromonas sp, tetapi tidak dapat menghambat
Pseudomonas sp dan ditemukan juga bakteri Stapylococcus sp. Bakteri yang
terdapat dalam saluran pencernaan diketahui dapat memberi manfaat untuk
meningkatkan aktivitas pencernaan ikan karena kemampuannya mensekresikan
berbagai jenis enzim. Pemberian enzim Stapylococcus sp dan Bacillus sp dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan protein pakan dan pembentuk jaringan tubuh.

Universitas Sumatera Utara

47

Dari hasil uji spesies yang didapat adalah bakteri Bacillus cereus
merupakan salah satu bakteri yang didapat yang bersifat proteolitik yang dapat
menghambat bakteri uji patogen. Pada uji indikasi penghambatan terhadap bakteri
patogen A. hydrophilla, bakteri ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri
patogen dengan terbentuknya zona bening disekitar paper disk sebesar 3 mm.
Bakteri B. cereus. Hal ini sesuai dengan Feliatra dkk., (2012), yang menyatakan
menemukan efektifitas bakteri probiotik melalui antagonis bakteri probiotik
terhadap bakteri patogen pada ikan. Bakteri B. cereus memberikan respon positif
yaitu terbentuknya hambatan pada pertumbuhan bakteri Aeromonas sp dan vibrio
sp, respon terlihat dengan terbentuknya zona yang terputus oleh adanya
pertumbuhan bakteri B. cereus.
Dari ke-4 isolat yang didapat pada penelitian ini menunujukkan bahwa
daya hambat yang terbentuk zona bening tidak luas dan hanya menunjukkan
indikasi penghambatan, tetapi itu sudah memberikan indikasi bahwa bakteribakteri tersebut mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan patogen yang
nantinya dapat diteliti lebih mendalam tentang uji penggunaan bakteri tersebut
secaran langsung pada ikan (in vivo) dan penggunaannya lebih dipertimbangkan
lagi agar tidak terjadi hal yang merugikan bagi ikan budidaya.

Universitas Sumatera Utara

48

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Isolat bakteri yang diperoleh dari usus Ikan Bawal air tawar (Colossoma
macropomum) yang berpotensi sebagai probiotik yaitu Enterococcus faecalis
Staphylococcus saprophyticus, Micrococcus luteus, dan Bacillus cereus.
2. Isolat bakteri potensial yang berhasil diidentifikasi menunjukkan indikasi
penghambatan terhadap bakteri patogen A. hydrophila dengan nilai hambatan
yaitu 2 mm dan 3 mm.

Saran
Identifikasi isolat bakteri potensial probiotik dalam penelitian ini dilakukan
berdasarkan karakterisasi secara manual, sehingga perlu dilakukan identifikasi
secara molekuler atau Polimeration Chain Reaction (PCR) dan penelitian lebih
lanjut terhadap ikan uji secara in vivo dengan pemberian isolat bakteri potensial
probiotik pada media air ikan.

Universitas Sumatera Utara