Implementation of Guided Inquiry in Coordination System Material to Improve Science Process Skill at Class XI IPA 3 Students in SMA Batik 2 Surakarta in Academic Year 2013 2014 | Marjono | Pendidikan Biologi 7374 15496 1 SM
Jurnal Pendidikan Biologi
Volume 7,Nomor 2
Halaman 80-93
Mei 2015
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Materi
Sistem Koordinasi untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Siswa Kelas
XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
Implementation of Guided Inquiry in Coordination System Material to Improve
Science Process Skill at Class XI IPA 3 Students in SMA Batik 2 Surakarta in
Academic Year 2013/2014
a)
Idhun Prasetyo Riyadia, Baskoro Adi Prayitnob, Marjonoc
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: idhun.prasetyo.bio@gmail.com
b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: baskoro_ap@uns.ac.id
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: maryonobio@yahoo.co.id
ABSTRACT - This research aimed to improve science process skill in coordination system
material of Biology subject at XI IPA 3 Class SMA Batik 2 Surakarta with implementation
of Guided Inquiry. This research is a Classroom Action Research which was done in two
cycles. Each cycle consists of 4 steps, those are: planning, acting, observation, and
reflection. The technique of data collection used questionaire, observation sheet, test, and
interview. Validity used triangulation method, while data analysis used descriptive analysis.
The results of this research showed that implementing classroom research by using guided
inquiry could improve students’ science process skill in Biology subject, matched with
second cycle target. The percentage of achievement aspect in science process skill at pre-test
was low because the teaching and learning was dominated by teaching centered. While the
average percentage of achievement aspect in science process skill in accordance with the
observation sheet in first cycle was 53,29% and second cycle was 77,68% (increased
24,39%), average of achievement in first cycle was 56,1 % and second cycle was 78,35%
(increased 22,25%). Therefore, implementation of teaching technique by using guided
inquiry could stimulate students and force them to be more active in Biology subject. Based
on the research result above, it can be concluded that the implementation of guided inquiry
in coordination system material of Biology subject can improve science process skill of
students at class XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta in academic year 2013/ 2014.
Keywords: Guided Inquiry, Science Process Skill
80
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
melihat tanpa melakukan pengamatan
A. PENDAHULUAN
Pendidikan
yang
statis
bukanlah
melainkan
sesuatu
sesuatu
yang
yang detail, begitu juga ketika siswa
melakukan
pengelompokkan
terhadap
dinamis sehingga menuntut adanya usaha
materi praktikum, siswa masih bingung
untuk perbaikan yang terus menerus.
dan sering bertanya kepada guru. Ketika
Siswa harus memiliki kemampuan untuk
mendiskusikan hasil kegiatan praktikum,
berbuat sesuatu dengan menggunakan
siswa
proses dan prinsip keilmuan yang telah
mengajukan
dikuasai,
learning
dan
to
know
dengan
cenderung
pasif
pertanyaan
bahan
dan
jarang
yang
sesuai
diskusi.
Saat
(pembelajaran untuk tahu) dan learning to
mempresentasikan laporan praktikum di
do (pembelajaran untuk berbuat) harus
depan kelas, terlihat bahwa kemampuan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar
berkomunikasi
(Ambarsari, Santosa, dan Maridi, 2012).
menyampaikan hasil percobaan masih
Pembelajaran
merupakan
dilakukan
atas mengindikasikan bahwa pembelajaran
pendidik, dan belajar yang dilakukan oleh
di kelas XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta
peserta didik. Guru sebagai fasilitator dan
belum
siswa sebagai objek dan subjek dalam
keterampilan proses sains siswa karena
pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan
dalam keterampilan proses sains siswa
lingkungan pembelajaran yang efektif
dituntut untuk menemukan sendiri fakta-
perlu diciptakan oleh guru agar siswa
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
dapat belajar dengan baik dan mencapai
teori-teori selama kegiatan pembelajaran.
hasil
Rendahnya keterampilan proses sains
yang
guru
Berdasarkan hasil observasi di
sebagai
belajar
oleh
dalam
cenderung monoton.
komunikasi dua arah, yakni mengajar
yang
siswa
optimal
(Sagala,
2009:62).
sepenuhnya
memperdayakan
merupakan salah satu permasalahan yang
Berdasarkan
observasi
yang
dilaksanakan pada kelas XI IPA 3 SMA
mendesak untuk segera ditangani dalam
pembelajaran Biologi di kelas XI IPA 3.
Batik 2 Surakarta diperoleh informasi
Biologi sebagai sains terdiri dari
bahwa siswa masih kurang menguasai
tiga komponen dasar yang tidak dapat
keterampilan proses sains. Indikasinya,
terpisahkan yaitu Biologi sebagai produk,
ketika
praktikum,
proses, dan sikap. Biologi sebagai proses
beberapa siswa terlihat kurang terampil
dan sikap dapat membentuk suatu produk
melakukan pengamatan. Siswa hanya
ilmiah yang bermanfaat. Sikap ilmiah
siswa
melakukan
81
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
merupakan sikap yang harus dimiliki
Muara
siswa untuk berlaku objektif dan jujur
keterampilan
dalam menganalisis dan mengumpulkan
pembentukan insan yang terdidik secara
data. Sedangkan proses ilmiah merupakan
utuh. Pengembangan keterampilan proses
perangkat keterampilan kompleks yang
sains merupakan hal yang utama untuk
digunakan dalam kerja ilmiah (Waryanto,
memperbaiki proses pendidikan sains di
2011). Pembelajaran Biologi saat ini
Indonesia, sehingga pendidikan sains yang
umumnya hanya menekankan pada aspek
diterapkan hendaknya dapat berorientasi
produk sains dan kurang mengembangkan
pada pembentukan keterampilan proses
aspek proses dan sikap sains. Senada
sains (Rustaman, 2005).
dengan hal tersebut Rustaman (2005)
Ada
dari
pembekalan
tersebut
ketiga
adalah
berbagai
pada
jenis
mengatakan bahwa pengetahuan yang
keterampilan
didapat pada saat ini sudah diinformasikan
dikembangkan dalam diri peserta didik,
dengan berbagai cara, sehingga orang-
menurut
orang lebih terpaku pada produk sains.
mengungkapkan
Pengetahuan
yang
proses sains terdiri dari keterampilan-
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
keterampilan dasar (Basic Skills) dan
dari mengingat seperangkat fakta-fakta
keterampilan-keterampilan
melainkan
(Integrated Skills). Keterampilan dasar
dan
suatu
keterampilan
proses
menemukan
sendiri.
proses
Karen
yang
L.
bahwa
dapat
Lancour
keterampilan
terintegrasi
terdiri dari enam keterampilan, yakni
Keterampilan proses sains perlu
dikembangkan
karena
di
dalamnya
mengobservasi,
mengklasifikasi,
memprediksi, mengukur, menyimpulkan,
terdapat keterampilan kognitif, manual,
dan
dan
keterampilan-keterampilan
sosial.
Keterampilan
kognitif
mengkomunikasikan.
Sedangkan
terintegrasi
diperlukan karena siswa menggunakan
terdiri dari: mengidentifikasi variabel,
pikirannya ketika melakukan keterampilan
membuat tabulasi data, menyajikan data
proses
manual
dalam bentuk grafik, menggambarkan
diperlukan karena siswa menggunakan
hubungan antar variabel, mengumpulkan
alat dan bahan, mengukur, dan menyusun
dan
alat ketika melakukan keterampilan proses
penelitian,
sains. Keterampilan sosial diperlukan
mendefinisikan
karena
operasional, merancang penelitian, dan
sains.
siswa
Keterampilan
berinteraksi
ketika
melaksanakan keterampilan proses sains.
mengolah
data,
menganalisa
menyusun
hipotesis,
variabel
secara
melaksanakan eksperimen.
82
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
Berdasarkan
permasalahan
kesimpulan. Dari sintak pembelajaran
terhadap rendahnya keterampilan proses
inkuiri tersebut memiliki potensi yang
sains
bermanfaat
dapat
dilakukan
dengan
dalam
meningkatkan
menggunakan pembelajaran yang lebih
keterampilan
inovatif dan menekankan pada keaktifan
didukung oleh Zehra dan Nermin (2009)
siswa.
yang
Alternatif
berpotensi
pembelajaran
dapat
yang
menyelesaikan
proses
sains.
menyatakan
Hal
bahwa
terbimbing
mampu
keterampilan
proses
ini
inkuiri
meningkatkan
siswa.
Prosedur
permasalahan keterampilan proses sains
pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan
adalah inkuiri. Inkuiri terbimbing cocok
dengan
diterapkan di SMA karena sesuai dengan
penyelidikan,
karakteristik siswa SMA yang cenderung
mengidentifikasi konsep atau metode, dan
kurang mandiri dan masih membutuhkan
mendorong siswa menemukan cara untuk
saran dan isyarat dari guru (Rokhmatika,
memecahkan masalah
Harlita, dan Prayitno, 2012). Model
Guru
pembelajaran inkuiri terbimbing mampu
masalah
mengembangkan
pemecahan masalah (Amri dan Ahmadi,
keterampilan
proses
sains siswa baik pada berkemampuan
melibatkan
siswa
dalam
membantu
berperan
dan
siswa
yang dihadapi.
dalam
memberikan
membimbing
kegiatan
2010).
akademik tinggi, sedang, dan rendah serta
Berbeda
dengan
jenis-jenis
dapat melibatkan keaktifan siswa dalam
inkuiri
proses
Biologi
pembelajaran inkuiri terbimbing siswa
(Wulanningsih, Prayitno, dan Probosari.,
hanya diberikan sebuah masalah, topik
2012).
dan pertanyaan, sedangkan prosedur serta
pembelajaran
yang
lain,
pada
model
Inkuiri terbimbing dengan tahap-
analisis hasil dan pengambilan kesimpulan
tahap pembelajarannya mampu melatih
dilakukan oleh peserta didik dengan
siswa dalam meningkatkan keterampilan
bimbingan yang intensif dari guru. Pada
proses sains (Wulanningsih, Prayitno, dan
tahap
Probosari., 2012). Sintaks pembelajaran
terbimbing diberikan banyak bimbingan
inkuiri
terhadap siswa, sedikit demi sedikit
terbimbing
menurut
Triyanto
permulaan
penerapan
(2007) yaitu terdiri dari menyajikan
bimbingan
masalah, membuat hipotesis, merancang
dikemukakan
percobaan,
Zuriyani, 2010) bahwa
menganalisis
melakukan
data,
dan
percobaan,
membuat
menemukan
dikurangi.
oleh
suatu
Seperti
Hudoyono
dalam
konsep
inkuiri
yang
(dalam
usaha
siswa
83
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
memerlukan
bimbingan
bahkan
refleksi
(reflecting)
dengan
diawali
memerlukan pertolongan guru setapak
tahapan pratindakan untuk mengetahui
demi setapak. Siswa memerlukan bantuan
keadaan awal proses pembelajaran. Teknik
untuk mengembangkan kemampuannya
analisis yang dilakukan dalam penelitian
memahami pengetahuan baru. Walaupun
adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian
siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-
ini lebih bersifat mendeskripsikan data
kesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan
atau analisis kualitatif berdasarkan fakta
guru tetap diperlukan. Menurut Mulyasa
dan keadaan yang terjadi di sekolah
(2005: 109) Pelaksanaan penyelidikan
tersebut.
inkuiri terbimbing dilakukan oleh siswa
berdasarkan petunjuk guru. Petunjuk yang
diberikan
pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
berbentuk
Hasil penelitian yang dilakukan
Penerapan
di kelas XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta
inkuiri terbimbing digunakan terutama
tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan
bagi siswa yang belum berpengalaman
bahwa penerapan model pembelajaran
belajar dengan inkuiri.
inkuiri
pertanyaan
umumnya
B.
membimbing.
Tujuan yang ingin dicapai dari
mampu
terbimbing
(guided
meningkatkan
inquiry)
keterampilan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan
proses sains siswa. Peningkatan ini diukur
keterampilan proses sains siswa kelas XI
melalui
IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun
wawancara,
pelajaran 2013/2014 melalui penerapan
menggunakan hasil tes yang disusun
model pembelajaran inkuiri terbimbing
berdasarkan indikator keterampilan proses
pada materi sistem koordinasi.
sains.
a.
lembar
serta
Penelitian yang digunakan adalah
angket,
didukung
dengan
Hasil Lembar Observasi
Lembar
A. METODE PENELITIAN
observasi,
observasi
(LO)
digunakan ketika proses pembelajaran di
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dalam
dilakukan
berkolaborasi
praktikum. Observasi dilakukan untuk
dengan guru. Penelitian tindakan kelas
mengamati aspek keterampilan proses
terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling
sains (KPS) yang dimiliki oleh siswa
terkait
yaitu
terhadap kegiatan praktikum dan dokumen
pelaksanaan
pembelajaran berupa laporan praktikum
oleh
dan
perencanaan
peneliti
berkesinambungan
(planning),
(acting), pengamatan (observing) dan
siswa.
kelas
dan
Peniliaian
ketika
KPS
kegiatan
pratindakan
84
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
dilakukan
dengan
dihasilkan
capaian
39,66%.
Hasil
lembar
observasi
rata-rata
observasi
Persentase
sebesar
Aspek
pratindakan
masih rendah dikarenakan pembelajaran
yang masih terfokus pada guru dan
kegiatan praktikum belum berjalan dengan
maksimal.
Melalui
penerapan
model
pembelajaran inkuiri terbimbing (guided
inquiry) pada pembelajaran Biologi terjadi
peningkatan keterampilan proses sains.
Apabila pada pra tindakan hasil capaian
rata-rata masih rendah, sedangkan pada
siklus I sudah mengalami peningkatan
yaitu capaian rata-rata sebesar 53,29%
(meningkat
13,63%).
Tetapi
target yang sudah ditetapkan, dimana
Menge
lompokkan
Menaf
sirkan
hasil
observasi pada siklus I belum memenuhi
Menga
mati
Menga
jukan pertanyaan
Berhip
otesis
Meren
canakan
percobaan
Mengg
unakan alat dan
bahan
Berko
munikasi
Rata-rata
Pra
tindak
an
Siklus
I
Siklus
II
44,44
54,16
79,86
45,13
52,08
74,30
40,27
54,16
83,33
45,83
50,69
74,30
25
46,52
72,22
25
48,61
74,30
34,72
56,94
81,25
56,94
63,19
81,94
39,66
53,29
77,69
target yang harus dipenuhi yaitu apabila
persentase rata-rata semua aspek KPS ≥
Grafik persentase capaian aspek
70%. Setelah dilakukan refleksi terhadap
keterampilan proses sains berdasarkan
hasil dari siklus I dan dilanjutkan ke siklus
hasil lembar observasi pada pra tindakan,
II, hasil capaian rata-rata lembar observasi
siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada
terhadap
Gambar 1.
keterampilan
proses
sains
mengalami peningkatan kembali yaitu
sebesar 77,68% (meningkat 24,39%) dari
hasil observassi siklus I. Hasil pada siklus
II berdasarkan lembar observasi sudah
memenuhi target yang sudah ditetapkan di
awal penelitian.
Rincian peningkatan aspek tiap siklus
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase Aspek Keterampilan
Proses Sains Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan Lembar Observasi.
Keterangan Aspek Keterampilan Proses Sains:
1. Mengamati
2. Mengelompokkan
3. Menafsirkan
4. Mengajukan Pertanyaan
5. Berhipotesis
6. Merencanakan Percobaan
7. Menggunakan alat dan bahan
85
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
afsirkan
Men
65, 97
gajukan
pertanyaan
Berh
63,88
Mer
59,49
ipotesis
Gambar 1. Grafik persentase capaian
aspek keterampilan proses
sains berdasarkan hasil lembar
observasi pada pra tindakan,
siklus I, dan siklus II.
b. Hasil Angket Keterampilan Proses
Sains
Angket
diisi
oleh
siswa
encanakan
percobaan
Men
ggunakan alat
dan bahan
Berk
omunikasi
Rata-rata
72,91
76,38
64,93
77,43
67,36
75,69
70,83
76,38
69,61
77,95
69,11
77,18
66,67
67,01
55,74
Tabel 2. Persentase Aspek Keterampilan
Proses Sains Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan Lembar Observasi
berdasarkan sudut pandang siswa untuk
Grafik persentase capaian aspek
mengetahui persentase rata-rata capaian
keterampilan proses sains berdasarkan
masing-masing variabel masalah pada
hasil angket pada pra tindakan, siklus I,
pratindakan. Keterampilan proses sains
dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 2.
siswa menurut hasil angket pratindakan,
siklus I dan siklus II menunjukkan adanya
peningkatan. Rata-rata persentase angket
keterampilan proses sains siswa pra
tindakan
sebesar
55,74%,
siklus I
sebesar 69,11% (meningkat 13,37%), dan
siklus II sebesar 77,18% (meningkat
8,07%). Rincian tiap aspek keterampilan
proses sains siswa berdasarkan angket
dapat dilihat pada Tabel 2.
Aspek
Pra
tindakan
Men
69,79
Men
gelompok kan
Men
58,50
gamati
60,64
Persentase
Siklus Siklus
I
II
69,79
81,25
68,75
76,04
68,75
76,38
Keterangan Aspek Keterampilan Proses Sains:
1. Mengamati
2. Mengelompokkan
3. Menafsirkan
4. Mengajukan Pertanyaan
5. Berhipotesis
6. Merencanakan Percobaan
7. Menggunakan alat dan bahan
8. Berkomunikasi
86
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
Gambar 2. Grafik persentase capaian
aspek keterampilan proses
sains berdasarkan angket pada
pra tindakan, siklus I, dan
siklus II.
Gambar 3. Grafik Persentase Hasil Tes
Keterampilan Proses Sains
Siswa Siklus I dan Siklus II.
Rata-rata persentase aspek pada
c.
Hasil Tes Keterampilan Proses
Sains
I
dan
siklus
II
mengalami
peningkatan yaitu sebesar 22,25% dari
Tes keterampilan proses sains
siswa digunakan sebagai data pendukung
untuk
siklus
mengetahui
peningkatan
56,1% menjadi 78,35% dengan rincian
besarnya tiap aspek dapat dilihat pada
Tabel 3.
keterampilan proses sains siswa pada tiap
siklus. Tes ini dilakukan pada akhir siklus
I dan akhir siklus II dan mengalami
peningkatan pada akhir siklus II. Rata-rata
Tabel 3. Persentase Keterampilan Proses
Sains Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan Tes
kelas pada siklus I sebesar 56,1% dan
Aspek
pada siklus II naik menjadi 78,35%
(meningkat 22,25%).
Rincian
peningkatan
hasil
tes
gamati
keterampilan proses sains siklus I, dan
siklus II dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan Aspek Keterampilan Proses Sains:
1. Mengamati
2. Mengelompokkan
3. Menafsirkan
4. Mengajukan Pertanyaan
5. Berhipotesis
6. Merencanakan Percobaan
7. Menggunakan alat dan bahan
8. Berkomunikasi
Men
Persentase
Siklus I Siklus II
65,27
79,62
Men
gelompokkan
Men
afsirkan
Men
gajukan
pertanyaan
Berh
ipotesis
Mer
encanakan
percobaan
Men
ggunakan alat
dan bahan
Berk
omunikasi
Rata-rata
69,09
76,38
66,20
76,73
63,88
74,30
50
86,11
45,83
78,47
39,58
80,56
48,95
74,65
56,1
78,35
Hasil wawancara baik dari siswa
maupun guru juga menunjukkan bahwa
tindakan pembelajaran dengan
model
87
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
yang dimiliki. Hipotesis yang dibuat siswa
meningkatkan keterampilan proses sains
masih kurang sesuai dengan rumusan
siswa.
masalah. Beberapa siswa masih berfokus
Peningkatan capaian setiap aspek
pada satu sumber belajar saja dalam
keterampilan proses sains tiap siklus dapat
membuat hipotesis dan hipotesis yang
dijelaskan sebagai berikut.
dibuat terlalu panjang sehingga susah
Pada pembelajaran siswa diberi
dimengerti.
materi tentang sistem koordinasi, pada
awalnya.
Siswa
diberi
permasalahan
Siswa
merancang
percobaan
gerak yang ditimbulkan oleh otak dan
berupa gerak apa yang akan dihasilkan
tulang
apabila sistem saraf pusat meliputi otak
kerusakan di laboratorium sekolah untuk
dan tulang belakang mengalami gangguan
menguji hipotesis yang telah dibuat oleh
atau kerusakan. Wacana mengenai gerak
siswa. Kegiatan merancang percobaan
yang ditimbulkan ketika otak dan tulang
mempermudah siswa dalam menggunakan
belakang mengalami gangguan dianalisis
banyak keterampilan proses sains terutama
dan dirumuskan permasalahannya oleh
kegiatan pelaksanaan percobaan. Siswa
siswa dengan mengajukan pertanyaan.
merancang pengamatan di laboratorium
Pertanyaan yang dibuat oleh siswa di
dengan memilih alat dan bahan yang
antaranya mengenai struktur organ sistem
disediakan, menentukan langkah kerja,
saraf pusat, fungsi dari sistem saraf pusat,
dan menentukan data
dan gerakan apa yang dapat ditimbulkan,
Rancangan percobaan siswa sudah sesuai
serta gangguan yang dapat terjadi pada
dengan tujuan percobaan, akan tetapi
sistem saraf pusat. Keterampilan siswa
beberapa siswa belum menyusun langkah
dalam mengajukan pertanyaan belum
kerja
sesuai yang diharapkan. Sebagian besar
menentukan data pengamatan.
siswa masih bingung dalam mengajukan
belakang
yang
apabila
mengalami
yang diambil.
sistemastis
dan
belum
Rancangan percobaan yang telah
pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang
dibuat
dibuat oleh siswa belum sesuai dengan
melaksanakan
tujuan percobaan dan belum sesuai dengan
gerak yang ditimbulkan oleh otak dan
indikator capaian KPS.
tulang belakang. Percobaan tentang gerak
ditindaklanjuti
percobaan
dengan
pengamatan
Siswa membuat hipotesis untuk
yang ditimbulkan oleh otak dan tulang
memberi jawaban sementara dari rumusan
belakang apabila mengalami kerusakan
masalah yang bersumber dari buku-buku
melatih siswa untuk mengembangkan
88
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
keterampilan
mengamati.
Siswa
dihadapkan langsung pada objek nyata
percobaan dan siswa kurang lengkap
dalam menyampaikan hasil analisis data.
seperti katak yang di rusak bagian otak
Siswa
membuat
kesimpulan
dan tulang belakangnya, kemudian siswa
percobaan gerak yang diatur oleh otak dan
mengamati gerakan yang ditimbulkan oleh
tulang belakang berdasarkan hasil analisis
katak apakah masih stabil atau tidak. Hasil
data dan jawaban pertanyaan. Tahap ini
pengamatan siswa belum sesuai yang
melatih siswa dalam menafsirkan data dan
diharapkan karena beberapa siswa kurang
berkomunikasi karena siswa diajak untuk
teliti
ketika
mengamati
mengamati
objek
dan
belum
menyimpulkan
pengamatan
secara
menafsirkan
percobaan
hasil
analisis
dengan
data
dan
menyeluruh pada kuadran yang dibuat.
jawaban pertanyaan LKS pengembangan
Hasil pengamatan siswa dikelompokkan
kesimpulan, kemudian menyampaikannya
berdasarkan perlakukan yang dilakukan
melalui presentasi dan laporan. Secara
kepada katak. Sebagian besar siswa sudah
keseluruhan persentase rata-rata capaian
bisa
data
aspek KPS pada siklus I sudah meningkat
pengamatan tetapi masih belum langkah
dibandingkan pratindakan karena pada
sehingga dianggap kurang. Secara umum
siklus I siswa dilatih untuk menggunakan
keterampilan
KPS dalam proses pembelajaran melalui
dalam
mengelompokkan
menggunakan
alat/bahan
sudah sesuai harapan, akan tetapi masih
kegiatan
terlihat beberapa siswa kesulitan dalam
masalah yang diberikan guru.
menggunakan alat/bahan dalam tahap
merusak otak dan tulang belakang katak.
Hasil percobaan yang dilakukan
inkuiri
untuk
memecahkan
Persentase rata-rata capaian aspek
KPS pada siklus I belum mencapai target
yang
ditentukan
karena
proses
di laboratorium kemudian dianalisis oleh
pembelajaran belum berjalan lancar. Siswa
siswa. Siswa menafsirkan gerak yang
masih bingung dalam menggunakan KPS
ditimbulkan oleh otak dan tulang belakang
terutama ketika mengajukan pertanyaan,
apabila dalam keadaan normal dan dalam
berhipotesis, merancang percobaan, dan
keadaan mengalami gangguan berdasarkan
menganalisis
data
disebabkan
pengamatan.
Keterampilan
data.
siswa
Hal
tersebut
belum
terbiasa
dalam
kegiatan
menafsirkan dan berkomunikasi masih
menggunakan
kurang karena beberapa siswa bingung
pembelajaran dan bimbingan guru dalam
ketika menganalisis data sehingga hasil
proses
analisis data tidak sesuai dengan tujuan
harapan.
KPS
pembelajaran
belum
sesuai
89
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
Semua aspek KPS meningkat
terpisah, dan menggunakan alat/bahan
sesuai target pada siklus II dibuktikan
dengan
dengan
dalam
ceratoscope placida, menggunakan pipet
merumuskan masalah yang diberikan guru
tetes, stopwatch, pengaduk, dan lain-lain.
berupa kasus gangguan sistem indera.
Hasil analisis data juga sudah sesuai
Wacana mengenai respon yang dihasilkan
dengan tujuan percobaan dan disampaikan
ketika sistem indera diberi perlakukan
dengan jelas pada presentasi dan laporan.
berupa
Kesimpulan yang dibuat siswa sudah
siswa
sudah
pemberian
lancar
rangsangan
sesuai
lancar
seperti
dengan alat indera dan dianalisis siswa
sesuai
untuk
masalah.
disampaikan siswa dengan jelas. Target
Rumusan masalah yang dibuat siswa
persentase rata-rata capaian aspek KPS
sudah
siswa tercapai pada siklus II karena pada
membuat
sesuai
rumusan
dengan
dengan
tujuan
dengan
menggunakan
II
analisis
data
dan
percobaan. Siswa juga tidak kesulitan
siklus
dalam berhipotesis mengenai respon yang
menggunakan
dihasilkan oleh alat indera ketika diberi
pembelajaran dan bimbingan guru yang
rangsangan. Siswa menggunakan berbagai
lebih mengerti siswa melalui pertanyaan
sumber belajar sehingga hipotesis yang
pembimbing.
dibuat lebih sistematis.
siswa
sudah
terbiasa
KPS
dalam
kegiatan
Kegiatan
pembelajaran
Tahap merancang percobaan juga
menggunakan model inkuiri terbimbing
sudah berjalan lancar dibuktikan dari
terdiri atas enam langkah yang dimulai
siswa
dari
terampil
percobaan
dalam
mengenai
merencanakan
respon
yang
menyajikan
hipotesis,
masalah,
merancang
membuat
percobaan,
ditimbulkan oleh alat indera ketika diberi
melakukan percobaan, menganalisis data,
rangsangan.
dan membuat kesimpulan (Trianto, 2007:
alat/bahan
Siswa
dengan
sudah
tepat,
memilih
menyusun
141-142).
langkah kerja dengan sistematis, dan
menentukan
data
yang
diambil.
Pada tahap menyajikan masalah
keterampilan yang dapat diperoleh oleh
Rancangan percobaan yang telah dibuat
siswa
juga dilaksanakan dengan baik. Siswa
mengajukan
mengamati respon dari alat indera ketika
membuat hipotesis, siswa diperkenalkan
diberi rangsangan berupa cahaya, bunyi,
tentang
rasa,
hipotesis atau dugaan sementara terhadap
dan
bau.
Siswa
juga
mengelompokkan hasil pengamatan secara
hasil
berupa
keterampilan
pertanyaan.
keterampilan
penelitian/menjawab
Pada
dalam
tahap
mengajukan
pertanyaan
90
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
yang
sudah
pada
tahap
cocok diterapkan dalam pembelajaran
Pada
tahap
biologi untuk meningkatkan keterampilan
merencanakan percobaan, di sini siswa
proses, karena sintaks dan tahap-tahap
dilatih untuk merancang sebuah percobaan
pembelajaran inkuiri terbimbing dibangun
sesuai tujuan percobaan dan peralatan
melalui metode ilmiah sehingga dapat
yang
tersedia, tidak lupa juga untuk
melatih keterampilan proses sains pada
mencari jawaban atas permasalahan atau
siswa. Pembelajaran inkuiri terbimbing
membuktikan hipotesis yang telah dibuat.
memungkinkan adanya interaksi yang
Selanjutnya
aktif antara sesama siswa.
menyajikan
percobaan,
diajukan
masalah.
yaitu
tahap
siswa
melakukan
berbagai
Smith, et al. (2007) menyatakan
macam keterampilan proses pada tahap ini
bahwa inkuiri terbimbing memperlihatkan
di
kegiatan pembelajaran yang membuat
antaranya
mengamati,
mendapat
yaitu
keterampilan
mengelompokkan,
menggunakan
alat/bahan.
dan
Setelah
siswa
aktif
meliputi
mengamati,
mengajukan pertanyaan, mengumpulkan
melakukan percobaan, data yang diperoleh
informasi
harus dianalisis oleh siswa pada tahap
merencanakan penelitian, menggunakan
menganalisis
perlengkapan untuk mengumpulkan data,
menganalisis
data.
data
Pada
siswa
tahap
mendapat
lain
menganalisis
dan
yang
diperlukan,
mengiterprestasikan
keterampilan untuk menganalisis hasil
data,
percobaan di lapangan, untuk mencari
mengkomunikasikan
jawaban yang sesuai dengan hipotesis dan
kegiatan tersebut kemampuan siswa dalam
tujuan percobaan. Tahap terakhir yaitu
melakukan
menyimpulkan, siswa menyampaikan data
semakin berkembang.
memberikan
jawaban,
hasilnya.
keterampilan
sains
dan
Dari
akan
hasil percobaan yang sudah dianalisis
Dari hasil penelitian di atas
kepada teman-teman sekelas untuk saling
didukung oleh hasil penelitian yang telah
ditanggapi
dilakukan
dan
untuk
disimpulkan
Ambarsari,
dkk.
(2012)
bersama. Pada tahap terakhir ini siswa
menunjukkan pengaruh penerapan inkuiri
mendapat keterampilan proses berupa
terbimbing terhadap keterampilan proses
komunikasi yang baik sesama teman
sains pada pelajaran Biologi SMP. Inkuiri
dalam menyampaikan hasil percobaan.
terbimbing berpengaruh secara signifikan
Menurut
(2012)
Wulanningsih,
menyatakan
bahwa
dkk.
model
pembelajaran inkuiri terbimbing sangat
terhadap keterampilan proses sains dasar,
terdapat
perbedaan
aktivitas
antara
sebelum dan sesudah diberi perlakuan
91
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
yaitu
penerapan
inkuiri
terbimbing
terhadap pembelajaran. Begitu juga hasil
IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun
pelajaran 2013/2014.
penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk
(2013) menunjukkan pengaruh inkuiri
D.
terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil
Ambarsari, Wiwin., Santosa, dan Maridi.
belajar
IPA
dibandingkan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
2012.
Penerapan
Pembelajaran
pembelajaran secara konvensional. Hasil
Inkuiri
penelitan mereka membuktikan bahwa
Keterampilan Proses Sains Dasar
pembelajaran yang menggunakan inkuiri
pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas
terbimbing
pembelajaran
VIII SMP Negeri 7 Surakarta.
konvensional menunjukkan bahwa skor
Jurnal Pendidikan Biologi. FKIP
rata-rata sikap ilmiah dan hasil belajar IPA
UNS.
dan
yang mengikuti model inkuiri terbimbing
lebih tinggi dari pada sikap ilmiah dan
hasil
belajar
IPA
yang
mengikuti
Terbimbing
Terhadap
Amri, S. & Ahmadi, L.K. 2010. Kontruksi
Pengembangan
Pembelajaran.
Surabaya:
Prestasi
Pustaka
Publisher.
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan analisis seluruh hasil
penelitian
yang
diperoleh
melalui
beberapa metode yaitu observasi, angket,
wawancara, dan tes menunjukkan bahwa
penggunaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing
dapat
meningkatkan
keterampilan proses sains siswa kelas XI
IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun
pelajaran 2013/2014.
C.
dapat
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
disimpulkan
bahwa
penerapan
Lancour, Karen L.. Process Skills For Life
Science.
(Tersedia:
www.JCE.DivCHED.org) diakses
10 Maret 2014
Mulyasa, E. 2005. Menjadi
Guru
Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Rokhmatika, Siti., Harlita, dan Prayitno,
B.A., (2012). Pengaruh Model
Inkuiri
Terbimbing
dipadu
Kooperatif
Jigsaw
Terhadap
Keterampilan
Proses
Sains
Ditinjau
dari
Kemampuan
Akademik. Jurnal Pendidikan
Biologi, Vol. 4, No. 2, 72-83.
meningkatkan
Rustaman, Y. Nuryani. 2005. Strategi
Belajar
Mengajar
Biologi.
Malang: UN PRESS.
keterampilan proses sains siswa kelas XI
Sagala 2006. Metode Eksperimen. (online)
model pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided
inquiry)
dapat
http://sdn2katro.blogspot.com/
92
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
2012/02
metode
eksperimen
pembelajaran-unut-dan.html).
diakses tanggal 23 Februari 2014.
Sanjaya,
Wina.
2006.
Strategi
Pembelajaran. Bandung: Prenada
Media Group.
Journal of Turkish Science
Education. Volume 6, Issue 2.
Zuriyani,
Elsi.
2010.
Strategi
Pembelajaran Inkuiri pada Mata
Pelajaran
IPA.
Jurnal
of
Widiyaiswara BDK Palembang.
Hal 11.
Smith, T.M., Desimone, L.M., Zeidner,
T.L., Dunn, A.C., Bhatt, M., &
Rumyantseva, N.L. 2007. InquiryOriented Instruction in Science:
Who Teach That Way?. Proquest
Education Journal. 29 (3): 169199.
Trianto.
2007.
Model-model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka
Waryanto.
2011.
Peningkatan
Keterampilan Proses Sains dan
Partisipasi
Siswa
pada
Pembelajaran Biologi melalui
Penerapan Inkuiri Terbimbing di
Kelas X.1 SMA Negeri
1
Sukoharjo.
Skripsi
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret
Wulanningsih, Sri., Prayitno, B.A., dan
Probosari, R.M. (2012). Pengaruh
Model
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing
Terhadap
Keterampilan
Proses
Sains
Ditinjau
dari
Kemampuan
Akademik Siswa SMA Negeri 5
Surakarta.
Jurnal Pendidikan
Biologi, Volume 4, Nomer 2, 33-43
Zehra dan Nermin, 2009. The Effect of
Guided Inquiry method on
Preservice
Teachers’
Science
Teaching Self-Efficacy Beliefs.
93
Volume 7,Nomor 2
Halaman 80-93
Mei 2015
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Materi
Sistem Koordinasi untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Siswa Kelas
XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
Implementation of Guided Inquiry in Coordination System Material to Improve
Science Process Skill at Class XI IPA 3 Students in SMA Batik 2 Surakarta in
Academic Year 2013/2014
a)
Idhun Prasetyo Riyadia, Baskoro Adi Prayitnob, Marjonoc
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: idhun.prasetyo.bio@gmail.com
b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: baskoro_ap@uns.ac.id
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: maryonobio@yahoo.co.id
ABSTRACT - This research aimed to improve science process skill in coordination system
material of Biology subject at XI IPA 3 Class SMA Batik 2 Surakarta with implementation
of Guided Inquiry. This research is a Classroom Action Research which was done in two
cycles. Each cycle consists of 4 steps, those are: planning, acting, observation, and
reflection. The technique of data collection used questionaire, observation sheet, test, and
interview. Validity used triangulation method, while data analysis used descriptive analysis.
The results of this research showed that implementing classroom research by using guided
inquiry could improve students’ science process skill in Biology subject, matched with
second cycle target. The percentage of achievement aspect in science process skill at pre-test
was low because the teaching and learning was dominated by teaching centered. While the
average percentage of achievement aspect in science process skill in accordance with the
observation sheet in first cycle was 53,29% and second cycle was 77,68% (increased
24,39%), average of achievement in first cycle was 56,1 % and second cycle was 78,35%
(increased 22,25%). Therefore, implementation of teaching technique by using guided
inquiry could stimulate students and force them to be more active in Biology subject. Based
on the research result above, it can be concluded that the implementation of guided inquiry
in coordination system material of Biology subject can improve science process skill of
students at class XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta in academic year 2013/ 2014.
Keywords: Guided Inquiry, Science Process Skill
80
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
melihat tanpa melakukan pengamatan
A. PENDAHULUAN
Pendidikan
yang
statis
bukanlah
melainkan
sesuatu
sesuatu
yang
yang detail, begitu juga ketika siswa
melakukan
pengelompokkan
terhadap
dinamis sehingga menuntut adanya usaha
materi praktikum, siswa masih bingung
untuk perbaikan yang terus menerus.
dan sering bertanya kepada guru. Ketika
Siswa harus memiliki kemampuan untuk
mendiskusikan hasil kegiatan praktikum,
berbuat sesuatu dengan menggunakan
siswa
proses dan prinsip keilmuan yang telah
mengajukan
dikuasai,
learning
dan
to
know
dengan
cenderung
pasif
pertanyaan
bahan
dan
jarang
yang
sesuai
diskusi.
Saat
(pembelajaran untuk tahu) dan learning to
mempresentasikan laporan praktikum di
do (pembelajaran untuk berbuat) harus
depan kelas, terlihat bahwa kemampuan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar
berkomunikasi
(Ambarsari, Santosa, dan Maridi, 2012).
menyampaikan hasil percobaan masih
Pembelajaran
merupakan
dilakukan
atas mengindikasikan bahwa pembelajaran
pendidik, dan belajar yang dilakukan oleh
di kelas XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta
peserta didik. Guru sebagai fasilitator dan
belum
siswa sebagai objek dan subjek dalam
keterampilan proses sains siswa karena
pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan
dalam keterampilan proses sains siswa
lingkungan pembelajaran yang efektif
dituntut untuk menemukan sendiri fakta-
perlu diciptakan oleh guru agar siswa
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
dapat belajar dengan baik dan mencapai
teori-teori selama kegiatan pembelajaran.
hasil
Rendahnya keterampilan proses sains
yang
guru
Berdasarkan hasil observasi di
sebagai
belajar
oleh
dalam
cenderung monoton.
komunikasi dua arah, yakni mengajar
yang
siswa
optimal
(Sagala,
2009:62).
sepenuhnya
memperdayakan
merupakan salah satu permasalahan yang
Berdasarkan
observasi
yang
dilaksanakan pada kelas XI IPA 3 SMA
mendesak untuk segera ditangani dalam
pembelajaran Biologi di kelas XI IPA 3.
Batik 2 Surakarta diperoleh informasi
Biologi sebagai sains terdiri dari
bahwa siswa masih kurang menguasai
tiga komponen dasar yang tidak dapat
keterampilan proses sains. Indikasinya,
terpisahkan yaitu Biologi sebagai produk,
ketika
praktikum,
proses, dan sikap. Biologi sebagai proses
beberapa siswa terlihat kurang terampil
dan sikap dapat membentuk suatu produk
melakukan pengamatan. Siswa hanya
ilmiah yang bermanfaat. Sikap ilmiah
siswa
melakukan
81
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
merupakan sikap yang harus dimiliki
Muara
siswa untuk berlaku objektif dan jujur
keterampilan
dalam menganalisis dan mengumpulkan
pembentukan insan yang terdidik secara
data. Sedangkan proses ilmiah merupakan
utuh. Pengembangan keterampilan proses
perangkat keterampilan kompleks yang
sains merupakan hal yang utama untuk
digunakan dalam kerja ilmiah (Waryanto,
memperbaiki proses pendidikan sains di
2011). Pembelajaran Biologi saat ini
Indonesia, sehingga pendidikan sains yang
umumnya hanya menekankan pada aspek
diterapkan hendaknya dapat berorientasi
produk sains dan kurang mengembangkan
pada pembentukan keterampilan proses
aspek proses dan sikap sains. Senada
sains (Rustaman, 2005).
dengan hal tersebut Rustaman (2005)
Ada
dari
pembekalan
tersebut
ketiga
adalah
berbagai
pada
jenis
mengatakan bahwa pengetahuan yang
keterampilan
didapat pada saat ini sudah diinformasikan
dikembangkan dalam diri peserta didik,
dengan berbagai cara, sehingga orang-
menurut
orang lebih terpaku pada produk sains.
mengungkapkan
Pengetahuan
yang
proses sains terdiri dari keterampilan-
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
keterampilan dasar (Basic Skills) dan
dari mengingat seperangkat fakta-fakta
keterampilan-keterampilan
melainkan
(Integrated Skills). Keterampilan dasar
dan
suatu
keterampilan
proses
menemukan
sendiri.
proses
Karen
yang
L.
bahwa
dapat
Lancour
keterampilan
terintegrasi
terdiri dari enam keterampilan, yakni
Keterampilan proses sains perlu
dikembangkan
karena
di
dalamnya
mengobservasi,
mengklasifikasi,
memprediksi, mengukur, menyimpulkan,
terdapat keterampilan kognitif, manual,
dan
dan
keterampilan-keterampilan
sosial.
Keterampilan
kognitif
mengkomunikasikan.
Sedangkan
terintegrasi
diperlukan karena siswa menggunakan
terdiri dari: mengidentifikasi variabel,
pikirannya ketika melakukan keterampilan
membuat tabulasi data, menyajikan data
proses
manual
dalam bentuk grafik, menggambarkan
diperlukan karena siswa menggunakan
hubungan antar variabel, mengumpulkan
alat dan bahan, mengukur, dan menyusun
dan
alat ketika melakukan keterampilan proses
penelitian,
sains. Keterampilan sosial diperlukan
mendefinisikan
karena
operasional, merancang penelitian, dan
sains.
siswa
Keterampilan
berinteraksi
ketika
melaksanakan keterampilan proses sains.
mengolah
data,
menganalisa
menyusun
hipotesis,
variabel
secara
melaksanakan eksperimen.
82
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
Berdasarkan
permasalahan
kesimpulan. Dari sintak pembelajaran
terhadap rendahnya keterampilan proses
inkuiri tersebut memiliki potensi yang
sains
bermanfaat
dapat
dilakukan
dengan
dalam
meningkatkan
menggunakan pembelajaran yang lebih
keterampilan
inovatif dan menekankan pada keaktifan
didukung oleh Zehra dan Nermin (2009)
siswa.
yang
Alternatif
berpotensi
pembelajaran
dapat
yang
menyelesaikan
proses
sains.
menyatakan
Hal
bahwa
terbimbing
mampu
keterampilan
proses
ini
inkuiri
meningkatkan
siswa.
Prosedur
permasalahan keterampilan proses sains
pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan
adalah inkuiri. Inkuiri terbimbing cocok
dengan
diterapkan di SMA karena sesuai dengan
penyelidikan,
karakteristik siswa SMA yang cenderung
mengidentifikasi konsep atau metode, dan
kurang mandiri dan masih membutuhkan
mendorong siswa menemukan cara untuk
saran dan isyarat dari guru (Rokhmatika,
memecahkan masalah
Harlita, dan Prayitno, 2012). Model
Guru
pembelajaran inkuiri terbimbing mampu
masalah
mengembangkan
pemecahan masalah (Amri dan Ahmadi,
keterampilan
proses
sains siswa baik pada berkemampuan
melibatkan
siswa
dalam
membantu
berperan
dan
siswa
yang dihadapi.
dalam
memberikan
membimbing
kegiatan
2010).
akademik tinggi, sedang, dan rendah serta
Berbeda
dengan
jenis-jenis
dapat melibatkan keaktifan siswa dalam
inkuiri
proses
Biologi
pembelajaran inkuiri terbimbing siswa
(Wulanningsih, Prayitno, dan Probosari.,
hanya diberikan sebuah masalah, topik
2012).
dan pertanyaan, sedangkan prosedur serta
pembelajaran
yang
lain,
pada
model
Inkuiri terbimbing dengan tahap-
analisis hasil dan pengambilan kesimpulan
tahap pembelajarannya mampu melatih
dilakukan oleh peserta didik dengan
siswa dalam meningkatkan keterampilan
bimbingan yang intensif dari guru. Pada
proses sains (Wulanningsih, Prayitno, dan
tahap
Probosari., 2012). Sintaks pembelajaran
terbimbing diberikan banyak bimbingan
inkuiri
terhadap siswa, sedikit demi sedikit
terbimbing
menurut
Triyanto
permulaan
penerapan
(2007) yaitu terdiri dari menyajikan
bimbingan
masalah, membuat hipotesis, merancang
dikemukakan
percobaan,
Zuriyani, 2010) bahwa
menganalisis
melakukan
data,
dan
percobaan,
membuat
menemukan
dikurangi.
oleh
suatu
Seperti
Hudoyono
dalam
konsep
inkuiri
yang
(dalam
usaha
siswa
83
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
memerlukan
bimbingan
bahkan
refleksi
(reflecting)
dengan
diawali
memerlukan pertolongan guru setapak
tahapan pratindakan untuk mengetahui
demi setapak. Siswa memerlukan bantuan
keadaan awal proses pembelajaran. Teknik
untuk mengembangkan kemampuannya
analisis yang dilakukan dalam penelitian
memahami pengetahuan baru. Walaupun
adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian
siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-
ini lebih bersifat mendeskripsikan data
kesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan
atau analisis kualitatif berdasarkan fakta
guru tetap diperlukan. Menurut Mulyasa
dan keadaan yang terjadi di sekolah
(2005: 109) Pelaksanaan penyelidikan
tersebut.
inkuiri terbimbing dilakukan oleh siswa
berdasarkan petunjuk guru. Petunjuk yang
diberikan
pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
berbentuk
Hasil penelitian yang dilakukan
Penerapan
di kelas XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta
inkuiri terbimbing digunakan terutama
tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan
bagi siswa yang belum berpengalaman
bahwa penerapan model pembelajaran
belajar dengan inkuiri.
inkuiri
pertanyaan
umumnya
B.
membimbing.
Tujuan yang ingin dicapai dari
mampu
terbimbing
(guided
meningkatkan
inquiry)
keterampilan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan
proses sains siswa. Peningkatan ini diukur
keterampilan proses sains siswa kelas XI
melalui
IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun
wawancara,
pelajaran 2013/2014 melalui penerapan
menggunakan hasil tes yang disusun
model pembelajaran inkuiri terbimbing
berdasarkan indikator keterampilan proses
pada materi sistem koordinasi.
sains.
a.
lembar
serta
Penelitian yang digunakan adalah
angket,
didukung
dengan
Hasil Lembar Observasi
Lembar
A. METODE PENELITIAN
observasi,
observasi
(LO)
digunakan ketika proses pembelajaran di
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dalam
dilakukan
berkolaborasi
praktikum. Observasi dilakukan untuk
dengan guru. Penelitian tindakan kelas
mengamati aspek keterampilan proses
terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling
sains (KPS) yang dimiliki oleh siswa
terkait
yaitu
terhadap kegiatan praktikum dan dokumen
pelaksanaan
pembelajaran berupa laporan praktikum
oleh
dan
perencanaan
peneliti
berkesinambungan
(planning),
(acting), pengamatan (observing) dan
siswa.
kelas
dan
Peniliaian
ketika
KPS
kegiatan
pratindakan
84
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
dilakukan
dengan
dihasilkan
capaian
39,66%.
Hasil
lembar
observasi
rata-rata
observasi
Persentase
sebesar
Aspek
pratindakan
masih rendah dikarenakan pembelajaran
yang masih terfokus pada guru dan
kegiatan praktikum belum berjalan dengan
maksimal.
Melalui
penerapan
model
pembelajaran inkuiri terbimbing (guided
inquiry) pada pembelajaran Biologi terjadi
peningkatan keterampilan proses sains.
Apabila pada pra tindakan hasil capaian
rata-rata masih rendah, sedangkan pada
siklus I sudah mengalami peningkatan
yaitu capaian rata-rata sebesar 53,29%
(meningkat
13,63%).
Tetapi
target yang sudah ditetapkan, dimana
Menge
lompokkan
Menaf
sirkan
hasil
observasi pada siklus I belum memenuhi
Menga
mati
Menga
jukan pertanyaan
Berhip
otesis
Meren
canakan
percobaan
Mengg
unakan alat dan
bahan
Berko
munikasi
Rata-rata
Pra
tindak
an
Siklus
I
Siklus
II
44,44
54,16
79,86
45,13
52,08
74,30
40,27
54,16
83,33
45,83
50,69
74,30
25
46,52
72,22
25
48,61
74,30
34,72
56,94
81,25
56,94
63,19
81,94
39,66
53,29
77,69
target yang harus dipenuhi yaitu apabila
persentase rata-rata semua aspek KPS ≥
Grafik persentase capaian aspek
70%. Setelah dilakukan refleksi terhadap
keterampilan proses sains berdasarkan
hasil dari siklus I dan dilanjutkan ke siklus
hasil lembar observasi pada pra tindakan,
II, hasil capaian rata-rata lembar observasi
siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada
terhadap
Gambar 1.
keterampilan
proses
sains
mengalami peningkatan kembali yaitu
sebesar 77,68% (meningkat 24,39%) dari
hasil observassi siklus I. Hasil pada siklus
II berdasarkan lembar observasi sudah
memenuhi target yang sudah ditetapkan di
awal penelitian.
Rincian peningkatan aspek tiap siklus
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase Aspek Keterampilan
Proses Sains Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan Lembar Observasi.
Keterangan Aspek Keterampilan Proses Sains:
1. Mengamati
2. Mengelompokkan
3. Menafsirkan
4. Mengajukan Pertanyaan
5. Berhipotesis
6. Merencanakan Percobaan
7. Menggunakan alat dan bahan
85
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
afsirkan
Men
65, 97
gajukan
pertanyaan
Berh
63,88
Mer
59,49
ipotesis
Gambar 1. Grafik persentase capaian
aspek keterampilan proses
sains berdasarkan hasil lembar
observasi pada pra tindakan,
siklus I, dan siklus II.
b. Hasil Angket Keterampilan Proses
Sains
Angket
diisi
oleh
siswa
encanakan
percobaan
Men
ggunakan alat
dan bahan
Berk
omunikasi
Rata-rata
72,91
76,38
64,93
77,43
67,36
75,69
70,83
76,38
69,61
77,95
69,11
77,18
66,67
67,01
55,74
Tabel 2. Persentase Aspek Keterampilan
Proses Sains Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan Lembar Observasi
berdasarkan sudut pandang siswa untuk
Grafik persentase capaian aspek
mengetahui persentase rata-rata capaian
keterampilan proses sains berdasarkan
masing-masing variabel masalah pada
hasil angket pada pra tindakan, siklus I,
pratindakan. Keterampilan proses sains
dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 2.
siswa menurut hasil angket pratindakan,
siklus I dan siklus II menunjukkan adanya
peningkatan. Rata-rata persentase angket
keterampilan proses sains siswa pra
tindakan
sebesar
55,74%,
siklus I
sebesar 69,11% (meningkat 13,37%), dan
siklus II sebesar 77,18% (meningkat
8,07%). Rincian tiap aspek keterampilan
proses sains siswa berdasarkan angket
dapat dilihat pada Tabel 2.
Aspek
Pra
tindakan
Men
69,79
Men
gelompok kan
Men
58,50
gamati
60,64
Persentase
Siklus Siklus
I
II
69,79
81,25
68,75
76,04
68,75
76,38
Keterangan Aspek Keterampilan Proses Sains:
1. Mengamati
2. Mengelompokkan
3. Menafsirkan
4. Mengajukan Pertanyaan
5. Berhipotesis
6. Merencanakan Percobaan
7. Menggunakan alat dan bahan
8. Berkomunikasi
86
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
Gambar 2. Grafik persentase capaian
aspek keterampilan proses
sains berdasarkan angket pada
pra tindakan, siklus I, dan
siklus II.
Gambar 3. Grafik Persentase Hasil Tes
Keterampilan Proses Sains
Siswa Siklus I dan Siklus II.
Rata-rata persentase aspek pada
c.
Hasil Tes Keterampilan Proses
Sains
I
dan
siklus
II
mengalami
peningkatan yaitu sebesar 22,25% dari
Tes keterampilan proses sains
siswa digunakan sebagai data pendukung
untuk
siklus
mengetahui
peningkatan
56,1% menjadi 78,35% dengan rincian
besarnya tiap aspek dapat dilihat pada
Tabel 3.
keterampilan proses sains siswa pada tiap
siklus. Tes ini dilakukan pada akhir siklus
I dan akhir siklus II dan mengalami
peningkatan pada akhir siklus II. Rata-rata
Tabel 3. Persentase Keterampilan Proses
Sains Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan Tes
kelas pada siklus I sebesar 56,1% dan
Aspek
pada siklus II naik menjadi 78,35%
(meningkat 22,25%).
Rincian
peningkatan
hasil
tes
gamati
keterampilan proses sains siklus I, dan
siklus II dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan Aspek Keterampilan Proses Sains:
1. Mengamati
2. Mengelompokkan
3. Menafsirkan
4. Mengajukan Pertanyaan
5. Berhipotesis
6. Merencanakan Percobaan
7. Menggunakan alat dan bahan
8. Berkomunikasi
Men
Persentase
Siklus I Siklus II
65,27
79,62
Men
gelompokkan
Men
afsirkan
Men
gajukan
pertanyaan
Berh
ipotesis
Mer
encanakan
percobaan
Men
ggunakan alat
dan bahan
Berk
omunikasi
Rata-rata
69,09
76,38
66,20
76,73
63,88
74,30
50
86,11
45,83
78,47
39,58
80,56
48,95
74,65
56,1
78,35
Hasil wawancara baik dari siswa
maupun guru juga menunjukkan bahwa
tindakan pembelajaran dengan
model
87
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
yang dimiliki. Hipotesis yang dibuat siswa
meningkatkan keterampilan proses sains
masih kurang sesuai dengan rumusan
siswa.
masalah. Beberapa siswa masih berfokus
Peningkatan capaian setiap aspek
pada satu sumber belajar saja dalam
keterampilan proses sains tiap siklus dapat
membuat hipotesis dan hipotesis yang
dijelaskan sebagai berikut.
dibuat terlalu panjang sehingga susah
Pada pembelajaran siswa diberi
dimengerti.
materi tentang sistem koordinasi, pada
awalnya.
Siswa
diberi
permasalahan
Siswa
merancang
percobaan
gerak yang ditimbulkan oleh otak dan
berupa gerak apa yang akan dihasilkan
tulang
apabila sistem saraf pusat meliputi otak
kerusakan di laboratorium sekolah untuk
dan tulang belakang mengalami gangguan
menguji hipotesis yang telah dibuat oleh
atau kerusakan. Wacana mengenai gerak
siswa. Kegiatan merancang percobaan
yang ditimbulkan ketika otak dan tulang
mempermudah siswa dalam menggunakan
belakang mengalami gangguan dianalisis
banyak keterampilan proses sains terutama
dan dirumuskan permasalahannya oleh
kegiatan pelaksanaan percobaan. Siswa
siswa dengan mengajukan pertanyaan.
merancang pengamatan di laboratorium
Pertanyaan yang dibuat oleh siswa di
dengan memilih alat dan bahan yang
antaranya mengenai struktur organ sistem
disediakan, menentukan langkah kerja,
saraf pusat, fungsi dari sistem saraf pusat,
dan menentukan data
dan gerakan apa yang dapat ditimbulkan,
Rancangan percobaan siswa sudah sesuai
serta gangguan yang dapat terjadi pada
dengan tujuan percobaan, akan tetapi
sistem saraf pusat. Keterampilan siswa
beberapa siswa belum menyusun langkah
dalam mengajukan pertanyaan belum
kerja
sesuai yang diharapkan. Sebagian besar
menentukan data pengamatan.
siswa masih bingung dalam mengajukan
belakang
yang
apabila
mengalami
yang diambil.
sistemastis
dan
belum
Rancangan percobaan yang telah
pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang
dibuat
dibuat oleh siswa belum sesuai dengan
melaksanakan
tujuan percobaan dan belum sesuai dengan
gerak yang ditimbulkan oleh otak dan
indikator capaian KPS.
tulang belakang. Percobaan tentang gerak
ditindaklanjuti
percobaan
dengan
pengamatan
Siswa membuat hipotesis untuk
yang ditimbulkan oleh otak dan tulang
memberi jawaban sementara dari rumusan
belakang apabila mengalami kerusakan
masalah yang bersumber dari buku-buku
melatih siswa untuk mengembangkan
88
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
keterampilan
mengamati.
Siswa
dihadapkan langsung pada objek nyata
percobaan dan siswa kurang lengkap
dalam menyampaikan hasil analisis data.
seperti katak yang di rusak bagian otak
Siswa
membuat
kesimpulan
dan tulang belakangnya, kemudian siswa
percobaan gerak yang diatur oleh otak dan
mengamati gerakan yang ditimbulkan oleh
tulang belakang berdasarkan hasil analisis
katak apakah masih stabil atau tidak. Hasil
data dan jawaban pertanyaan. Tahap ini
pengamatan siswa belum sesuai yang
melatih siswa dalam menafsirkan data dan
diharapkan karena beberapa siswa kurang
berkomunikasi karena siswa diajak untuk
teliti
ketika
mengamati
mengamati
objek
dan
belum
menyimpulkan
pengamatan
secara
menafsirkan
percobaan
hasil
analisis
dengan
data
dan
menyeluruh pada kuadran yang dibuat.
jawaban pertanyaan LKS pengembangan
Hasil pengamatan siswa dikelompokkan
kesimpulan, kemudian menyampaikannya
berdasarkan perlakukan yang dilakukan
melalui presentasi dan laporan. Secara
kepada katak. Sebagian besar siswa sudah
keseluruhan persentase rata-rata capaian
bisa
data
aspek KPS pada siklus I sudah meningkat
pengamatan tetapi masih belum langkah
dibandingkan pratindakan karena pada
sehingga dianggap kurang. Secara umum
siklus I siswa dilatih untuk menggunakan
keterampilan
KPS dalam proses pembelajaran melalui
dalam
mengelompokkan
menggunakan
alat/bahan
sudah sesuai harapan, akan tetapi masih
kegiatan
terlihat beberapa siswa kesulitan dalam
masalah yang diberikan guru.
menggunakan alat/bahan dalam tahap
merusak otak dan tulang belakang katak.
Hasil percobaan yang dilakukan
inkuiri
untuk
memecahkan
Persentase rata-rata capaian aspek
KPS pada siklus I belum mencapai target
yang
ditentukan
karena
proses
di laboratorium kemudian dianalisis oleh
pembelajaran belum berjalan lancar. Siswa
siswa. Siswa menafsirkan gerak yang
masih bingung dalam menggunakan KPS
ditimbulkan oleh otak dan tulang belakang
terutama ketika mengajukan pertanyaan,
apabila dalam keadaan normal dan dalam
berhipotesis, merancang percobaan, dan
keadaan mengalami gangguan berdasarkan
menganalisis
data
disebabkan
pengamatan.
Keterampilan
data.
siswa
Hal
tersebut
belum
terbiasa
dalam
kegiatan
menafsirkan dan berkomunikasi masih
menggunakan
kurang karena beberapa siswa bingung
pembelajaran dan bimbingan guru dalam
ketika menganalisis data sehingga hasil
proses
analisis data tidak sesuai dengan tujuan
harapan.
KPS
pembelajaran
belum
sesuai
89
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
Semua aspek KPS meningkat
terpisah, dan menggunakan alat/bahan
sesuai target pada siklus II dibuktikan
dengan
dengan
dalam
ceratoscope placida, menggunakan pipet
merumuskan masalah yang diberikan guru
tetes, stopwatch, pengaduk, dan lain-lain.
berupa kasus gangguan sistem indera.
Hasil analisis data juga sudah sesuai
Wacana mengenai respon yang dihasilkan
dengan tujuan percobaan dan disampaikan
ketika sistem indera diberi perlakukan
dengan jelas pada presentasi dan laporan.
berupa
Kesimpulan yang dibuat siswa sudah
siswa
sudah
pemberian
lancar
rangsangan
sesuai
lancar
seperti
dengan alat indera dan dianalisis siswa
sesuai
untuk
masalah.
disampaikan siswa dengan jelas. Target
Rumusan masalah yang dibuat siswa
persentase rata-rata capaian aspek KPS
sudah
siswa tercapai pada siklus II karena pada
membuat
sesuai
rumusan
dengan
dengan
tujuan
dengan
menggunakan
II
analisis
data
dan
percobaan. Siswa juga tidak kesulitan
siklus
dalam berhipotesis mengenai respon yang
menggunakan
dihasilkan oleh alat indera ketika diberi
pembelajaran dan bimbingan guru yang
rangsangan. Siswa menggunakan berbagai
lebih mengerti siswa melalui pertanyaan
sumber belajar sehingga hipotesis yang
pembimbing.
dibuat lebih sistematis.
siswa
sudah
terbiasa
KPS
dalam
kegiatan
Kegiatan
pembelajaran
Tahap merancang percobaan juga
menggunakan model inkuiri terbimbing
sudah berjalan lancar dibuktikan dari
terdiri atas enam langkah yang dimulai
siswa
dari
terampil
percobaan
dalam
mengenai
merencanakan
respon
yang
menyajikan
hipotesis,
masalah,
merancang
membuat
percobaan,
ditimbulkan oleh alat indera ketika diberi
melakukan percobaan, menganalisis data,
rangsangan.
dan membuat kesimpulan (Trianto, 2007:
alat/bahan
Siswa
dengan
sudah
tepat,
memilih
menyusun
141-142).
langkah kerja dengan sistematis, dan
menentukan
data
yang
diambil.
Pada tahap menyajikan masalah
keterampilan yang dapat diperoleh oleh
Rancangan percobaan yang telah dibuat
siswa
juga dilaksanakan dengan baik. Siswa
mengajukan
mengamati respon dari alat indera ketika
membuat hipotesis, siswa diperkenalkan
diberi rangsangan berupa cahaya, bunyi,
tentang
rasa,
hipotesis atau dugaan sementara terhadap
dan
bau.
Siswa
juga
mengelompokkan hasil pengamatan secara
hasil
berupa
keterampilan
pertanyaan.
keterampilan
penelitian/menjawab
Pada
dalam
tahap
mengajukan
pertanyaan
90
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
yang
sudah
pada
tahap
cocok diterapkan dalam pembelajaran
Pada
tahap
biologi untuk meningkatkan keterampilan
merencanakan percobaan, di sini siswa
proses, karena sintaks dan tahap-tahap
dilatih untuk merancang sebuah percobaan
pembelajaran inkuiri terbimbing dibangun
sesuai tujuan percobaan dan peralatan
melalui metode ilmiah sehingga dapat
yang
tersedia, tidak lupa juga untuk
melatih keterampilan proses sains pada
mencari jawaban atas permasalahan atau
siswa. Pembelajaran inkuiri terbimbing
membuktikan hipotesis yang telah dibuat.
memungkinkan adanya interaksi yang
Selanjutnya
aktif antara sesama siswa.
menyajikan
percobaan,
diajukan
masalah.
yaitu
tahap
siswa
melakukan
berbagai
Smith, et al. (2007) menyatakan
macam keterampilan proses pada tahap ini
bahwa inkuiri terbimbing memperlihatkan
di
kegiatan pembelajaran yang membuat
antaranya
mengamati,
mendapat
yaitu
keterampilan
mengelompokkan,
menggunakan
alat/bahan.
dan
Setelah
siswa
aktif
meliputi
mengamati,
mengajukan pertanyaan, mengumpulkan
melakukan percobaan, data yang diperoleh
informasi
harus dianalisis oleh siswa pada tahap
merencanakan penelitian, menggunakan
menganalisis
perlengkapan untuk mengumpulkan data,
menganalisis
data.
data
Pada
siswa
tahap
mendapat
lain
menganalisis
dan
yang
diperlukan,
mengiterprestasikan
keterampilan untuk menganalisis hasil
data,
percobaan di lapangan, untuk mencari
mengkomunikasikan
jawaban yang sesuai dengan hipotesis dan
kegiatan tersebut kemampuan siswa dalam
tujuan percobaan. Tahap terakhir yaitu
melakukan
menyimpulkan, siswa menyampaikan data
semakin berkembang.
memberikan
jawaban,
hasilnya.
keterampilan
sains
dan
Dari
akan
hasil percobaan yang sudah dianalisis
Dari hasil penelitian di atas
kepada teman-teman sekelas untuk saling
didukung oleh hasil penelitian yang telah
ditanggapi
dilakukan
dan
untuk
disimpulkan
Ambarsari,
dkk.
(2012)
bersama. Pada tahap terakhir ini siswa
menunjukkan pengaruh penerapan inkuiri
mendapat keterampilan proses berupa
terbimbing terhadap keterampilan proses
komunikasi yang baik sesama teman
sains pada pelajaran Biologi SMP. Inkuiri
dalam menyampaikan hasil percobaan.
terbimbing berpengaruh secara signifikan
Menurut
(2012)
Wulanningsih,
menyatakan
bahwa
dkk.
model
pembelajaran inkuiri terbimbing sangat
terhadap keterampilan proses sains dasar,
terdapat
perbedaan
aktivitas
antara
sebelum dan sesudah diberi perlakuan
91
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
yaitu
penerapan
inkuiri
terbimbing
terhadap pembelajaran. Begitu juga hasil
IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun
pelajaran 2013/2014.
penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk
(2013) menunjukkan pengaruh inkuiri
D.
terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil
Ambarsari, Wiwin., Santosa, dan Maridi.
belajar
IPA
dibandingkan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
2012.
Penerapan
Pembelajaran
pembelajaran secara konvensional. Hasil
Inkuiri
penelitan mereka membuktikan bahwa
Keterampilan Proses Sains Dasar
pembelajaran yang menggunakan inkuiri
pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas
terbimbing
pembelajaran
VIII SMP Negeri 7 Surakarta.
konvensional menunjukkan bahwa skor
Jurnal Pendidikan Biologi. FKIP
rata-rata sikap ilmiah dan hasil belajar IPA
UNS.
dan
yang mengikuti model inkuiri terbimbing
lebih tinggi dari pada sikap ilmiah dan
hasil
belajar
IPA
yang
mengikuti
Terbimbing
Terhadap
Amri, S. & Ahmadi, L.K. 2010. Kontruksi
Pengembangan
Pembelajaran.
Surabaya:
Prestasi
Pustaka
Publisher.
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan analisis seluruh hasil
penelitian
yang
diperoleh
melalui
beberapa metode yaitu observasi, angket,
wawancara, dan tes menunjukkan bahwa
penggunaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing
dapat
meningkatkan
keterampilan proses sains siswa kelas XI
IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun
pelajaran 2013/2014.
C.
dapat
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
disimpulkan
bahwa
penerapan
Lancour, Karen L.. Process Skills For Life
Science.
(Tersedia:
www.JCE.DivCHED.org) diakses
10 Maret 2014
Mulyasa, E. 2005. Menjadi
Guru
Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Rokhmatika, Siti., Harlita, dan Prayitno,
B.A., (2012). Pengaruh Model
Inkuiri
Terbimbing
dipadu
Kooperatif
Jigsaw
Terhadap
Keterampilan
Proses
Sains
Ditinjau
dari
Kemampuan
Akademik. Jurnal Pendidikan
Biologi, Vol. 4, No. 2, 72-83.
meningkatkan
Rustaman, Y. Nuryani. 2005. Strategi
Belajar
Mengajar
Biologi.
Malang: UN PRESS.
keterampilan proses sains siswa kelas XI
Sagala 2006. Metode Eksperimen. (online)
model pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided
inquiry)
dapat
http://sdn2katro.blogspot.com/
92
Idhun Prasetyo Riyadi – Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
2012/02
metode
eksperimen
pembelajaran-unut-dan.html).
diakses tanggal 23 Februari 2014.
Sanjaya,
Wina.
2006.
Strategi
Pembelajaran. Bandung: Prenada
Media Group.
Journal of Turkish Science
Education. Volume 6, Issue 2.
Zuriyani,
Elsi.
2010.
Strategi
Pembelajaran Inkuiri pada Mata
Pelajaran
IPA.
Jurnal
of
Widiyaiswara BDK Palembang.
Hal 11.
Smith, T.M., Desimone, L.M., Zeidner,
T.L., Dunn, A.C., Bhatt, M., &
Rumyantseva, N.L. 2007. InquiryOriented Instruction in Science:
Who Teach That Way?. Proquest
Education Journal. 29 (3): 169199.
Trianto.
2007.
Model-model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka
Waryanto.
2011.
Peningkatan
Keterampilan Proses Sains dan
Partisipasi
Siswa
pada
Pembelajaran Biologi melalui
Penerapan Inkuiri Terbimbing di
Kelas X.1 SMA Negeri
1
Sukoharjo.
Skripsi
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret
Wulanningsih, Sri., Prayitno, B.A., dan
Probosari, R.M. (2012). Pengaruh
Model
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing
Terhadap
Keterampilan
Proses
Sains
Ditinjau
dari
Kemampuan
Akademik Siswa SMA Negeri 5
Surakarta.
Jurnal Pendidikan
Biologi, Volume 4, Nomer 2, 33-43
Zehra dan Nermin, 2009. The Effect of
Guided Inquiry method on
Preservice
Teachers’
Science
Teaching Self-Efficacy Beliefs.
93