EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI BANGUN RUANG DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN | Pramukti

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685
http://jurnal.fkip.uns.ac.id

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH (PBM) DAN PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH (PBM) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
PADA MATERI BANGUN RUANG DITINJAU DARI
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Reka Pramukti1, Budi Usodo2, dan Sri Subanti3
1,2,3

Prodi Magister Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract : The aim of the research was to determine the effect of learning models
on mathematics achievement viewed from mathematic communication ability. The
learning model compared were direct, PBM with scientific approach, and PBM. This
was quasi-experimental research with 3x3 factorial design. The population were all

students of Junior High School in Sragen. The samples are the students of SMPN 2
Gemolong, SMPN 1 Kedawung, and SMPN 2 Masaran, which taken by using
stratified cluster random sampling technique. The instruments used were
mathematics achievement test and mathematic communication ability test. The data
analysis technique was used unbalanced two ways anova. Based on the data
analysis, it can be concluded as follows. (1) The students receiving PBM learning
model with scientific approach and PBM learning model had better learning
achievement than those receiving direct learning model. The students receiving
PBM learning model with scientific approach had equal learning achievement to
those receiving PBM learning model. (2) The students with high mathematic
communication ability had better learning achievement than those with medium and
low mathematic communication abilities. Those with medium mathematic
communication ability had equal learning achievement to those with low one. (3) In
each groups of student mathematic communication ability PBM learning model with
scientific approach and PBM learning model provided better learning achievement
than direct learning model, PBM learning model with scientific approach provided
equal learning achievement to PBM learning model. (4) In each learning model, the
students with high mathematic communication ability had better learning
achievement than those with medium and low mathematic communication abilities.
Those with medium mathematic communication ability had equal learning

achievement to those with low one.
Keywords: Direct learning model, PBM learning model with scientific approach,
PBM learning model, Mathematic Communication Ability.

PENDAHULUAN
Anwar (2013:28-29) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki keterampilan yang diperlukan.
Pendidikan memiliki tujuan yang dituangkan dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003
Pasal 3 yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Perwujudan tujuan
660

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685

http://jurnal.fkip.uns.ac.id

pendidikan tersebut diaplikasikan pada pendidikan di sekolah yang meliputi proses
pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa.
Pendidikan di Indonesia tidak lepas dari kurikulum yang diberlakukan.
Kurikulum yang diberlakukan di Indonesia pada tahun ajaran 2014/2015 adalah
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006, tetapi rancangan yang
baik dari kurikulum 2013 tersebut di batalkan penerapannya oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Repubik Indonesia dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) No 160 Tahun 2014 tentang pemberlakuan kurikulum tahun 2006 dan
kurikulum 2013.
Permendikbud No 160 Tahun 2014 Pasal 1 menjelaskan bahwa sekolah yang
melaksanakan Kurikulum 2013 sejak semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 kembali
melaksanakan Kurikulum 2006 mulai semester kedua. Selanjutnya Pasal 2 menjelaskan
bahwa sekolah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester tetap
menggunakan Kurikulum 2013. Jadi, dalam hal ini banyak sekolah yang kembali
menggunakan Kurikulum 2006 karena hanya sekolah rintisan saja yang sudah
melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester. Penerapan pembelajaran pada
Kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan saintifik, tetapi dalam penelitian ini

peneliti masih menggunakan pendekatan saintifik yang diyakini cocok untuk diterapkan
dalam Kurikulum 2006.
Data dari Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud, nilai hasil UN tahun
ajaran 2013/2014 menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, daya serap siswa dalam
materi bangun ruang untuk Kabupaten Sragen pada tahun ajaran 2013/2014 memperoleh
skor yang cukup rendah. Materi bangun ruang ini dipelajari dan diajarkan pada siswa
SMP kelas VIII semester dua. Rincian daya serap berdasarkan kemampuan yang diuji :
(1) menentukan unsur-unsur pada bangun ruang yaitu 38,48 %; (2) menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan kerangka atau jarring-jaring bangun ruang yaitu 67,89 %;
(3) menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan bangun ruang yaitu
43,63 %; (4) menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang yaitu
42,68 %. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam pokok
bahsan bangun ruang. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dalam proses
pembelajaran matematika agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi
tersebut.
Proses pembelajaran yang berlangsung didalam kelas masih menggunakan model
pembelajaran langsung yang cenderung berfokus pada guru sehingga komunikasi terjadi
hanya satu arah. Kemampuan komunikasi matematika siswa sangatlah penting, karena
661


Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685
http://jurnal.fkip.uns.ac.id

secara tidak langsung akan berpengaruh pada prestasi siswa. Oleh karena itu guru dituntut
untuk menggunakan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa. Tsay dan Brady (2010), dalam penelitiannya menyatakan
bahwa siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran koopeatif mempunyai nilai rata-rata
yang lebih tinggi dari siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran kooperatif. Sementara
itu penelitian Ajaja dan Eravwoke (2010) menyatakan bahwa prestasi belajar kelompok
siswa yang diberi pembelajaran dengan model kooperatif lebih baik jika dibandingkan
dengan kelompok siswa yang diberi pembelajaran dengan model tradisional. Dan juga
dalam penelitian Ahmad dan Mahmood

(2010) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif meningkatkan prestasi akademik perspektif siswa dibandingkan dengan
instruksi tradisional dan pembelajaran kooperatif akan membuat pembelajaran menjadi

menyenangkan dan interaktif.
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
Berdasarkan bukunya Trianto (2011), berpendapat bahwa PBM adalah model
pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivisme yang mengakomodasi
keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Berdasarkan penelitian
Sumaji (2013), menyatakan bahwa pembelajaran dengan model PBM memberikan
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran Group
Investigation maupun langsung. Dalam penelitian Padmavathy (2013), menyatakan
bahwa model PBM lebih efektif untuk mengajar matematika sehingga siswa dapat
meningkatkan prestasi belajarnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endang
Hariyati (2013), menyatakan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang memiliki
kemampuan komunikasi matematika tinggi lebih baik daripada prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika sedang dan
rendah.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan tersebut dapat diidentifikasi masalah yaitu
rendahnya prestasi belajar matematika yang diperoleh di SMP se-Kabupaten Sragen.
Pada materi bangun ruang, siswa mendapat skor rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa. Oleh karena itu peneliti
perlu memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematika siswa. Model pembelajaran yang dipilih peneliti yaitu PBM dan PBM dengan
pendekatan saintifik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) manakah yang menghasilkan
prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran langsung, PBM dengan
pendekatan saintifik atau PBM, (2) manakah yang memiliki prestasi belajar matematika
662

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685
http://jurnal.fkip.uns.ac.id

lebih baik, siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika tinggi, sedang atau
rendah, (3) pada masing-masing model pembelajaran (Langsung, PBM dengan
pendekatan saintifik dan PBM) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika
lebih baik, siswa dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi, sedang atau rendah,
(4) pada masing-masing tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa, manakah
yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang diberikan pembelajaran
dengan model pembelajaran langsung, PBM dengan pendekatan saintifik atau PBM.


METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri se-Kabupaten Sragen pada semester
genap tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental semu
dengan rancangan faktorial

. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

SMP Kelas VIII se-Kabupaten Sragen pada tahun pelajaran 2014/2015 yang
menggunakan kurikulum KTSP. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian yaitu
stratified cluster random sampling sehingga terpilih sampel yaitu SMPN 2 Gemolong,
SMPN 1 Kedawung, dan SMPN 2 Masaran.
Terdapat dua variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran dan
kemampuan komunikasi matematika, serta satu variabel terikat yaitu prestasi belajar
matematika. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket, metode tes dan
dokumentasi. Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi
matematika siswa, tes digunakan untuk mengetahui nilai prestasi belajar matematika
siswa dan dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai pretest untuk uji
keseimbangan. Sebelum digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, instrumen
tes dan angket diuji terlebih dahulu. Untuk instrumen tes, uji tersebut meliputi uji

validitas isi, perhitungan daya beda dan indeks kesukaran serta uji reliabilitas. Instrumen
angket dengan uji validitas isi, konsistensi internal dan reliabilitas untuk mengetahui
kualitas tiap butir soal. Soal tes prestasi belajar matematika terdiri dari 20 soal pilihan
ganda. Angket kemampuan komunikasi matematika siswa terdiri dari 25 pernyataan
dengan 4 alternatif pilihan jawaban.
Sebelum melakukan eksperimen, dilakukan uji normalitas, homogenitas dan uji
keseimbangan terhadap data kemampuan awal matematika menggunakan anava satu
jalan dengan sel tak sama. Uji normalitas untuk data kemampuan awal dan data
prestasi belajar dilakukan menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi
populasi menggunakan metode Bartlett. Uji hipotesis menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama pada taraf signifikansi 0,05. Apabila hasil analisis variansi

663

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685
http://jurnal.fkip.uns.ac.id


menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak, dilakukan uji lanjut pasca anava menggunakan
metode Scheffe.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil uji prasyarat menyimpulkan bahwa semua sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan populasi-populasi mempunyai variansi yang sama. Uji
keseimbangan dilakukan terhadap data kemampuan awal dengan tujuan untuk
mengetahui apakah populasi siswa yang dikenai model pembelajaran langsung, model
PBM dengan pendekatan saintifik dan model PBM mempunyai kemampuan awal yang
sama. Rangkuman hasil uji keseimbangan data kemampuan awal dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan Variansi Populasi Terhadap Data
Kemampuan Awal Matematika Siswa
Keputusa Kesimpula
Sumber
JK
Dk
RK
Fobs
Ftabel

n Uji
n
Kemampuan 352,40
2
176,20
0,55894 3,00
Ho
Kemampuan
Awal
diterima
awal sama
Galat
91418,5
290 315,2361
Total
91770,86 292
Berdasarkan Tabel 1, hasil uji keseimbangan terhadap data kemampuan awal
matematika siswa, diperoleh nilai Fobs = 0,55894 dan Ftabel = 3,00 dengan DK={F | F >
3,00}, sehingga Fobs berada di luar daerah kritis. Hal ini berarti pada taraf signifikansi
0,05, keputusan uji keseimbangan terhadap data kemampuan awal matematika siswa
adalah H0 tidak ditolak. Dengan demikian diperoleh bahwa populasi pada kelas
pembelajaran langsung, kelas PBM dengan pendekatan saintifik, dan kelas PBM
mempunyai kemampuan awal matematika yang sama.
Setelah eksperimen, didapatkan data prestasi belajar matematika. Data prestasi
belajar matematika diuji dengan uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Hipotesis dinyatakan dengan H0A yang merupakan efek antar baris terhadap variabel
terikat, H0B yang merupakan efek antar kolom terhadap variabel terikat dan H0AB interaksi
baris dan kolom terhadap variabel terikat. Rerata prestasi belajar matematika kelompok
eksperimen dapat dilihat dalam Tabel 2.

664

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685
http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Tabel 2. Rerata Masing-Masing Sel Dari Data Model Pembelajaran dan
Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Kemampuan Komunikasi
Rerata
matematika
Model Pembelajaran
Marginal
Tinggi
Sedang
Rendah
PBM dengan pendekatan saintifik

79,146

77,857

76,667

78,144

PBM

78,182

72,838

72,679

74,592

Langsung
Rerata Marginal

73,448

68,971

68,143

70,000

77,233

73,255

71,786

Rangkuman hasil perhitungan uji hipotesis dengan analisis variansi dua jalan 3x3
dengan sel tidak sama disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Sel Tidak Sama
Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Ftabel KesimpulanUji
Model
2817,308
2 1408,654 12,154 3,00
H0A ditolak
Pembelajaran (A)
Komunikasi
1065,300
2
532,650
4,596 3,00
H0B ditolak
matematika (B)
Interaksi (AB)
161,368
4
40,342
0,348 2,37
H0AB diterima
Galat (G)
32916,546 284
115,903
Total
36960,523 292 1408,654
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa H0A ditolak, H0B ditolak, dan H0AB
diterima. Kesimpulannya adalah: (1) terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap
prestasi belajar matematika; (2) terdapat pengaruh kemampuan komunikasi matematika
terhadap prestasi belajar matematika; (3) tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan kemampuan komunikasi matematika siswa terhadap prestasi belajar
matematika.
Berdasarkan anava dua jalan diperoleh bahwa H0A ditolak, sehingga perlu
dilakukan uji lanjut pasca analisis variansi dengan metode Scheffe’ untuk uji komparasi
antar baris. Rangkuman perhitungan uji lanjut rerata antar baris disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Baris
H0
Fobs
Ftabel
Kesimpulan Uji
6,00
Ditolak
24,9555
6,00
Ditolak
8,1062
6,00
Diterima
4,6471
Berdasarkan Tabel 4 hasil uji komparasi antar baris pada masing-masing kategori
model pembelajaran dan Tabel 2, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. (1) Model
pembelajaran PBM dengan pendekatan saintifik memberikan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung. (2) Model pembelajaran PBM
memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran
langsung. (3) model pembelajaran PBM dengan saintifik dan model pembelajaran PBM
memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika siswa.
665

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685
http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Pada kesimpulan (1) dan (2) sudah sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini. Tetapi pada kesimpulan (3) tidak sesuai denga hipotesis yang diajukan,
yaitu model pembelajaran PBM dengan pendekatan saintifik memberikan prestasi belajar
matematika yang sama dengan model pembelajaran PBM. Hal tersebut dapat terjadi
karena diduga sintaks, langkah, pembelajaran model pembelajaran PBM tidak beda jauh
dari model pembelajaran PBM dengan pendekatan saintifik. Sejalan dengan penelitian

Padmavathy (2013), menjelaskan bahwa metode PBM lebih efektif untuk
mengajar matematika. Dengan mengadopsi metode PBM guru siswa berpikir
kreatif. Dan juga strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki efek pada
pengetahuan yang memberikan peluang yang lebih besar bagi siswa untuk belajar
dengan keterlibatan yang lebih banyak dan meningkatkan partisipasi aktif siswa,
motivasi dan hubungan antara peserta didik. Hal ini menyebabkan siswa dapat
meningkatkan prestasi belajarnya. Berdasarkan penelitian Sumaji (2013), menjelaskan
bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran PBM memberikan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran Group Investigation maupun
langsung. Didukung juga oleh penelitian Ajai (2013), menjelaskan bahwa penggunaan
strategi pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan efek yang baik bagi siswa
untuk meningkatkan belajar matematika. Dan juga didukung penelitian Karaduman
(2013) menjelaskan bahwa siswa yang memiliki sikap positif terhadap Pembelajaran
berbasis masalah menyepakati pendekatan akan lebih baik pada tingkat yang lebih tinggi.
Sementara dalam pembelajaran konvensional siswa mengumpulkan pengetahuan hanya
dengan mendengarkan ceramah guru, sedangkan dalama PBM mereka mendapatkan
pengetahuan yang lebih permanen dengan meneliti, mengamati, mencoba, berinteraksi
dengan dunia luar.
Berdasarkan kajian H0B ditolak, sehingga perlu dilakukan komparasi pasca anava
dan rangkuman uji komparasi ganda dengan metode Scheffe’ disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
H0
Fobs
Ftabel
Kesimpulan Uji
6,00
Ditolak
6,1824
6,00
Ditolak
7,8321
6,00
Diterima
0,2130
Berdasarkan Tabel 5 hasil uji komparasi antar kolom pada masing-masing
tingkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dan Tabel 3, diperoleh simpulan
sebagai berikut. (1) Siswa dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi memiliki
prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan kemampuan komunikasi
matematika sedang. (2) Siswa dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi
memiliki prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan kemampuan
666

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685
http://jurnal.fkip.uns.ac.id

komunikasi matematika rendah. (3) Siswa dengan kemampuan komunikasi matematika
sedang dan siswa dengan kemampuan komunikasi matematika rendah mempunyai
prestasi belajar matematika yang sama.
Pada kesimpulan (1) dan (2) sudah sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini. Tetapi pada kesimulan (3) tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan,
yaitu siswa dengan kemampuan komunikasi matematika sedang dan siswa dengan
kemampuan komunikasi matematika rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang
sama. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan penelitian ini yang tidak mampu
mengontrol variabel-variabel di luar komunikasi matematika, antara lain fasilitas belajar,
lingkungan belajar, perhatian orang tua, dan frekuensi belajar di rumah.. Hal ini sesuai
dengan penelitian Endang Hariyati (2013), menyatakan bahwa prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika tinggi lebih baik
daripada prestasi belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
matematika sedang dan rendah. Didukung juga oleh penelitian Kosko (2010).
menjelaskan hubungan yang positif antara penggunaan frekuensi manipulatif dan
kemampuan komunikasi matematika. Menggabungkan hasil ini dari sebelumnya dengan
orang-orang dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru harus menerapkan praktek
dalam ruang kelas mereka dan pada tingkat yang sama. Penelitian ini menunjukkan
bahwa hubungan antara penggunaan manipulatif dan kemampuan komunikasi
matematika merupakan salah satu yang penting.
Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh stastitik uji Fab= 0,348
dan Ftabel = 2,37. Karena Fab= 0,348

DK = { F | F

2,37} maka H0AB diterima. Hal ini

berarti, tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan komunikasi
matematika siswa sehingga tidak diperlukan uji komparasi ganda. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada masing-masing kelompok kemampuan komunikasi matematika
siswa, model pembelajaran PBM dengan pendekatan saintifik memberikan prestasi
belajar matematika yang

lebih baik dari model pembelajaran langsung, model

pembelajaran PBM memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari model
pembelajaran langsung, dan model pembelajaran PBM dengan pendekatan saintifik
memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan model pembelajaran PBM.
Sedangkan pada masing-masing model pembelajaran, siswa dengan emampuan
komunikasi matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebh baik
dari siswa dengan kemampuan komunikasi matematika sedang, siswa dengan
kemampuan komunikasi matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih
baik dari siswa dengan kemampuan komunikasi matematika rendah, dan siswa dengan

667

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685
http://jurnal.fkip.uns.ac.id

kemampuan komunikasi matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika
yang sama pada siswa dengan kemampuan komunikasi matematika rendah.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data dari pembahasan, maka dapat disimpulkan hasil sebagai
berikut. (1) Prestasi belajar matematika pada model pembelajaran PBM dengan
pendekatan saintifik dan model pembelajaran PBM lebih baik daripada model
pembelajaran langsung. Prestasi belajar matematika pada model pembelajaran PBM
dengan saintifik sama dengan prestasi belajar matematika pada model pembelajaran
PBM. (2) Siswa dengan kemampuan komunikasi matematika tinggi memiliki prestasi
belajar lebih baik daripada siswa dengan kemampuan komunikasi matematika sedang dan
rendah. Siswa dengan kemampuan komunikasi matematika sedang dan rendah
mempunyai prestasi belajar matematika yang sama. (3) Pada masing-masing kelompok
kemampuan komunikasi matematika siswa, model pembelajaran PBM dengan
pendekatan saintifik dan model pembelajaran PBM memberikan prestasi yang lebih baik
dari model pembelajaran langsung, model pembelajaran PBM dengan pendekatan
saintifik menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan model
pembelajaran PBM. (4) Pada masing-masing model pembelajaran,

siswa dengan

kemampuan komunikasi matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada siswa dengan kemampuan komunikasi matematika sedang dan
rendah, siswa dengan kemampuan komunikasi matematika sedang dan rendah
mempunyai prestasi belajar yang sama.
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, peneliti dapat memberikan beberapa saran
yang dirangkum sebagai berikut. (1) Guru mata pelajaran matematika disarankan untuk
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diberikan sehingga
prestasi belajar matematika siswa dapat maksimal, (2) siswa dengan kemampuan
komunikasi matematika sedang dan rendah guru disarankan menerapkan model PBM
dengan pendekatan saintifik dan PBM, (3) guru diharapkan mampu memilih model
pembelajaran yang disesuaikan dengan kategori kemampuan komunikasi matematika
siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya, (4) siswa diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika yang dimilikinya dengan cara
berusaha memahami materi yang diajarkan guru, memperhatikan setiap langkah
penyelesaian soal dan kegiatan pembelajaran, percaya diri saat diskusi dan
mengungkapkan pendapatnya agar prestasi belajar meningkat, (5) siswa diharapkan untuk
berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran dengan cara mencari sumber-sumber
bacaan lain, (6) diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan model pembelajaran yang
668

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685
http://jurnal.fkip.uns.ac.id

sejenis dengan penelitian ini yaitu PBM dengan pendekatan saintifik dan PBM dengan
tinjauan yang berbeda, antara lain kemandirian, kreatifitas, tanggung jawab, keaktifan,
sikap percaya diri dan gaya belajar agar bisa mendukung dari hasil penelitian ini,
sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan matematika, (7)
bagi peneliti lain disarankan agar melakukan penelitian yang lebih lanjut terkait model
PBM dengan pendekatan saintifik dan model PBM pada materi pembelajaran lainnya,
agar dapat mengetahui model pembelajaran mana yang lebih efektif secara umum, (8)
mengacu pada keterbatasan penelitian ini, terdapat beberapa hasil yang tidak sesuai
dengan hipotesis. Peneliti lain ketika melakukan penelitian dengan model PBM dengan
penekatan saintifik, model PBM, dan kemampuan komunikasi matematika diharapkan
dapat memperhatikan variabel atribut lain yang kemungkinan juga dapat mempengaruhi
hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z. and Mahmood, N. 2010. Effects of Cooperative Learning vs. Traditional
Instruction on Prospective Teachers’ Learning Experience and Achievement.
Journal of Faculty of Educational Sciences Ankara University, vol: 43, page 151164.
Ajai, J.T. 2013. Comparison of the Learning Effectiveness of Problem-Based
Learning (PBL) and Conventional Method of Teaching Algebra. Journal of
Education and Practice, vol.4, no.1, page 131-136.
Ajaja, O. P. & Eravwoke, O. U. 2010. Effects of Cooperative Learning Strategy on Junior
Secondary School Students Achievement in Integrated Science. Electronic
Journal of Science Education, vol 14, no 1, page 1-18.
Anwar Hafid. 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Endang Hariyati. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Tipe Team Assisted
Individualization (TAI) Dan Problem Based Learning (PBL) Dengan Pada
Materi Bangun Ruang Ditinjau Dari Multiple Intelligences Siswa Kelas VIII
SMP Negeri Se-Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013. Tesis (Tidak
Dipublikasikan). Surakarta : UNS.
Karaduman. G. B. 2013. The Relationship Between Prospective Primary Mathematics
Teachers’ Attitudes Towards Problem-Based Learning And Their Studying
Tendencies. International Journal on New Trends in Education and Their
Implication, vol. 4, no.4, page 145-151.
Kosko, K.W & Jesse L.M.W. 2010. Mathematical Communication and Its Relation to the
Frequency of Manipulative Use. International Electronic Journal of Mathematics
Education, vol.5, no.2, page 79-90.
Padmavathy, R.D. 2013. Effectiveness of Problem Based Learning In Mathematics.
International Multidisciplinary e-Journal, vol 2, no.1, page 45-51.

669

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol.3, No.6, hal 660-670 Agustus 2015

ISSN: 2339-1685
http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Sumaji. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Dan Group Investigation (GI) Dengan Pada Materi Persamaan Linear Satu
Variabel Ditinjau Dari Aktivitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten
Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Surakarta:
UNS.
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Tsay, M. & Brady, M. 2010. A case study of cooperative learning and communication
pedagogy: Does working in teams make a difference. Journal of the Scholarship of
Teaching and Learning, vol. 10, no. 2, page 78 – 89.

670

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

0 5 55

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM).

0 3 42

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DI SMP NEGERI 1 SIANTAR.

0 10 42

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 1 LHOKSUKON MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM).

1 2 37

Eksperimentasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dengan Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Saintifik Pada Materi Bilangan Ditinjau dari Kemandiran Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri Se-Kota Surakarta

0 0 17

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 0 16

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEME

0 0 19

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP.

0 1 64

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BERBANTUAN VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PURWANEGARA

0 0 15