Bab VII Perindustrian

BAB VII.
PERINDUSTRIAN .
Dalam Bab ini berturut-turut diuraikan:
A. Projek-projek Istimewa,
B. Projek-projek Pusat,
C. Projek-projek Daerah (L.P.3.I),
D. Mekanisasi dan Bantuan Pembiajaan Industri,
E. Balai-balai Penjelidikan.
Perkembangan dalam sektor partikelir dan projek-projek semiPemerintah, jang tidak disebut dalam Rentjana Pembangunan Lima
Tahun, telah diuraikan dalam Bagian Pertama Bab III, oleh karena
meskipun projek-projek ini diberi fasilitet-fasilitet dan petundjukpetundjuk sesuai dengan Rentjana Pembangunan Lima Tahun, dari
Pemerintah mereka tidak mendapat alokasi keuangan tertentu.
A. Projek-projek Istimewa.
1.

Pa beri k Pupuk Buatan.

Isi rentjana.
Sebagai langkah pertama dalam pendirian paberik-paberik pupuk
di Indonesia direntjanakan pendirian sebuah paberik pupuk zat
lemas jaitu Urea dan paberik pupuk fosfat.

Paberik pupuk Urea ini akan didirikan di Palembang dengan menggunakan bahan mentah gas-alam jang ternjata tjukup banjak persediaannja dilapangan minjak Stanvac di Sumatera-Selatan. Menurut
rentjana, waktu jang diperlukan untuk mendirikan sebuah paberik
pupuk Urea dengan kapasitet 100.000 ton setahun ialah ± 3 tahun
sesudah penanda-tangan kontrak dengan pemborong. Untuk sementara sebelum perusahaan paberik pupuk didirikan, hal-hal jang
berhubungan dengan persiapan pendirian paberik pupuk Urea
dikerdjakan oleh suatu Panitya Kerdja Paberik Pupuk jang didirikan pada bulan Maret 1957.
229

Untuk pendirian sebuah paberik pupuk fosfat belum dapat ditetapkan tempatnja dan kapasitetnja berhubung dengan masih harus
diadakannja penjelidikan daripada bahan-bahan mentah jang diperlukannja.
Biaja.
Untuk sebuah paberik pupuk Urea dengan kapasitet 100.000 ton
ditaksir biaja sebesar lebih-kurang 30 djuta dollar, sedangkan untuk
paberik single super fosfat dengan kapasitet jang lama diperkirakan
biaja lebih-kurang 7,5 djuta dollar. Perundingan-perundingan mengenai pembiajaan paberik pupuk Urea dengan kredit dari Eximbank
sedang diselesaikan di Washington.
Didalam anggaran 1957/1958 telah dimuat pengeluaran-pengeluaran jang kebanjakan digunakan untuk pembiajaan penjelidikan
dan persiapan-persiapan.
PENGELUARAN-PENGELUARAN UNTUK
PABERIK PUPUK.

(Rp. 1000).
Tabel 120.
Tahun

Anggaran

Otorisasi

1956
1957


1.750
2.890
15.000


1.163
2.317
15.000


1958

Realisasi

586
1.667
6.000*)

Sumber: Biro Perantjang Negara.
*)

230

Untuk pembelian tanah seluas 40 ha jang diperlukan paberik pupuk di
Palembang, pengisian tanah dengan pasir dan lain-lain pekerdjaan persiapan, disediakan biaja Rp. 15 djuta, jang pelaksanaannja diserahkan
kepada Bank Industri Negara. Diperkirakan bahwa biaja ini masih harus
ditambah dengan R p . 3 djuta untuk penjelesaian dalam tahun 1959.

Persiapan-persiapan jang telah dikerdjakan:

a. Paberik pupuk Urea:
1. Survey ekonomis & technis jang dilakukan oleh Gass, Bell &
Associates dan Foster Wheeler Corporation.
2. Pemilihan technical adviser.
3. Perundingan-perundingan dengan Stanvac untuk menjelesaikan kontrak gas *).
4. Penentuan plant-site.
5. Pembelian tanah seluas 40 ha (seharga Rp. 6 djuta).
6. Pemilihan kontraktor.
7. Pengiriman panitia pupuk keluar negeri untuk membantu
Kedutaan Besar R.I. di Washington dalam perundingan-perundingan dengan Eximbank, Stanvac, kontraktor serta penindjauan paberik-paberik pupuk Urea.
8. Penjusunan rentjana anggaran dasar perusahaan paberik
pupuk.
9. Impor pupuk urea dalam tahun-tahun 1956 dan 1958 untuk
eksperimen -eksperimen.
b. Paberik pupuk fosfat:
Kegiatan-kegiatan jang njata untuk mendirikan paberik pupuk
fosfat baru dimulai pada pertengahan tahun 1958 dan sekarang
ditunggu kedatangan survey team dari luar negeri untuk menjelidiki bahan-bahan mentah jang diperlukan.
Kesulitan-kesulitan.
Kesulitan terutama jang hingga kini dihadapi dalam projek Urea

terutama dalam taraf persiapan ialah pemindahan penduduk liar dan
pengisian tanah dengan pasir berhubung kekurangan kapal keruk.
Mengenai projek pupuk fosfat kesulitannja terletak dalam menetapkan besarnja deposit fosfat dan belirang.
2. P r o j e k B e s i d a n B a d j a .
Isi rentjana dari pekerdjaan persiapan.
Projek Besi/Badja dimulai pada permulaan tahun 1956 dan bertudjuan untuk mendirikan industri besi dan badja jang dapat mentjukupi kebutuhan Indonesia berdasarkan bahan-bahan dasar jang
*) Kontrak ini sudah ditanda-tangani pada tanggal 20 Pebruari 1959.

231

ada di Indonesia. Dalam R.P.L.T. ke-I akan dilakukan persiapan
dari industri tersebut sedangkan dalam R.P.L.T. ke-II dimulai
dengan pembangunannja. Sampai sekarang pekerdjaan jang telah
dilakukan adalah melakukan penjelidikan mengenai bahan-bahan
mentah jang diperlukan guna industri tersebut. Untuk keperluan
ini telah diminta bantuan dari consulting engineers Djerman Barat
„Wedexro” (Westdeutsches Ingenieur Büro Dr. Rohland K.G.),
jang dalam tahun 1956 telah melakukan penjelidikan. Mereka telah
mengadjukan laporan dari hasil penjelidikan mereka jang telah
dilakukan bersama-sama dengan Biro Perantjang Negara dan Djawatan Geologi.

Penjelidikan ini meliputi penjelidikan persediaan bidjih-bidjih
besi jang terdapat di daerah-daerah Djampang Kulon (Djawa
Barat), Lampung (Sumatera Selatan), Sungai Dua dan Pulau
Sebuku (Kalimantan Selatan) dan persediaan batubara di daerahdaerah Bajah (Djawa Barat), Bukit Asam (Sumatera Selatan),
Pulau Laut (Kalimantan Selatan) dan Gunung Batu Besar (Kalimantan Timur).
Laporan ini mengemukakan bahwa dalam djangka pendek dapat
didirikan suatu industri besi dan badja dibagi dalam dua phase.
Phase pertama ialah mendirikan dua buah paberik badja masingmasing dengan kapasitet 30 á 50.000 ton badja setahun jang bekerdja
berdasarkan besi tua jang masih terdapat dalam djumlah tjukup
di Indonesia, ditambah dengan besi kasar (pig iron) jang sementara
masih harus diimpor.
Dalam phase kedua dapat didirikan suatu industri besi dan badja
jang bekerdja dengan gabungan bahan-bahan dasar jang telah diselidiki dengan kapasitet kira-kira 250.000 ton badja setahun.
Dalam laporan „Wedexro” disarankan agar industri dalam phase
kedua ini dikonsentrasikan di Lampung mengingat kedudukannja
jang central terhadap persediaan bidjih besi dan batubara.
Berhubung sedikitnja endapan (deposit) bidji besi di SumateraSclatan (Lampung) 1,5 á 2 djuta ton. Pemerintah menganggap lebih
baik mengkonsentrasikan pembangunan industri besi dan badja
phase kedua itu di Kalimantan mengingat terdapatnja persediaanpersediaan bidjih-bidjih besi jang djauh lebih banjak dan batubara
jang letaknja berdekatan disana, maka perlulah dilakukan penjelidikan kedua datum tahun 1958 chusus ditudjukan kepada bahanbahan dasar jang berada di Kalimantan Selatan. Pada waktu ini

penjelidikan setempat telah selesai dan Biro Perantjang Negara
sekarang masih menunggu laporan-laporan mengenai hal ini dari
Djawatan Geologi dan Wedexro jang diduga akan dapat diselesaikan
dalam pertengahan tahun 1959.
232

Sambil melakukan penjelidikan jang kedua ini telah diadakan
persiapan-persiapan oleh Pemerintah untuk dapat melaksanakan
pembangunan dua buah paberik badja masing-masing dengan berkapasitet 50.000 ton badja setahun. Untuk pembiajaan dua buah
paberik ini telah diadakan pembitjaraan-pembitjaraan dengan
Pemerintah Rusia mengenai pindjaman mereka jang meliputi 100
djuta dollar. Perundingan mengenai hal ini sekarang belum selesai
karena masih terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa hal
antara lain mengenai levertermijn dan harga dari paberik tersebut.
Untuk keperluan pembangunan dua buah paberik badja jang
akan didirikan di Djawa itu Biro Perantjang Negara sekarang
sedang melakukan penjelidikan-penjelidikan, guna menentukan
tempat mana jang paling tjotjok untuk mendirikan paberik-paberik
tersebut.
Penjelidikan ini jang dimulai pada bulan Pebruari 1959 akan

memakan waktu kira-kira 3 bulan.
B i a j a.
Pengeluaran-pengeluaran Projek Besi dan Badja sampai sekarang
hampir seluruhnja dipergunakan untuk melakukan penjelidikan.
Dalam tahun 1957 anggaran tidak banjak berhubung dalam tahun
tersebut pekerdjaan jang dilakukan oleh Projek Besi dan Badja
terutama adalah menjelesaikan research jang sebagian besar telah
dikerdjakan dalam tahun 1956, dan melakukan evaluasi daripada
laporan-laporan Wedexro jang masuk pada pertengahan tahun 1957.
PENGELUARAN UNTUK PROJEK BESI-BADJA.
(Rp. 1.000).
Ta b e l 121.
Tahun
1956
1957
1958

Anggaran
7.000
2.150

16.563

Otorisasi

2.070
12.667

Realisasi
4.779
2.077
12.906

Sumber: Biro Perantjang Negara.
233

Dalam R.L.T. disediakan anggaran sebesar Rp. 25 djuta. Kenjataan menundjukkan bahwa sampai achir 1958 telah dikeluarkan
biaja hampir Rp. 20 djuta.
Perlu ditjatat, bahwa untuk pembiajaan ekspedisi penjelidikan
telah diterima bantuan dari Djerman Barat.
Kesulitan-kesulitan.

Berhubung projek ini masih dalam taraf penjelidikan kesulitankesulitan terutama terbatas kepada hal mendapatkan otorisasi jang
diminta. Ini sebetulnja tidak dapat dinamakan kesulitan karena
tidak bersifat prinsipiil dan merupakan persoalan administrasi jang
dialami oleh semua projek.
Dalam tahun 1958 didjumpai kesulitan waktu melakukan ekspedisi penjelidikan di Kalimantan Selatan, ialah kesulitan-kesulitan
dalam transport. Karena banjak kapal-kapal dikerahkan untuk
operasi-operasi militer maka didapatkan kesukaran-kesukaran
dalam mengangkut segala sesuatu jang diperlukan oleh ekspedisi.
3. P r o j e k R a y o n .
1si rentjana.
Seluruh bahan mentah jang diperlukan untuk pembuatan rayon
terdapat di Indonesia seperti kaju, garam, gas alam, kapur, bensin
dan lain-lainnja, djadi hanja mesin-mesin sadja jang harus didatangkan dari luar negeri.
Menurut rentjana paberik rayon pada taraf terachir akan dapat
menghasilkan 45.000 ton serat tiap tahun atau 35% dari seluruh
kebutuhan akan bahan pakaian jang mana berarti suatu penghematan sebanjak Rp. 800 djuta devisen tiap tahun. Djadi devisen ini
dapat dipergunakan untuk pembelian mesin-mesin jang hanja
bersifat satu kali sadja, sedang pengimporan tekstil jang hampir
sama harganja bersifat terus menerus. Pula selama Indonesia masih
memerlukan benang dari luar negeri untuk keperluan pertenunan

maka kelantjaran djalannja perusahaan pertenunan tidak akan
terdjamin.
Sebagai langkah permulaan dalam rentjana projek ini pihak
Djawatan Kehutanan akan menjediakan kaju sedjumlah 70.000 m 3
sebagai bahan mentah untuk serat rayon; maka produksi tiap-tiap
tahunnja ditentukan akan mentjapai 10.000 —45.000 ton serat.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomis lain-lainnja,
projek ini direntjanakan akan ditempatkan di Kabupaten Muara
Enim (Sumatera Selatan) dimana antara lain terletak hutan seluas
kurang lebih 170.000 ha jaitu hutan Semangus, jang dapat menjediakan kaju sebagai bahkan dasar.

234

Biaja.
Biaja projek rayon itu mula-mula telah direntjanakan sebesar
Rp. 700 djuta (termasuk devisen), akan tetapi berhubung dengan
peraturan B.E. dan T.P.I. projek ini akan memerlukan biaja
sebesar ± Rp. 2 miljard. Dalam R.P.L.T. untuk ini baru disediakan ±
Rp. 400 djuta.
Biaja persiapan jang telah dikeluarkan untuk keperluan routine,
seperti antara lain untuk Djawatan Kehutanan, penjelidikan, perdjalanan dan pembelian barang-barang: adalah sebagai berikut :
1956
1957
1958
Kehutanan (survey) th. 1957 — 1958

= Rp.
= „
= „
= „

873 ribu
314 „
699 „
600 „

Djumlah ........... = Rp. 2.486 ribu
Disamping ini untuk pembuatan tempat penjelidikan kimiawi
(Laboratorium dan rumah-rumah experts di Bandung) telah dikeluarkan Rp. 2.623.000,— Djadi untuk projek ini telah dikeluarkan
selama tiga tahun tersebut Rp. 5.109 ribu.
Tingkat pelaksanaan.
Untuk industri rayon ini telah diadakan penjelidikan pendahuluan
tentang keadaan hutan, sifat-sifat kimiawi dari bahan-bahan kaju,
dan soal-soal pengangkutan.
Pada umumnja rentjana ini masih dalam taraf persiapan. Antara
lain jang sudah dikerdjakan ialah:
1) Gedung untuk penjelidikan kimiawi di Bandung.
2) Perpetaan ± 15.000 ha.
3) Djalan sepandjang ± 20 km.
4) Tracering hutan sepandjang ± 40 km dan lebar 10 m.
5) Perumahan di Bandung untuk ± 20 orang, telah hampir selesai.
4. P r o j e k A s a h a n .
Isi rentjana.
Dari Kompleks Asahan jang terpenting ialah:
a. Pembangkit tenaga listrik serta transmisinja,
b. Paberik aluminium.

235

Dimaksudkan bahwa projek-projek ini baru selesai sesudah masa
R.P.L.T. ke-1.
Biaja (lihat Bab VI: Tenaga Listrik).
Pengeluaran-pengeluaran ialah sebagai berikut:
1956
Rp. 1,9 djuta.
1957
„ 18,8 „
1958
„ 18,1 „
Tingkat pelaksanaan.
Hingga achir 1958 telah dikerdjakan:
1. Survey umum, survey chusus mengenai tenaga listrik, dan survey
chusus mengenai aluminium.
2. Pengukuran tanah.
3. Design dari pembangkitan tenaga listrik.
4. Pembuatan djalan antara Bandar Pulau — Siguragura — Porsea
sepandjang ± 65 km.
Berhubung dengan keadaan keamanan, pelaksanaan terpaksa diundurkan untuk sementara.
5. P r o j e k K o s t i k S o d a .
Isi Rentjana.
Projek kostik soda ini termasuk projek Istimewa dan dalam
R.P.L.T. dimaksudkan untuk ditempatkan dibawah Badan Industri
Kimia dan Pupuk. Penjelenggara projek ini ialah Perusahaan
Garam dan Soda Negeri jang sebagai perusahaan I.B.W. mula-mula
ada dibawah Kementerian Keuangan dan pada tanggal 1 Djanuari
1959 telah diserahkan Kementerian Perindustrian.
Matjam produksi dan djumlah kapasitet untuk setiap tahunnja
telah direntjanakan sebagai berikut:
Soda
HCl
B.H.C.
Bubuk untuk memutihkan

236

3.600 ton
4.000 ton
300 ton
4.000 ton

Djumlah biaja jang direntjanakan sebesar Rp. 75 djuta diantaranja Rp. 59 djuta devisen. Pekerdjaan-pekerdjaan telah dimulai
sedjak tahun 1953 dan sampai achir tahun 1954 telah dikeluarkan
sebanjak Rp. 54 djuta diantaranja Rp. 49 djuta devisen.
Djadi untuk penjelesaian projek ini masih dibutuhkan biaja
sebesar Rp. 21 djuta diantaranja Rp. 10 djuta devisen djumlah mana
dimasukkan dalam alokasi R.P.L.T. Pertama.
Biaja dari tahun 1955 sampai tahun 1957 Realisasi pembiajaan
sebagai berikut:
1955 Rp. 27 djuta
1956 Rp. 9 djuta
1957 Rp. 2 djuta
Djumlah .......... Rp. 38 djuta.
(diantaranja Rp. 9,7 djuta berupa devisen).
Ti n g k a t pel ak s anaan.
Dalam tahun 1956 bulan Djuli paberik soda telah mulai bekerdja
dan hasilnja dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
PRODUKSI HASIL-HASIL PABERIK SODA.
(dalam ton).
Tabel 122.
Soda api padat
Soda api larutan
Asam chloride (HCl)
Serbuk kelantang
Serbuk lindane
Larutan lindane

1956
263

295
368
7


1957
572

219
227
18,6
9,6

1958
900
950
350
1.080



Sumber: Biro Pusat Statistik.

237

Meskipun telah mulai bekerdja dan menghasilkan, tetapi dapat
dikatakan bahwa paberik ini masih dalam taraf pertjobaan. Dalam
tahun 1957 produksi kostik soda (soda api) sudah memadjukan
kenaikan, tetapi hasilnja belum seperti jang diharapkan, karena
produksi jang ditjapai baru 16% dari kapasitet. Hasil tambahan
(bijproduct) menundjukkan angka jang turun-naik, dan belum
djuga sesuai dengan apa jang direntjanakan. Ini antara lain disebabkan karena tempat pembakar (oven) pada tahun 1957 mengalami kerusakan.
Dalam tahun 1958 paberik memberikan harapan baik karena hasilhasil paberik soda telah mulai dikenal oleh industri-industri dalam
negeri berkat penerangan-penerangan jang dilantjarkan. Hasil
kostik soda telah mentjapai 50% dari kapasitet jang direntjanakan.
Sedang produksi asam chloride dan serbuk kelantang djuga menundjukkan angka jang menaik.
Dalam tahun 1958 serbuk lindane dan larutan lindane tidak dibuat
karena hasil-hasil tersebut belum banjak dipergunakan oleh industriindustri didalam negeri, tetapi pada waktu jang akan datang bila
ada kemungkinannja akan diusahakan lagi.
Kesulitan-kesulitan:
Kesulitan-kesulitan jang dihadapi oleh perusahaan ialah;
a. Dalam pembuatan soda dari garam dihasilkan pula chloor. Chloor
ini diolah mendjadi asam chloride, serbuk kelantang, dan sebagainja.
Pada waktu ini pasaran asam chloride masih terbatas, karena
industri-industri jang memerlukan bahan ini masih sedikit djumlahnja. Maka kebanjakan chloor didjadikan serbuk kelantang.
Oleh karena kwalitet dari serbuk kelantang ini belum baik,
maka pendjualan seret sehingga sebagian dibuang. Pembuangan
ini tidak diperbolehkan disembarang tempat oleh karena dapat
mengganggu kesehatan. Berhubung dengan faktor-faktor diatas
maka produksi kostik soda terpaksa dibatasi.
b. Sebagai akibat dari seretnja segala sesuatu jang berhubungan

dengan impor maka paberik mengalami kekurangan alat-alat
pembungkus serbuk kelantang (black iron sheets untuk drums)
dan botol-botol besar untuk HC1,
c. Kesukaran pengangkutan menjebabkan tidak lantjarnja pengiriman dari paberik ke daerah-daerah sehingga banjak hasil
produksi jang tertahan.
238

REKAPITULASI PEMBIAJAAN PROJEK-PROJEK ISTIMEWA.

(dalam Rp. 1000).

Tabel 123.
Anggaran

Otorisasi

Realisasi

Nama Projek :
1956

1957



1.750

1958

1956

1957



1.163

2.890
1. Pupuk

7.000

2.150

16.563

1956

1957



586

2.317

15.000
2. Besi Badja

1958

1.667

15.000


2.070

1958

6.000

12.667

4.779

2.077

12.906

3.2371

999

3. Rayon













873

4. Soda *)













9.047

2.040



5. Asahan **)



















14.699

7.940

21.572

Djumlah:

Sumber :

Biro Perantjang Negara;
Perusahaan Garam dan Soda Negeri (mengenai soda).

* ) Realisasi tahun 1955: Rp. 27 djuta.
**) Lihat bab VI tenaga Listrik.

239

B. Projek-projek Pusat.
Jang dimaksudkan dengan projek-projek ini ialah projek-projek
jang tidak termasuk projek-projek Istimewa atau projek-projek
daerah dan tanggung djawab penjelenggaraan dan kelantjaran
pelaksanaannja diserahkan kepada suatu badan Pemerintah Pusat.
Ini sama sekali tidak berarti bahwa projek-projek tersebut harus
didjalankan oleh Pegawai Negeri atau dibangunkan oleh Djawatan
Pemerintah sendiri. Dalam banjak hal penjelenggaraan dilakukan
oleh B.I.N.

Projek2

Tempat

1. Pemintalan beTjilatjap
nang dari kapas
2. Pemintalan ra- miMedan
3. Semen

Gresik

4. Semen
Medan
5. Kertas
B1abak
6. Kertas
Sumatera
7. Kertas
Notog
8. Botol
Surabaja
9. Pengawetan
Aertembaga
ikan dalam ka-leng

10.Penggergadjian
kaju

Kalimantan

Djumlah

Kapasitet
setahun

Biaja (djutaan Rp.)

Alokasi dalam Rentjana
(djutaan Rp.)
Devisen jang
disediakan
(djutaan Rp.)

PROJEK-PROJEK PUSAT JANG TELAH DIRENTJANAKAN
OLEH PEMERINTAH.
Ta b e l 124.

3.900 ton

56

9

10.000
mata pintal
250.000/
375.000 ton
375.000 ton
7.500 ton
12.000 ton
12.000 ton
15.000 ton
15.000 ton
ikan
270 ton
tepung
54.000 m3

10

45

25

385

255

97

400
60
125
95
65
89

150
60
45
95
65
15

120
27
20
68,4
12
8

37,5

37,5
776,5

1,5

18
396,9

Sumber: Biro Perantjang Negara.
Diantara projek-projek tersebut seperti pabrik semen Gresik dapat
pindjaman dari Eximbank, paberik kertas di Blabak dapat pindjaman kredit Perantjis, sedang projek gelas di Surabaja dibiajai dari
pindjaman kredit Italia. Pindjaman ini hanja untuk pengeluaran
devisen.
240

PENGELUARAN-PENGELUARAN UNTUK PROJEKPROJEK PUSAT.
(dalam Rp. 1000).

Tabel 125.
1955
1.
2.
3.
4.

Iglas botol di Surabaja
Pabrik kertas di Notog
Pabrik kertas di Blabak
Pabrik pemintalan rami di
Medan (P. Siantar)
5. Pabrik pemintalan di Tjilatjap
6. Pabrik Semen di Gresik
7. Sampit Dajak (penggergadjian kaju)
Djumlah

4.427



1956

1957

1958

Djumlah

27.648

49.400

11.657
1.361
14.000

11.268

18.000

55.000
1.361
82.400

20.477

7.504
8.496
44.453
4.372
5.587
81.226 125.222 205.244
1.701

849

2.527

152.284 214.995 248.872

911 37.388
1.618 56.030
3.520 415.212
838

4.214

36.155 651.605

Sumber: B.I.N.
Dari djumlah Rp. 651,6 djuta ini, jang Rp. 354,4 djuta berupa
devisen.
Perbandingan antara jang direntjanakan dengan pengeluarannja.
Dari projek-projek pusat jang telah direntjanakan sebanjak 10
buah dan jang harus selesai selambat-lambatnja dalam 1960, ternjata
pada achir tahun 1960 baru diharapkan dapat selesai 6 buah jang
berarti rentjana akan mentjapai pelaksanaan 60%. Sementara itu
jang telah selesai dibangun sampai achir 1958 adalah sebanjak 4
buah. Sedang pembiajaannja semula direntjanakan sebesar Rp. 776,5
djuta diantaranja devisen sebesar Rp. 406,9 djuta. Sampai achir
tahun 1958 modal Pang telah dikeluarkan sebesar Rp. 689,9 djuta
diantaranja berupa devisen Rp. 354,7 djuta. Masih dibutuhkan
investasi tambahan sebesar Rp. 286 djuta diantaranja berupa devisen Rp. 203 djuta, jang disebabkan karena pada waktu merentjanakan itu didasarkan atas harga-harga tahun 1955, sedangkan sesudah
tahun itu harga-harga senantiasa melontjat, djuga untuk spareparts, dan lain-lain.
PERINTJIAN INVESTASI TAMBAHAN
JANG DIBUTUHKAN.
(dalam Rp. 1000).
Tabel 126.
1. Iglas di Surabaja
2. Pabrik kertas di Blabak
3. Pemintalan di Tjilatjap
4. Semen di Gresik
Djumlah

Investasi
29.514
64.500
2.463
190.000
286.477

(Sumber: B.I.N.).

241
5281B (16)

Projek-projek jang telah selesai.
Projek-projek pusat jang telah menghasilkan ialah Paberik
Pemintalan Tjilatjap dan Paberik Semen Gresik.
PRODUKSI PROJEK-PROJEK PUSAT.
Tabel 127.

Rami
Benang tenun
Semen
Penggergadjian kaju
(Sampit Dajak)

1956

1957

1958





7 ton
2.181 „
106.000 „

14 ton
2.800 „
218.000 „

25.051m 3

21.700m 3

11.539m 3

Sumber: B.P.S.; Kementerian Pertanian.
Dengan mulai bekerdjanja paberik-paberik itu, jang akan disusul
oleh paberik botol (1959) dan kertas (1960), terdapatlah suatu
kemadjuan jang penting dalam usaha untuk mentjukupi kebutuhan
industri dalam negeri. Hasil benang tenun dalam negeri setiap tahun
meningkat dengan 3.000 ton sedangkan benang djaring jang dapat
dihasilkan adalah 300 ton setahun.
Kebutuhan semen ditaksir sebesar 775.000 ton setiap tahunnja.
Hasil dalam negeri bila, kedua paberik semen di Gresik dan di
Padang mentjapai kapasitet penuh berdjumlah 400.000 ton. Ini akan
berarti bahwa lebih-kurang 50% ton dari kebutuhan dalam negeri
dapat dilajani. Dengan penambahan 1 kiln pada paberik semen
Gresik kapasitet produksi akan mentjapai 375.000 ton. Untuk kiln
ini Pemerintah sedang mengusahakan pindjaman dari Eximbank,
dan diharapkan dalam waktu jang singkat dapat dipasangnja. Bila
penambahan kiln ini terlaksana, maka hasil produksi didalam negeri
akan mentjapai 525.000 ton setahun, jang berarti lebih-kurang 67%
dari kebutuhan dapat dilajani.
Paberik rami di Pematang-Siantar dari 10 September 1957
sampai achir 1957 barulah dalam taraf pertjobaan processing.
Pertjobaan tersebut tidak hanja mengenai pemakaian mesin-mesinnja sadja tetapi djuga mengenai pengolahan bahan, karena bahanbahan serat rami jang dikerdjakan sampai saat ini adalah serat
hasil pertjobaan penanaman didaerah-daerah jang berdjenis-djenis
mutunja. Djadi penghasilan dalam tahun 1957 tersebut belumlah
dapat dipandang sebagai penghasilan jang sebenarnja, melainkan
penghasilan dari pertjobaan.
242

Suatu hal jang penting dan urgent jang perlu mendapatkan perhatian sepenuhnja jaitu mengenai bahan mentahnja jang harus
dikerdjakan dari serat rami sampai mendjadi benang rami. Rentjana
semula ialah setelah paberik selesai dibangun, bahan mentahnja
sudah tersedia, akan tetapi ternjata rentjana ini meleset. Sungguhpun usaha penanaman serat rami telah lama dimulai oleh N.V. Tani
Mulja dan Dinas Pertanian Rakjat Propinsi Sumatera Utara dalam
kenjataannja bahwa jang dihasilkan belum sepadan dengan kapasitet paberik, hal mana menimbulkan situasi jang tidak seimbang.
Diperkirakan, bahwa hasil penanaman rami hanja mentjukupi 6
hari produksi setahun.
Ketidak seimbangan kapasitet paberik dengan penanaman rami
telah diinsjafi oleh Kementerian Pertanian maupun Panitex dan
B.I.N. maka usaha-usaha untuk mengatasinja sedang difikirkan.
Untuk sementara oleh Pemerintah telah diusahakan mendatangkan
serat rami dari Philipina dan R.R.T. Akan tetapi impor rami ini
tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk mendirikan sebuah paberik
dan tidak dapat dipertahankan lebih landjut karena selain harganja
tinggi dan memakan devisen, hal ini tidak memberi djaminan kelangsungan bekerdja dari pada paberik.
Mengingat urgensinja serat rami didalam negeri pula untuk
mendjaga continutet paberik dalam tahun 1959 Kementerian Pertanian telah merentjanakan penanaman rami seluas 1.400 ha
dengan demikian diharapkan kebutuhan serat rami dapat dipenuhi.
C. Projek-projek Daerah: Projek-projek Lembaga Penjelenggaraan Perusahaan-perusahaan Industri (L.P3.I.).
Sesuai dengan R.P.L.T. serta mengingat perkembangan daerah
dalam lapangan industri, Pemerintah memandang perlu membantu
daerah-daerah. Untuk ini didirikan didaerah-daerah perusahaanperusahaan pelopor atau induk. Pendirian induk-induk ini dimaksudkan untuk dikemudian hari didjual dengan tjara sewa-beli kepada fihak partikelir, terutama jang bersifat koperasi.
Jang ditugaskan untuk melaksanakan ini ialah L.P3.I. suatu badan
dibawah Kementerian Perindustrian, dan modalnja didapat djuga
dari Anggaran Belandja Kementerian Perindustrian.
Induk-induk perusahaan (I.P.) dan/atau pilot project (perusahaan pertjontohan P.P.) jang telah didirikannja dibeberapa daerah
kepulauan Indonesia meliputi pengolahan-pengolahan bahan-bahan
dan perusahaan-perusahaan antara lain besi, kuningan, keramik,
tekstil, kaju, rotan, serat dan tali-temali, kulit kapur, tembakau,
tapioca, minjak kelapa, pajung dan lain-lain.
243

Pada achir tahun 1956 djumlah perusahaan jang telah selesai
ada 21 buah. Projek-projek tersebut sudah mulai berdjalan dan
menghasilkan, sehingga projek-projek itu sudah siap untuk diserahkan kepada masjarakat, seperti maksud serta tudjuan jang terkandung dalam rentjana pembentukan projek-projek tersebut.
Untuk djelasnja seperti tersebut dibawah ini kami lampirkan
daftar projek-projek jang telah berdjalan itu.
DAFTAR PERUSAHAAN-PERUSAHAAN JANG SELESAI
DALAM TAHUN 1956

Tabel 128.
No.
1.
2.
3.
4.

Propinsi
Djawa Barat:

Tempat

Matjam perusahaan

Madjalaja
Tjiwidej
Tjisaat
Plered

I.P. Tekstil
I.P. Besi
I.P. Besi
I.P. Keramik

Klaten
Djuwiring
Magelang
Kudus

I.P. Gamping
I.P. Pajung
I.P. Kulit
P.P. Tekstil

Madiun
Madiun
Madiun
Magetan
Pasuruan
Pamekasan
Pamekasan

I.P. Besi
P.P. Kaju
P.P. Peradjutan
I.P. Kulit (Penjamakan)
I.P. Kuningan/Logam
I.P. Kulit (Penjamakan)
I.P. Kulit (Pengerdjaan)

Latulahat
Tawiri
Ambon
Akuhuda
Latulahat
Takoma

P.P. Kapur
P.P. Rotan
P.P. Talipantjing
P.P. Ubin
P.P. Ubin
P.P. Rotan

Djawa Tengah:
5.
6.
7.
8.
Djawa Timur:
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Maluku:
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Tjatatan: LP. = Induk Perusahaan
P.P. = Perusahaan Pertjontohan (Pilot Project).

Sumber: L.P3.I.
244

Meskipun projek-projek itu telah dapat dikatakan selesai dan
sudah menghasilkan, tetapi beberapa projek masih membutuhkan
modal. Satu dan lain diperlukan untuk penjempurnaan projekprojek, pembelian mesin, spare parts, dan lain-lain.
Dalam tahun 1957 projek-projek telah selesai sebanjak 8 buah,
djuga dalam tahun itu diselenggarakan penjempurnaan beberapa
projek seperti tersebut dalam uraian diatas, sedang pelaksanaan
beberapa projek-projek baru telah dimulai.
DAFTAR PROJEK-PROJEK JANG TELAH DISELESAIKAN
DALAM TAHUN 1957.

Tabel 129.
No.
1.

Propinsi
Djakarta-Raya:

Tempat

Matjam perusahaan

Klender

I.P. Kaju

Djawa Tengah:
2.
3.
4.

Sukaradja
I.P. Logam
Bareng (Kudus) I.P. Besi
Batur
I.P. Besi/Logam
Djawa Timur:

5.
6.

Malang
Pasuruan

I.P. Keramik
I.P. Kaju

Kajuagung

I.P. Keramik

Makasar

I.P. Kaju

Sumatera Selatan:
7.
Sulawesi:
8.

DAFTAR PROJEK-PROJEK JANG TELAH DISELESAIKAN
DALAM TAHUN 1958.

Tabel 130.
No.

Propinsi

1.

Tempat

Matjam perusahaan

Kebajoran lama P.P. Wallblock
Djawa Tengah:

2.
3.

Kalibagor
Tjeper

I.P. Keramik
I.P. Tekstil

Malang
Sidoardjo
Surabaja

P.P. Mesin „Sumber Mas”
I.P. Pajung
I.P. Galvano

Negara

I.P. Besi

Djawa Timur:
4.
5.
6.
Kalimantan:
7.

245

Djadi jang telah selesai hingga achir 1958 ialah 36 buah I.P. dan
P.P. Masih banjak perusahaan-perusahaan lain jang diselenggarakan
dan dibiajai oleh L.P3.I., seperti perusahaan sabut kelapa di Wates,
minjak kelapa di Ponorogo dan keramik di Tulungagung, dan lainlain tetapi berhubung keterangan-keterangan jang diterima Biro
Perantjang Negara sangat terbatas, maka tidak tjukup untuk membuat laporan mengenai perusahaan-perusahaan ini. Ini membuktikan
bahwa administrasi dari L.P3.I masih perlu disempurnakan, demikian pula pengawasan perlu diadakan, sehingga untuk tahun-tahun
jang akan datang kekurangan-kekurangan itu tidak terulang
kembali.
Pada bulan November 1957 berturut-turut telah diadakan pembitjaraan segi-tiga antara wakil-wakil dari Biro Perantjang Negara,
Djawatan Perindustrian dun L.P3.I. untuk mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan pembangunan perusahaan-perusahaan
induk maupun pertjontohan atas dasar usul daerah-daerah.
Hasil pembitjaraan jang kemudian didjadikan instruksi Menteri
tanggal 1 Pebruari 1958 ialah penjelenggaraan pembangunan projek-projek sebanjak 13 buah untuk tahun 1958 sampai dengan tahun
1960 semuanja diluar Djawa, disampingnja menjelesaikan projekprojek jang sedang dalam pelaksanaan.
DAFTAR PROJEK-PROJEK TAMBAHAN.
Tabel 131.
Daerah

Projek/Keterangan

Atjeh
Sumatera Utara

Kulit/Sepatu
Pertenunan
Bata/genteng, Tapanuli
Penggergadjian kaju,
Padang
Besi/logam, Padang
Bata/genteng, Padang
Tepung tapioca, Metro
Sabut kelapa
Bata/genteng, Bitung
Bata/genteng, Gorontalo
Pembakaran kapur
Penjamakan kulit

Sumatera Tengah

Sumatera Sclatan
Kalimantan Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi
Selatan
Nusa Tenggara

Djumlah ................... 13 Projek

246

Rentjana
Pembelandjaan
12,2
16,3
6,6
4,9

djuta
djuta
djuta
djuta

5,5 djuta
6,6 djuta
4,1 djuta
7,3 djuta
6,6 djuta
6,6 djuta
Pro-Memori
6,3 djuta
Rp. 96,0

djuta

Pembiajaan.
Dari tahun 1956 sampai dengan tahun 1958 seperti tersebut dibawah ini terdapat angka-angka anggaran belandja jang diminta,
djumlah jang diotorisir dan realisasinja.
BELANDJA MODAL L.P3.I.
Ta b e l 132.
Tahun
1956
1957
1958

(Rp. 1.000).
Anggaran
Belandja
80.300
113.421
144.000

Otorisasi

Realisasi

71.607
34.400*)
113.421,3 94.500
125.340,5 125.340,5**)

Sumber: L.P3.I.
Anggaran belandja, otorisasi dan realisasi tersebut diatas hanja
disediakan chusus untuk belandja modal, sedangkan kalau diperhitungkan belandja lain-lainnja anggaran belandja L.P3.I. akan
djauh lebih besar.
Produksi.
Projek-projek L.P3.I. sebanjak 36 buah jang tersebar diseluruh
kepulauan kita, telah selesai didirikan dan memberikan hasil. Oleh
karena bahan-bahan laporan sukar didapat, terutama mengenai
projek-projek diluar Djawa, maka angka-angka produksinja tak
dapat dibentangkan disini. Jang djelas ialah bahwa beberapa projek
telah menghasilkan dengan baik dan menurut kapasitet mesin,
sedang projek-projek jang bahan mentahnja sangat tergantung dari
import mengalami produksi dibawah kapasitet mesin.
*) Realisasi tahun 1956 sebanjak Rp. 34,4 djuta itu dikeluarkan oleh L.P3.I.
selama djangka waktu l.k. 9 bulan, jaitu dari tanggal 26 Maret 1956 sampai
achir tahun 1956.
Sedang sebelum 26 Maret, telah ada pengeluaran-pengeluaran dari bagian
Penjelenggaraan Perusahaan-perusahaan jang ada dibawah Djawatan Perindustrian.
**) Djumlah sementara, berhubung laporan-laporan jang lengkap belum masuk
semuanja.

247

Kesulitan-kesulitan.
1. Kesulitan-kesulitan jang dialami oleh L.P3.I. ialah tidak
adanja suatu ketentuan tegas mengenai induk dan perusahaan pertjontohan, jang mana penting sekali dalam menentukan:
— besarnja perusahaan
— matjam peralatan jang harus disediakan
— tingkat mekanisasi dari mesin-mesin (full automatic atau
tidak).
Hal tersebut mengakibatkan terdapatnja perusahaan-perusahaan
induk atau perusahaan-perusahaan pertjontohan jang mengingat
keadaan peralatan dan perlengkapan ditafsirkan terlalu besar,
sedangkan dipihak lain adanja unsur jang penting dipandang dari
sudut perusahaan jaitu kelangsungan dengan tjara sistim pembelandjaan jang effectief, sehingga funksi induk dan perusahaan pertjontohan jang merupakan „production-unit” kurang mampu bergerak
dalam perdagangan perantara. Maka perlu perluasan diadakan untuk
„melengkapi” perusahaan sampai merupakan paberik.
2. Kesulitan kedua dalam pendirian suatu induk dan perusahaan
pertjontohan ialah letak perusahaan (location). Sampai sekarang
jang didjumpai ialah bahwa perusahaan-perusahaan tersebut
didirikan pada tempat-tempat dimana kelihatannja terdapat banjak
kelompok-kelompok keradjinan rumah-tangga maupun pengusahapengusaha rakjat.
Dilihat dari segi komersiil ketetapan letaknja perusahaan- perusahaan tersebut masih dapat disangsikan, terbukti dengan kerugiankerugian jang telah diderita oleh beberapa perusahaan.
Kerugian-kerugian tersebut sesungguhnja tidak perlu ada, djika
penempatan perusahaan itu telah diperhitungkan setjara ilmuperusahaan. Salah satu tudjuan induk ialah membimbing masjarakat ,
teristimewa pengusaha-pengusaha rakjat untuk mengenal tjara bekerdja jang effektip.
3. Disebabkan adanja pergolakan-pergolakan didaerah Sumatera
dan Sulawesi, djuga dengan bertambahnja kesulitan dalam hal
pengangkutan kapal akibat terhentinja kapal-kapal K.P.M. maka
banjak projek-projek jang telah direntjanakan atau sesungguhnja
sudah dimulai pelaksanaannja terpaksa mengalami kelambatan ataupun kematjetan pembangunan projek-projek.
Tudjuan jang baik ini membawa konsekwensi bahwa „indukinduk” terpaksa bekerdja dengan tjara-tjara jang tidak selamanja
sesuai dengan sjarat-sjarat ekonomi perusahaan, disebabkan tugasnja untuk memberikan bimbingan dan pendidikan.

248

4. Pemasukan mesin-mesin dan lain-lain perlengkapan paberik
tidak begitu lantjar, karena penghematan/kekurangan devisen
sehingga mungkin beberapa projek perlu ditangguhkan pendiriannja
atau dibatalkan sama sekali, ketjuali kalau kebetulan dapat dibeli
alat-alat ready-stock.
D. Mekanisasi dan Bantuan Pembiajaan Industri.
Telah diinsjafi oleh Pemerintah, bahwa pengusaha-pengusaha
nasional tidak mempunjai modal. Dalam hal ini Pemerintah setjara
bidjaksana sedapat mungkin memberikan bantuan akan modal menurut pedoman-pedoman jang tertentu, jaitu sesuai dengan garis-garis
besar kebidjaksanaan perindustrian. Bantuan modal kepada mereka
jang membutuhkannja dan jang memenuhi sjarat-sjaratnja dapat
disalurkan melalui:
a. Bantuan mekanisasi;
b. Bantuan pembiajaan industri.
a. B a n t u a n m e k a n i s a s i :
Jang diartikan dengan mekanisasi ialah penggantian beberapa
gerak tangan/atau kaki dalam memprodusir suatu barang pada
industri ketjil atau keradjinan rumah tangga dengan alat-alat atau
mesin-mesin. Djadi njatalah, bahwa pengertian mekanisasi dimaksudkan tidak seluruh proses produksi digantikan dengan mesinmesin dan sebagainja, melainkan hanja sebagian dari proses produksi
tersebut.
Tudjuannja ialah untuk mentjapai effisiensi tjara bekerdja jang
baik, sehingga memperoleh produktivitet jang lebih tinggi serta
kwalitet hasil jang lebih bermutu.
Usaha bantuan mekanisasi ini mulai diselenggarakan berdasarkan
rentjana mekanisasi industri ketjil jang merupakan bagian dari
Rentjana Urgensi Perekonomian tahun 1951. Pelaksanaan sesungguhnja baru dimulai dalam tahun 1952 dan bantuan ini diberikan
Pemerintah kepada pengusaha-pengusaha berupa mesin-mesin
industri.
Seperti dibawah ini dituliskan ichtisar pelaksanaan bantuan
mekanisasi menurut daerah-daerah.

249

PELAKSANAAN BANTUAN MEKANISASI .

Tabel 133.
No. Nama Daerah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Sumatera Utara
Sumatera Tengah
Sumatera Selatan
Djawa Barat
Djawa Tengah
Djawa Timur
Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku
Kalimantan
Djumlah

Djumlah Realisasi
Sampai de1958
ngan tahun
1957

Djumlah

10
10
7
39
24
28
5
9
3
10


2
5
14
3
3
3
3
1


10
12
12
53
27
31
8
12
4
10

145

34

179

Sumber: Kantor Mekanisasi.
Melihat perintjian menurut daerah, maka pemberian bantuan
mekanisasi ini tjukup merata. Tidak ada perbedaan jang menjolok
dalam arti bahwa didaerah satu lebih besar atau lebih ketjil mendapatnja dibandingkan dengan daerah lain. Bahwasanja didaerah
Nusa Tenggara hanja 8 perusahaan dan di Maluku hanja 4 perusahaan jang mendapat bantuan mekanisasi ini menundjukkan bahwa
dikedua daerah itu terdapat hanja sedikit pengusaha-pengusaha
Nasional jang memenuhi sjarat-sjarat dan ketentuan-ketentuan
seperti jang tertjantum dalam peraturan-peraturan bantuan mekanisasi. Ke 179 perusahaan itu terdiri dari 40 djenis perusahaan jang
untuk djelasnja kita sebutkan pada lampiran ini.
Pembiajaan:
Untuk bantuan mekanisasi ini setiap tahun disediakan anggaran
jang diambil dari Anggaran Belandja Kementerian Perindustrian
jang chusus dipergunakan untuk pemberian mesin-mesin. Mengingat
banjaknja permintaan dari para pengusaha-pengusaha jang berarti
banjak sekali keinginan para pengusaha untuk memadjukan perusahaannja, sedang anggaran jang disediakan sangat terbatas, maka
setiap tahunnja anggaran jang disediakan itu selalu kekurangan.
250

Sampai achir tahun 1958, keuangan jang telah dikeluarkan untuk
mengadakan pesanan dalam negeri, stock piling mesin-mesin dan
realisasi permohonan meliputi seharga Rp. 55,2 djuta. Chusus untuk
realisasi permohonan sebanjak 179 perusahaan tersebut diatas ini
memakan biaja Rp. 39,3 djuta.
Seperti tertjantum dalam sjarat-sjarat/pedoman-pedoman bantuan
mekanisasi, djangka waktu penjitjilan kembali ditetapkan selama
5 tahun.
Selama 4 tahun jaitu dare tahun 1955 sampai dengan tahun 1958
penjitjilan kembali berlangsung seperti terlihat dibawah ini:
Dalam tahun 1955
1956
1957
1958

— Rp.
47,7 ribu
— Rp.
69,3 „
— Rp. 1.449,1 „
— Rp. 2.389,9 „

Djumlah .................Rp. 3.956 ribu
Sumber: Kantor Mekanisasi.
Selama 2 tahun jaitu tahun 1955 dan tahun 1956 penjitjilan
kembali sangat kurang. Kematjetan ini disebabkan tidak adanja
administrasi jang serasi dan teliti sedangkan dalam tahun 1957 dan
tahun 1958 jaitu sesudah terbentuknja Kementerian Perindustrian
dimana bagian mekanisasi didjadikan Kantor Mekanisasi dan
Pembiajaan Industri, maka angsuran-angsuran dari para pengusaha
sudah menundjukkan angka jang menaik. Apabila dalam tahun 1959
Kantor Mekanisasi dan Pembiajaan Industri sudah berdjalan dengan
sempurna dan tidak mengalami kematjetan-kematjetan seperti didalam tahun-tahun jang lalu, dan pembajaran tjitjilan oleh masingmasing perusahaan dilakukan dengan tertib setiap bulannja sebesar
2% dari harga sewa, maka perkiraan pemasukan didalam tahun
1959 akan dapat mentjapai 12 X 2% X Rp. 39,3 djuta = Rp. 9,4
djuta.
Dengan demikian uang pemasukan ini dapat dipakai untuk memberikan bantuan lagi kepada pengusaha-pengusaha jang masih
membutuhkan akan modal.
251

Kesulitan -kesulitan.
Kesulitan-kesulitan jang dihadapi oleh bagian mekanisasi sehingga
kurang lantjarnja pelaksanaan ialah:
— Dalam tahun 1957 dengan adanja peraturan B.E. dimana keperluan mekanisasi djuga tidak diketjualikan sedangkan anggaran
terbatas.
— Dalam tahun 1958 karena adanja Peraturan Pemerintah, bahwa
mengingat keadaan devisen, import untuk barang-barang Pemerintah sementara ditunda, sehingga menjebabkan bagian mekanisasi harus membeli mesin-mesin jang ada dalam ready stock
importir jang harganja sangat tinggi.
— Terbatasnja mesin-mesin buatan dalam negeri.
Hasil-hasil.
Dapat dikatakan bahwa hasil bantuan mekanisasi masih belum
seperti jang diharapkan. Hanja sebagian berhasil dengan memuaskan. Sebagian lagi merupakan suatu kegagalan, jang diantaranja
disebabkan oleh kekurangan technical know-how, modal dan
organisasi.
b. B a n t u a n P e m b i a j a a n I n d u s t r i .
Pemerintah dalam memberikan bantuan kepada industri-industri
ketjil dan industri-industri sedang tidaklah hanja terbatas pada
bantuan jang berupa mesin-mesin, tetapi ada djuga bantuan itu jang
berwudjud uang. Bantuan jang hanja terbatas sampai maximal
Rp. 50.000,— disalurkan melalui Dana Industri Ketjil (disingkat
dengan D.I.K.) sedang bantuan jang melampaui Rp. 50,000,— dapat
diperoleh melalui saluran Lembaga Djaminan Kredit (atau disebutnja L.D.K.) Djuga seperti halnja dengan bantuan mekanisasi, bantuan ini disediakan dari Anggaran Kementerian Perindustrian.
Berhubung dengan banjaknja jang mengadjukan permintaan akan
bantuan ini maka anggaran selalu mengalami kekurangan. Banjaknja permintaan bantuan ini mungkin disebabkan karena penindjauan perusahaan-perusahaan dilakukan dengan kurang teliti dan saksama, screeningnja kurang sempurna, sehingga pemberian bantuan
itu seolah-olah dipermudah sekali. Dengan demikian pengusahapengusaha mempergunakan kesempatan tersebut malahan akan
selalu menggantungkan diri pada adanja bantuan itu.
Sebaliknja sebab musabab banjaknja permintaan bantuan ialah
karena dikalangan masjarakat sudah banjak jang „industry minded”
sedang modal pengusaha sendiri tidak mampu untuk perluasan perusahaannja.
252

PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN D.I.K.
MENURUT DAERAH SAMPAI TAHUN 1958.
Tabel 134.
No. Nama Daerah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Djumlah
Sampai achir
1958
1957

Djumlah

Sumatera Utara
Sumatera Tengah
Sumatera Selatan
Djakarta
Djawa Barat
Djawa Timur
Djawa Tengah
Nusa Tenggara
Sulawesi
Kalimantan
Maluku

8
15
21
20
207
95
38
2
76
77
12

10

12
18
75
30
29

21
12
4

18
15
33
38
282
125
67
2
97
89
16

Djumlah

571

211

782

Sumber: Kantor Mekanisasi.
Pembajaran kembali dari perkreditan D.I.K. pada umumnja berdjalan lantjar sekali, ini dapat ditundjukkan dari laporan B.R.I.
sebagai pemegang administrasi keuangannja. Tunggakan hanja
berdjumlah kurang lebih 25%; ketjuali didaerah-daerah pemberontakan dimana belum dapat dipungut penjitjilannja jang berarti
(dapat dianggap) menunggak 100%.
D.I.K. ini didirikan pada tahun 1955 dengan modal lebih-kurang
Rp. 8,5 djuta sehingga sekarang mendapat keuntungan berdjumlah
lebih-kurang Rp. 800.000,— dan seterusnja dipakai untuk penambahan modal.
Pelaksanaan pemberian bantuan ini disalurkan meliwati Kementerian Perindustrian, jakni Inspeksi Perindustrian didaerah-daerah
dengan batas max. sebesar Rp. 10.000,— sedang melalui pusat dengan
max. 50.000,—.
Untuk mendapatkan gambaran jang djelas maka untuk pengeluaran kredit L.D.K. dibawah ini kami berikan suatu rekapitulisi.

253

REKAPITULASI PENGELUARAN KREDIT L.D.R.
(sampai dengan achir bulan September 1958).

Tabel 135.
No.

Propinsi
Daerah

Banjaknja
Perusahaan

Djumlah pindjaman (dalam djutaan
rupiah)

1.

Sumatera
Utara

157

2.

Sumatera
Tengah

37

2,2

3

Sumatera
Selatan
Djawa Barat
Djawa
Tengah

24

1,2

66
43

4,1
1,5

Djawa Timur
Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi

1
11

0,2
0,6

30
31

1,9
1.5

Maluku

8

0,3

Djumlah

408

4
5.
6.
7.
8.
9.
10

6,9

Keterangan

Jang lunas 26 perusahaan
dengan pindjaman
Rp, 1.073.000,—

Telah lunas 1 perusahaantahun 1958 dengan pindjaman Rp. 2.000,—
Telah lunas 19/11-58

tang telah limas 4 perusahaan dengan pindjaman Rp. 18.000,—

20,4

Sumber: Kantor Mekanisasi.
Njata seperti tersebut dalam daftar diatas bahwa bantuan L.D.K.
jang telah diberikan oleh Pemerintah tidak sedikit djumlahnja.
Dengan melihat kenjataan pada tahun-tahun jang achir ini keadaan
L.D.K. tidak menggembirakan sehingga L.D.K. pusat mengambil
tindakan menghentikan pemberian kredit dalam beberapa daerah.
Hal ini sesungguhnja memang sangat disajangkan karena pengusahapengusaha jang dengan serious dan membutuhkan modal dengan
demikian dirugikan, karena didaerahnja banjak pengusaha-pengusaha jaug kurang lantjar pembajaran kembalinja. Tetapi Pemerintah
think dapat berbuat lain, untuk mentjegah agar keteledoran-keteledoran dari pengusaha-pengusaha jang mempergunakan kesempatan
dan kepentingan sendiri itu tidak terulang kembali.
254

Bahwa Pemerintah sungguh-sungguh memperhatikan perkembangan-perkembangan industrialisasi di Negara kita ini telah
dibuktikan dari uraian tersebut diatas. Perhatian Pemerintah itn
dibuktikan lagi dengan terbentuknja Kementerian Perindustrian
tersendiri dengan perluasan bagian-bagiannja. Chusus mengenai
bagian mekanisasi, ini telah didjadikan kantor Mekanisasi dan
Pembiajaan Industri, sesudah terbentuknja Kementerian Perindustrian.
Dengan terbentuknja Kantor Mekanisasi dan Pembiajaan Industri
jang bertugas untuk mengkoordineer semua bantuan-bantuan dari
fihak Pemerintah kepada pengusaha-pengusaha industri ketjil jang
disalurkan melalui Kementerian Perindustrian, diharapkan keteledoran-keteledoran dalam hal administrasi, screening serta kesalahankesalahan pada tahun-tahun jang lalu tidak akan terulang kembali.
E. Balai-balai Penjelidikan.
Untuk memadjukan industri dengan tjara pemberian nasehat
technis sehingga mekanisasi dapat dimadjukan dan mutu technologi
dapat dinaikkan maka diperlengkapilah Balai-Balai Penjelidikan.
Balai-Balai ini bertugas pula meringankan kekurangan tenaga ahli
dilapangan perindustrian, jang sangat dirasakan.
Maka sesuai dengan tugas jang diberikan kepada Balai-Balai
Penjelidikan dan Pendidikan dan sesuai pula dengan surat keputusan Menteri Perekonomian tertanggal 9 Pebruari 1956, No. 1.417/M
dan No. 1418/M., Balai-Balai Penjelidikan jang semula merupakan
bagian dari Djawatan Perindustrian sedjak tanggal 9-2-1956 didjadikan Djawatan Balai-Balai Penjelidikan dan Pendidikan.
Djawatan Balai-Balai Penjelidikan dan Pendidikan itu terdiri
dari:
1. Balai Penjelidikan Industri, di Djakarta.
2. Balai Penjelidikan Kimia, di Bogor.
3. Balai Penjelidikan Kimia, tjabang Surabaja.
4. Balai Penjelidikan Kimia, tjabang Makassar.
5. Balai Penjelidikan Bahan-bahan, di Bandung.
6. Balai Penjelidikan Tekstil, di Bandung.
7. Balai Penjelidikan Keramik, di Bandung.
8. Balai Penjelidikan Kulit, di Jogjakarta.
9. Balai Penjelidikan Batik, di Jogjakarta.
10. Sekolah Technologi Menengah Atas.
11. Akademi Pemimpin Perusahaan di Djakarta.
255

Sampai achir tahun 19513 dapat ditjatat hasil-hasil kerdja jang
terpenting sebagai berikut:
1. Penjelidikan pulp dari hutan Semangus (Palembang) jang
memberi kesimpulan bahwa kaju-kaju ini dapat dipergunakan
untuk pembuatan rayon (Balai Penjelidikan Kimia di Bogor).
2. Pemintalan kapas Indonesia dengan hasil benang jang lebih
kuat, putih serta merata djika dibandingkan dengan beberapa
kapas impor (Balai Penjelidikan Tekstil di Bandung).
3. Penjusunan „Standard Book” mengenai „tatanama Senjewaan
karbon” (Balai Penjelidikan Kimia di Bogor).
4. Penggunaan cofferdam dari serat kelapa untuk dipakai dalam
sol sepatu California (Balai Penjelidikan Kulit di Jogja —
mungkin akan mendjadi paten, tetapi berhubung undangundang paten belum ada tidak dapat dimintakan).
5. Pengumpulan daripada kurang lebih 30 case-studies mengenai
perusahaan-perusahaan di Djakarta dan lain-lain tempat,
mengenai kapasitet, produksi, lay-out, materials handling,
keuangan dan sebagainja (Akademi Pemimpin Perusahaan).
6. Pembuatan design dari kurang lebih 20 alat-alat untuk perusahaan ketjil (Balai Penjelidikan Industri di Djakarta).
7. Pembuatan film technis jang pertama di Indonesia mengenai
pemutaran-pemutaran barang-barang tembikar (Djawatan
dengan bantuan I.C.A.).
8. Design lengkap bagi perusahaan-perusahaan tapioka modern
(Balai Penjelidikan Industri), perusahaan sepatu (Balai Penjelidikan Industri), perusahaan sepatu (Balai Penjelidikan
Kulit), perusahaan finishing, peradjutan, pertenunan dan
lain-lain. (Balai Penjelidikan Tekstil), perusahaan dekstria
(Balai Penjelidikan Kimia), dan sebagainja.
9. Penjusunan standard spesifikasi bagi kulit, tekstil, bahan-bahan
bangunan makanan dan lain-lain.
10. Hasil-hasil pendidikan chusus dalam lingkungan perindustrian
sebagai tersebut dibawah ini.
256

DAFTAR KURSUS­KURSUS DJAWATAN BALAI­BALAI
PENJELIDIKAN.

2. Sek. Tekstil Tinggi

Djurusan
Pentjelupan
Pertenunan
Kimia Tekstil
Pertenunan
Pemintalan

3.
4.

KS. Peratjian
„ Minjak tumbuhtumbuhan
5.
„ Perbengkelan
6.
„ Mekanik/Diesel
7. KS.
,. Kulit
Perkajuan
8.
Tinggi
9.
„ Keradjinan Kulit
10. „ Penjamakan

Keterangan

23
21
10

27
38
5

10 B.P. Tekstil
15
10

12
10

10
10
6

14
B.P. Industri
6

9
7
3
6

B.P. Kulit
8

9

11. KS. Bahan-bahan
Bangunan
12. „ Lab. Kimia
13. „ „ Mekanik/
Fisis

22

15

17 B.P. Bahan2

13

14. KS. Batik
16.

Tahun
1958

Nama
Kursus/ Sekolah
1. Kursus Tekstil

Tahun
1957

136.
Tahun
1956

Tabel

43

„ Teknik Batik

25

B.P. Kimia
6 B.P. Batik

17. KS. Keramik I
18. „ Keramik II

20
5

22
9

19, S.T.M.A.

58

67

20. Pendidikan pemimpin
perusahaan

B.P. Keramik

87



25
Djumlah

222

268

200

Sumber: Djawatan Balai-Balai Penjelidikan.
257
528/B (17)

DJUMLAH PEMERIKSAAN (ANALISA DAN TESTING)
JANG TELAH DILAKUKAN.
Tabel 137.
Nama Balai-balai
Balai Penjelidikan Industri


Kimia,


Bogor
Kimia, Sura„

baja
Kimia, Maka„

Sar


Bahan-bahan


Keramik


Tekstil


Kulit
Batik
Djumlah

Djumlah pengudjian
dalam tahun
1956

1957

1958



1.014


8.489
1.208

31
5.948
777

33

57

350

1.781
81
333
112
63

1.781
75
337
128
60

3.029
63
428
115
23

3.417 12.714 10.764

Keterangan
Angka-angka ini diambil dari Laporan-laporan dibantu dengan
Certificaat-certificaat jang masuk
pada Djawatan
Balai-Balai Penjelidikan dan Pendidikan.

Sumber : Djawatan Balai-Balai Penjelidikan.
Usaha-usaha baru jang dilandjutkan ialah:
— Pembentukan bagian Penjaluran Hasil Penjelidikan (Extension
service) di Djawatan pada tahun 1957 , jang meliputi pekerdjaanpekerdjaan public relations, technical information, perpustakaan
dan dokumentasi dan antara lain kerdja sama dengan Pembangunan Masjarakat Desa, Bank Industri Negara, BAPPIT (Badan
Pusat Penjelenggaraan Perusahaan-Perusahaan Industri dan
Tambang) L.P3.I. (Lembaga Penjelenggara Perusahaan-Perusahaan Industri), G.K.B.I. (Gabungan Koperasi Batik Indonesia),
dan lain-lain.
— Pendirian Pendidikan Pemimpin Perusahaan di Djawatan dalam
tahun 1957 jang dilandjutkan dengan Akademi Pemimpin
Perusahaan pada tahun 1958. Perlu ditjatat bahwa sebagian
besar murid akademi ini didatangkan dari perusahaan-perusahaan partikelir.
— Pendirian bagian mekanisasi di Balai Penjelidikan Industri
sedjak tahun 1957 untuk design alat-alat bagi industri ketjil
dengan mempergunakan bahan-bahan dalam negeri.
258

Pembiajaan.
Pembiajaan Balai-Balai ini didapat dari Anggaran Belandja
Kementerian Perindustrian.
BELANDJA MODAL DJAWATAN BALAI-BALAI
PENJELIDIKAN.
Tabel 138.

(Rp. 1.000).

Tahun

Anggaran Belandja
untuk modal

1956
1957
1958

51.510
27.398
15.570

Otorisasi
21.200
24.761
6.480

Sumber: Kementerian Perindustrian.
Berhubung Kementerian Perindustrian telah beberapa kali mengadakan reorganisasi, ialah semula dari