DEFINISI RIBA MACAM MACAM RIBA

DEFINISI RIBA, MACAM-MACAM RIBA
DAN LANDASAN NORMATIF

makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Bunga Bank dan Riba
Dosen Pengampu : Ibu Umul Baroroh

Disusun Oleh :
Lugy Mia Astriana

(131311003)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2016

1

I.


Pendahuluan
Sejak tahun 1960-an, larangan bunga bank telah menjadi pembicaraan
menarik dikalangan umat islam. Pembicaraan ini membawa konsekuensi logis
terhadap anggapan bahwa bunga bank yang umumnya berlaku dalam system dunia
perbankan dewasa ini adalah termasuk riba.
Pendapat pertama berasal dari mayoritas umat islam, yang mengadopsi dari
interpretasi para fuqaha tentang riba sebagaimana tertuang dalam fiqh (hukum islam).
Dan pandangan kedua mengatakan, bahwa larangan terhadap riba dipahami sebagai
suatu upaya eksploitasi yang secara ekonomis menimbulkan dampak yang merugikan
dalam masyarakat. Maka dari itu dalam makalah ini akan di bahas tentang riba dalam
islam.

II.

Rumusan Masalah
a. Bagaimana Definisi Riba ?
b. Apa saja macam-macam riba ?
c. Bagaimana landasan normatif riba ?


2

III.

Pembahasan
A. Definisi Riba
Istilah riba berasal dari akar kata r-b-w, yang digunakan dalam al-qur’an
sebanyak dua puluh kali. Didalam al-qur’an term riba dapat dipahami dalam
delapan macam arti , yaitu pertumbuhan (growing), peningkatan (increasing),
bertambah (swelling), meningkat (rising), menjadi besar (being big), dan besar
(great), dan juga digunakan dalam pengertian bukit kecil (hillock).1
Dalam laman dinarfist.org, menurut Qadi Abu Bakar ibnu Al Arabi dalam
bukunya “Ahkamul Quran” menyebutkan defenisi riba adalah setiap kelebihan
antara nilai barang yang diberikan dengan nilai barang yang diterimana. Dan jika
dibuat lebih sederhana, riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi
maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan ajaran islam.
Pada dasarnya islam melarang seorang muslim untuk memakan riba, hal
ini seperti yang tercantum di dalam surat Al-Baqarah ayat 278 yang artinya: “Hai
orang –orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan tinggalkanlah sisa
riba (yang belum dipungut), jika kamu orang yang beriman” (Q.S. Al Baqarah:

278).2
Allah melarang seseorang memakan riba dikarenakan akan diberikannya
siksaan yang amat pedih bagi orang-orang yang memakan riba. Hal ini sudah
disampaikan oleh Firman Allah dalam Al-Quran salah satunya di dalam surat AnNisa ayat 161, yaitu: “Dan disebabkan karena mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan
harta orang dengan jalan yang bathil. Kami menyediakan untuk orang-orang
kafir diantara mereka itu siksa yang amat pedih” (Q.S An-Nisa: 161).
Sementara menurut pendapat para ahli fiqih berkaitan dengan pengertian
riba, antara lain sebagai berikut. Menurut Al-Mali pengertian riba adalah akad
yang terjadi atas pertukaran barang atau komoditas tertentu yang tidak diketahui
perimbagan menurut syara’, ketika berakad atau mengakhiri penukaran kedua
belah pihak atau salah satu dari keduanya. Menurut Abdul Rahman Al-Jaziri,
pengertia riba adalah akad yang terjadi dengan pertukaran tertentu, tidak diketahui
sama atau tidak menurut syara’ atau terlambat salah satunya. Adapula pendapat

hal.9.

1 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, (Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 2007),
2 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam,hal.7.


3

lain dikemukakan oleh syeikh Muhammad Abduh bahwa pengertian riba adalah
penambahan-penambahan yang disyaratkan oleh orang yang memiliki harta
kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya), karena pengunduran janji
pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan.3
Perlu diketahui riba ini tidak hanya dilarang oleh agama Islam tetapi
agama lain yaitu Hindu, Budha, Yunani, dan Kristen pun melarang perbuatan keji
dan kotor ini. Sebagai contohnya, yaitu kristen pada perjanjian baru Injil Lukas
ayat 34 menyebutkan: “Jika kamu menghutangi kepada orang yang kamu
harapkan imbalannya, maka di mana sebenarnya kehormatanmu, tetapi
berbuatlah kebaikan dan berikanlah pinjaman dengan tidak mengharapkan
kembalinya, karena pahala kamu akan sangat banyak”.
B. Macam-macam Riba
Berdasarkan beberapa sumber secara garis besar riba dikelompokkan
menjadi dua yaitu riba hutang piutang dan riba jual beli, dimana masing-masing
kelompok memiliki pembagian jenis ribanya tersendiri.
1. Jenis Riba Hutang Piutang (Riba Ad-Duyun)
a. Riba Jahiliyah
Riba ini terdapat pada hutang yang dibayar melebihi dari

pokoknya, hal ini dikarenakan si peminjam tidak mampu untuk
membayarnya pada waktu yang telah ditetapkan. Adapun
penambahan hutang yang dibayarkan akan semakin bertambah
besar bersamaan dengan semakin mundurnya waktu pelunasan
hutang. Sistem ini dikenal juga dengan istilah riba mudha’afah
(melipatgandakan uang).
Contohnya: Fulan meminjam uang dengan Fulana sebesar Rp
500.000 dengan tempo dua bulan. Saat waktunya tiba Fulana
meminta uang yang dipinjam, akan tetapi Fulan berkata bahwa ia
belum dapat membayar uang yang dipinjam dan meminta waktu
tambahan satu bulan. Fulana menyetujui dengan memberikan
syarat bahwa uang yang harus dibayar menjadi Rp 560.000.
Penambahan jumlah tersebut termasuk kategori Riba Jahiliyah.
b. Riba Qrdh

hal.71.

3Zamir Iqbal & Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008),

4


Riba jenis ini memiliki pengertian adanya manfaat yang
disyaratkan oleh pemilik dana kepada yang berhutang.
Contohnya: Fulan ingin meminjam uang kepada Fulana sebesar Rp
500.000. Fulana menyetujui namun dengan syarat ketika Fulan
hendak mengembalikan uang, maka uang yang harus dikembalikan
Fulan adalah sebesar Rp 550.000. Kelebihan Rp 50.000 tersebut
termasuk kedalam Riba Qardh.
2. Jenis Riba Jual Beli (Riba Al-Buyu’)
a. Riba Nasi’ah
Riba jenis ini memiliki pengertian yaitu adanya penangguhan
penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan
dengan barang ribawi lainnya. Riba ini muncul dikarenakan adanya
perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini
dengan yang diserahkan kemudian.
Contohnya: Fulana membeli dan mengambil emas seberat 3 gram pada
bulan ini, akan tetapi uangnya diserahkan pada bulan depan. Hal ini
termasuk kedalam riba Nasi’ah, hal ini dikarenakan harga emas pada
bulan ini belum tentu dan pada umumnya akan berubah di bulan
depan.

b. Riba Fadhl
Riba Fadhl memiliki pengertian apabila terjadi pertukaran antarbarang
sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang
yang dipertukarkan termasuk kedalam barang ribawi.
Contoh: Seseorang menukarkan 10 gram emas (jenis 916) dengan 12
gram emas (jenis 750). Pertukaran seperti ini tidak diperbolehkan,
walaupun jenis 750 lebih berat dibandingkan jenis 916. Hal ini
dikarenakan sebaiknya dalam pertukaran keduanya memiliki berat
timbangan dan jenis yang sama.4
C. Landasan Normatif Tentang Riba
Seperti yang sudah dijelaskan dalam definisi riba dalam al-qur’an, maka
landasan normatif riba juga terdapat dalam al-qur’an, hadits dan as-sunnah.

4 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. (Jakarta: Gema
Insani, 2009), hal.80

5

Larangan riba yang terdapat dalam Al-Quran tidak diturunkan sekaligus,
melainkan diturunkan dalam empat tahap.5

1. Menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zahir-nya seolah-olah
menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau
taqarrub kepada Allah “Dan ,sesuatu riba(tambahan) yang kamu berikan
agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada
sisi Allah. Dan, apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat-gandakan (pahalanya)” (ar-Ruum: 39)
2. Riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah SWT mengancam akan
memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba.
“Maka, disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas
mereka(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan
bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir
diantara mereka itu siksa yang pedih. “ (an-Nisa: 160-161)
3. Riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat
ganda. Para ahli tafsir berpendapat bahwa pengambilan bunga dengan tingkat
yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak dipraktikkan pada masa
tersebut. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan. “(Ali-Imran: 130)
Sedangkan Larangan Riba dalam Hadits yaitu “Ingatlah bahwa kamu akan
menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah
melarang kamu mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat riba harus
dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak akan
menderita ataupun mengalami ketidakadilan.” Selain itu, masih banyak lagi hadits
yang menguraikan masalah riba. Diantaranya, Diriwayatkan oleh Aun bin Abi
5 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta:
Penerbit UII Press, 2008), hal.10

6

Juhaifa, “Ayahku membeli seorang budak yang pekerjaannya membekam
(mengeluarkan darah kotor dari kepala). Ayahku kemudian memusnahkan peralatan
bekam si budak tersebut. Aku bertanya kepada ayah mengapa beliau melakukannya.
Ayahku menjawab bahwa Rasulullah saw melarang untuk menerima uang dari
transaksi darah, anjing, dan kasab budak perempuan. Beliau juga melaknat
pekerjaan penato dan yang minta ditato, menerima dan memberi riba serta beliau
melaknat para pembuat gambar.” (HR Bukhari no 2084 al-Buyu).6


IV.

Kesimpulan
Riba berasal dari akar kata r-b-w, yang digunakan dalam al-qur’an sebanyak dua
puluh kali. Didalam al-qur’an term riba dapat dipahami dalam delapan macam arti ,
yaitu pertumbuhan (growing), peningkatan (increasing), bertambah (swelling),
meningkat (rising), menjadi besar (being big), dan besar (great), dan juga digunakan
dalam pengertian bukit kecil (hillock). Banyak definisi riba lainnya seperti yang telah
dijelaskan di atas.
6 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal.50.

7

Sedangkan macam-macam Riba Tambahan Dalam Jual Beli (Riba Fadl), islam
melarang riba (bunga) atas jual beli atau perniagaan, pengertian riba tambahan dalam
jual beli (riba fadl) adalah jual beli satu jenis barang dari barang-barang ribawi
dengan barang sejenisnya dengan nilai (harga) lebih, misalnya: misalnya, jual beli
satu kwintal beras dengan satu seperempat kwintal beras sejenisnya, atau jual beli
satu sha’ kurma dengan satu setengah sha’ kurma, atau jual beli satu ons perak dengan

satu ons perak dan satu dirham dan Riba Dalam Utang Piutang (Riba Nasi’ah).
Dan seperti yang sudah dijelaskan dalam definisi riba dalam al-qur’an, maka
landasan normatif riba juga terdapat dalam al-qur’an, hadits dan as-sunnah.

DAFTAR PUSTAKA
Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam, (Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 2007).
Iqbal, Zamir & Mirakhor, Abbas, Pengantar Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008).
Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2009).
Susanto, Burhanuddin, Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit UII
Press, 2008).

8