Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Ter

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONES IA (BEI)

Candy Universitas Internasional Batam

Freddy Universitas Internasional Batam

  Abstract: The purpose of this research is to test empirically the leverage ratio (LEV), sales growth (SG), cash flow (CF), earnings per share (EPS), liquidity (LIQ) and firm size (FS) to dividend payout ratio (DPR) at companies that listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX).

  The final sample of this research is 80 companies that listed in Indonesia Stock Exchange from period 2012-2016 and has met the criteria of research which are paying dividend for 5 years in row. The data used in this study is secondary data, data collection method used is by documentation techniques of published financial statements. The data obtained will then be analyzed by descriptive statistic test on the SPSS program for outlier, and then will be tested with the E-Views program through pooled least square test, fixed test, chow test, random test and hausman test.

  The results of this study indicate that the partial ratio of sales growth (SG), earnings per share (EPS) and cash flow (CF) have significant effect on dividend payout ratio (DPR) while leverage (LEV), liquidity (LIQ) and firm size (FS) have no significant effect on dividend payout ratio (DPR).

  Keywords:

  leverage ratio (LEV), sales growth (SG), cash flow (CF), earnings per share (EPS), liquidity (LIQ), firm size (FS), dividend payout ratio (DPR)

PENDAHULUAN

  Latar Belakang Penelitian

  Secara umum, perusahaan didirikan karena ingin mendapat keuntungan atau mencari laba. Laba adalah keuntungan yang didapatkan perusahaan dari usaha perusahaan tersebut dalam periode tertentu. Dari penghasilan itu, perusahaan dapat menggunakannya untuk tambahan dalam pembiayaan operasi dan juga sebagai pendukung untuk menjaga kelancaran jalannya perusahaan tersebut.

  Laba bisa dicapai karena adanya kinerja positif dari perusahaan itu tersebut. Kinerja positif bisa berasal dari kinerja karyawan dan kinerja alat perusahaan. Kinerja yang efektif dan efisien pastinya membawakan hasil yang positif bagi perusahaan.

  Baiknya ekonomi sebuah perusahaan, tentunya perusahaan tersebut akan memperluaskan usahanya atau menambahkan asset perusahaan. Baik dengan membuka cabang baru atau joint venture dengan perusahaan lain. Tentunya untuk memperluas usahanya memerlukan alokasi dana yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan usaha. Dana tersebut bisa datang dari laba perusahaan sendiri, datang dari investor yang berinvestasi, meminjam dengan bank atau datang dari penjualan saham. Saham adalah surat tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan perseroan terbatas.

  Dengan membeli atau berinvestasi di saham, penghasilannya merupaka n pembagian dividen dan capital gain. Dividen adalah laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Pembagian dividen terdapat 4 (empat) jenis. Pertama, dividen tunai atau cash dividend adalah pembagian dividen dalam bentuk uang atau tu nai. Kedua, dividen saham atau stock dividend adalah pembagian dividen dalam bentuk saham. Ketiga, dividen properti atau property dividend adalah pembagian dividen dalam bentuk aset lain selain tunai atau saham, misalnya aset tetap dan obligasi. Keempat, d ividen saham pecahan atau stock split adalah pembagian selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar setelah stock split adalah Dengan membeli atau berinvestasi di saham, penghasilannya merupaka n pembagian dividen dan capital gain. Dividen adalah laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Pembagian dividen terdapat 4 (empat) jenis. Pertama, dividen tunai atau cash dividend adalah pembagian dividen dalam bentuk uang atau tu nai. Kedua, dividen saham atau stock dividend adalah pembagian dividen dalam bentuk saham. Ketiga, dividen properti atau property dividend adalah pembagian dividen dalam bentuk aset lain selain tunai atau saham, misalnya aset tetap dan obligasi. Keempat, d ividen saham pecahan atau stock split adalah pembagian selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar setelah stock split adalah

  Kebijakan dividen sangat penting bagi investor atau pemegang saham maupun bagi perusahaan karena masing-masing dari dua pihak ini mempunyai kepentingan yang berbeda. Investor atau pemegang s aham pastinya mengharapkan perusahaan akan membagikan dividen sebagai return dari apa yang diinvestasikan sedangkan perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan sehingga mempunyai masa depan yang lebih sukses. Kedua masalah tersebut selalu bertentangan sehingga sulit bagi perusahaan untuk mengambil keputusan. Apabila semakin tinggi nilai dividen yang dibagikan, maka laba yang ditahan semakin sedikit sehingga dapat mengakibatkan penghambatan bagi pertumbuhan perusahaan.

  Namun, kita menyadari bahwa pada umumnya perusahaan yang labanya meningkat akan membagikan dividen dan bagi perusahaan yang labanya menurun akan memilih untuk tidak membagikan dividen karena laba tersebut ditahan oleh perusahaan dengan tujuan perkembangan perusahaan ataupun untuk tujuan lainnya. Akan tetapi, ada juga perusahaan yang labanya menurun dan tetap memilih untuk membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Tujuan dari perusahaan membagikan dividennya walaupun labanya menurun dibanding dengan tahun yang sebelumnya yaitu untuk mempertahankan dan meyakinkan investor terhadap perusahannya dan juga untuk menjaga reputasi, harga saham dan nilai perusahaan karena pembagian dividen berpengaruh terhadap hal-hal tersebut. Dividen yang dibagikan dapat berasal dari 100 laba bersih perusahaan ataupun laba ditahan pada tahun-tahun sebelumnya.

  Salah satu contoh perusahaan terdaftar di BEI yang labanya menurun namun tetap membagikan dividen bahkan meningkat yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) pada tahun 2015. Sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), UNVR membayar dividen sebesar Rp 5,84 Triliun atau Rp 766 per saham dimana terjadi kenaikan sebesar Rp 14 per saham dibandingkan dengan tahun 2014 meskipun laba bersihnya menurun 1,92 menjadi Rp 5,85 triliun. UNVR hampir menetapkan seluruh labanya dijadikan sebagai dividen. Tindakan ini bertujuan agar pemegang saham tetap bertahan, percaya, yakin dan semangat terhadap UNVR dalam berinvestasi untuk masa yang akan datang (Bisnis.com, 2016). Begitu juga dengan PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) yang membagikan dividen sebesar Rp 2,58 miliar atau Rp 25 per saham untuk tahun 2016 dimana labanya juga mengalami penurunan sebesar

  9 dimana dari Rp 319 Miliar (2015) menjadi Rp 290 Miliar (2016). GMTD menyatakan bahwa pembagian dividen merupakan komitmen untuk mempertahankan imbal hasil kepada para pemegang saham ataupun investor (Bisnis.com, 2017).

  PT Indosat Tbk (ISAT) membayarkan dividen kepada shareholder sebesar Rp 34,52 per saham atau total Rp 187,5 Miliar. Laba bersih ISAT sepanjang tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 61,3 sehingga menjadi Rp 375,1 Miliar (Kompas.com, 2013). Akan tetapi, perusahaan- perusahaan tersebut bisa juga dipengaruhi oleh fakt or lain namun belum dapat diketahui faktor apa yang memberikan pengaruh terhadap perusahaan yang labanya menurun tetapi membagikan lebih banyak dividennya ke para pemegang saham. Beberapa perusahaan besar yang terdaftar di BEI yang mengalami hal serupa, diantaranya PT Berlina Tbk (BRNA), PT Mustika Ratu Tbk (MRAT) dan PT Sumi Indo Kabel Tbk (IKBI).

  Pada umumnya, perusahaan yang sedang mengalami penurunan pada labanya tidak akan membagikan dividen atau lebih banyak karena harus menjaga kondisi keuangan perus ahaan. Namun, berdasarkan fenomena yang di atas menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami penurunan laba justru membagikan lebih banyak dividen. Dikarenakan begitu, penulis ingin melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) khususnya yang membagikan dividen berturut -turut selama 5 tahun bahwa untuk pembagian dividen, investor seharusnya tidak hanya lihat dari sisi laba bersih perusahaan yang dimana maksudnya apabila perusahaan memperoleh peningkatan pada laba bersih, maka akan membagikan dividen lebih banyak begitu juga sebaliknya, membagikan sedikit dividen apabila laba bersihnya menurun. Karena faktanya, ada juga perusahaan yang laba bersihnya menurun namun tetap membagikan dividen bahkan lebih banyak daripa da sebelumnya. Namun, penulis merasakan bahwa laba atau profitability sudah menjadi variabel yang sangat sering digunakan dalam penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pembagian dividen. Maka penulis menggunakan faktor-faktor lainnya seperti ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, earnings per Pada umumnya, perusahaan yang sedang mengalami penurunan pada labanya tidak akan membagikan dividen atau lebih banyak karena harus menjaga kondisi keuangan perus ahaan. Namun, berdasarkan fenomena yang di atas menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami penurunan laba justru membagikan lebih banyak dividen. Dikarenakan begitu, penulis ingin melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) khususnya yang membagikan dividen berturut -turut selama 5 tahun bahwa untuk pembagian dividen, investor seharusnya tidak hanya lihat dari sisi laba bersih perusahaan yang dimana maksudnya apabila perusahaan memperoleh peningkatan pada laba bersih, maka akan membagikan dividen lebih banyak begitu juga sebaliknya, membagikan sedikit dividen apabila laba bersihnya menurun. Karena faktanya, ada juga perusahaan yang laba bersihnya menurun namun tetap membagikan dividen bahkan lebih banyak daripa da sebelumnya. Namun, penulis merasakan bahwa laba atau profitability sudah menjadi variabel yang sangat sering digunakan dalam penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pembagian dividen. Maka penulis menggunakan faktor-faktor lainnya seperti ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, earnings per

  Untuk menganalisa keputusan pembagian dividen sebuah perusahaan, diperlukan beberapa variabel bebas atau independent berupa leverage, sales growth, cash flow, earnings per share, liquidity dan firm size. Variabel bebas diatas semua ini merupakan variabel pendukung terhadap variabel dependent yaitu dividend payout ratio, yang artinya rasio jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham terhadap jumlah total laba bersih perusahaan.

  Dengan munculnya permasalahan ini, penulis akan melakukan penelitian dengan judul

  “Analisis pengaruh faktor fundamental terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).”

KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTES IS

  Al-kayed (2017) melakukan penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen pada Bank Syariah dan Bank Swasta di Arab Saudi. Data yang digunakan merupakan dari 6 bank syariah dan

  6 bank swasta yang terdaftar dalam bursa saham selama 4 periode yaitu tahun 2011-2014 dan menggunakan model regresi untuk pengujiannya. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitability, lagged dividend, growth, financial leverage dan liquidity.

  Khan dan Ahmad (2017) melakukan penelitian dengan menggunakan data sampel laporan keuangan tahun 2009-2014 dari seluruh perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Pakistan atau yang lebih dikenal dengan Pak istan Stock Exchange. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor profitability, growth, opportunities, risk , liquidity, firm size, leverage, taxation dan audit type berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

  Jóźwiak (2016) melakukan penelitian analisis kebijakan dividen dari perusahaan - perusahaan yang terdaftar di Polandia. Kebijakan dividen masih menjadi isu kontroversial di korporasi keuangan. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan analisis data panel untuk menyelidiki faktor penentu kebijakan dividen perusahaan Polandia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dampak dari faktor-faktor yang berbeda pada kebijakan dividen di pasar saham Polandia. Variabel dependen yang dipilih adalah dividend payout ratio sedangkan variabel independen adalah leverage, profitability, liquidity, firm size dan risk .

  Ibrahim dan Shuaibu (2016) melakukan analisis mengenai struktur kepemilikan dan kebijakan dividen uang deposit bank yang terdaftar di Nigeria. Penelitian ini menggunakan metode analisis data panel dan regresi tobit dengan sampel 10 dari 17 uang deposit bank yang terda ftar di Nigeria yang berfungsi sebagai populasi.

  Yensu dan Adusei (2016) melakukan penelitian untuk keputusan kebijakan dividen di negara Afrika. Penelitian ini dilakukan di 13 negara Afrika menggunakan analisis data panel periode 1994 sampai dengan 2011 dengan tujuan untuk mengetahui keputusan pembagian dividen pada perusahaan yang ada di negara-negara maju Afrika.

  Penelitian yang dilakukan oleh Manneh dan Naser (2016) yang memiliki tujuan untuk menentukan hubungan antara atribut dan kebijakan dividen pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Abu Dhabi (ADX). Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis data panel dengan menggunakan laporan keuangan tahunan dari perusahaan yang terdaftar selama periode 2010 sampai dengan 2012. Penelian ini menggunakan variabel independen berupa ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan, rasio hutang dan arus kas bebas terhadap variabel dependen yaitu dividend payout ratio.

  Abdella et al. (2016) melakukan penelitian menggunakan variabel in dependen profitability, growth, free cash flow dan past dividend terhadap variabel dependen dividend payout ratio. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari 12 bank komersial yang terdaftar di Bursa Efek Saudi Arabia pada periode 2011 sampai dengan 2015.

  Dalam penelitian ini Hosain (2016), leverage, firm size, liquidity, profitability, growth opportunities, firm risk , ownership structure dan previous dividends diambil sebagai variabel independen yang dianggap sebagai faktor potensial penentu kebijakan pembagian dividen. Hosain (2016) meneliti dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor penentu kebijakan pembayaran Dalam penelitian ini Hosain (2016), leverage, firm size, liquidity, profitability, growth opportunities, firm risk , ownership structure dan previous dividends diambil sebagai variabel independen yang dianggap sebagai faktor potensial penentu kebijakan pembagian dividen. Hosain (2016) meneliti dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor penentu kebijakan pembayaran

  Kebijakan dividen bisa dikatakan sebagai sebuah keputusan yang diputuskan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menentukan jumlah dividen yang akan dibayarkan dan tingkat keuntungan yang harus dipertahankan. Mui dan Mustapha (2016) melakukan sebuah penelitian dengan tujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan publik Malaysia. Data sekundernya didapatkan dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar untuk jangka waktu 5 tahun. Variabel dependennya merupakan dividend payout ratio dan variabel independennya berupa liquidity, investment opportunities, firm size, leverage dan profitability.

  Soondur et al. (2016) meneliti faktor-faktor penentu kebijakan dividen di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Mauritius. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan untuk periode 2009 sampai dengan 2013. Fixed effect model dan random effect model menjadi model dalam penelitian ini.

  Aqel (2016) menggunakan firm size, profitability, leverage, risk , liquidity dan growth sebagai variabel independen dan dividend payout ratio sebagai variabel dependennya. Data yang diambil merupakan 24 perusahaan yang terdafatr di Bursa Efek Palestina pada periode 2009 sampai dengan 2013.

  Sebuah penelitian mengenai pengaruh tata kelola perusahaan dan kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan di Pakistan dilakukan oleh Riaz et al. (2016). Perusahaan sektor semen, tekstil, gula pasir dan bank menjadi 4 sektor penting dalam pen elitian ini. Metode analisis regresi juga digunakan dalam penelitian Riaz et al. (2016). Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap kebijakan dividen adalah firm size, board meetings, independent directors, CEO age, CEO education, foreign ownership, CEO ownership, government ownership, family ownership dan institutional ownership. Maka, faktor-faktor tersebut dijadikan sebagai variabel independen dalam penelitian ini.

  Dividend payout ratio menunjukkan persentase keuntungan yang diperoleh perusahaan dan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Rasio pembagian dividen dapat dihitung dengan cara hasil dari dividen per saham dibagi dengan laba per saham (Gitman, 2012).

  Menurut Hutagalung et al. (2013), rasio pembagian dividen adalah rasio dividen yang dibayarkan dari total pendapatan. Hal ini dihitung dengan cara dividen per saham dibagi dengan laba per saham. Keputusan pembagian dividen mencerminkan nilai pasar sebuah perusahaan karena perusahaan akan mengalami kekurangan tersedianya dana inte rnal untuk keperluan ekspansi perusahaan. Oleh karena itu, dalam memutuskan pembagian dividen, adanya dilemma dalam menyeimbangkan antara harapan pemegang saham dan kepentingan jangka panjang perusahaan.

Pengaruh Leverage terhadap Dividend Payout Ratio

  Ahmed dan Murtaza (2015) menyatakan bahwa leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap dividend payout ratio. Hal ini dikarenakan hutang perusahaan rendah yang mengakibatkan likuiditas perusahaan tinggi. Maka, kenaikan hutang perusahaan tidak mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen.

  Kajola et al. (2015) menyatakan bahwa adanya pengaruh signifikan positif antara leverage terhadap dividend payout ratio karena sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian memanfaatkan utang selama penelitian untuk menghasilkan lebih banyak keuntungan dengan tujuan untuk menyeimbangi bunga dan pada saat yang sama membayar dividen ke para pemegang saham.

  Menurut Jóźwiak (2016), dalam penelitiannya menemukan bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio. Alasannya adalah perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi, cenderung memiliki biaya tetap yang tinggi sehingga mengakibatkan menurunnya kesempatan untuk pembagian dividen. Perusahaan juga lebih cenderung mempertahankan arus kas internal daripada mendistribusikan kas yang tersedia kepada Menurut Jóźwiak (2016), dalam penelitiannya menemukan bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio. Alasannya adalah perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi, cenderung memiliki biaya tetap yang tinggi sehingga mengakibatkan menurunnya kesempatan untuk pembagian dividen. Perusahaan juga lebih cenderung mempertahankan arus kas internal daripada mendistribusikan kas yang tersedia kepada

  Hasil penelitian lainnya yang menyatakan bahwa adanya pengaruh signifikan negatif antara leverage terhadap dividend payout ratio adalah Khan et al. (2016), King’wara (2015) dan Ehsan et al. (2013) sedangkan Khan dan Ahmad (2017) dan Aqel (2016) menyatakan tidak ada pengaruh antara leverage dan dividend payout ratio.

Pengaruh Sales Growth terhadap Dividend Payout Ratio

  Ahmed dan Murtaza (2015) menyatakan bahwa sales growth berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio karena perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan penjualan cenderung akan membagikan dividen yang lebih banyak karena pendapatannya meningkat. Alasan yang lainnya yaitu untuk memikat investor baru dan membuktikan bahwa perusahaan dalam kondisi pantas untuk diinvestasi. Penelitian tersebut sependapat dengan Musiega et al. (2013).

  King’wara (2015) menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan memerlukan dana untuk peluang investasi atau ekspansi sehingga menyebabka n pembagian dividen pada perusahaan tersebut menjadi lebih rendah. Perusahaan yang pertumbuhan penjualannya tinggi juga cenderung akan membayarkan dividen yang lebih rendah karena perusahaan akan memerlukan dana untuk membiayai operasional perusahaan. Maka , dikatakan bahwa sales growth berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio. Hal yang serupa juga dikemukan oleh Alzomaia dan Al-Khadhiri (2013), Hutagalung et al. (2013), Kartal Demirgüneş (2015) dan Wasike dan Ambrose (2015).

  Komrattanapanya dan Suntrauk (2013) juga menemukan bahwa sales growth berpengaruh signifikan negatif karena perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang cepat memerlukan pendanaan eksternal karena keperluan modal pada umumnya melebihi arus kas dari penjualan yang baru. Sedangkan Baah et al. (2014) dan Manneh dan Naser (2016) menyatakan bahwa sales growth tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

Pengaruh Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio

  Saeed et al. (2014) menyatakan bahwa cash flow memiliki pengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio. Hal ini dikarenakan arus kas dihitung sebagai kas bersih atau pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan atau operasi perusahaan sehingga apabila terjadi peningkatan pada arus kas, maka tersedia lebih banyak uang tunai untuk membayar dividen ke para pemegang saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Manneh dan Naser (2016). Wasike dan Ambrose (2015) menyatakan bahwa cash flow menunjukkan pengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio dengan alasan cash flow memiliki peran yang penting dalam keputusan pembagian dividen karena menunjukkan posisi likuiditas sebuah perusahaan.

  Hasil lain dari Abdella et al. (2016) dan Al-Kayed (2017) menyatakan bahwa cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio karena pada hasil analisis t value berada di bawah angka 2 dan sig value berada di atas angka 0,05.

  Sedangkan Jabbouri (2015) menyatakan cash flow berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio yang hanya terjadi pada negara yang menerapkan hukum perdata. Rasa takut yang dialami oleh investor mendorong manajemen untuk membagikan dividen yang lebih tinggi di masa ekonomi yang buruk dengan tujuan untuk menenangkan investor dan mendapatkan kepercayaan mereka kembali.

  Apabila di lihat dari sisi signifikan positif, maka dengan tingginya cash flow sebuah perusahaan dapat meningkatkan nilai dividend payout ratio karena hal ini membuktikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan kas yang cukup untu k membiayai kegiatan dan kebutuhan perusahaan termasuk dalam hal pembayaran dividen, pembayaran hutang dan biaya lain sebagainya. Banyak sekali penelitian yang menyatakan bahwa cash flow adalah alat ukur untuk mengetahui seberapa besar dividen yang akan dibagi.

  Namun, perusahaan berkembang lebih memilih menggunakan cash flow yang tinggi tersebut untuk ditahan sebagai retained earnings agar dapat digunakan untuk ekspansi atau investasi perusahaan (Khan Ashraf, 2014). Selain itu, kadang-kadang perusahaan juga akan menggunakan kas tersebut untuk melunasi hutang dan membeli kembali saham yang beredar sehingga mengakibatkan pembagian dividen menurun. Pada situasi ekonomi yang buruk, manajemen dapat memutuskan untuk mengambil sebagian besar cash flow untuk dibagikan sebagai dividen walaupun cash flow tahun tersebut lebih rendah daripada tahun sebelumnya dengan tujuan agar investor tetap tenang dan semangat dalam menginvestasi saham perusahaan tersebut ataupun menarik perhatian calon investor yang bisa membantu pe rtumbuhan perusahaan tersebut nantinya.

Pengaruh Earnings per Share terhadap Dividend Payout Ratio

  Ibrahim dan Shuaibu (2016) menyatakan bahwa earnings per share mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio. Hal ini dinyatakan demikian karena apabila pendapatan perusahaan meningkat yang menyebabkan pendapatan per saham meningkat, nilai perusahaan ikut meningkat, maka pembagian dividen juga akan ikut meningkat. Meningkatkan pembagian dividen dengan tujuan agar bisa lebih meyakinkan investor di pasar saham dan menarik investor baru yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan perusahaan tersebut. Hal yang serupa dinyatakan oleh Saeed et al. (2014), Baah et al. (2014), Ahmed dan Murtaza (2015), Alzomaia dan Al-Khadhiri (2013) dan juga peneliti King'wara (2015).

  Tidak ada penelitian yang menyatakan earnings per share tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio namun Bisht et al. (2015) menyatakan dalam penelitiannya bahwa earnings per share mempengaruh signifikan negatif karena para manager memutuskan untuk menggunakan dana untuk diinvestasikan ke proyek-proyek potensial yang mampu menghasilkan keuntungan. Begitu juga digunakan untuk membayar hutang sehingga angka total liability menurun, maka dalam pembagian dividen, para manager akan mempertahankan nilai yang sama bahkan menurun.

  Maka, rasio EPS sering digunakan oleh investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Perusahaan yang memiliki keuntungan banyak akan mempengaruhi nilai perusahaannya menjadi baik dan cenderung memilih untuk membagikan dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan yang lainnya.

Pengaruh Liquidity terhadap Dividend Payout Ratio

  Hutagalung et al. (2013) menyatakan bahwa liquidity berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio dikarenakan perusahaan yang mampu membayarkan kewajiban finansial jangka pendeknya cenderung keterdiaan kas dalam perusahaan cukup untuk membagikan dividen bahkan meningkatkan pembagian dividen. Jadi, semakin tinggi tingkat likuiditas sebuah perusahaan, semakin tinggi kesempatan dalam pembagian dividen bahkan kenaikan pembagian dividen. Hal yang serupa dinyatakan oleh Jóźwiak (2016), Saeed et al. (2014), Mui dan Mustapha (2016), Baah et al. (2014), Musiega et al. (2013), Ahmed dan Murtaza (2015), Tabari dan Shirazi (2015) dan Fahim et al. (2015).

  Jabbouri (2015) menyatakan bahwa liquidity merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kebijakan pembagian dividen. Di penelitiannya juga menyatakan bahwa liquidity berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi cenderung membayar dividen yang lebih besar karena perusahaan memiliki arus kas yang lancar dan kas yang tersedia untuk membagikan dividen.

  Khan et al. (2016) menyatakan bahwa liquidity berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio dikarenakan perusahaan yang tingkat likuiditasnya tinggi, cenderung akan mempertahankan dana dan tidak dibagikan ke para pemegang saham dengan tujuan untuk investasi di masa yang akan datang.

  Sedangkan Kajola et al. (2015) dan Aqel (2016) menyatakan bahwa liquidity tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio karena hasil analisis data t-value berada di bawah angka 2 dan sig value berada di atas 0,05.

Pengaruh Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio

  Jóźwiak (2016) menemukan bahwa firm size berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio karena perusahaan yang besar memiliki akses yang jauh lebih mudah untuk ke pasar modal sehingga lebih memungkinkan untuk membayar dividen yang lebih banyak. Hal ini serupa dengan penelitian Musiega et al. (2013) dan Alzomaia dan Al-Khadhiri (2013).

  Perusahaan yang besar, pastinya harus menjaga nama baik, nilai, investor dan menarik investor baru. Jadi, perusahaan yang besar membagikan dividen yang lebih tinggi dengan tujuan untuk menjaga investor yang ada sekarang dan menarik investor baru agar mau berinve stasi di perusahaan tersebut.

  Beda dengan penelitian yang dilakukan Yensu dan Adusei (2016), yang menemukan bahwa adanya pengaruh signifikan positif antara firm size dan dividend payout ratio dikarenakan perusahaan besar mendistribusi jumlah laba bersih y ang lebih tinggi dibanding perusahaan kecil. Jabbouri (2015), Mui dan Mustapha (2016), Ahmed dan Murtaza (2015), Kajola et al. (2015), Tabari dan Shirazi (2015), Manneh dan Naser (2016), Riaz et al. (2016) dan Fahim et al. (2015) juga menyatakan bahwa firm size berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio.

  King’wara (2015), Baah et al. (2014) dan Saeed et al. (2014) menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung lebih mempertahankan penghasilannya sebagai persiapan untuk perkembangan perusahaan tersebut sehingga pembagian dividen menjadi lebih kecil. Firm size dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio oleh Khan et al. (2016), Ehsan et al. (2013), Hosain (2016) dan Aqel (2016).

  Model Penelitian

  Leverage Sales Growth

  Cash Flow

  Dividend Payout Ratio

  Earnings per share

  Liquidity Firm Size

  Berdasarkan kerangka model penelitian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai

  berikut:

  H 1:

  Leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap Dividend Payout Ratio

  H 2:

  Sales Growth berpengaruh signifikan negatif terhadap Dividend Payout Ratio

  H 3:

  Cash Flow berpengaruh signifikan negatif terhadap Dividend Payout Ratio

  H 4:

  Earnings per Share berpengaruh signifikan positif terhadap Dividend Payout Ratio

  H 5:

  Liquidity berpengaruh signifikan positif terhadap Dividend Payout Ratio

  H 6:

  Firm Size berpengaruh signifikan positif terhadap Dividend Payout Ratio

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian kausal komparatif (causal-comparative research), penelitian historis (historical research) dan bersifat penelitian arsip (archival research). Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian kausal komparatif karena penelitian ini meneliti hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabe l dependen. Sedangkan dikatakan sebagai penelitian historis karena data-data yang dipakai untuk penelitian merupakan data-data yang dulu. Dikatakan juga sebagai penelitian arsip karena data-data eksternal yang Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian kausal komparatif (causal-comparative research), penelitian historis (historical research) dan bersifat penelitian arsip (archival research). Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian kausal komparatif karena penelitian ini meneliti hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabe l dependen. Sedangkan dikatakan sebagai penelitian historis karena data-data yang dipakai untuk penelitian merupakan data-data yang dulu. Dikatakan juga sebagai penelitian arsip karena data-data eksternal yang

  Leverage, sales growth, cash flow, earnings per share, liquidity dan firm size sebagai variabel independen dalam penelitian ini dan dividend payout ratio sebagai variabel dependen. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menunjukkan apakah ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara leverage, sales growth, cash flow, earnings per share, liquidity, firm size terhadap dividend payout ratio.

  Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitiannya adalah perusahaan -perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pemilihan sampel dilakukan dengan metode non-probabilitas (non-probability sampling method) yaitu metode pemilihan dengan cara tidak acak sehingga setiap elemen populasi tidak memiliki kesempatan yang sama kepada seluruh populasi untuk dipilih (Indriantoro Supomo, 2013). Sedangkan cara pengambilan sampel adalah dengan cara purposive sampling method dimana metode pengambilan sampel dengan berdasarkan pada beberapa pertimbangan (Indriantoro Supomo, 2013).

  Ada juga beberapa kriteria sampel sebagai berikut :

  1. Perusahaan yang mempublikasikan atau menerbitkan laporan keuangan s elama 5 (lima) tahun berturut-turut.

  2. Perusahaan yang telah membagikan dividen selama 5 (lima) tahun berturut -turut.

  3. Laporan keuangan yang berakhir per tanggal 31 Desember setiap tahunnya.

  4. Data yang bisa digunakan dalam penelitian, berupa leverage, sales growth, cash flow, earnings per share, liquidity dan firm size.

  5. Laporan keuangan yang arus kasnya bernilai positif.

Definisi Operasional Variabel

  Pengertian variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (Sugiyono, 2012). Disini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel dependen dan variabel independen.

Variabel Dependen

  Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi karena variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividend payout ratio, yang artinya persentase rasio antara laba dalam bentuk dividen dengan keuntungan yang dibagikan kepada shareholder (Hutagalung et al., 2013).

  Variabel Independen

1. Leverage

  Leverage menunjukkan seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang. Leverage memiliki pengaruh terhadap pembagian dividen, bisa semakin tinggi rasio leverage, maka semakin rendah pembagian dividen ataupun semakin tinggi rasio leverage, semakin banyak pula pembagian dividen. Leverage dapat diukur dengan rumus total liabilities dibagi dengan total asset (Yensu dan Adusei, 2016).

2. Sales Growth

  Sales growth atau pertumbuhan penjualan sebuah perusahaan mempengaruhi jumlah dividen yang dibagikan. Pertumbuhan penjualan perusahaan yang tinggi cenderung akan membayarkan dividen yang rendah karena perusahaan memerlukan dana sebagai perluasan perusahaan atau investasi dalam berbagai projek lainnya. Pertumbuhan penjualan perusahaan dapat diukur dengan cara selisih penjualan sekarang dengan penjualan tahun sebelumnya kemudian dibagi dengan penjualan tahun sebelumnya (Khan dan Ashaf, 2014).

3. Cash Flow

  Posisi cash flow sebuah perusahaan sangat mempengaruhi terhadap rasio pembagian dividen. Semakin tinggi cash flow sebuah perusahaan, semakin banyak dividen yang akan Posisi cash flow sebuah perusahaan sangat mempengaruhi terhadap rasio pembagian dividen. Semakin tinggi cash flow sebuah perusahaan, semakin banyak dividen yang akan

4. Earnings per share

  Earnings per share atau laba per lembar saham menunjukkan seberapa banyaknya laba perusahaan yang siap dibagikan semua pemegang saham perusahaan atau return dari setiap lembar saham. Bagi para investor, informasi earnings per share sangat berguna bagi investor karena dapat dijadikan sebagai dasar prospek perusahaan untuk kedepannya. Meningkatnya earnings per share merupakan kabar gembira bagi investor karena semakin tinggi laba yang akan diperoleh shareholder. Earnings per share dapat dihitung dengan cara laba bersih setelah bunga dan pajak dibagi dengan jumlah saham yang beredar (Saeed et al., 2014).

5. Liquidity

  Posisi liquidity atau likuiditas merupakan faktor penentu pembagian dividen. Perusahaan yang likuiditasnya lancar cenderung akan mempunyai kesempatan yang tinggi untuk membayar dividen bahkan akan membayar lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan -perusahaan yang likuiditasnya kurang lancar. Liquidity merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang likuiditasnya tidak lancar berarti tidak sanggup membayar dividen yang banyak karena kekurangan uang tunai (Musiega et al. 2013).

6. Firm Size

  Ukuran sebuah perusahaan sangat mempengaruhi atas pembagian dividen. Perusahaan besar cenderung membagikan dividen dalam jumlah besar daripada perusahaan yang kecil. Perusahaan besar memiliki potensi kebangkrutan lebih kecil dan memiliki kemampuan untuk memasuki pasar modal sehingga lebih memudahkannya untuk mendapatkan dana (Olowe dan Moyosore, 2014).

Teknik Pengumpulan Data

  Data yang dijadikan sebagai bahan untuk penelitian adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012-2016. Data penelitian diambil melalui media internet di http:www.idx.co.id yang merupakan website resmi dari Bursa Efek Indonesia (BEI) atau melalui website resmi perusahaan yang diteliti.

Metode Analisis Data

  Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode regresi panel dimana untuk menguji pengaruh antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Data yang sudah dikumpulkan akan diuji dengan program statistik SPSS (Statistical Pack age for Social Sciences), kemudian dilanjutkan dengan program E-Views untuk pengujian statistik deskriptif, uji regresi panel, uji Chow, uji Hausman, uji F dan uji t.

  Statistik deskriptif adalah sebuah metode pengumpulan data sehingga mendapatkan informasi yang berkualitas yang juga menghasilkan hasil penelitian. Uji statist ik deskriptif berupa nilai mean, standard deviation, maximum dan minimum (Indriantoro Supomo, 2013).

  Pengujian outlier dengan tujuan agar dapat mengetahui data-data yang menyebabkan data yang diteliti menjadi tidak akurat atau tidak normal. Data outlier disebabkan oleh kesalahan dalam menginput data atau kesalahan dalam pengambilan sampel. Untuk menguji penyimpangan data ini, menggunakan nilai SDR. Jika nilai SDR menunjukkan nilai yang lebih dari 1.96 atau kurang dari -

  1.96 maka akan dianggap menyimpang dari rata-rata dan data tersebut tidak akan divalidasi sebagai data yang diuji (McClave Sincich, 2011).

  Data panel atau pooled datalongitudinal merupakan data gabungan dari data cross section dan time series. Data panel dibagi menjadi dua jenis berdasarkan jumlah observasi pada masing-masing unit cross section dan time series, yaitu:

  a. Balanced Panel Data: Data panel yang jumlah observasi (data) sama banyak dengan masing-masing unit cross section maupun time series.

  b. Unbalanced Panel Data: Data panel yang jumlah observasi (data) tidak sama banyak dengan masing-masing unit cross section maupun time series. Model antara variabel bebas dan variabel terikat pada data panel disebut regresi panel.

  Dengan penyesuaian informasi yang terkait variabel cross section maupun time series, regresi panel bersifat kokoh terhadap kontravensi asumsi klasik regresi sehingga tidak perlu melakukan uji asumsi klasik pada regresi panel.

  Pemodelan regresi panel dapat menggunakan program E-Views, STATA, SAS, S-Plus dan lain-lain. Perbedaan regresi linear dengan regresi panel adalah bahwa regresi panel menghitungkan efek dari faktor waktu dan faktor cross section. Ada tiga model regresi yang akan dihasilkan regresi panel yaitu:

  1. Pooled Least Square (PLS) Pooled least square (PLS) yaitu untuk estimasi data panel dengan asumsi bahwa error

  regresi bersifat konstan. Teknik ini efektif untuk meningkatkan keakuratan jika kita dapat mengasumsikan bahwa pada periode dan objek yang digunakan analisis bersifat konstan pada hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas.

  2. Fixed Effect Model (FEM) Fixed effect model (FEM) yaitu estimasi data panel perbedaan objek maupun waktu

  bersifat tetap dengan asumsi mempengaruhi error regresi. Pemodelan ini masih memungkinkan error hubungan antara variabel bebas terjadinya heteroskedastisitas. Jika dalam model terjadi heteroskedastisitas maka akan diatasi dengan Random Effect Model (REM).

  3. Random Effect Model (REM) Random effect model (REM) yaitu untuk estimasi data panel perbedaan objek (individu)

  maupun waktu dan bersifat random mempengaruhi error regresi.

  Model terbaik pada regresi panel dipilih berdasarkan karakteristik masing -masing data. Pemilihan model terbaik pada regresi panel dilakukan melalui uji Chow (Lik elihood RatioUji F) dan Uji Hausman. Yang dijelaskan sebagai berikut:

  a. Uji Chow (Lik elihood RatioUji F) Uji chow merupakan uji yang digunakan untuk memilih antara Pooled Least Squares

  (PLS) dan Fixed Effect Model (FEM). Hipotesis dalam Uji Chow adalah:

  H0 : Model terbaik adalah Pooled Least Squares (PLS) H1 : Model terbaik adalah Fixed Effect Model (FEM) Jika nilai probabilitas (prob.) > α (α = 0,05) , maka kita menerima H0 atau artinya model

  yang terbaik adalah Pooled Least Squares (PLS), dan sebaliknya jika nilai prob. < 0,05, maka model yang terbaik adalah H1, Fixed Effect Model (FEM).

  b. Uji Hausman Uji hausman merupakan uji yang digunakan untuk memilih antara Fixed Effect Model

  (FEM) dengan Random Effect Model (REM).

  H0 : Model terbaik adalah Random Effect Model (REM) H1 : Model terbaik adalah Fixed Effect Model (FEM) Jika nilai probabilitas (prob.) > 0,05, maka kita menerima H0 atau artinya model yang

  terbaik adalah Random Effect Model (REM), dan sebaliknya jika nilai probabilitas (prob.) < 0,05, maka model yang terbaik adalah H1, Fixed Effect Model (FEM).

  Uji F berfungsi untuk menguji apakah pengaruh yang signifikan secara bersama -sama dari semua variabel bebas yang telah dimasukkan dalam model terhadap variabel dependen. Caranya adalah dengan melihat apabila tingkat signifikan lebih dari 0,05 maka variabel bebas secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat atau dependen. Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat signifikan kurang dari 0,05 maka variabel b ebas secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

  Uji t dilakukan untuk menyelidiki seberapa besar pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Cara untuk menguji t yaitu dengan melihat hasil signifikan dimana probabilitas < 0,05 berarti hasil dari pengujian adalah signifikan dan apabila probabilitas > 0,05 berarti hasil dari pengujian tersebut dikatakan tidak signifikan (Ghozali, 2013).

  Uji koefisien determinasi (R 2 ) atau Goodness fit model merupakan pengujian seberapa

  besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi merupakan alat untuk ukur variasi model dependen (Ghozali, 2013). Jika nilai koefisien determinasi kecil maka kemampuan variabel independen berpengaruh sedikit atau menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen terbatas.

  Persamaan model regresi yang akan diuji dalam penelitian adalah sebagai berikut:

  Y= a + β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 X 4 +β 5 X 5 +β 6 X 6 +e

  Keterangan: Y

  = Dividend payout ratio

  X 1 = Leverage

  a = Constant

  X 2 = Sales growth β 1 = Regression Coefficient for X 1 X 3 = Cash flow

  β 2 = Regression Coefficient for X 2 X 4 = Earnings per share β 3 = Regression Coefficient for X 3 X 5 = Liquidity β 4 = Regression Coefficient for X 4 X 6 = Firm size β 5 = Regression Coefficient for X 5 e = Standar Error

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

  Data yang diuji dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder dimana diperoleh dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2012- 2016 sejumlah 535 perusahaan. Berikut ini data yang akan diuji di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat di Tabel di bawah ini:

  Daftar Perusahaan yang Dijadikan Sebagai Sampel

  Keterangan

  Jumlah

  Perusahaan yang terdaftar di BEI 2012-2016

  535 perusahaan

  Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria

  455 perusahaan

  Perusahaan yang dijadikan sampel

  80 perusahaan

  Total sampel selama periode 5 tahun

  400 data

  Total sampel outlier

  (6 data)

  Total sampel setelah outlier

  394 data

  Sumber: Data sekunder diolah (2017).

  Berdasarkan dengan Tabel 4.1 diatas, dapat kita ketahui bahwa perusahaan yang membagikan dividen 5 tahun berturut-turut yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2012-2016 ada sebanyak 80 perusahaan. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria dan diuji sebanyak 80 perusahaan dimana data yang diuji menggunakan jangka waktu 5 tahun sehingga terdapat jumlah data sebanyak 400 data. Setelah dikurangi data outlier, maka sisa jumlah data adalah sebanyak 394 data. Leverage, sales growth, cash flow, earnings per share, liquidity dan firm size sebagai variabel bebas pada pelitian ini. Pada Tabel 4.2 merupakan tabel statistik Berdasarkan dengan Tabel 4.1 diatas, dapat kita ketahui bahwa perusahaan yang membagikan dividen 5 tahun berturut-turut yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2012-2016 ada sebanyak 80 perusahaan. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria dan diuji sebanyak 80 perusahaan dimana data yang diuji menggunakan jangka waktu 5 tahun sehingga terdapat jumlah data sebanyak 400 data. Setelah dikurangi data outlier, maka sisa jumlah data adalah sebanyak 394 data. Leverage, sales growth, cash flow, earnings per share, liquidity dan firm size sebagai variabel bebas pada pelitian ini. Pada Tabel 4.2 merupakan tabel statistik

  Statistik Deskriptif

  Std. Deviation

  Dividend payout ratio

  Sales growth

  Cash flow

  Earnings per share

  Firm size

  Sumber: Data sekunder diolah (2017).

  Dari tabel di atas, dividend payout ratio bernilai diantara -0,40 sampai dengan 1,58 dan dengan nilai standar deviasi sebesar 0,28027. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dalam penelitian tersebut memiliki nilai dividend payout ratio senilai 0,4110.

  Nilai variabel leverage berkisar diantara 0,04 sampai dengan 0,88 dan dengan nilai standar deviasi sebesar 0,18266. Nilai yang menunjukkan rata-rata leverage perusahaan dalam model penelitian ini adalah sebesar 0,4217.

  Nilai variabel sales growth berkisar diantara -1,00 sampai dengan 2,99 dan dengan nilai standar deviasi sebesar 0,27224. Nilai ini menunjukkan nilai rata-rata sales growth perusahaan yang terdaftar di BEI sebesar 0,0985.

  Nilai variabel cash flow berkisar diantara 7,71 hingga 13,67 dan dengan nilai standar deviasi sebesar 0,83197. Nilai ini menunjukkan nilai rata-rata cash flow perusahaan yang terdaftar di BEI dalam penelitian ini sebesar 11,7752.

  Nilai variabel earnings per share berkisar diantara -490,71 hingga 44.882,00 dengan nilai standar deviasi sebesar 3.997,87592. Dan 1.047,4417 Nilai ini menunjukkan nilai rata-rata earnings per share perusahaan yang terdaftar di BEI.

  Nilai variabel liquidity memiliki nilai minimum 0,39 dan nilai maksimum sebesar 9,72 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,61189. Nilai ini menunju kkan nilai rata-rata liquidity perusahaan yang terdaftar di BEI sebesar 2,2669.

  Nilai variabel firm size memiliki nilai minimum 11,11 dan nilai maksimum sebesar 15,02 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,78451. Nilai ini menunjukkan nilai rata -rata firm size perusahaan yang terdaftar di BEI sebesar 12,7990.

  Pengujian outlier dilakukan terhadap 394 data observasi yang dijadikan sebagai sampel data dalam penelitian ini. Batasan nilai rational dalam uji SDR adalah -1,96 sampai dengan 1,96. Berdasarkan metode SDR, terdapat penyimpangan data pada regresi variabel sehingga data outlier tersebut tidak digunakan untuk analisis. Pengujian dilakukan melalui program SPSS Versi 22, dari 400 data sampel terdapat 6 data sampel yang tidak wajar sehingga data-data tersebut tidak digunakan. Selanjutnya, penelitian akan dilanjutkan dengan mengg unakan program E-Views untuk menguji regresi panel, dengan menggunakan uji poolest least square (PLS), uji fixed effect model (FEM) dan uji random effect model (REM). Dari 3 uji diatas akan dipilih uji mana yang paling tepat untuk penelitian ini dan hasil dari penelitian adalah memakai uji fixed effect model yang terpilih.

  Hasil Uji Chow

  Effect Test

  Cross-section F

  Cross-section Chi-Square

  Sumber: Data sekunder diolah (2017)

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63