Laporan Praktikum Analisis Kualitas Ling

PRAKTIKUM ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN
1.1 Judul
Pemeriksaan Kualitas Air Limbah Pabrik Tahu dan Pemantauan Kualitas
Lingkungan sekitar
1.2 Tujuan
1) Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik,kimia dari air
limbah pabrik tahu
2) Praktikum ini bertujuan mengetahui kualitas lingkungan sekitar pabrik
dilihat dari kondisi air,tanah,udara
1.3

Dasar teori
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup , karena

makhluk

hidup

memerlukan

air


untuk

mempertahankan

kelangsungan

hidupnya.Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk
melarutkan senyawa organik,menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan
berbagai reaksi kimia tingkat seluler (Campbell,dkk:2002).
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau di uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003).Kualitas air dapat dinyatakan dengan
parameter kualitas air.Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
bakteriologis ( Masduqi,2009)
Pengelolaan kualitas air adalah kondisi adalah upaya pemeliharaan air
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukkannya untuk
menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.


A. Parameter Fisik Air
Karakteristik air terbagi atas karakteristik fisik , karakteristik kimia dan
karakterisik biologi.Karakteristik fisik terdiri atas :
1. Kekeruhan : Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan
yang dihasilkan oleh buangan industri.
2.

Temperatur : Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar
oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic yang
mungkin saja terjadi.

3. Solid ( zat padat ): Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk,juga dapat
menyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut.Zat padat dapat menghalangi
penetrasi sinar matahari ke dalam air.
4. Bau dan rasa : Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam
air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2 S yang terbentuk dalam
kondisi anaerobik , dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.


B. Parameter Kimia Air
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hydrogen dalam suatu
larutan.Dalam air yang bersih jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam
keseimbangan sehingga air yang bersih akan bereaksi netral.Organisme akuatik
dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai pH netral dengan kisaran
toleransi antara asam lemah dan basa lemah. Kondisi perairan yang bersifat
sangat asam maupun sanagt basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme karena akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat
yang bersifat toksis. pH air dapat mempengaruhi jenis dan sususnan zat dalam
lingkungan perairan dan mempengaruhi ketersediaan unsur hara serta toksinitas
dari unsur renik.

Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena
pengaruh manusia. Air limbah perkotaan biasanya di alirkan disaluran air
kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah fasilitas pengolahan air limbah atau
septic tank. Air limbah yang telah diolah di lepaskan ke badan air penerima
melalui saluran pengeluaran. Air limbah, terutama limbah perkotaaan dapat
tercampur dengan berbagai kotoran seperti feses maupun urin.
Limbah industry dapat mengandung bahan organic atau bahan anorganik
yang dapat menurunkan kualitas air menimbulkan warna, rasa, serta bau bahkan

juga mengandung logam- logam berat. Limbah industry yang mengandung
logam berat perlu mendapatkan perhatian khusus, mengingat konsentrasi logam
berat akan memberikan efek beracun yang sangat berbahaya bagi kehidupan
manusia maupun bagi ekosistem di mana limbajh tersebut dibuang.
Sektor industry atau usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan antra
lain : tahu, tempe, tapioca, dan pengolahan ikan (industry hasil laut). Limbah
usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya, karena
mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam,
mineral, dan sisa-sisabahan kimaia yang digunakan dalam pengolahan, dan
pembersihan.
Contohnya limbah industry tahu, tempe, tapioca, indtustri hasil laut, dan
industry pangan lainnya, dapat menimbulkan bau yang menyengat dan polusi
berat pada air, bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat. Air
buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan
Biological Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti

tanah, larutan alcohol, panas, dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung
ke suatu perairan akibatnya mengganggu seluruh keseimbangan ekologik dan
bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.


LAMPIRAN
Baku Mutu Limbah Cair Menurut KEPMENLH No. KEP51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri
No PARAMETER
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

FISIKA
Temperatur
Zat padat larut

Zat padat tersuspensi
KIMIA
pH
Besi terlarut (Fe)
Mangan terlarut (Mn)
Barium (Ba)
Tembaga (Cu)
seng (Zn)
Krom heksavalen (Cr+6)
Krom Total (Cr)
Cadmium (Cd)
Raksa (Hg)
Timbal (Pb)
Stanum
Arsen
Selenum
Nikel (Ni)
Kobalt (Co)
Sianida (CN)
Sulfida (H2S)

Fluorida (F)
Klorin bebas (Cl2)
Amonia bebas (NH3-N)
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO2-N)
BOD5
COD
Senyawa aktif biru
Fenol
Minyak nabati
Minyak mineral

SATUA
Der.
mg/l
mg/l

GOLONGAN BAKU MUTU
I
II

38
2000
200

40
4000
400

6,0 sampai 9,0
mg/l
5
mg/l
2
mg/l
2
mg/l
2
mg/l
5
mg/l

0,1
mg/l
0,5
mg/l
0,05
mg/l
0,002
mg/l
0,1
mg/l
2
mg/l
0,1
mg/l
0,05
mg/l
0,2
mg/l
0,4
mg/l

0,05
mg/l
0,05
mg/l
2
mg/l
1
mg/l
1
mg/l
20
mg/l
1
mg/l
50
mg/l
100
mg/l
5
mg/l
0,5
mg/l
5
mg/l
10

10
5
3
3
10
0,5
1
0,1
0,005
1
3
0,5
0,5
0,5
0,6
0,5
0,1
3
2
5
30
3
150
300
10
1
10
50

(Modul praktikum pemeriksaan air limbah pabrik tahu dan pemantauan kualitas
lingkungan , UNG 2017).

C.

Limbah industry tahu
Untuk limbah industry tahu ada dua hal yang harus diperhatikan yakni

karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, suhu,
warna dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan anorganik, organic dan gas.
Suhu buangan industry tahu berasal dari proses pemasakan kedelei. Suhu
limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400 C sampai
460C .suhu yang meningkat dilinkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan
biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan
permukaan.
Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada
umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut
dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa
tersebut, protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar (Nurhasan dan
Pramudyanto, 1987), yang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan
10% lemak (Sugiharto, 1987). Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini
semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena
beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut.
Untuk menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik
pengujian seperti BOD, COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang
sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari
industri ataupun dari rumah tangga (Greyson, 1990; Welch, 1992).
Air limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu-tempe kumpulkan
melalui saluran air limbah, kemudian dilairkan ke bak kontrol untuk memisahkan
kotoran padat. Selanjutnya, sambil di bubuhi dengan larutan kapur atau larutan
NaOH air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Di dalam bak pengurai
anaerob tersebut polutan organik yang ada di dalam air limbah akan diuraikan oleh
mikroorganisme secara anaerob, menghasilkan gas methan yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar. Dengan proses tahap pertama konsentrasi COD dalam air
limbah dapat diturukkan sampai kira-kira 600 ppm (efisiensi pengolahan 90 %). Air

olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan proses pengolahan lanjut dengan
sistem biofilter aerob.
Keunggulan proses anaerobik dibandingkan proses aerobik adalah sebagai
berikut (Lettingan et al, 1980; Sahm, 1984; Sterritt dan Lester, 1988; Switzenbaum,
1983) :


Proses anaerobik dapat segera menggunakan CO2 yang ada sebagai penerima

elektron. Proses tersebut tidak membutuhkan oksigen dan pemakaian oksigen
dalam proses penguraian limbah akan menambah biaya pengoperasian.


Penguraian anaerobik menghasilkan lebih sedikit lumpur (3-20 kali lebih

sedikit dari pada proses aerobik), energi yang dihasilkan bakteri anaerobik
relatif rendah. Sebagian besar energi didapat dari pemecahan substrat yang
ditemukan dalam hasil akhir, yaitu CH4. Dibawah kondisi aerobik 50% dari
karbon organik dirubah menjadi biomassa, sedangkan dalam proses anaerobik
hanya 5% dari karbon organik yang dirubah menjadi biomassa. Dengan proses
anaerobik satu metrik ton COD tinggal 20 - 150 kg biomassa, sedangkan proses
aerobik masih tersisa 400 - 600 kg biomassa (Speece, 1983; Switzenbaum,
1983).
D. Penanganan limbah cair
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan
sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda
kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Prosesproses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa
kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga
dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.
1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses
pengolahan secara fisika.

a. Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring
menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat
berukuran besar dari air limbah.
b. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau
bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang
berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan
cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel –
partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses
selanjutnya.
c.

Pengendapan

Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki
atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan
yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair.
Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang
tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel
tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah
ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga
metode pengapungan (Floation).
d.

Pengapungan (Floation)

Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak
atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses
pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan).
Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit

dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau
senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke
proses pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis,
yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi
bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu
metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif
(activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .
a. Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair
kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati
media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar
lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian
disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam

tangki

pengendapan,

limbah

kembali

mengalami

proses

pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme
dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah
lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke
proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan
b. Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan
bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama
beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian
oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah.
Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses

pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke
tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses
ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
c. Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang
murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair
ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam
akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan
oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah.
Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam,
limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan
terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke
lingkungan atau diolah lebih lanjut.
3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder
masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan
atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini
disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah.
Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan
primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan
garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced
treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.
Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan
pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan
limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

4.

Desinfeksi (Desinfection)

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau
mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme
desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu,
atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh
mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

 Daya racun zat

 Waktu kontak yang diperlukan

 Efektivitas zat

 Kadar dosis yang digunakan

 Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan

 Tahan terhadap air

 Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin
(klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).
Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses
pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier,
sebelum limbah dibuang ke lingkungan.
5. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier,
akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil
pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob
(anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke
laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar
(incinerated).

1.4 Alat dan Bahan

A. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air
Alat :

NO

NAMA

GAMBAR

FUNGSI

Sebagai wadah untuk
1.

Gelas
Piala/Beaker

meletakkan sampel air
limbah

glass

2.

Termometer air

Sebagai alat untuk
pengukur suhu air.

Untuk mengukur partikel
3

TDS Meter

padatan terlarut di dalam
air yang tidak tampak oleh
mata.

Untuk memisahkan
4

Kertas Saring

partikel suspense dengan
cairan, memisahkan zat
terlarut dengan zat padat.

Untuk memindah atau
5

Corong kaca

memasukan larutan ke
wadah yang mempunyai
dimensi pemasukan
sampel bahan kecil .

Bahan :
No.

Gambar Bahan Nama Bahan

Fungsi
Sebagai

1.

Air limbah
pabrik tahu

coba

sampel

uji

B. Pemeriksaan Kualitas Kimia Air
Alat

NO

1.

NAMA

GAMBAR

pH meter

FUNGSI

Untuk

mengukur

pH

(derajat

keasaman

dan

kebasaan)

Untuk mengukur volume
2.

Gelas ukur 100

cairan limbah

ml

Bahan
No. Gambar Bahan Nama Bahan

Fungsi
Sebagai sampel uji

1.

Air limbah
pabrik tahu

coba

C. Pemantauan Lingkungan Sekitar
Alat

NO

NAMA

GAMBAR

FUNGSI

Untuk mengukur pH
1.

pH meter

(derajat keasamaan dan
kebasaan)

Untuk mengatur partikel
2.

TDS Meter

padatan terlarut di air

Untuk mengukur suhu air
3

Termometer

Sebagai alat ukur derajat
4

pH tanah

keasaman dan kebasaan
tanah

Sebagai alat ukur volume
5

Gelas ukur 100

contoh

ml

Bahan
No. Gambar Bahan Nama Bahan

Fungsi
Sebagai sampel uji

1.

Sampel air

coba

sumur/sungai
sekitar
Sebagai sampel uji

2.

Tanah di
lingkungan
sekitar

1.5

Cara Kerja

A. Pemeriksaan kualitas fisik air

1. Pengukuran Suhu Air

Memasukkan sampel ke
dalam gelas beaker

Mencelupkan thermometer
air dan tunggu sampai 2-3
menit

Mencatat hasil
pengamatan

2. Pengukuran TDS
(Total Disolved Solid)

Memasukkan sampel ke
dalam gelas beaker

Menekan tombol ON untuk
menghidupkan

alat

TDS

meter

Mencelupkan “probes” ke
dalam sampel air hingga
melewati batas/tanda selama
beberapa menit

Mengatur

suhu

sesuai

dengan nilai pengukuran
sebelumnya

Mencatat hasil TDS air

Menekan tombol Alt untuk
mengukur NaCl , kemudian
mencatat hasilnya

3. Pengukuran TSS
(Total Suspensed Solid)

Mengambil

air

menggunakan

sampel
botol air

mineral sebagai wadah ,
berusaha

mengambil

sampel

tanpa

air

disertai

terikutnya oksigen ke dalam
wadah.

Menimbang kertas saring
sebelum menuangkan air
saring seabagai data A1

Mengambil sebanyak 25 ml
contoh air dan menyaring
pada kertas saring yang telah
diketahui beratnya.

Mengeringkan padatan yang
disaring pada kertas saring
dengan oven pada suhu 1001050C selama kurang lebih
30 menit

Mendinginkan selama 3
menit kertas saring lalu
menimbang dan mencatat
beratnya sebagai nilai A

Untuk memperoleh nilai
TSS menggunakan cara
menghitung perbedaan
antara padatan terlarut total
dan padatan total
menggunakan rumus
TSS(mg/L)=(A-A1) X
1000/V

B. Pemeriksaaan Kualitas Kimia Air

1. Mengukur pH

Menyiapkan sampel air
yang akan diukur

Memasukkan alat Ph Meter
ke dalam sampel air yang
akan diukur

Melihat angka yang tertera
pada display stabil

C. Pemantauan Lingkungan sekitar

Mengamati kondisi sekitar
pabrik

meliputi

kondisi

air,tanah,udara.

Memeriksa sumber air di
sekitar meliputi air sumur
dan sungai yang berada di
dekat

pabrik

dengan

melihat parameter fisik dan
kimia.

\

Mengukur pH tanah di
sekitar pembuangan limbah
pabrik tahu

Memantau udara di sekitar
dari segi bau dan debu

1.6 Hasil Pengamatan

A. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air
1. Suhu air

Sampel Air

Suhu air

Gambar

limbah (0C)
Air limbah tahu

36 0C

2. TDS ( Total Disolved Solid )

Sampel Air

TDS air limbah
(mg /L )

Air limbah tahu

1075 mg / L

3. TSS ( Total Suspensed Solid )

Gambar

Sampel Air

TSS air (mg

Gambar

/L )
Air limbah tahu

1924 mg /
L

B. Pemeriksaan Kualitas Kimia Air
1. Mengukur pH

Sampel Air

pH Air (Asam
/Basa )

Air limbah tahu

7.67

C. Pemantauan kualitas lingkungan
1. Kondisi Air

Gambar

Parameter

Hasil pengukuran

Warna

Keruh

Bau

Busuk

Rasa

Tawar

Suhu

290C

TDS

850 mg / L

Kekeruhan

26.0 NTU

pH

7.39

2. Kondisi Tanah
Parameter

Hasil pengukuran

pH tanah

6

Gambar

3. Kondisi Udara

1.7.Pembahasan

Parameter

Hasil Pengukuran

Bau

Busuk

Debu

Berdebu

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan melalui uji kualitas Air
Limbah, pengukuran suhu air limbah serta air sekitar (sungai) dilakukan dengan
menggunakan thermometer dengan mencelupkan thermometer kedalam sampel air.
Setelah thermometer menunjukkan angka yang konstan, maka baca hasilnya.
Dalam praktikum ini menghasilkan suhu air limbah adalah 360C dan suhu air sekitar
(sungai) adalah 290C.
Dalam pengukuran TDS (zat kimia padat) air limbah dilakukan dengan
menggunakan TDS meter dengan cara mencelupkan probes kedalam sampel air
limbah. Hasilnya adalah 1075 Mg/L, Hasil ini termasuk dalam kriteria tidak
memenuhi syarat baku mutu air limbah karena harusnya baku mutu air limbah
adalah 2000 Mg/L.
Dalam pengukuran TSS air limbah dilakukan dengan uji laboratorium
menggunakan kertas saring. Pengukurannya dilakukan dengan cara mengambil
sampel air limbah sebanyak 25ml kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur
melalui corong kaca yang diatasnya ada kertas saring, setelah itu kertas saring
dimasukkan kedalam oven yang suhunya 100-1050C, tunggu selama 30menit. Dari
pengukuran ini didapatkan hasil TSSnya yaitu 1924 Mg/L, hasil ini termasuk dalam
kriteria tidak memenuhi syarat baku mutu karena baku mutu TSS air limbah
harusnya 200 Mg/L.
Pada pengukuran kekeruhan dilakukan dengan menggunakan turbidimeter.
Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil sampel air lingkungan sekitar
(sungai), dari pengukuran ini menghasilkan kekeruhan air sebesar 26,0 NTU. Ini
artinya kekeruhan kualitas air sekitar tidak sesuai dengan baku mutu.

1.8 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis kandungan limbah cair ditinjau dari parameter
1. Kualitas fisik air ,bahwa limbah cair yang dihasilkan pabrik tahu
yang berada di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu
suhunya 360C , zat padat larut 1075 mg / L , zat padat tersuspensi
1924 mg / L tidak memenuhi

standar baku mutu air limbah

berdasarkan KEPMENLH No. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri .Seharusnya
jumlah suhu 38-400C
2. Kualitas kimia air dihasilkan pH sebesar 7.67 jumlah ini tidak
memenuhi

syarat

berdasarkan

KEPMENLH

No.

KEP-

51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri yaitu jumlah seharusnya 6.0
3. Lingkungan sekitar limbah pabrik terpengaruh oleh kegiatan pabrik
tahu. Limbah yang dibuang ke sungai telah menimbulkan
pencemaran air dan mengganggu kehidupan air. Pencemaran oleh
limbah cair tahu tampak pada kondisi fisik pada air tersebut, terjadi
perubahan warna pada air, bau yang kurang sedap dan udara di
sekitar pabrik berbau tidak sedap.
4. Para pelaku industri tahu seharusnya mengolah limbah terlebih
dahulu sebelum dibuang kebadan air atau sungai atau pengadaan
instalasi pengolahan air limbah walaupun dengan cara yang
sederhana.

Daftar Pustaka

Tim,Penyusun.2015 Penuntun praktikum Kesmas Dasar. Universitas Negeri
Gorontalo.
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Air dan Air Limbah Bagian 59 : Metoda
pengambilan contoh air limbah : SNI 6989.59.

Kaswinarni, Fibria.2007. Kajian Tehknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair
Industri Tahu Tendang Semarang, Sederhana Kendal Dan Gagak
Sipat

Boyolali.

Tesis. Magister Ilmu Lingkungan Universitas Di

PonegoroSemarang.(Online)http://eprints.undip.ac.id/17407/1/Fibria_Kaswi
narni.pdf.Diakses Maret 2017.
Arief, Latar Muhammad.2016.Pengolahan limbah industrydasar-dasar pengetahuan
dan aplikasi di Tempat Kerja.Yogyakarta:Andi Ofset
Kusnoputranto, haryoto. 1997. Air Limbah dan Ekstrak Manusia. Jakarta :
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Mukono,

H.J.

2006.

Prinsip

Airlangga Universitiy Press.

Dasar

Kesehatan

Lingkungan.

Surabaya:

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63